TEORI PERILAKU-KOGNITIF
Ansietas adalah Rasa cemas yang timbul sebagai respon dari stimulus
lingkungan yang spesifik.
Contohnya, seorang anak laki-laki yang dibesarkan oleh ibunya yang
memperlakukannya semena-mena, akan segera merasa cemas bila ia
bertemu ibunya. Melalui proses generalisasi, ia akan menjadi tidak
percaya dengan wanita. Bahkan seorang anak dapat meniru sifat
orang tuanya yang cemas.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2.)
PATOFISIOLOGI GANGGUAN CEMAS
TEORI EKSISTENSIAL
Pada gangguan cemas menyeluruh, tidak didapatkan stimulus rasa
cemas yang bersifat kronis.
Konsep teori eksistensial adalah bahwa orang menyadari rasa kosong
yang mendalam dari hidup mereka, perasaan yang mungkin bahkan
lebih membuat tidak nyaman daripada penerimaan terhadap
kematian yang tidak dapat dielakkan.
Inti dari teori eksistensi adalah seseorang merasa hidup di dalam
dunia yang tidak bertujuan
Rasa cemas adalah respon mereka terhadap rasa kekosongan
eksistensi dan arti.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2.)
PATOFISIOLOGI GANGGUAN CEMAS
Berdasarkan aspek biologis, didapatkan beberapa teori yang mendasari timbulnya cemas
yang patologis antara lain:
Sistem saraf otonom
Neurotransmiter
Gejala-gejala yang ditimbulkan akibat stimulus terhadap sistem saraf otonom adalah:
• sistem kardiovaskuler (palpitasi)
• muskuloskeletal (nyeri kepala)
• gastrointestinal (diare)
• respirasi (takipneu)
NOREPHINEFRINE
Teori umum dari keterlibatan norepinephrine pada gangguan cemas, adalah
pasien tersebut memiliki kemampuan regulasi sistem noradrenergik yang
buruk terkait dengan peningkatan aktivitas yang mendadak.
Sel-sel dari sistem noradrenergik terlokalisasi secara primer pada locus
ceruleus pada rostral pons, dan memiliki akson yang menjurus pada
korteks serebri, sistem limbik, medula oblongata, dan medula spinalis.
Percobaan pada primata menunjukan bila diberi stimulus pada daerah
tersebut menimbulkan rasa takut dan bila dilakukan inhibisi, primata
tersebut tidak menunjukan adanya rasa takut.
SEROTONIN
Ditemukannya banyak reseptor serotonin telah mencetuskan
pencarian peran serotonin dalam gangguan cemas.
Berbagai stress dapat menimbulkan peningkatan 5-hydroxytryptamine
pada prefrontal korteks, nukleus accumbens, amygdala, dan
hipotalamus lateral.
Sel-sel tubuh yang memiliki reseptor serotonergik ditemukan dominan
pada raphe nuclei pada rostral brainstem dan menuju pada korteks
serebri, sistem limbik, dan hipotalamus.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2.)
PATOFISIOLOGI GANGGUAN CEMAS
GABA
Peran GABA pada gangguan cemas sangat terlihat dari efektivitas obat-obatan
benzodiazepine
Walaupun benzodiazepine potensi rendah paling efektif terhadap gejala
gangguan cemas menyeluruh, benzodiazepine potensi tinggi seperti
alprazolam dan clonazepam ditemukan efektif pada terapi gangguan serangan
panik
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2.)
PATOFISIOLOGI GANGGUAN CEMAS
KORTEKS SEREBRI
Korteks serebri bagian frontal berhubungan dengan regio parahippocampal, cingulate
gyrus, dan hipotalamus, sehingga diduga berkaitan dengan gangguan cemas.
Korteks temporal juga dikaitkan dengan gangguan cemas.
SISTEM LIMBIK
• Selain menerima inervasi dari noradrenergik dan serotonergik, sistem limbik juga
memiliki reseptor GABA dalam jumlah yang banyak.
• stimulasi pada primata juga menunjukan jikalau sistem limbik berpengaruh pada respon
cemas dan takut.
• Dua area pada sistem limbik, yakni peningkatan aktivitas pada septohippocampal, yang
diduga berkaitan dengan rasa cemas dan cingulate gyrus, yang diduga berkaitan dengan
gangguan obsesif kompulsif.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2.)
KLASIFIKASI GANGGUAN CEMAS
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders ( DSM-IV),
gangguan cemas terdiri dari :
1. Serangan panik dengan atau tanpa agoraphobia;
2. Agoraphobia dengan atau tanpa Serangan panik;
3. Fobia spesifik;
4. Fobia sosial;
5. Gangguan Obsesif-Kompulsif;
6. Post Traumatic Stress Disorder ( PTSD );
7. Gangguan Stress Akut;
8. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder).
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2.)
GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
DEFINISI GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
FAKTOR
PSIKOANALITIK
Teori psikoanalitik menghipotesiskan bahwa ansietas adalah gejala dari
konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan.
Pada tingkat yang paling primitive ansietas dihubungkan dengan
perpisahan dengan objek cinta.
Pada tingkat yang lebih matang lagi ansietas dihubungkan dengan
kehilangan cinta dari objek yang penting.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2., Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI)
ETIOPATOGENESIS
FAKTOR KOGNITIF-PERILAKU
Penderita gangguan ansietas menyeluruh berespons secara salah dan
tidak tepat terhadap ancaman, disebabkan oleh perhatian yang
selektif terhadap hal-hal negative pada lingkungan.
Adanya distorsi pada pemrosesan informasi dan pandangan yang
sangat negative terhadap kemampuan diri untuk menghadapi
ancaman.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2., Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI)
TANDA DAN GEJALA
Gejala utama gangguan ansietas menyeluruh adalah ansietas,
ketegangan motorik, hiperaktivitas otonom, dan kesiagaan kognitif.
Ansietasnya berlebihan dan menganggu aspek kehidupan lain.
Ketegangan motorik paling sering tampak sebagai gemetar, gelisah,
dan sakit kepala.
Hiperaktivitas otonom sering bermanifestasi sebagai nafas pendek,
keringat berlebihan, palpitasi, dan berbagai gejala gastrointestinal.
Kesiagaan kognitif terlihat dengan adanya iritabilitas dan mudahnya
pasien merasa terkejut.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2., Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI)
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Kriteria diagnostic DSM-IV-TR untuk gangguan ansietas menyeluruh
A. Ansietas dan kekhawatiran berlebihan (perkiraan yang menakutkan) terjadi hanmpir setiap
hari selama setidaknya 6 bulan, mengenai sejumlah kejadian atau aktivitas (seperti
bekerja atau bersekolah)
B. Orang tersebut merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
C. Ansietas dari kekhawatiran dikaitkan dengan tiga (atau lebih) dari keenam gejala berikut
(dengan beberapa gejala setidaknya muncul hampir setiap hari selama 6 bulan).
Perhatikan : hanya satu gejala yang diperlukan pada anak-anak
1. Gelisah atau merasa terperangkap atau terpojok
2. Mudah merasa lelah
3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
4. Mudah marah
5. Otot tegang
6. Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur yang gelisah dan tidak puas)
PEDOMAN DIAGNOSTIK
D. Focus dari ansietas dan kekhawatiran tidak terbatas hanya pada gambaran gangguan aksis I,
misalnya ansietas atau cemas bukan karena mengalami serangan panic (seperti pada
gangguan panic), merasa malu berasa di keramaian (seperti pada fobia sosial), merasa kotor
(seperti pada gangguan obsesif kompulsif), jauh dari rumah atau kerabat dekat (seperti
pada gangguan ansietas perpisahan), bertambah berat badan (seperti pada anorexia
nervosa), mengalami keluhan fisik berganda (seperti gangguan somatisasi), atau mengalami
penyakit serius (seperti pada hipokondriasis), juga ansietas dan kekhawatiran tidak hanya
terjadi selama gangguan stress pasca trauma.
E. Ansietas, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan distress yang secara klinis bermakna
atau hendaya sosial, pekerjaan, atau area penting fungsi lainnya.
F. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya
penyalahgunaan obat-obatan) atau keadaan medis umum (misalnya hipertiroidisme) dan
tidak terjadi hanya selama gangguan mood, gangguan psikotik atau gangguan pervasive.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2., Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI)
DIAGNOSIS BANDING
Gangguan psikiatri lain yang merupakan diagnosis bandung gangguan
cemas menyeluruh adalah gangguan panic, fobia, gangguan obsesif
kompulsif, hipokondriasis, gangguan somatisasi, gangguan penyesuaian
dengan kecemasan, dan gangguan kepribadian.
Gangguan ansietas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan akibat
kondisi medis umum maupun gangguan yang berhubungan dengan
penggunaan zat.
Diperlukan pemeriksaan medis termasuk tes kimia darah,
elektrokardiografi, dan tes fungsi tiroid.
Klinisi harus menyingkirkan adanya intoksikasi kafein, penyalahgunaan
stimulansia, kondisi putus zat atau obat seperti alcohol, hipnotiksedatif,
dan anxioltik.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2., Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI)
PENATALAKSANAAN
TERAPI SUPORTIF
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, menggali potensi-potensi yang ada dan
belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam fungsi sosial
dan pekerjaannya.
Buspiron. Buspiron lebih efektif dalam memperbaiki gejala kognitif dibanding gejala somatic
pada gangguan cemas menyeluruh. Tidak menyebabkan withdrawal. Kekurangannya adalah
efek klinisnya baru terasa setelah 2-3 minggu. Dapat dilakukan penggunaan bersama antara
benzodiazepine dengan buspiron kemudian dilakukan tapering benzodiazepine setelah 2-3
mnggu, disaat efek terapi buspiron sudah mencapai maksimal.
Selective serotonin reuptake inhibitors. Sertralin dan paroxetin merupakan pilihan yang
lebih baik daripada fluoksetin. Pemberian fluoksetin dapat meningkatkan ansietas sesaat.
SSRI selektif terutama pada pasien dengan gangguan cemas menyeluruh dengan riwayat
depresi.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2., Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI)
PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS
Pasien biasanya datang untuk mendapatkan perhatian klinisi pada
usia-20an walaupun kontak pertama dengan klinisi dapat terjadi pada
usia berapapun.
Karena tingginya insiden adanya gangguan jiwa komorbid pada pasien
dengan gangguan ansietas menyeluruh, perjalanan klinis, dan
prognosis gangguan ini sulit diprediksi.
Terdapatnya beberapa peristiwa hidup yang negative sangat
meningkatkan kemungkinan gangguan tersebut untuk timbul.
Dengan defenisi, gangguan ansietas menyeluruh adalah suatu keadaan
kronis yang mungkin akan menetap seumur hidup.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2., Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI)
DAFTAR PUSTAKA
Sadock ,Benjamin james dan Sadock, Virginia Alcott. 2010. Gangguan ansietas.
Dalam : Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2. EGC : Jakarta. Hal
230-233
Sadock ,Benjamin james dan Sadock, Virginia Alcott. 2010. Gangguan ansietas
menyeluruh. Dalam : Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2. EGC :
Jakarta. Hal 259-263
Redayani, P., 2018. Gangguan Cemas Menyeluruh. In: S. D. Elvira & G.
Hadisukanto, eds. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI, pp. 284-288.