Anda di halaman 1dari 9

2.

4 kecemasan

2.4.1 definisi

Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa
cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa
malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi, sehingga
muncul gangguan kecemasan dan individu yang mengalaminya dapat memperlihatkan perilaku
yang tidak lazim seperti panik tanpa alasan, takut yang tidak beralasan terhadap objek atau
kondisi kehidupan, melakukan tindakan yang dapat mereka ingat.
(Diferiansyah, Septa and Lisiswanti, 2016)

2.4.2 etiologi dan faktor resiko

Munculnya kecemasan disebabkan oleh beberapa kontribusi. Daerah otak yang paling sering
berhubungan dengan kecemasan adalah sistem limbik, yang bertindak sebagai mediator antara
batang otak dan korteks otak yang dapat memonitor dan merasakan perubahan dalam fungsi
jasmaniah kemudian menyalurkan sinyal-sinyal bahasa potensial ini ke proses-proses kortikal
yang lebih tinggi melalui sistem limbik, hal ini disebut kontribusi biologis. Selain itu terdapat
kontribusi psikologis atau perasaan mampu mengontrol yang tinggi dan timbul sejak dini pada
seseorang merupakan faktor psikologis yang sangat rentan mengakibatkan kecemasan, dan yang
terakhir merupakan kontribusi sosial, dalam kehidupan sehari-hari dapat terjadi peristiwa yang
menimbulkan stress dapat memicu kerentanan terhadap kecemasan. Misalnya masalah di
sekolah, tekanan sosial untuk selalu menjadi juara kelas, kematian orang yang dicintai, dan lain
sebagainya (Syavira Aryasa Dali, 2020).

2.4.3 epidemiologi

National Comorbidity Study melaporkan bahwa satu diantara empat orang, mengalami gangguan
kecemasan dengan angka prevelensi sebesar 17,7% dalam satu tahun. Gangguan cemas
menyeluruh kemungkinan merupakan gangguan yang paling sering ditemukan dengan gangguan
mental penyerta, biasanya gangguan cemas atau gangguan mood lainnya. Kemungkinan 50%
dengan gangguan cemas menyeluruh memiliki gangguan mental lainnya. Dimana rasio wanita
dan laki-laki adalah kira-kira 2:1 (Diferiansyah, Septa and Lisiswanti, 2016).

2.4.4 patogenesis

Generalized Anxiety Disorders (GAD) erat dikaitkan dengan konektivitas fungsional yang
terganggu dari amigdala. Informasi sensoris akan memasuki amigdala melalui inti kompleks
basolateral (terdiri dari inti basal lateral, basal, dan aksesori), kemudian kompleks basolateral
akan memproses ingatan yang berhubungan dengan sensoris dan mengomunikasikan pentingnya
ancaman di tempat lain di otak, seperti talamus sensoris, korteks sensoris, dan kortesk pre-
frontal. Amigdala adalah area otak yang mengatur pusat pengontrolan rasa takut. Koneksi antara
amigdala dan korteks pre-frontal akan menghasilkan respon psikologis, sementara respon
motorik dikendalikan oleh mesencephalon.

Serotonin adalah neurotransmiter penting pada amigdala dan korteks pre-frontal. Proyeksi saraf
melibatkan serotonin dari nukleus raphe dorsal ke amigdala. Overaktivitas sistem serotonin
menyebabkan timbulnya gangguan kecemasan. Terjadinya aktivasi reseptor serotonin-1 pre-
sinaptik dapat menyebabkan penurunan aktivitas serotonin. Jenis reseptor penting lainnya adalah
tegangan-sensitif saluran kalsium (VSCC). Reseptor VSCC terdiri dari beberapa subunit yang
dapat ditemukan di kedua amigdala dan korteks pre-frontal. Pengaktifan reseptor VSCC di
amigdala dapat menghasilkan respons ketakutan, kecemasan, dan kekhawatiran.

Selain serotonin, GABA merupakan neurotransmitter yang memegang peranan penting dalam
gejala-gejala gangguan jiwa. Fungsi utama GABA adalah mengatur rasa takut, cemas dan
khawatir. Untuk kecemasan, reseptor Gamma Aminobutyric Acid tipe A (GABA-A) muncul
paling relevan. Kompleks reseptor ini melibatkan lima subunit dan elektrolit ion klorida yang
melaluinya, masuk ke dalam sel ketika agonis GABA mengikatnya, seperti subunit α, β, ϒ, dan
δ. Masuknya klorida dapat mengurangi aktivitas listrik neuron, sehingga dapat menghambat
reseptor GABA. Peningkatan GABA sendiri akan menurunkan produksi corticotropin-releasing
hormone (CRH) pada nukleus paraventrikularis di kelenjar hypothalamus. Hormon CRH
nantinya akan merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon kortisol yaitu hormon
yang menyebabkan munculnya emosi, kecewa, dan ketakutan yang berlebihan serta stres.

Kedua neurotransmitter ini menyebabkan terbentuknya respon terhadap rasa takut. Ketika sistem
ini bekerja secara tidak tepat, sindrom klinis kecemasan dapat terjadi. Kelenjar adrenal di dalam
tubuh akan bereaksi dan menimbulkan sensasi berupa rasa tidak nyaman pada abdomen, yang
kemudian akan mengeluarkan hormon adrenalin yang akan terpompa ke aliran darah dan
terkirim ke otak. Kemudian, otak akan merespon dengan mengeluarkan hormon kortisol.
Tingginya kadar kortisol di dalam darah akan menimbulkan gejala seperti otot tubuh menegang,
telapak tangan berkeringat, mata membelalak tegang, serta jantung berdebar kencang.

2.4.5 kriteria diagnosis

Kriteria diagnosis gangguan kecemasan dapat diteggakan menggunakan Diagnostic and


Statistical Manual of Mental Disorders (DSM I-V) yang dibuat oleh American Psychiatric
Association (APA). Tetapi, saat ini kita menggunakan DSM IV-TR (Text Revised) sebagai
pedoman klinisi dan profesional untuk menentukan diagnosis gangguan kecemasan dengan
memperhatikan 5 axis sebagai berikut :
 Axis I: Sindrom klinik (Semua gangguan mental & memenuhi kriteria mereka kecuali
gangguan kepribadian, retardasi mental, dan juga penganiayaan (abuse)/ pengabaian
(neglect).
 Axis II: Gangguan Kepribadian, Retardasi mental (Melekat secara mendalam sepanjang
hidupa, tidak fleksibel & maladaptif)
 Axis III: Kondisi Medis Umum (Setiap kondisi medis yang dapat mempengaruhi
keadaan mental pasien)
 Axis IV: Masalah Psikososial & Lingkungan (Peristiwa yang penuh stres yang terjadi
ditahun sebelumnya)
 Axis V: Penilaian Fungsi Global (Seberapa baik perilaku pasien selama setahun terakhir)
diukur dengan menggunakan skala Global Assessment of Functioning (GAF)
(Carlos P. Zalaquett, 2008)

2.4.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan gangguan cemas menyeluruh atau generalized anxiety


disorder (GAD) meliputi psikoterapi seperti cognitive behavioral therapy (CBT) serta
medikamentosa dengan pilihan utama golongan benzodiazepine dan buspirone. Obat
golongan benzodiazepine antara lain, yaitu: Diazepam, Klordiazepoksid, Lorazepam,
Klobazam, Bromazepam, Oksazolam, Klorazepat, Alprazolam atau Prazepam. Kedua
obat ini bekerja dengan cara meningkatkan aktivitas gamma-aminobutyric acid (GABA)
di otak, sehingga menimbulkan efek relaksasi.

Alprazolam merupakan obat ansiolitik golongan benzodiazepin yang paling sering


digunakan. Alprazolam memiliki waktu paruh sekitar 6,3-26,9 jam, dengan onset of
action yang relatif cepat, sekitar 1-2 jam, dengan waktu terapi 2-4 minggu. Obat ini
diberikan pada pagi hari, dosis awalnnya 2.5-5 mg per hari, dinaikkan bertahap hingga 20
mg per hari. Dinaikkan sampai berespon dengan dosis maksimal 80 mg per hari. Obat ini
terbukti efektif dalam mengontrol gangguan panik, terutama dalam uji klinis terkontrol
jangka pendek, tetapi tidak lagi direkomendasikan sebagai terapi farmakologis utama,
karena risiko terjadinya toleransi, ketergantungan, dan kemungkinan penyalahgunaan.
(Humaida et al., 2016)

Terapi pilihan lain pada pasien dengan gangguan cemas menyeluruh adalah pemberian
obat buspirone. Obat ini efektif pada 60-80% pasien generalized anxiety disorder (GAD).
Dosis awal obat ini yaitu 5 mg, 2–3 kali sehari. Kemudian bisa ditingkatkan secara
bertahap menjadi 15–30 mg dalam sekali minum, dengan dosis maksimalnya adalah 60
mg per hari. Data menyatakan bahwa buspirone lebih efektif dalam menurunkan gejala
kognitif dari gangguan kecemasan menyeluruh dibandingkan dengan menurunkan gejala
somatik. Kelamahan dari obat ini yaitu memerlukan waktu 2-3 minggu untuk mencapai
efek yang diinginkan. (Diferiansyah, Septa and Lisiswanti, 2016)
Selain psikofarmaka, psikoterapi, dan edukasi juga sangat diperlukan. Pengobatan hanya
dengan obat tidak cukup untuk kesembuhan pasien GAD, tetapi juga harus diiringi oleh
lingkungan keluarga yang mendukung dan sikap pasien terhadap penyakit yang diderita.
Psikoterapi yang terpilih untuk gangguan ini adalah Cognitive Behavioral Therapy
(CBT). Terdapat beberapa metode CBT, beberapa diantaranya yaitu :

1. Terapi restrukturisasi, melalui terapi ini pasien dapat merestrukturisasi isi pikirannya
dengan cara mengganti semua pikiran-pikiran negatif yang dapat mengakibatkan
perasaan tidak menyenangkan yang dapat memicu serangan panik dengan pemikiran-
pemikiran positif.
2. Terapi relaksasi dan bernapas, terapi ini digunakan untuk membantu pasien
mengontrol kadar kecemasan dan mencegah hypocapnia ketika serangan panik
terjadi.
3. Terapi interocepative, terapi ini dengan sengaja menimbulkan sensasi fisik yang tidak
berbahaya, tetapi ditakuti. Misalnya, seseorang dengan gangguan panik mungkin
diinstruksikan untuk berlari di tempat untuk membuat jantungnya berdebar kencang,
dan dari situ akan belajar bahwa sensasi ini tidak berbahaya. Seiring berjalannya
waktu, terapi ini akan membuat pengidap gangguan panik terbiasa dengan situasi
yang memicunya, sehingga dapat mengelola perasaan cemas.

inti dari terapi CBT adalah membantu pasien dalam memahami cara kerja pemikiran
otomatis dan keyakinan yang salah dapat menimbulkan respon emosional yang
berlebihan, seperti pada gangguan panik. (Diferiansyah, Septa and Lisiswanti, 2016)

2.4.7 Komplikasi dan Prognosis

Komplikasi dari penderita generalized anxiety disorder (GAD) yang tidak mendapat
penanganan yang tepat dapat memperburuk kondisi kesehatan fisik, seperti masalah
pencernaan atau usus, sakit kepala dan migrain, insomnia, serta gangguan kesehatan
jantung. Kemudian juga dapat terjadi komplikasi sosioekopsikokultural seperti contohnya
pasien lebih suka mengisolasi diri, tidak dapat berinteraksi dengan orang lain, sangat
sensitif pada kritikan, memiliki tingkat percaya diri yang rendah. Jika sudah parah pasien
dapat menjadi kecanduan alkohol, menyalahgunakan NAPZA (Narkotika, Psikotropika,
dan Zat-zat Adiktif), bahkan hingga percobaan bunuh diri.

Terdapat beberapa pertimbangan yang mempengaruhi prognosis pasien, factor-faktor


yang meringankan adalah adanya dukungan keluarga, motivasi yang kuat (keinginan kuat
yang ingin sembuh), dan tidak ada riwayat keluarga (keluarga pasien tidak ada yang
mengalami gangguan yang sama), sedangkan faktor-faktor yang memperberat adalah
kekambuhan pasien dan jarak rumah dengan Rumah Sakit Jiwa relatif jauh.
(Humaida et al., 2016)

2.5 Senam yoga

Pengertian yoga

Yoga berasal dari istilah sansekerta "yuj", yang berarti tindakan menyelaraskan dan
membangun koneksi dengan Tuhan. Sesuai dengan prinsip yang terdapat dalam Ensiklopedia
umum, yoga digambarkan sebagai ajaran spiritual bersifat komprehensif yang berasal dari agama
Hindu. Yoga bertujuan untuk membimbing individu menuju kebebasan dari ilusi duniawi, yang
dapat dirasakan melalui pancaindera (Tristaningrat, 2019).

Macam - macam yoga

Senam yoga adalah alternatif yang sangat efektif dan dinamis sebagai latihan fisik. Oleh
karena itu, yoga dapat membantu seseorang dalam mencapai tingkat kebugaran yang telah
ditentukan. Senam yoga dapat dipraktikkan oleh semua individu dari semua kelompok umur,
termasuk anak – anak, remaja, lansia, hingga ibu hamil. Ada berbagai macam praktik yoga dalam
masyarakat, berbagai bentuk yoga ini memiliki penganutnya sendiri, karakteristik yang berbeda,
dan penekanan serta gerakan unik yang membedakannya satu sama lain. Yoga dapat
dikategorikan ke dalam empat kerangka konseptual (Isnan, Ismansyah and Samsugito, 2016),
yaitu :

1. Hatha yoga
Hatha yoga diciptakan Yogi Swatmarama yang berasal dari India pada tahun 1500
Masehi. Dalam ajarannya, dia menggambarkan hatha yoga sebagai metode untuk
mencapai tingkat tertinggi sebagai Raja yoga. Hatha yoga berperan penting dalam
meletakkan dasar untuk fase awal dari pembersihan diri dan perjalanan kerohanian
seseorang. Melalui proses tersebut kita dapat mengalami transformasi dan pertumbuhan
yang mendalam (Yusi Armini, 2020).

2. Bhakti yoga
Bhakti yoga merupakan ajaran yoga yang berfokus pada pengembangan spiritual
dan keyakinan yang tak tergoyahkan dalam diri seseorang. Keyakinan yang dimaksud
adalah keyakinan mendalam pada kekuatan Sang Ilahi (sesuai dengan kepercayaan yang
dianut) Dalam dunia bhakti yoga, sangat penting bagi seseorang yang ingin mengikuti
ajaran ini memupuk rasa sentimental yang kuat dan terhubung dengan sumber keyakinan
yang mereka pilih. seseorang umumnya terbiasa mengontrol emosi mereka, yang
kemudian mengarah pada manifestasi stres fisiologis dan psikologis dalam diri orang
tersebut. (Isnan, Ismansyah and Samsugito, 2016).

3. Karma yoga
Karma yoga adalah praktik spiritual yang berpusat pada bantuan tanpa mengharapkan
timbal balik, dengan tujuan akhir mempererat hubungan dengan Sang Ilahi melalui
praktik kerja tanpa imbalan. Menurut karma yogin, tindakan yang terlibat dalam suatu
pekerjaan dianggap sebagai bentuk pengabdian religius, dimana setiap tugas yang
dilakukan diubah menjadi tindakan pemujaan suci yang dipersembahkan kepada Tuhan.
(Ni Made and Hartaka, 2020)

4. Jhana yoga

Kata jñana berarti pengetahuan. Jñana Yoga berarti jalan atau cara yang dilaksanakan
untuk dapat bersatu dengan Tuhan dengan jalan ilmu pengetahuan, khususnya yang
berkaitan dengan filsafat kebenaran dan pembebasan dari ikatan duniawi, dengan tujuan
tercapainya moksa, bersatunya Atman dan Brahman. Ada dua jalan ilmu pengetahuan
yaitu Apara Widya (pengetahuan biasa dan pengetahuan suci) dan Para Widya
(pengetahuan tentang hakekat kebenaran) (Dwi Hartanto and Endang Nurhayati, 2017)

Gerakan yoga

Ajaran yoga berkembang dari pemahaman manusia akan pentingnya menciptakan


hubungan yang lebih dalam dengan sang ilahi. Seseorang yang melakukan yoga secara teratur
disebut yogi, praktisi yoga pria biasanya disebut sebagai yogin, sedangkan praktisi wanita sering
disebut sebagai yogini (Ni Made and Hartaka, 2020).

Fokus utama yoga yaitu asana atau postur tubuh yang termasuk komponen integral dari
Hatha Yoga. Selain bermanfaat secara psikis, yoga juga sangat bermanfaat bagi jasmani
seseorang. Berbagai macam Gerakan yang bisa dilakukan dalam yoga hatha untuk mengatasi
stres atau cemas. Gerakan ini akan memperlancar metabolime tubuh dan peredaran darah
sehingga pikiran dan tubuh selalu segar.

Berikut ini beberapa gerakan hatha yoga yang bisa di praktikkan untuk mengatasi
gejala stress atau cemas:

1. Sarvangasana
Langkah-langkah mempraktikkan pose/Gerakan sarvagasana yaitu, sikap tubuh
berbaring dengan punggung di atas selimut, setelah itu Angkat kedua kaki perlahan,
kemudia angkat tubuh bagian atas, lalu dilanjutkan dengan pinggang, paha, dan kaki
lurus ke atas dan yang terakhir kedua tangan menunjang punggung. Sarvasana
dilakukan untuk memelihara kelenjar tiroid, (Mudana dan Ngurah Dwaja, 2014:10).

2. Bhujanggasana

Langkah-langkah gerakan bhujanggasana, yaitu tarik napas, merebahkan diri dengan


telungkup kemudian lemaskan otot dan tenangkan hati, lalu letakkan telapak tangan
di lantai di bawah bahu dan siku. Tubuh dan pusar sampai jari-jari tetap di lantai.
Kemudian, Angkat kepala dan tubuh ke atas perlahan seperti kobra ke atas dan
belokkan tulang punggung ke atas. Manfaat gerakan bhujanggasana, yaitu membantu
menekan darah yang berhenti dari organ-organ perut, mendorong aliran darah segar.

3. Vrikshasana
Langkah-langkah Gerakan vrikshasana adalah salah satu pose yang melambangkan
yoga. Pose ini yang disebut tree pose. Pertama tama, tarik napas secara perlahan
kemudian mengangkat salah satu kaki dengan menumpukannya pada kaki yang lain.
Setelah itu tangan kanan dan tangan kiri diangkat, posisi di atas kepala. Bernapaslah
dengan perlahan. Manfaat dari pose in melatih keseimbangan karena inti dari setiap
gerakan adalah keseimbangan.

4. Balasana

Langkah-langkah gerakan balasana yang juga disebut dengan child pose, yaitu
embuskan napas, ambil sikap merangkak, kemudian lebarkan kedua lutut. Letakkan
perut di atas paha dan bokong di atas kedua kaki, lalu posisikan dahi menyentuh
lantai dan kedua tangan dalam posisi lemas urus di samping badan.

5. Trikonasana
Langkah-langkah gerakan trikonasana, yang pertama adalah menarik napas, berdiri
tegak, kedua kaki terpisah sekitar 65 - 70 cm. Kemudian luruskan tangan dengan
lebar, segaris dengan pundak, tangan sejajar dengan lantai, tangan kanan menyentuh
lantai, sedangkan tangan kiri lurus ke atas dan pandangan lurus menghadap ke atas.
Manfaat gerakan trikonasana ini adalah mampu menguatkan urat-urat tulang
punggung dan menguatkan gerak usus serta menambah nafsu makan
(Ngurah Nyoman Sarjana S.Pd., 2020)

Manfaat Hatha yoga

Komponen utama hatha yoga meliputi kontrol pernapasan (pranayama), postur fisik (asana),
dan meditasi (dhyana). Secara umum, hatha yoga memiliki banyak manfaat dan pengaruh positif
baik bagi jiwa maupun raga manusia. Hatha Yoga dapat mengurangi jerawat, alergi, penglihatan
buram, selulit, gejala flu, premenstrual syndrome, gangguan konsentrasi, vertigo, radang sendi,
asma. Hatha dan vinyasa yoga merupakan variasi yang sering dipraktikkan, yang jika dilakukan
secara rutin dapat mengurangi nyeri punggung, risiko kanker, carpal tunnel syndrome, kelelahan
kronis, fibromialgia, sakit kepala, insomnia, irritable bowel syndrome. Hatha yoga juga dapat
memperbaiki fungsi kardiopulmoner, menurunkan faktor risiko gagal jantung seperti hipertensi,
kadar gula darah, obesitas, kolesterol, dan mengurangi kecemasan, serta kebiasaan merokok.
(Syukur, Chang and Kurniawan, 2017)

Manfaat Hatha yoga Bagi Kecemasan

Hatha yoga diketahui dapat menurunkan kecemasan karena latihan pernapasan didalamnya
efektif untuk melepaskan toksin dari kulit dan paru-paru, serta merupakan suatu metode
pelatihan fisik dan mental untuk seluruh kalangan usia, memberikan dampak relaksasi bagi
tubuh, melancarkan peredaran darah dan mengontrol pernapasan sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup terkait kesehatan. Berlatih yoga menyebabkan seseorang dapat berlatih untuk
melepaskan emosinya secara positif dan tidak terlalu mendramatisir permasalahan yang dia
temui dalam hidup. (Hanafi.M and Utamayasa, 2021)

Pada intinya ketika kita melakukan hatha yoga, terjadi aktivasi bagian otak dan sistem
neurokimia, serta peningkatan kerja sistem saraf parasimpatis, yang menyebabkan perbaikan
mood, penurunan stres, penurunan kadar katekolamin dan kortisol, serta penurunan kerja sistem
saraf simpatis yang mengakibatkan penurunan tekanan darah dan denyut jantung, Selain itu, pola
pernapasan yang pelan dan dalam pada yoga menyebabkan relaksasi dan membuat pikiran
menjadi lebih tenang dan fokus, sehingga memperbaiki kondisi stres dan mood.
(Syukur, Chang and Kurniawan, 2017)
.

Anda mungkin juga menyukai