Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
1. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis
yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
2. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik
antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan
kecemasan pada individu.
3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara
realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang
berdampak terhadap ego.
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap
integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola
mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons individu
dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung
benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter gamma amino
butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.
Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan
timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan
menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang
meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu
tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat
kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik
juga dapat mengancam harga diri.
b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status
pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
Patofisiologi
1. Model Noradrenergik
sistem saraf autonom penderita ansietas bersifat hipersensitif dan mempunyai reaksi
yang berlebihan terhadap berbagai jenis stimulus/rangsangan.
LC (locus ceruleus) sebagai pusat alarm,
Akan mengaktivasi pelepasan NE dan
Menstimulasi sistem saraf simpatik dan parasimpatik.
2. Model Reseptor GABA
GABA = major inhibitory neurotransmitter di CNS
Benzodiazepin = meningkatkan efek inhibisi dari GABA
Secara fungsional dan structural, reseptor benzodiazepin berhubungan dengan reseptor
GABA tipe A (GABAA) dan chanel ion yang dikenal sebagai GABA-BZ reseptor
complex.
Pada pasien dengan GAD, ikatan BZ pada lobus temporal bagian kiri itu menurun
3. Model Serotonin
Ansietas berhubungan dengan transmisi 5HT yang berlebihan atau overaktivitas dari
simulasi jalur 5HT
Mekanisme kerja 5HT terhadap anxietas belum jelas.
Sistem saraf pusat menerima suatu persepsi ancaman. Persepsi ini timbul akibat adanya
rangsangan dari luar dan dalam yang berupa pengalaman masa lalu dan faktor genetik.
Kemudian rangsangan dipersepsi oleh panca indra, diteruskan dan direspan oleh sistem syaraf
pusat melibatkan jalur cortex cerebri - limbic system reticular activating system
hypothalamus yang memberikan impuls kepada kelenjar hipofise untuk mensekresi mediator
hormonal terhadap target organ yaitu kelenjar adrenal yang kemudian memicu syaraf otonom
melalui mediator hormonal yang lain. Neurotransmitter adalah faktor biologik yang berperan
terhadap gangguan kecemasan. Terdapat tiga neurotransmitter utama yang berperan pada
gangguan kecemasan yaitu, norepinefrin, serotonin, dan gamma amino butiric acid atau
GABA. Seseorang yang mengalami gangguan kecemasan menunjukkan adanya masalah pada
reseptor seratonin tertentu yaitu 5HT-1A, dapat di bedakan pada penderita dengan
hipersekresi kortisol yang akan menunjukkan gambaran gejala berupa stress berat. Bagian
dari otak yang paling sering berhubungan dengan kecemasan adalah system limbik, daerah
tersebut bertindak sebagai mediator antara batang otak dan korteks. Batang otak yang lebih
primitif memonitor dan merasakan perubahan dalam fungsi-fungsi jasmaniah setelah itu
disalurkanlah sinyal-sinyal bahasa potensial ini ke proses-proses kortikal yang lebih tinggi
melalui system limbic.
Berikut penjelasannya sebagai berikut:
1. Model Noradrenergik
Model ini menunjukkan bahwa sistem saraf otonom pada penderita gangguan anxietas,
hipersensitif dan bereaksi berlebihan terhadap berbagai rangsangan. Glukokortikoid
mengaktifkan locus caeruleus, yang berperan dalam mengatur anxietas, yaitu dengan
mengaktivasi pelepasan norepinefrin (NE) dan merangsang sistem saraf simpatik dan
parasimpatik.
2. Model Serotonin
Jalur serotonergik yang timbul dari nukleus raphé di batang otak mempersarafi berbagai
macam struktur yang dianggap terlibat dalam gangguan anxietas, termasuk korteks
frontal, amigdala, hipotalamus, dan hipokampus. Selain itu, mekanisme serotonergik
diyakini mendasari aktivitas biologis berbagai obat yang digunakan untuk mengobati
mood disorder, termasuk gejala anxietas. Patologi seluler yang dapat berkontribusi pada
pengembangan gangguan anxietas termasuk regulasi abnormal pelepasan S- HT, reuptake
atau respons abnormal terhadap signal 5-HT. Reseptor 5-HT1A diduga memainkan peran
yang sangat penting terhadap arietas. Aktivasi reseptor 5-HT1A meningkatkan aliran
kalium dan menghambat aktivitas adenilat siklase. Reseptor HT1A juga terlibat dalam
panic disorder. Polimorfisme spesifik dalam gen yang mengkodekan reseptor 5- HTIA
telah terbukti memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan agoraphobia dan
panik Peran 5-HT dan subtipe reseptornya dalam memediasi gejala kecemasan, panik,
dan obsesi adalah kompleks. 5-HT dilepaskan dari terminal saraf berikatan dengan
subtipe reseptor 5-HT2C postsinaptik, yang memediasi kecemasan. 5-HT1A adalah auto-
reseptor pada neuron pra-sinaptik yang apabila dirangsang dapat menghambat pelepasan
5-HT dari neuron presinaptik ke sinaps.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang manifestasi klinis dan diagnosis dari GAD
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tatalaksana dari GAD
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang diagnosis banding (manifestasi dan penegakkan
diagnosis) dari GAD
a. Panic disorder
b. PTSD
c. OCD
DAFTAR PUSTAKA
Idrus F. Anxietas dan Hipertensi. Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makasar.
2006;24.
Durand VM, Barlow DH. Intisari Psikologi Abnormal. Pustaka Pelajar Edisi keempat. 2006.
DiPiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., et al. 2015. Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edition.
New York: McGraw-Hill.
Mathew, J.S., Rebecca, B.P., and Dennis, S.C. 2008. Recent Advances in the Neurobiology of Anxiety
Disorders: Implications for Novel Therapeutics. American Journal of Medical Genetics, 148: 89-98.
Soodan, S. and Arya, A. 2015. Understanding the Pathophysiology and Management of the Anxiety
Disorders. International Journal of Pharmacy & Pharmaceutical Research, 4(3): 251-278.
Lopez, G., Artigas, F., and Adell, A. 2010. Unraveling monoamine receptors Involved in the Action of
Typical and Atypical Antipsychotics on Glutamatergic and Serotonergic Transmission in Prefrontal Cortex.
Curr Pharm, 16(5): 502-15.
Christmas, D. and Nutt, D. 2008. Potential Novel Anxiolytic Drugs. Current Pharmaceutical Design, 14:
3534-46.
Nevid, Jefrey S et all.2003.Psikologi Abnormal Edisi Kelima Jilid 1.Jakarta:Erlangga
Sadock, Benjamin J.2010.Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2.Jakarta:EGC