Anda di halaman 1dari 15

Disusun Oleh :

1. Maya Anjani (314119028)


2. Shelza Novelya A (314119029)
3. Nursyifa Sofianti (314119030)
4. Rika Andriani (314119031)
5. Ami Yulianingsih (314119032)

KONSEP DASAR
PENYAKIT POLIO

Sarjana dan Profesi Bidan


APA ITU POLIO ?
Polio merupakan penyakit menular yang menyerang otak,
melumpuhkan sistem syaraf dan berpotensi menyebabkan
kematian. Penyebaran virus polio terjadi melalui kontak
fisik orang ke orang yang diperburuk dengan lingkungan
yang memiliki sanitasi yang buruk. Sampai saat ini
penyakit polio belum ditemukan obatnya, akan tetapi ada
vaksin yang aman dan efektif. Oleh sebab itu strategi
pemberantasan polio didasarkan pada pencegahan infeksi
dengan memberikan imunisasi untuk setiap batita (Balita
dibawah tiga tahun) secara bertahap untuk menghentikan
penularan.
GEJALA KLINIS POLIO
1. Jenis asimtomatis Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala klinik sama sekali karena daya tahan tubuh cukup baik. Jenis ini
banyak terdapat waktu epidemi.

2. Jenis abortif Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala seperti infeksi virus lainnya, yaitu: malaise,
anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.

3. Jenis non-paralitk Gejala kliniknya hampir sama dengan poliomielitis abortif, hanya nyeri kepala, nausea, dan muntah lebih hebat.
Terdapat tanda-tanda rangsangan meningeal tanpa adanya kelumpuhan. Suhu bisa naik sampai 38-39o C disertai nyeri kepala dan nyeri
otot. Bila penderita ditegakkan, kepala akan terjatuh kebelakang (head drops). Bila penderita berusaha duduk dari sikap tidur maka kedua
lututnya ditekuk dengan menunjang kebelakang dan terlihat kekakuan otot spinal (tripod sign).

4. Jenis paralitik Gejala kliniknya sama seperti pada jenis non-paralitik, kemudian disertai kelumpuhan yang biasanya timbul 3 hari setelah
stadium preparalitik.
PENULARAN PENYAKIT POLIO
Transmisi penyakit ini sangat mudah lewat oral-oral (orofaringeal) dan fekal-
oral (intestinal). Polio sangat infeksius antara 7-10 hari sebelum dan sesudah
timbulnya gejala, tetapi transmisinya mungkin terjadi selama virus berada di
dalam saliva atau feses. Poliovirus masuk kedalam tubuh melalui mulut,
menginfeksi sel yang pertama ditemuinya, yaitu di faring dan mukosa saluran
cerna.
LANJUTAN..
Virus ini masuk dan berikatan dengan immunoglobulin-like receptor, yang
dikenal sebagai reseptor poliovirus atau CD 155, pada membran sel.10 Di dalam
sel-sel saluran cerna, virus ini bertahan selama sekitar 1 minggu, kemudian
menyebar ke tonsil, jaringan limfoid saluran cerna dan kelenjar limfa mesenterik
dan servikal dimana virus ini berkembang biak. Selanjutnya, virus ini masuk ke
dalam aliran darah. Poliovirus dapat bertahan dan berkembang biak dalam darah
dan kelenjar limfa untuk waktu lama, kadang-kadang hingga 17 minggu.
Berdasarkan data dari WHO (2008),
JENIS- JENIS POLIO
1. Polio paralitik Denervasi jaringan otot skelet sekunder oleh infeksi poliovirus dapat
menimbulkan kelumpuhan. Tanda-tanda awal polio paralitik ialah panas tinggi, sakit kepala,
kelemahan pada punggung dan leher, kelemahan asimetris pada berbagai otot, peka dengan
sentuhan, susah menelan, nyeri otot, hilangnya refleks superfisial dan dalam, parestesia,
iritabilitas, konstipasi, atau sukar buang air kecil. Kelumpuhan umumnya berkembang 1-10
hari setelah gejala awal mulai timbul Prosesnya berlangsung selama 2-3 hari, dan biasanya
komplit seiring dengan turunnya panas.
2. Polio spinal Polio spinal adalah tipe poliomielitis paralisis yang
paling sering akibat invasi virus pada motor neuron di kornu
anterior medula spinalis yang bertanggung jawab pada pergerakan
otot-otot, termasuk otototot interkostal, trunkus, dan tungkai.
Kelumpuhan maksimal terjadi cukup cepat (2-4 hari), dan biasanya
timbul demam serta nyeri otot. Virus dapat merusak otototot pada
kedua sisi tubuh, tetapi kelumpuhannya paling sering asimetris.
Kelumpuhan seringkali lebih berat di daerah proksimal dari pada
distal.
3. Polio bulbar Terjadi kira-kira 2% dari kasus polio paralitik. Polio
bulbar terjadi ketika poliovirus menginvasi dan merusak
sarafsaraf di daerah bulbar batang otak. Destruksi saraf-saraf ini
melemahkan otototot yang dipersarafi nervus kranialis,
menimbulkan gejala ensefalitis, dan menyebabkan susah bernafas,
berbicara, dan menelan. Akibat gangguan menelan, sekresi mukus
pada saluran napas meningkat, yang dapat menyebabkan
kematian.
4. Polio bulbospinal Kira-kira 19% dari semua kasus
polio paralitik yang memberikan gejala bulbar dan
spinal; subtipe ini dikenal dengan polio respiratori
atau polio bulbospinal. Poliovirus menyerang nervus
frenikus, yang mengontrol diafragma untuk
mengembangkan paru-paru dan mengontrol otot-otot
yang dibutuhkan untuk menelan.
PENCEGAHAN POLIO
◦ Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif dan menghindari daerah
endemis. Imunisasi polio yang harus diberikan sesuai rekomendasi WHO adalah sejak lahir
sebanyak 4 kali.
◦ Kemudian, diulang usia 1,5 tahun, dan 15 tahun. Upaya ketiga adalah survailance accute
flaccid paralysis atau penemuan penderita yang dicurigai lumpuh layuh pada usia di bawah 15
tahun. Mereka harus diperiksa tinjanya untuk memastikan karena polio atau bukan. Tindakan
lain adalah melakukan mopping-up. Yakni, pemberian vaksinasi massal di daerah yang
ditemukan penderita polio terhadap anak usia di bawah lima tahun tanpa melihat status
imunisasi polio sebelumnya.
FAKTOR RESIKO PEJAMU (HOST)
◦Host adalah manusia atau mahluk hidup lainnya, faktor host yang berkaitan dengan terjadinya penyakit menular berupa
umur, jenis kelamin, ras, etnik, anatomi tubuh,dan status gizi. Faktor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya
penyakit dan tergantung pada karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing individu. Karakteristik tersebut antara lain:

1. Umur: Penyakit polio biasanya sering terjadi pada anak-anak

2. Jenis Kelamin: Poliomielitis sedikit lebih banyak menyerang anak lakilaki dibandingkan anak perempuan

3. Pekerjaan: Status pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan Penyakit, seseorang yang bekerja sebagai dokter yang
mengobati penyakit polio lebih rentan terinfeksi penyakit tersebut.

4. Status Nutrisi: Gizi yang buruk mempermudah sesorang menderita penyakit polio.

5. Status Kekebalan: Reaksi tubuh terhadap penyakit tergantung pada status kekebalan yang dimiliki sebelumnya, apabila
sistem kekebalan tubuh lemah maka lebih rentan terinfeksi virus polio.

6. Psikis: Mengalami stress setelah terpapar virus polio menyebabkan kita lebih mudah terinfeksi.
FAKTOR RESIKO BIBIT PENYAKIT
(AGENT)
◦ Agent (Penyebab) adalah unsur organisme hidup, atau kuman infeksi, yang
menyebabkan terjadinya suatu penyakit. beberapa penyakit agen merupakan
penyebab tunggal (single) misalnya pada penyakit menular, sedangkan pada
penyakit tidak menular biasanyaterdiri dari beberapa agen. Pada penyakit polio
disebabkan oleh penyebab biologis yaitu virus polio.
FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN

◦ Lingkungan adalah faktor luar dari individu yang tergolong faktor lingkungan hidup manusia pada
dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu lingkungan hidup internal berupa keadaan yang dinamis dan
seimbang yang disebut hemostasis, dan lingkungan hidup eksternal di luar tubuh manusia. Lingkungan
hidup eksternal ini terdiri dan tiga komponen yaitu:

◦ a}. Lingkungan Fisik

keadaan rumah yang kurang bersih dan beberapa factor dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan kita
mudah terinfeksi virus polio.
b}. Lingkungan biologis

Hubungan manusia dengan lingkungan biologisnya bersifat dinamis dan bila terjadi ketidakseimbangan antara
hubungan manusia dengan lingkungan biologis maka manusia akan menjadi sakit. Manusia yang terinfeksi virus polio
kemungkinan besar mengalami ketidakseimbangan dengan lingkungan biologisnya.

c}. Lingkungan sosial

penyakit polio juga dapat disebabkan oleh pengaruh dari lingkungan social seperti kebiasaan,sikap, standar dan gaya
hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik. Manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial
melalui berbagai media seperti radio, TV, pers, seni, literatur, cerita, lagu dan sebagainya. Bila manusia tidak dapat
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, maka akan terjadi konflik kejiwaan dan menimbulkan gejala
psikosomatik seperti stres, insomnia, depresi dan lainnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai