sebagai hormo stress. Secara patologis, system saraf simpatis merespon hal ini dengan
meningkatnya tekanan darah, kelelahan kronis, dan vasokontriksi. Respon balik pengeluaran
hormone kortisol dan respon system saraf simpatis dapat membawa ibu postpartum pada titik
ketidakmampuan peran dan fungsi fisik (keluhan somatif ) pada maladaftif respon terhadap stress
sehingga menyebabkan terjadinya depresi postpartum yang dapat mengganggu fungsi otak, saraf
otonom, sistem endokrin, dan sistem imun yang disebut sebagai penyakit psikosomatis.
Penanganan secara medis melalui antidepresan dan terapi lainnya dapat dilakukan untuk
kategori depresi berat akan tetapi melalui gangguan psikologi postpartum ringan seperti postpartum
blues yang ditandai dengan adanya perasaan (mood) yang labil, sensitif (mudah marah), kecemasan,
gangguan tidur, dan kurangnya nafsu makan yang tidak memerlukan perawatan melainkan dengan
membangun kembali kepercayaan diri ibu dan memberikan keyakinan dapat menjalankan periode
postpartum sebagai ibu dengan baik.
Hipnoterapi merupakan terapi alternatif dapat mengatasi kecemasan, karena terapi ini
menyentuh target sistem saraf parasimpatis untuk menstimulasi naiknya semua fungsi sistem saraf
simpatis yang bereaksi atas timbulnnya kecemasan. Ketika seluruh fungsi yang diturunkan oleh
system saraf simpatis berhasil dinaikkan kembali (keadaan normal), hal ini menyebabkan hilangnya
stressor sehingga merangsang sistem limbik dan korteks mensekresi gamma amino butyric acid
(GABA), encephalin & beta endorphin sebagai hormone yang akan meningkatkan kenyamanan ibu
dan meningkatkan aktifitas coping.
Hasil penelitian Sari dkk menyebutkan bahwa melalui terapi hipnoterapi selama 10 menit
perhari sejak 48 jam pertama ibu postpartum selama 10 hari observasi memperlihatkan penurunan
tingkat kecemasan, kadar kortisol, meningkatkan hormone oksitoksin dan produksi ASI ibu
postpartum. Penelitian lainnya pada McAllister et al menunjukkan bahwa tenaga kesehatan
professional mendukung ibu menggunakan tekhnik hypnosis menghadapi proses persalinan
membuat ibu merasa percaya diri dengan kemampuannya menghadapi proses persalinan. Tekhnik
ini digunakan selama proses persalinan dimulai dengan durasi setiap sesi hipnoterapi selam 20
menit hingga proses persalinan selesai.
Berdasarkan keberagaman durasi sesi hipnoterapi antara waktu minimal 10 ment per hari
dan 20 menit per sesi hipnoterapi pada proses persalinan, peneliti menyimpulkan perlu peningkatan
durasi selama 30 menit per sesi hipnoterapi sebanyak 3 kali tatap muka selama 15 hari periode
postpartum mengingat proses penilaian tingkat kecemasan minimal dapat dilakukan penulangan
pengukuran adalah 7 hari. Meningkatkan durasi dapat mncapai hasil maksimal untuk adaptasi
postpartum, tingkat kecemasan dan kadar kortisol salia primipara.
Berdasarkan latar belakang diatas dapat di identifikasi perumusan masalah sebagai berikut:
Hipnoterapi menyentuh target sistem saraf parasimpatis untuk menstimulasi naiknya semua
fungsi saraf simpatis yang bereaksi atas timbulnya kecemasan. Ketika seluruh fungi yang
diturunkan oleh sistem saraf simpatis berhasil dinaikkan kembali (keadaan normal), hal ini
menyebabkan hilangnya stressor sehingga merangsang sistem limbik dan korteks mensekresi
gamma amino butyric acid (GABA), encephalin & beta endorphin sebagai hormone yang akan
meningatkan kenyamanan ibu dan meningkatkan aktifitas coping