Anda di halaman 1dari 29

REFRESHING MATERI

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH


Disusun Oleh: Muhammad Aulia Rachman (1102017147)
Pembimbing: dr. Prasila Drawin, SpKJ
PENDAHULUAN
Gangguan ansietas merupakan keadaan psikiatri yang paling sering
ditemukan di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Studi menunjukkan
bahwa gangguan ini meningkatkan morbiditas, penggunaan pelayanan
kesehatan dan hendaya fungsional. Pemahaman neuroanatomi dan biologi
molecular ansietas menjanjikan pengertian baru mengenai etiologi dan
terapi yang lebih spesifik (dengan demikian lebih efektif) di masa
mendatang.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2.)
DEFINISI GANGGUAN CEMAS

 Cemas didefinisikan sebagai suatu sinyal yang menyadarkan; ia


memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan
seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman.
 ditandai dengan gejala otonom seperti nyeri kepala, berkeringat,
palpitasi, rasa sesak di dada, tidak nyaman pada perut, dan gelisah.
 Rasa cemas dapat datang dari eksternal atau internal.
 Masalah eksternal umumnya terkait dengan hubungan antara
seseorang dengan komunitas, teman, atau keluarga.
 Masalah internal umumnya terkait dengan pikiran seseorang sendiri
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2.)
TANDA DAN GEJALA GANGGUAN
CEMAS
 Pada dasarnya terdiri dari dua komponen yakni, kesadaran terhadap
sensasi fisiologis ( palpitasi atau berkeringat ) dan kesadaran
terhadap rasa gugup atau takut.
 Rasa cemas juga mempengaruhi kemampuan berpikir, persepsi, dan
belajar.
 Umumnya hal tersebut menyebabkan rasa bingung dan distorsi
persepsi.
 Distorsi ini dapat menganggu belajar dengan menurunkan kemampuan
memusatkan perhatian, menurunkan daya ingat dan menganggu
kemampuan untuk menghubungkan satu hal dengan lainnya.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2.)
PATOFISIOLOGI GANGGUAN
CEMAS
TEORI PSIKOANALITIK
 Sigmeun freud menyatakan dalam bukunya “ 1926 inhibitons, symptoms,
anxiety” ia mendefinisikan ansietas sebagai sinyal adanya bahaya pada
ketidaksadaran.
 Kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego bahwa suatu dorongan yang tidak
dapat diterima menekan untuk mendapatkan perwakilan dan pelepasan sadar.
 Ansietas di pandang sebagai akibat konflik psikik antara keinginan tidak
disadari yang berisfat seksual atau agresif dan ancaman terhadap hal tersebut
dari super ego atau realitas eksterna.
 Sebagai respons terhadap sinyal ini ego memobilisasi mekanisme pertahanan
untuk mencegah pikiran dan perasaan yang tidak dapat diterima agar tidak
muncul ke kesadaran.

(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2.)


PATOFISIOLOGI GANGGUAN CEMAS

TEORI PERILAKU-KOGNITIF
 Ansietas adalah Rasa cemas yang timbul sebagai respon dari stimulus
lingkungan yang spesifik.
 Contohnya, seorang anak laki-laki yang dibesarkan oleh ibunya yang
memperlakukannya semena-mena, akan segera merasa cemas bila ia
bertemu ibunya. Melalui proses generalisasi, ia akan menjadi tidak
percaya dengan wanita. Bahkan seorang anak dapat meniru sifat
orang tuanya yang cemas.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2.)
PATOFISIOLOGI GANGGUAN CEMAS

TEORI EKSISTENSIAL
 Pada gangguan cemas menyeluruh, tidak didapatkan stimulus rasa
cemas yang bersifat kronis.
 Konsep teori eksistensial adalah bahwa orang menyadari rasa kosong
yang mendalam dari hidup mereka, perasaan yang mungkin bahkan
lebih membuat tidak nyaman daripada penerimaan terhadap
kematian yang tidak dapat dielakkan.
 Inti dari teori eksistensi adalah seseorang merasa hidup di dalam
dunia yang tidak bertujuan
 Rasa cemas adalah respon mereka terhadap rasa kekosongan
eksistensi dan arti.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2.)
PATOFISIOLOGI GANGGUAN CEMAS
Berdasarkan aspek biologis, didapatkan beberapa teori yang mendasari timbulnya cemas
yang patologis antara lain:
 Sistem saraf otonom
 Neurotransmiter

SISTEM SARAF OTONOM

Gejala-gejala yang ditimbulkan akibat stimulus terhadap sistem saraf otonom adalah:
• sistem kardiovaskuler (palpitasi)
• muskuloskeletal (nyeri kepala)
• gastrointestinal (diare)
• respirasi (takipneu)

Berdasarkan pertimbangan neuroanatomis, daerah sistem limbik dan korteks serebri


dianggap memegang peran penting dalam proses terjadinya cemas.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2.)
PATOFISIOLOGI GANGGUAN CEMAS

NOREPHINEFRINE
 Teori umum dari keterlibatan norepinephrine pada gangguan cemas, adalah
pasien tersebut memiliki kemampuan regulasi sistem noradrenergik yang
buruk terkait dengan peningkatan aktivitas yang mendadak.
 Sel-sel dari sistem noradrenergik terlokalisasi secara primer pada locus
ceruleus pada rostral pons, dan memiliki akson yang menjurus pada
korteks serebri, sistem limbik, medula oblongata, dan medula spinalis.
 Percobaan pada primata menunjukan bila diberi stimulus pada daerah
tersebut menimbulkan rasa takut dan bila dilakukan inhibisi, primata
tersebut tidak menunjukan adanya rasa takut.

(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2.)


PATOFISIOLOGI GANGGUAN CEMAS

SEROTONIN
 Ditemukannya banyak reseptor serotonin telah mencetuskan
pencarian peran serotonin dalam gangguan cemas.
 Berbagai stress dapat menimbulkan peningkatan 5-hydroxytryptamine
pada prefrontal korteks, nukleus accumbens, amygdala, dan
hipotalamus lateral.
 Sel-sel tubuh yang memiliki reseptor serotonergik ditemukan dominan
pada raphe nuclei pada rostral brainstem dan menuju pada korteks
serebri, sistem limbik, dan hipotalamus.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2.)
PATOFISIOLOGI GANGGUAN CEMAS

GABA
 Peran GABA pada gangguan cemas sangat terlihat dari efektivitas obat-obatan
benzodiazepine
 Walaupun benzodiazepine potensi rendah paling efektif terhadap gejala
gangguan cemas menyeluruh, benzodiazepine potensi tinggi seperti
alprazolam dan clonazepam ditemukan efektif pada terapi gangguan serangan
panik
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2.)
PATOFISIOLOGI GANGGUAN CEMAS

KORTEKS SEREBRI
 Korteks serebri bagian frontal berhubungan dengan regio parahippocampal, cingulate
gyrus, dan hipotalamus, sehingga diduga berkaitan dengan gangguan cemas.
 Korteks temporal juga dikaitkan dengan gangguan cemas.

SISTEM LIMBIK
• Selain menerima inervasi dari noradrenergik dan serotonergik, sistem limbik juga
memiliki reseptor GABA dalam jumlah yang banyak.
• stimulasi pada primata juga menunjukan jikalau sistem limbik berpengaruh pada respon
cemas dan takut.
• Dua area pada sistem limbik, yakni peningkatan aktivitas pada septohippocampal, yang
diduga berkaitan dengan rasa cemas dan cingulate gyrus, yang diduga berkaitan dengan
gangguan obsesif kompulsif.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2.)
KLASIFIKASI GANGGUAN CEMAS
 Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders ( DSM-IV),
gangguan cemas terdiri dari :
1. Serangan panik dengan atau tanpa agoraphobia;
2. Agoraphobia dengan atau tanpa Serangan panik;
3. Fobia spesifik;
4. Fobia sosial;
5. Gangguan Obsesif-Kompulsif;
6. Post Traumatic Stress Disorder ( PTSD );
7. Gangguan Stress Akut;
8. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder).
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2.)
GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
DEFINISI GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

 Gangguan cemas menyeluruh merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan


kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional bahkan
terkadang tidak realistic terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari.
 Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurangnya selama 6
bulan.
 Kecemasan dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-
gejala somatic seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan
kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang
bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2.)
EPIDEMIOLOGI
 Gangguan cemas menyeluruh adalah keadaan yang lazim, perkiraan yang
masuk akal untuk prevalensi 1 tahun berkisar antara 3 dan 8 persen.
 Rasio perempuan banding laki-laki pada gangguan ini sekitar 2 banding 1
tetapi rasio perempuan banding laki-laki yang dirawat inap di rumah
sakit untuk gangguan ini sekitar 1 banding 1.
 Prevalensi seumur hidupnya adalah 45 persen.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2.)
KOMORBIDITAS
 Gangguan cemas menyeluruh mungkin adalah gangguan yang paling sering
muncul bersamaan dengan gangguan jiwa lain, biasanya fobia sosial,
fobia spesifik, gangguan panic, atau gangguan depresif.
 Mungkin 50 hingga 90 persen pasien dengan gangguan cemas menyeluruh
memiliki gangguan jiwa lain.
 Sebanyak 25 persen pasien akhirnya mengalami gangguan panic.
 Gangguan lazim yang terkait gangguan cemas menyeluruh adalah
gangguan distimik, fobia sosial dan spesifik, serta gangguan terkait zat.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2.)
ETIOPATOGENESI
S
FAKTOR BIOLOGIS
 Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya gangguan ansietas menyeluruh adalah
lobus oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepine tertinggi di otak.
 Basal ganglia, system limbic dan korteks frontal juga dihipotesiskan terlibat pada
etiologi timbulnya gangguan ansietas menyeluruh.
 Pada pasien dengan gangguan ansietas menyeluruh juga ditemukan system
serotonergik yang abnormal.
 Neurotransmitter yang berkaitan dengan gangguan ansietas menyeluruh adalah
GABA, serotonin, norepinefrin, glutamate, dan kolesistokinin.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2., Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI)
ETIOPATOGENESI
S
FAKTOR GENETIK
 Sekitar 25 % dari keluarga tingkat pertama penderita gangguan ansietas
menyeluruh juga menderita gangguan yang sama.
 Sedangkan penelitian pada pasangan kembar didapatkan angka 50 % pada
kembar monozigot dan 15 % pada kembar dizigotik.

FAKTOR
PSIKOANALITIK
 Teori psikoanalitik menghipotesiskan bahwa ansietas adalah gejala dari
konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan.
 Pada tingkat yang paling primitive ansietas dihubungkan dengan
perpisahan dengan objek cinta.
 Pada tingkat yang lebih matang lagi ansietas dihubungkan dengan
kehilangan cinta dari objek yang penting.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2., Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI)
ETIOPATOGENESIS

FAKTOR KOGNITIF-PERILAKU
 Penderita gangguan ansietas menyeluruh berespons secara salah dan
tidak tepat terhadap ancaman, disebabkan oleh perhatian yang
selektif terhadap hal-hal negative pada lingkungan.
 Adanya distorsi pada pemrosesan informasi dan pandangan yang
sangat negative terhadap kemampuan diri untuk menghadapi
ancaman.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2., Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI)
TANDA DAN GEJALA
 Gejala utama gangguan ansietas menyeluruh adalah ansietas,
ketegangan motorik, hiperaktivitas otonom, dan kesiagaan kognitif.
 Ansietasnya berlebihan dan menganggu aspek kehidupan lain.
 Ketegangan motorik paling sering tampak sebagai gemetar, gelisah,
dan sakit kepala.
 Hiperaktivitas otonom sering bermanifestasi sebagai nafas pendek,
keringat berlebihan, palpitasi, dan berbagai gejala gastrointestinal.
 Kesiagaan kognitif terlihat dengan adanya iritabilitas dan mudahnya
pasien merasa terkejut.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2., Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI)
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Kriteria diagnostic DSM-IV-TR untuk gangguan ansietas menyeluruh

A. Ansietas dan kekhawatiran berlebihan (perkiraan yang menakutkan) terjadi hanmpir setiap
hari selama setidaknya 6 bulan, mengenai sejumlah kejadian atau aktivitas (seperti
bekerja atau bersekolah)
B. Orang tersebut merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
C. Ansietas dari kekhawatiran dikaitkan dengan tiga (atau lebih) dari keenam gejala berikut
(dengan beberapa gejala setidaknya muncul hampir setiap hari selama 6 bulan).
Perhatikan : hanya satu gejala yang diperlukan pada anak-anak
1. Gelisah atau merasa terperangkap atau terpojok
2. Mudah merasa lelah
3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
4. Mudah marah
5. Otot tegang
6. Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur yang gelisah dan tidak puas)
PEDOMAN DIAGNOSTIK

D. Focus dari ansietas dan kekhawatiran tidak terbatas hanya pada gambaran gangguan aksis I,
misalnya ansietas atau cemas bukan karena mengalami serangan panic (seperti pada
gangguan panic), merasa malu berasa di keramaian (seperti pada fobia sosial), merasa kotor
(seperti pada gangguan obsesif kompulsif), jauh dari rumah atau kerabat dekat (seperti
pada gangguan ansietas perpisahan), bertambah berat badan (seperti pada anorexia
nervosa), mengalami keluhan fisik berganda (seperti gangguan somatisasi), atau mengalami
penyakit serius (seperti pada hipokondriasis), juga ansietas dan kekhawatiran tidak hanya
terjadi selama gangguan stress pasca trauma.
E. Ansietas, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan distress yang secara klinis bermakna
atau hendaya sosial, pekerjaan, atau area penting fungsi lainnya.
F. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya
penyalahgunaan obat-obatan) atau keadaan medis umum (misalnya hipertiroidisme) dan
tidak terjadi hanya selama gangguan mood, gangguan psikotik atau gangguan pervasive.

(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2., Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI)
DIAGNOSIS BANDING
 Gangguan psikiatri lain yang merupakan diagnosis bandung gangguan
cemas menyeluruh adalah gangguan panic, fobia, gangguan obsesif
kompulsif, hipokondriasis, gangguan somatisasi, gangguan penyesuaian
dengan kecemasan, dan gangguan kepribadian.
 Gangguan ansietas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan akibat
kondisi medis umum maupun gangguan yang berhubungan dengan
penggunaan zat.
 Diperlukan pemeriksaan medis termasuk tes kimia darah,
elektrokardiografi, dan tes fungsi tiroid.
 Klinisi harus menyingkirkan adanya intoksikasi kafein, penyalahgunaan
stimulansia, kondisi putus zat atau obat seperti alcohol, hipnotiksedatif,
dan anxioltik.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2., Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI)
PENATALAKSANAAN

 Terapi yang paling efektif untuk gangguan ansietas menyeluruh


mungkin adalah terapi yang menggabungkan pendekatan
psikoteraputik, farmakoterapeutik, dan suportif.
 Terapi ini dapat memakan waktu yang cukup lama bagi klinisi yang
terlibat, baik bila klinisi tersebut adalah seorang psikiater, dokter
keluarga, atau spesialis lain.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2., Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI)
PSIKOTERAPI
TERAPI KOGNITIF-PERILAKU
 Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali distorsi kognitif dan
pendekatan perilaku, mengenali gejala somatic secara langsung. Teknik utama yang
digunakan pada pendekatan behavioral adalah relaksasi dan biofeedback.

TERAPI SUPORTIF
 Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, menggali potensi-potensi yang ada dan
belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam fungsi sosial
dan pekerjaannya.

PSIKOTERAPI BERORIENTASI TILIKAN


 Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan konflik bawah sadar, menilik
egostrength, relasi obyek, serta keutuhan self pasien. Dari pemahaman akan komponen-
komponen tersebut, kita sebagai terapi dapat memperkirakan sejauh mana pasien dapat
diubah untuk menjadi lebih matur; bila tidak tercapai, minimal kita memfasilitasi agar
pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2., Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI)
FARMAKOTERAPI

 Benzodiazepine. Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepine dimulai


dengan dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapi respon terapi. Lama pengobatan
rata-rata adalah 2-6 minggu, dilanjutkan dengan masa tapering off selama 1-2 minggu.

 Buspiron. Buspiron lebih efektif dalam memperbaiki gejala kognitif dibanding gejala somatic
pada gangguan cemas menyeluruh. Tidak menyebabkan withdrawal. Kekurangannya adalah
efek klinisnya baru terasa setelah 2-3 minggu. Dapat dilakukan penggunaan bersama antara
benzodiazepine dengan buspiron kemudian dilakukan tapering benzodiazepine setelah 2-3
mnggu, disaat efek terapi buspiron sudah mencapai maksimal.

 Selective serotonin reuptake inhibitors. Sertralin dan paroxetin merupakan pilihan yang
lebih baik daripada fluoksetin. Pemberian fluoksetin dapat meningkatkan ansietas sesaat.
SSRI selektif terutama pada pasien dengan gangguan cemas menyeluruh dengan riwayat
depresi.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2., Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI)
PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS
 Pasien biasanya datang untuk mendapatkan perhatian klinisi pada
usia-20an walaupun kontak pertama dengan klinisi dapat terjadi pada
usia berapapun.
 Karena tingginya insiden adanya gangguan jiwa komorbid pada pasien
dengan gangguan ansietas menyeluruh, perjalanan klinis, dan
prognosis gangguan ini sulit diprediksi.
 Terdapatnya beberapa peristiwa hidup yang negative sangat
meningkatkan kemungkinan gangguan tersebut untuk timbul.
 Dengan defenisi, gangguan ansietas menyeluruh adalah suatu keadaan
kronis yang mungkin akan menetap seumur hidup.
(Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2., Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI)
DAFTAR PUSTAKA
 Sadock ,Benjamin james dan Sadock, Virginia Alcott. 2010. Gangguan ansietas.
Dalam : Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2. EGC : Jakarta. Hal
230-233
 Sadock ,Benjamin james dan Sadock, Virginia Alcott. 2010. Gangguan ansietas
menyeluruh. Dalam : Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2. EGC :
Jakarta. Hal 259-263
 Redayani, P., 2018. Gangguan Cemas Menyeluruh. In: S. D. Elvira & G.
Hadisukanto, eds. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI, pp. 284-288.

Anda mungkin juga menyukai