Anda di halaman 1dari 12

PORTOFOLIO INTERNSHIP

KEJANG DEMAM
Disusun Oleh :
dr. Arib Farras Wahdan

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAJENANG
KABUPATEN CILACAP
2018
PORTOFOLIO

Nama Peserta : dr. Arib


Nama Wahana: RSUD Majenang
Topik: Kejang Demam
Tanggal (kasus) : 18 Desember 2017
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Cahyo

1
Tempat Persentasi : RSUD Majenang
Obyek presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak  Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Laki-laki, 1 tahun 5 bulan, mengeluh demam disertai kejang
Tujuan: Menegakkan diagnosis Kejang Demam dan melakukan terapi yang tepat
Bahan Bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas: Diskusi Presentasi E-mail Pos
dan diskusi
Data Pasien: Nama: An. R No.Registrasi: 09-95-82
Nama klinik RSUD Majenang
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis : Kejang Demam
2. Gambaran Klinis

Pasien demam sejak 1 hari sebelumnya disertai kejang sejak 20 menit SMRS,
durasi kurang dari 1 menit. Pada saat kejang badan pasien kaku, mata mendelik ke atas
tetapi tidak keluar busa dari mulut. Setelah kejang pasien langsung menangis. Keluhan
kejang hilang dengan sendiri tanpa pengobatan apapun. Keluhan kejang diawali demam
mendadak tinggi. Saat ini merupakan keluhan kejang yang pertama. Sebelumnya pasien
belum pernah memiliki riwayat kejang demam menurut orang tua pasien.
3. Riwayat pengobatan: Pasien belum pernah berobat sebelumnya
4. Riwayat kesehatan/penyakit: Riwayat kejang sebelumnya tidak ada
5. Riwayat keluarga: Tidak ada keluarga yang menderita penyakit sama dengan pasien
6. Riwayat pekerjaan: -
7. Kondisi lingkungan sosial dan fisik: Interaksi dengan lingkungan sekitar baik.
8. Lain-lain
Pemeriksaan fisik dilakukan di IGD RSUD Majenang pada tanggal 17 Maret 2018.
PEMERIKSAAN UMUM
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 110 x/menit Suhu : 38,50C
Respirasi : 28 x/menit
Keadaan umum : Tampak sakit sedang

STATUS GENERALIS
Kepala : Nyeri tekan kepala (-), rambut tidak mudah dicabut, alopecia -.

2
Wajah : Nyeri tekan sinus -.
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, RCL +/+, RCTL +/+, diameter
pupil 3mm/3mm.
Telinga : Nyeri tekan tragus -/-, nyeri tekan mastoid -/-, serumen +/+, sekret -/-,
Membran timpani intak/intak.
Hidung : Sekret -/-, deviasi septum (-), mukosa hiperemis -.
Mulut : Higiene baik, karies dentis (-), tonsil Tl/Tl, mukosa hiperemis (-), uvula di
tengah, arkus faring simetris.
Leher
KGB : Tidak teraba
Tiroid : Tidak terdapat pembesaran.

Dada
- Paru :
I: Pergerakan dinding dada simetris kanan=kiri, retraksi (-), tertinggal (-),
P: Krepitasi (-), massa (-), Vokal fremitus lapang paru kiri=kanan.
P: Sonor pada seluruh lapang paru.
A: Sp vesikuler +/+, Rh-/-, Wh-/-
- Jantung:
I: Ictus cordis tidak terlihat
A: S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-).

Abdomen:
I : Abdomen datar, caput medusa (-), sikatriks (-),
A : Bising usus +, 4 kali per menit.
P : timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-)
P : Dinding abdomen supel, hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas: CRT <2", Tidak ada edema, akral hangat

PEMERIKSAAN LAB :

3
1. Darah Lengkap :
- Hb : 10,4 gr/dl
- Ht : 32
- Leukosit : 44.400
- Trombosit : 696.000
Daftar Pustaka:

1. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, Febrile Seizures in Nelson Textbook of
Pediatrics, 20th Edition, Philadelphia: WB Saunders Company, 2014.
2. Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S, Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam,
Unit Kerja Koordinasi Neurologi, Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2006.
3. Akib A dr, Kejang Demam, Panduan Pelayanan Medis, Departemen Ilmu Kesehatan
Anak, Jakarta: RSCM 2005
4. American Academy Of Pediatrics, Febrile Seizures : Guideline for the Neurodiagnostic
Evaluation of the Child with a Simple Febrile Seizure, Pediatrics, 2011;127;389.
5. Deliana, M, Tatalaksana Kejang Demam Pada Anak, Sari Pediatri, Vol. 4, No. 2,
September 2002: 59 – 62

Hasil Pembelajaran
1. Diagnosis Kejang Demam
2. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang pada Kejang Demam
3. Tatalaksana Kejang Demam

RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO:

SUBJEKTIF:
Pasien demam sejak 1 hari sebelumnya disertai kejang sejak 20 menit SMRS, durasi kurang dari
1 menit. Pada saat kejang badan pasien kaku, mata mendelik ke atas tetapi tidak keluar busa dari
mulut. Setelah kejang pasien langsung menangis. Keluhan kejang hilang dengan sendiri tanpa
pengobatan apapun. Keluhan kejang yang pertama. Riwayat kejang demam (-)

OBYEKTIF:
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien dalam keadaan compos mentis. Tanda-tanda vital
ditandai peningkatan suhu tubuh 38,5 0C
Diagnosis ditegakkan berdasarkan:
- Gejala – gejala klinis : Demam disertai Kejang

Pemeriksaan Lab : Leukosit : 44.400

4
ASSESMENT:

Definisi

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal >
380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang merupakan gangguan saraf
yang sering dijumpai pada anak. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan – 5
tahun. Kejang disertai demam pada bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam
kejang demam. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam
kembali tidak termasuk dalam kejang demam.

Epidemiologi

Kejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di ruang gawat darurat.
Hampir 5% anak berumur di bawah 16 tahun setidaknya pernah mengalami sekali kejang selama
hidupnya. Anak laki-laki lebih sering dari pada perempuan dengan perbandingan 1,2–1,6:1.

Etiologi

Pada anak penyebab kejang yang paling sering adalah :


1. Kejang demam
2. Infeksi : meningitis, ensefalitis
3. Gangguan metabolik : hipoglikemia, hiponatremia, hipoksemia, hipokalsemia, defisiensi
piridoksin, gagal ginjal, gagal hati, gangguan metabolik bawaan
4. Trauma kepala
5. Keracunan : alkohol, teofilin
6. Penghentian obat anti-epilepsi
7. Lain-lain : hipertensif ensefalopati, tumor otak, perdarahan intrakranial, idiopatik

5
Patogenesis

6
Gambar 1. Patofisiologi Kejang Demam Pada Anak

Klasifikasi

Klasifikasi Kejang Demam

1. Kejang Demam Sederhana (simple febrile seizure)


2. Kejang Demam Kompleks (complex febrile seizure)

Kejang Demam Sederhana

7
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan
berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal.
Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80%
di antara seluruh kejang demam.
Kejang Demam Kompleks
Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini :
1. Kejang lama > 15 menit
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang
lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama terjadi
pada 8% kejang demam.
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial.
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau
lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada
16% di antara anak yang mengalami kejang demam.

Anamnesis
 Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang
 Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval, keadaan anak pasca kejang,
penyebab demam di luar infeksi susunan saraf pusat (gejala Infeski saluran napas akut/
ISPA, infeksi saluran kemih/ISK, otitis media akut/OMA, dll)
 Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan epilepsi dalam keluarga,

 Singkirkan penyebab kejang yang lain (misalnya diare/muntah yang


mengakibatkan gangguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan hipoksemia,
asupan kurang yang dapat menyebabkan hipoglikemia)
Pemeriksaan Fisik
 Kesadaran: apakah terdapat penurunan kesadaran, Suhu tubuh: apakah terdapat
demam
 Tanda rangsang meningeal : Kaku kuduk, Brudzinski I dan II, Kernig, Lasegue
1. Kaku Kuduk
Interpretasi: kaku kuduk (+) bila terasa ada tahanan dan dagu tidak dapat
mencapai dada. Kaku Kuduk (+) dijumpai pada meningitis, miositis otot

8
kuduk, abses retrofaringeal, arthritis di servikal.

2. Tes Lasegue
Caranya: Pasien yang sedang baring diluruskan (ekstensi) kedua tungkainya.
Kemudian satu tungkai diangkat lurus. Tungkai satunya lagi dalam keadaan
lurus (tidak bergerak)

- Interpretasi: Tanda lasegue (+) bila sakit / tahanan timbul pada sudut <
70° (dewasa) dan < 60° (lansia). Tanda Lasegue (+) dijumpai pada
meningitis, isialgia, iritasi pleksus lumbosakral (seperti HNP
lumbosakralis)

3. Tanda Kernig/Kernig’s Sign


- Caranya: Penderita baring, salah satu pahanya difleksikan sampai membuat
sudut 90°. Lalu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut.
Biasanya ekstensi dilakukan sampai membentuk sudut 135°

- Interpretasi: Tanda Kernig Sign (KS) (+) bila terdapat tahanan dan rasa nyeri
sebelum mencaai sudut 135°. dijumpai pada penyakit – penyakit seperti
yang terdapat pada tanda lasegue (+)
4. Brudzinski (I, II, III, IV)
 Brudzinski I (Brudzinski’s Neck Sign)
Tangan ditempatkan di bawah kepala yang sedang baring. Kita tekuk kepala
(fleksi) sampai dagu mencapai dada. Tangan yang satu lagi sebaiknya
ditempatkan di dada pasien untuk mencegah diangkatnya badan. Interpretasi
(+) bila terdapat fleksi pada kedua tungkai

 Brudzinski II (Brudzinski’s Contra-Lateral Leg Sign)


Pada pasien yang sedang baring, satu tungkai di fleksikan pada persendian
panggul, sedang tungkai yang satunya lagi berada dalam keadaan ekstensi
(lurus). Interpretasi: (+) bila tungkai yang satunya ikut pula terfleksi.

 Brudzinski III. Tekan os zigomaticum  Tanda Brudzinski III (+) bila


terjadi fleksi involunter ekstremitas superior (lengan tangan fleksi)
 Brudzinski IV. Tekan simfisis ossis pubis (SOP), Tanda Brudzinski IV (+)

9
bila terjadi fleksi involunter ekstremitas inferior (kaki)
 Pemeriksaan nervus cranial
 Tanda peningkatan tekanan intrakranial : ubun ubun besar (UUB) membonjol ,
papil edema
 Tanda infeksi di luar SSP : ISPA, OMA, ISK, dll
 Pemeriksaan neurologi: tonus, motorik, reflex fisiologis, reflex patologis.

Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab
demam atau kejang. Pemeriksaan dapat meliputi darah perifer lengkap, gula
darah, elektrolit, urinalisis dan biakan darah, urin atau feses.
 Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan/menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau
menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Jika
yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. Pungsi
lumbal dianjurkan pada :
 Bayi usia kurang dari 12 bulan : sangat dianjurkan
 Bayi usia 12-18 bulan : dianjurkan
 Bayi usia > 18 bulan : tidak rutin dilakukan
 Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak direkomendasikan. EEG masih
dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas, misalnya : kejang demam
kompleks pada anak berusia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.
 Pencitraan (CT-Scan atau MRI kepala) dilakukan hanya jika ada indikasi, misalnya :
 Kelainan neurologi fokal yang menetap (hemiparesis) atau kemungkinan adanya
lesi struktural di otak (mikrosefali, spastisitas)
 Terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran menurun, muntah
berulang, UUB membonjol, paresis nervus VI, edema papil).

10
Penatalaksanaan

Gambar 1. Penatalaksanaan Kejang Demam Pada Anak

PLAN:
Diagnosis:
Pasien ini didiagnosis dengan Kejang Demam karena adanya gejala – gejala klinis : Demam
disertai Kejang, tanpa ada gejala kejang tanpa demam.
Pemeriksaan Lab : Leukosit :44.400

11
Pengobatan:
Pada pasien ini terapi yang diberikan adalah:
1) Non Medikamentosa :
Istirahat/Tirah Baring

2) Medikamentosa
- IVFD RL 500 cc 12 tpm
- Inf. Sanmol 100 mg
- SLK 100/ 1/3 /1/3 3X1
- Stesolid supp 5 mg
- L-bio 1x1
- Inj. Ondansentron 2 mg
Edukasi:
Menjelaskan prognosis dari pasien, serta komplikasi yang mungkin terjadi.

Majenang,
DOKTER INTERNSIP, DOKTER PENDAMPING,

dr. Arib Farras Wahdan dr. Cahyo

12

Anda mungkin juga menyukai