Anda di halaman 1dari 29

NEUROINFEKSI

Nabila Rahmasaputri 1102016146


Nadhifa Sekar Amalia 1102016150
Nazla Ramadhani 1102016153
Saffira Hazya Maldina 1102016195
Salsabila Dwi Mulya 1102016197
Seorang perempuan berusia 20 tahun dibawa ibunya ke UGD RS
karena mengalami nyeri kepala disertai dengan demam. Hal ini sudah
terjadi sejak 5 hari. Pasien sering keluar cairan dari telinga kanan
sejak kecil. Pemeriksaan fisik: kaku kuduk (+).
1. Apakah identitas yang perlu ditambahkan?
Cantumkan alasan setiap pertanyaan yang
diajukan.
◦ Nama: konfirmasi kembali identitas pasien
◦ Tanggal lahir dan usia: konfirmasi kembali identitas pasien dan mengetahui faktor risiko
◦ Alamat: konfirmasi kembali identitas pasien
◦ Pekerjaan: Untuk mengetahui faktor resiko
◦ Status pernikahan: untuk mengetahui faktor risiko
◦ Cekat tangan: mengetahui fungsi tangan yang lebih sering digunakan dan kaitan fungsi bahasa
di otak
◦ Tanggal/waktu masuk Rumah Sakit: sebagai data untuk rekam medis pasien
2. Apakah anamnesis yang perlu ditambahkan? Cantumkan alasan
setiap pertanyaan yang diajukan.

Keluhan Utama : Nyeri kepala disertai demam sejak 5 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang :


◦ Apakah ada gangguan saat menunduk?  untuk mengetahui adanya tanda rangsang meningeal
◦ Apakah demam dan nyeri kepala dirasakan dalam waktu yang sama?  untuk memastikan defisit
neurologis karena infeksi
◦ Apakah ada riwayat keluar ingus warna kuning kehijauan dalam waktu lama?  mengetahui faktor
risiko
◦ Apakah ada riwayat gigi berlubang?  untuk mengetahui faktor risiko
◦ Apakah ada riwayat keluar cairan dari telinga? Warna? Bau? Berapa lama?  untuk mengetahui faktor
risiko
Riwayat Penyakit Dahulu
◦ Apakah pernah mengalami keluhan yang serupa sebelumnya?
◦ Apakah ada riwayat penyakit infeksi dan apakah sudah diobati?
◦ Riwayat keluar cairan dari telinga sejak kecil apa pernah diobati?
Alasan : mengetahui adanya hubungan penyakit pasien sebelumnya dengan kondisi saat ini.
Riwayat Penyakit Keluarga
◦ Apakah anggota keluarga pernah mengalami keluhan yang serupa sebelumnya?
◦ Apakah anggota keluarga ada riwayat penyakit infeksi?
Alasan : mengetahui adanya hubungan penyakit yang dimiliki keluarga dengan kondisi pasien saat ini.
Riwayat Kebiasaan
◦ Bagaimana pola dan jenis makanan yang dikonsumsi?
Alasan : untuk mengetahui status gizi pasien
◦ Bagaimana hygiene/kebersihan diri?
Alasan : untuk mengetahui adanya hubungan keluhan infeksi pasien dengan kebersihan diri pasien.
3. Apakah pemeriksaan fisik yang perlu
ditambahkan? Cantumkan alasan setiap
pemeriksaan fisik yang akan dilakukan.
TANDA VITAL = untuk mengetahui tanda vital pasien secara umum
• Tekanan darah
• Frekuensi pernapasan
• Nadi
• Suhu
• Status Gizi
• Skala nyeri kepala (1-10)
STATUS GENERALIS
◦ Kepala (Telinga) → untuk mengetahui kelainan pada telinga dan mengonfirmasi
keluhan otorrhea pada pasien yang sudah dialami sejak kecil
◦ Paru dan Jantung → untuk mengetahui kelainan tambahan
◦ Abdomen → untuk mengetahui kelainan tambahan
◦ Ekstremitas → untuk mengetahui kelainan tambahan dan menilai ada kejang atau
tidak
STATUS NEUROLOGIS
◦ GCS → untuk menilai tingkat kesadaran pasien..
◦ Tanda rangsang meningeal (brudzinki I, kernig, brudzinski II, laseque) → untuk
mencari adanya peningkatan TIK.
◦ Saraf kranialis: menilai nervus kranialis terutama nervus II, III, IV, VI, VII, VIII →
untuk mencari adanya kerusakan nervus kranialis pasien.
◦ Motorik = menilai tonus, refleks fisiologis, refleks patologis → untuk mencari adanya
hemiparesis
◦ Sensoris = menilai sensorik nyeri, suhu, raba, getar, dan posisi
4. Apakah kemungkinan diagnosis pada pasien
(klinis, topis, etiologis, patologis)?

◦ KLINIS: Cephalgia, Febris, Otorrhea, Kaku kuduk

◦ TOPIS: Meningen

◦ ETIOLOGIS: Infeksi Bakteri

◦ PATOLOGIS: Proses inflamasi


5. Apakah anjuran pemeriksaan penunjang yang akan
dilakukan? Cantumkan alasan
setiap pemeriksaan yang dianjurkan.

◦ Darah Lengkap : Skrining (untuk melihat peningkatan leukosit)


◦ Lumbal Pungsi : Mengambil cairan cerebrospinal
◦ CT-Scan Kepala Kontras : Melihat apakah ada massa/pendarahan
◦ Kultur cairan cerebrospinal: Mengetahui etiologi meningitis
6. Apakah rencana tatalaksana pada pasien tersebut?
Cantumkan alasan setiap tatalaksana yang
diajukan.
Non medikamentosa
- Tirah baring total
- Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi secara oral
Medikamentosa
◦ Terapi antibiotic empiric: antibiotika Ceftriaxone (1-2 g/hari IV) dapat ditambahkan
Vancomicyn (4x500 g IV) (bakteri penyebab S, Pneumonia, N. Meningitidis) 
eradikasi penyebab
◦ Pemberian antipiretika paracetamol (3x500mg p.o) sesuai dengan kebutuhan
penderita : untuk mengatasi demam dan pereda nyeri
◦ Dexamethasone 0.15 mg/KgBB (10 mg pada dewasa) setiap 6 jam selama 2-4 hari.
Diberikan pertama 30 menit sebelum diberikan antibiotika : sebagai anti inflamasi
◦ Pemberian antibiotika Spesifik sesuai dengan hasil kultur
7. Apa perkiraan prognosis pasien tersebut (vitam,
functionam, sanactionam)?

◦ Ad vitam : dubia ad bonam


◦ Ad functionam : dubia ad bonam
◦ Ad sanactionam : dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA
◦ PERDOSSI, 2016. Meningitis Bakterial. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. hal:187-91
◦ PERDOSSI, 2016. Meningitis Kriptokokus. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. hal:181-3
◦ Kemenkes. 2017. Buku IA Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
TUGAS MANDIRI 11 AGUSTUS 2020
NEUROINFEKSI

NABILLA SINDI AULIA 1102016148


NADYA SAFIRA 1102016151
RIZKA HAYU FHATLIYAH 1102016191
RUSIANI NASILAH 1102016193
SALSABILA NUR AMIRA 1102016198

DOSEN PEMBIMBING:
DR. EDI PRASETYO, SP.S, M.H
DR. IDA RATNA NURHIDAYATI, SP.S
SKENARIO NEUROINFEKSI KELOMPOK 2

Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang ke


poliklinik umum RS karena bicara pelo. Pasien
juga mengeluh demam. Ada nyeri kepala. Pasien
belum menikah dan menyukai sesama jenis.
Pemeriksaan fisik: kaku kuduk (-), parese N. VII.
1. APAKAH IDENTITAS YANG PERLU DITAMBAHKAN? ALASAN?

1. Nama Lengkap
• Agar penanganan oleh tenaga medis tepat sesuai identitas pasien

2. Tanggal lahir
• Agar penanganan oleh tenaga medis tepat sesuai identitas pasien,
mengetahui faktor risiko pasien berdasarkan usia
3. Alamat
• Agar penanganan oleh tenaga medis tepat sesuai identitas pasien
1. APAKAH IDENTITAS YANG PERLU DITAMBAHKAN? ALASAN?

4. Pekerjaan
• Curiga adanya keterkaitan pekerjaan dengan kondisi yang dialami oleh pasien

5. Status Pernikahan
• Untuk tahu status pernikahan pasien dan kaitan dengan faktor risiko

6. Cekat tangan
• Untuk melihat fungsi bahasa pasien (kidal atau kinan)

7. Tanggal Masuk RS
• Untuk melihat fungsi bahasa pasien (kidal atau kinan)
2. APAKAH ANAMNESIS YANG PERLU DITAMBAHKAN? ALASAN?
1. Sejak kapan pasien berbicara pelo? Apakah bicara pelonya terjadi secara mendadak atau
bertahap? Apakah nyeri kepala nya berbarengan dengan bicara pelo?
Alasan: Untuk mengetahui onset dan mencari keluhan utama pasien
2. Apakah sebelumnya kepala pasien terbentur?
Alasan: curiga kelainan karena trauma
3. Apakah ada tanda lateralisasi (kejang, kelemahan otot satu sisi, keringet sebelah kanan
atau kiri)?
Alasan: untuk menyingkirkan ada lateralisasi (salah satu tanda gangguan otak)
4. Apakah ada TIK meningkat (nyeri kepala, muntah, penurunan kesadaran, pandangan
buram/ganda)?
Alasan: untuk menyingkirkan adanya kenaikan TIK (salah satu tanda gangguan otak)
2. APAKAH ANAMNESIS YANG PERLU DITAMBAHKAN? ALASAN?

5. Apakah pasien mempunyai HIV/AIDS?


Alasan: pasien memiliki riwayat suka sesama jenis, dapat meningkatkan faktor risiko
infeksi penyakit menular seksual
6. Apakah pasien memiliki riwayat gonta-ganti pasangan seksual? Pernah gentian
memakai jarum suntik (NARKOTIKA Gol. I [ganja, opium, kokain]) dengan yang lain?
Punya tato?
Alasan: merupakan faktor risiko terjadinya infeksi penyakit menular seksual dan
penegakan diagnosis etiologi
7. Apakah pasangan pasien ada yang memiliki gejala yang sama seperti pasien?
Alasan: adanya risiko infeksi penyakit menular seksual. Jika iya, pasangan pasien harus
diberikan terapi
3. APAKAH PEMERIKSAAN FISIK YANG PERLU DITAMBAHKAN?
ALASAN?

1. Pemeriksaan Tanda Vital (Tekanan Darah, Nadi, Pernapasan, Suhu)


Alasan: untuk mengetahui tanda vital pasien dalam batas normal atau tidak
2. Pemeriksaan Status Generalis (pemeriksaan mata, paru, jantung, abdomen,
esktremitas, genital)
Alasan: untuk mengetahui status generalis pasien dalam batas normal atau tidak
3. Pemeriksaan Status Neurologis (GCS, pemeriksaan pupil, tanda rangsang meningeal
(Brudzinski I dan II, Kernig), Nervus Kranialis (N. VII))
Alasan: untuk melihat apakah status neurologis pasien dalam keadaan baik atau tidak
4. APAKAH KEMUNGKINAN DIAGNOSIS PADA PASIEN (KLINIS,
TOPIS, ETIOLOGIS, PATOLOGIS)?

 Diagnosis Klinis : febris, sefalgia, disartria, parese


 Diagnosis Topis : ensefalon
 Diagnosis Etiologi : infeksi fungi (Cryptococcus), parasit (Toxoplasma
gondii), M. Tuberculosis
 Diagnosis Patologis : inflamasi
5. APAKAH ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG AKAN
DILAKUKAN? ALASAN?
1. Tes Antibodi IgM-IgG toksoplasma
Alasan: untuk melihat antibodi toksoplasma
2. ELISA HIV
Alasan: untuk melihat antibodi IgM dan IgG HIV
3. Lumbal Pungsi
Alasan: melihat apakah ada kelainan dalam cairan serebrospinal
4. CT-scan kontras kepala
Alasan: untuk melihat lesi. Gambaran khas dari lesi toksoplasma serebral: multipel, hipodens, dan
ring-enhanching terutama di daerah parietal
5. Pemeriksaan CD4
Alasan: untuk melihat kadar CD4. Jika: <200 sel/mm3 indikasi HIV (+)
Sumber: Yostila D, Amen A. Laporan Kasus : Toxoplasmosis Cerebri Pada HIV AIDS. Jurnal kesehatan andalas. 2018;7(4):96-99
6. APAKAH RENCANA TATA LAKSANA PADA PASIEN TERSEBUT?
ALASAN?
Untuk pasien immunocompromised: terapi anti-
fungi atau anti-parasit atau OAT (tergantung onset
perjalanan penyakit)

Terapi fungi  Cryptococcus


 2 minggu pertama:
 Amfoterisin B 0,7-1 mg/kgBB + flusitosin 100 mg/kgBB
 Kalau tidak tersedia pakai fluconazole 1x800 mg PO
 8 minggu selanjutnya:
 Flukonazol 400 mg PO
 Deksametason (Steroid) IV 0,15 mg/kgBB diberikan 4 kali sehari
 Omeprazole (PPI) 1x20 mg PO selama 4 minggu
 Parasetamol (antipiretik) 4x500 mg PO
Panduan Praktik Klinis Neurologi, 2016 PERDOSSI
D, Yostila D dab Armen A. Laporan Kasus: Toxoplasmosis Cerebri Pada HIV AIDS. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7 (4): 96-99 p.
6. APAKAH RENCANA TATA LAKSANA PADA PASIEN TERSEBUT?
ALASAN?
Untuk pasien immunocompromised: terapi anti-
fungi atau anti-parasit atau OAT (tergantung onset
perjalanan penyakit)

Terapi parasit  Toxoplasma gondii


Fase akut (4-6 minggu):
 Pirimetamin 200 mg PO (loading dose) 1 hari, lalu dilanjutkan, jika BB <50 kg: 2x25 mg PO dan jika BB >50 kg: 3x25 mg
PO + Klindamisin 4x600 mg PO + asam folat 10 mg/hari
 Deksametason (Steroid) IV 0,15 mg/kgBB diberikan 4 kali sehari
Dilanjutkan tatalaksana rumatan:
 Pirimetamin 1x25 mg/hari + Klindamisin 4x600 mg PO + asam folat 1x10 mg/hari
 Omeprazole (PPI) 1x20 mg PO selama 4 minggu
 Parasetamol (antipiretik) 4x500 mg PO

Panduan Praktik Klinis Neurologi, 2016 PERDOSSI


D, Yostila D dab Armen A. Laporan Kasus: Toxoplasmosis Cerebri Pada HIV AIDS. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7 (4): 96-99 p.
6. APAKAH RENCANA TATA LAKSANA PADA PASIEN TERSEBUT?
ALASAN?
Untuk pasien immunocompromised: terapi anti-
fungi atau anti-parasit atau OAT (tergantung onset
perjalanan penyakit)

Terapi OAT
Selama 9 bulan (2 RHZES/7 RH)
 Isoniazid (H): 5 (4-6) mg/kgBB PO. Maks: 300 mg/hari
 Rifampisin (R): 10 (8-12) mg/kgBB PO. Maks: 600 mg/hari
 Pirazinamid (Z): 25 (20-30) mg/kgBB PO. Maks: 2.000 mg/hari
 Etambutol (E): 15 (15-20) mg/kgBB PO. Maks: 1.600 mg/hari
 Streptomisin (S): 12-18 mg/kgBB PO
 Deksametason IV 0,4 mg/kgBB
 Omeprazole (PPI) 1x20 mg PO
 Parasetamol (antipiretik) 4x500 mg PO
 ODHA dengan TB: pemberian OAT terlebih dahulu. ARV (Efavirenz) dimulai segera 2 minggu pertama setelah OAT
 Meningitis TB: ARV diberikan setelah fase intensif selesai

Panduan Praktik Klinis Neurologi, 2016 PERDOSSI


D, Yostila D dab Armen A. Laporan Kasus: Toxoplasmosis Cerebri Pada HIV AIDS. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7 (4): 96-99 p.
7. APA PERKIRAAN PROGNOSIS PASIEN TERSEBUT (VITAM,
FUNCTIONAM, SANACTIONAM)? ALASAN?

 Prognosis ad vitam: dubia ad bonam


Alasan: GCS baik (pasien masih dapat datang sendiri ke poliklinik RS Umum)
 Prognosis functionam: dubia ad malam
Alasan: status neurologis pasien memiliki kesan parese N. VII
 Prognosis sanactionam: dubia ad malam
Alasan: pasien memiliki riwayat suka sesama jenis dan kemungkinan adanya
gonta-ganti pasangan yang dapat meningkatkan risiko infeksi penyakit menular
seksual

Anda mungkin juga menyukai