Anda di halaman 1dari 9

Borang Portofolio III

Nama peserta: dr. I Gst. Agung Yudha Prasetya


Nama wahana: RS Surya Husadha Denpasar, Bali
Topik : Kejang Demam Sederhana
Tanggal (kasus): 15 Juni 2019
Nama pasien : PAP No. RM: 27.80.93
Tanggal presentasi : (-) Pendamping: dr. Wirantaja
dr. Martini
Tempatpresentasi : (-)
Objektif presentasi : mendiagnosis, memberikan tatalaksana awal dan merujuk kepada
dokter spesialis yang tepat untuk Kejang Demam Sederhana
Keilmuan Keterampilan Penyegaran TinjauanPustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia
Deskripsi: Pasien bayi perempuan usia 2 tahun dibawa oleh orangtuanya ke UGD Surya
Husada dengan keluhan kejang 30 menit yang lalu di rumah. Kejang berlangsung kurang dari
5 menit, sebanyak satu kali. Pada saat kejadian, tubuh pasien kaku seluruhnya, mata sedikit
mendilik, dan setelah kejang berhenti bayi menangis. Pasien menderita demam sejak kemarin,
keluhan disertai batuk dan pilek. Keluhan muntah, diare, ataupun sesak disangkal. Makan dan
minum pasien tampak menurun sejak kemarin, namun dikatakan pasien masih aktif
berktivitas. Riwayat penyakit dengan keluhan serupa disangkal, riwayat penyakit keluarga
dengan keluhan serupa juga disangkal.
Tujuan: dapat mendiagnosis, memberikan tatalaksana awal dan merujuk kepada dokter
spesialis pada pasien Kejang Demam Sederhana.
Bahan bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara Diskusi Presentasi dan Email Pos
membahas: diskusi
Data pasien: Nama: PAP Nomor registrasi: 27.80.93
Terdaftar sejak: 15 Juni 2019
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis / gambaran klinis: Kejang Demam Sederhana
2. Riwayat pengobatan: Pasien sudah minum obat penurun panas yaitu Paracetamol sirup
3x1 yang dibeli sendiri, namun keluhan demam tidak membaik.
3. Riwayat kesehatan/penyakit: Riwayat sakit seperti ini sebelumnya disangkal. Riwayat
asma (-), alergi (-).
4. Riwayat kehamilan dan prenatal: ibu pasien tidak ada keluhan selama kehamilan
5. Riwayat kelahiran: Pasien lahir dengan persalinan normal di rumah sakit. Pasien lahir
pada usia kehamilan 39 minggu dengan BBL 3600 gram dengan panjang badan lahir
pasien adalah 53 cm. Pasien lahir langsung menangis, kulit berwarna biru ataupun
kuning disangkal.
6. Riwayat keluarga: penyakit yang sama (-), asma (-), alergi (-).
7. Riwayat sosial: Lingkungan pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti pasien.
Tempat tinggal pasien di pemukiman yang cukup padat.
8. Lain-lain (Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Laboratorium, tambahan lain): Suhu aksila
39.5oc, ditemukan leukositosis pada pemeriksaan darah lengkap.
Daftar Pustaka: (memakai sistem Vancouver)
1. Nelson.2000. Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15. Jakarta: Penerbit buku kedokteran
EGC..
2. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. 2009.

3. Hassan Ruspeno, et all. Kejang Demam. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid
II. Ed.11. 2007. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
4. Latief A, Napitupulu PM, Pudjiadi A, Ghazali MV, dan Putra ST. Ilmu Kesehatan
Anak; Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2007.
5. Arief, RA. 2015. Penatalaksanaan Kejang Demam. CDK-232/ vol. 42 no. 9.

Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis Kejang Demam Sederhana
2. Tatalaksana awal Kejang Demam Sederhana
3. Merujuk kepada dokter spesialis yang tepat
4. Edukasi keluarga pasien mengenai penyakitnya

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:


1. Subyektif:
Pasien bayi perempuan berusia 2 tahun dibawa oleh orangtuanya ke UGD RS Surya
Husadha Denpasar dengan keluhan kejang 30 menit yang lalu di rumah. Kejang
berlangsung kurang dari 5 menit, sebanyak satu kali. Menurut ibu pasien pada saat
kejadian, pasien dalam keadaan tidak sadar, tubuh pasien kelojotan seluruh tubuh,
disertai mata yang melihat ke atas, dan setelah kejang berhenti bayi menangis. Pasien
sebelumnya menderita demam sejak kemarin, badan tampak lemah, keluhan disertai
batuk dan pilek. Keluhan muntah, diare, ataupun sesak disangkal. Tidak terdapat
gangguan BAB dan BAK. Makan dan minum pasien tampak menurun sejak kemarin,
namun dikatakan pasien masih aktif berktivitas. Riwayat penyakit dengan keluhan
serupa disangkal, riwayat penyakit keluarga dengan keluhan serupa juga disangkal.

2. Objektif:
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Berat badan: 12 kilogram
Tanda-tanda vital:
 Nadi: 100x/menit
 RR: 22 x/menit
 Suhu: 39.5oC
PemeriksaanFisik
 Kepala: normocephali
 Mata: konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, mata cowong -/-
 THT: secret cair pada hidung (+) faring hiperemis (-), tonsil sulit dinilai
 Thorax:
o Paru:
 Inspeksi: tidak tampak jejas, gerakan napas simetris, retraksi
dinding dada (-), ictus cordis tidak nampak
 Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru
 Auskultasi: vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-
o Jantung: bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen:
o Inspeksi: distensi (-), jejas (-)
o Auskultasi: bising usus (+) normal
o Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
o Palpasi: nyeri tekan (-), defans (-), soepel, turgor kulit baik
 Ekstremitas: hangat pada seluruh ekstremitas, CRT<2 detik, turgor kulit
normal, edema tidak ada.
Pemeriksaan darah lengkap
Parameter Nilai Satuan Nilai Normal Interpretasi
WBC 13,0 109/L 4,1 - 11,0 Meningkat
HGB 16,1 g/dL 13,5 - 17,5 Normal
PLT 181 109/L 150,0-440,0 Normal

Hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah menunjang untuk diagnosis Kejang Demam
Sederhana. Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan:
 Pada anamnesis, didapatkan gejala klinis yaitu adanya kejang sebanyak 1 kali
dalam 24 jam dengan durasi kurang dari 15 menit, kelojotan seluruh tubuh, serta
adanya demam pada saat kejang sedang berlangsung.
 Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien sedikit lemah, dengan
temperatur tubuh 39,5oC, dan pemeriksaan lain dalam batas normal. Tidak
didapatkan sumber infeksi yang spesifik ataupun tanda dehidrasi.
 Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan terdapat peningkatan jumlah leukosit
atau leukositosis. Hal tersebut mengarah kepada kecenderungan infeksi bakteri
yang menyebabkan demam lalu timbulnya kejang pada pasien.

3. “Assessment” (penalaran klinis):


Berdasarkan  anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pasien ini adalah Kejang
Demam Sederhana.
Definisi
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan
sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38 0C, dengan
metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial. 3
Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang berlangsung singkat,
kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum
tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24
jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.3

Klasifikasi
Berdasarkan manifestasi klinis dibagi menjadi kejang demam sederhana dan
kejang demam kompleks.4
 Kejang demam sederhana Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang
dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum
tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam
waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh
kejang demam.
 Kejang demam kompleks Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini: 1)
Kejang lama > 15 menit 2) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang
umum didahului kejang parsial 3) Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24
jam
Menurut asal patologi dan neuronal, kejang dibagi 2 yaitu kejang epileptik dan non
epileptik. Kejang epileptik berasal dari saraf kortikal dan berkaitan dengan perubahan
EEG. Kejang non-epileptik berawal dari subkortikal dan biasanya tidak terdapat
kelainan pada EEG. Dirangsang oleh stimuli dan dipengaruhi oleh kekangan dan
perubahan posisi tubuh.5
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang
berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang
lama terjadi pada 8% kejang demam. Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau
kejang umum yang didahului kejang parsial. Kejang berulang adalah kejang 2 kali
atau lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang
terjadi pada 16% di antara anak yang mengalami kejang demam. 4

Patogenesis
Faktor yang berperan tercetusnya kejang:
 Demam
 Efek produk toksik terhadap microorganisme terhadap otak
 Respon alergik atau keadaan imun yg abnormal oleh infeksi
 Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
 Ensefalitis viral
 Gabungan semua faktor tersebut diatas
Kejang dapat terjadi akibat kenaikan suhu tubuh yang tinggi atau kenaikan suhu
yang cepat. Hipertermia mengurangi influks kalsium yang mengurangi mekanisme
penghambat aksi potensial dan meningkatkan transmisi sinap eksitori. Demam
menghambat mekanisme penghambat kejang di hipokampus akibat berkurangnya
GABA. Infeksi menyebabkan lepasnya mediator inflamasi (interleukin 1β yang dapat
menyebabkan kejang. Pada anak mempunyai predisposisi chanellopathy natrium,
sensitifitas neuraon akibat peningkatan suhu.
Pada keadaan demam,kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen 20%,akibatnya terjadi perubahan
keseimbangan dari membrane sel otak dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion
Kalium maupun ion Natrium melalui membrane tadi,sehingga terjadi lepasnya muatan
listrik.

Pemeriksaan Penunjang
Mencari penyebab demam yaitu dengan darah rutin, gula darah, elektrolit,
kalsium serum, urinalisis, biakan darah, urin, dan feses. Pemeriksaan EEG dilakukan
pada keadaan kejang demam yang tidak khas, misalnya: kejang demam kompleks
pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.2,4
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis
adalah 0,6%-6,7%. Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan
pungsi lumbal. 3,4
Pungsi lumbal dianjurkan pada:
 Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan.
 Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
 Bayi > 18 bulan tidak rutin.
Foto X-ray kepala dan computed tomography scan (CT-scan) atau magnetic
resonance imaging (MRI) tidak rutin dan hanya atas indikasi kelainan neurologik
fokal yang menetap (hemiparesis); Paresis nervus VI; Papiledema. 2,4

Penatalaksanaan
Pengobatan saat terjadi kejang
a. Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam
menghentikan kejang. Dosis pemberian :
- 5mg untuk anak <3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak >3tahun
- Atau 5mg untuk BB <10 kg dan 10 mg untuk anak dengan BB >10 KG
- 0,5-0,7 mg/kgBB/kali
b. Diazepam intravena diberikan dengan dosis sebesar 0,2-0,5 mg/kgBB.
Pemberian secara perlahan – lahan dengan kecepatan 0,5-1 mg per menit untuk
menghindari depresi pernafasan. Bila kejang berhenti sebelum obat habis, hentikan
penyuntikkan. Diazepam dapat diberikan 2 kali dengan jarak 5 menit bila anak masih
kejang. Diazepam tidak dianjurkan diberikan per IM karena tidak diabsorbsi dengan
baik.
c. Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/kgBB perlahan
– lahan. Kejang berlanjut dapat diberikan pentobarbital 50mg IM dan pasang
ventilator bila perlu.
Setelah kejang berhenti
Bila kejang berhenti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan dengan
pengobatan intermitten yang diberikan pada anak demam untuk mencegah terjadinya
kejang demam. Obat yang diberikan berupa :
1. Antipiretik, parasetamol atau asetaminofen 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali
atau tiap 6 jam. Berikan dosis rendah dan pertimbangkan efek samping berupa
hyperhidrosis. Dan Ibuprofen 10mg.kgBB/kali diberikan 3 kali
2. Antikonvulsan, berikan diazepam oral dosis 0,3-0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada
saat demam menurun resiko berulangnya kejang.
Bila kejang berulang
Berikan pengobatan rumatan dengan fenobarbital atau asam valproate dengan dosis
asam valproate 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis, sedangkan fenobarbital 3-5
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis indikasi untuk diberikan pengobatan rumatan
adalah :
1. Kejang lama >15 menit
2. Anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang
misalnya hemiparese, cerebral palsy, hidrocefalus
3. Kejang fokal
4. Bila ada keluarga sekandung yang mengalami epilepsy
Disamping itu, terapi rumatan dapat dipertimbangkan untuk
a) Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
b) Kejang demam terjasi pada bayi <12 bulan
KriteriaPulang :
Pasien dapat dipulangkan apa bila bebas kejang 24 jam dan bebas demam tanpa
antipiretik.

4. “Plan”:
Diagnosis: Kejang Demam Sederhana
Pengobatan:
 Konsul ke dokter spesialis Anak
 Diazepam suppositoria kejang berhenti
 Parasetamol suppositoria
 Konsul ke dokter Spesialis Anak
o IVFD Tridex 27B 16 tpm makro
o Sanmol fls IV 4x12cc
o Cefotaxime inj 3x400mg
o Stesolid sirup 3xcth1/2
o Alco dmp plus 3x0.8cc
Pendidikan:
 Edukasi kepada keluarga pasien tentang penyakit yang diderita pasien
merupakan sebuah penyakit yang harus segera ditangani.
 Edukasi kepada keluarga pasien mengenai penyebab dan penanganan awal
yang harus segera dilakukan apabila hal tersebut terulang.
 Edukasi kepada keluarga pasien mengenai pencegahan yang dapat dilakukan
agar tidak terjadi kejang.
 Edukasi kepada keluarga pasien mengenai rencana perawatan lanjutan dan
prognosis dari penyakit yang diderita pasien.

Konsultasi: Pasien dikonsultasikan kepada dokter spesialis Anak untuk penanganan


lebih lanjut.

Kegiatan Periode Hasil yang diharapkan


Pemantauan tanda klinis Selama perawatan Kejang tidak terulang,
infeksi teratasi.
Nasihat Setiap kali kunjungan Menasihati keluarga pasien
untuk tidak panik dan
memberitahu pencegahan
serta penanganan awal.

Anda mungkin juga menyukai