Anda di halaman 1dari 7

Laporan Kasus

Kejang Demam Simplek

Oleh :

dr. Julia Pertiwi

Preseptor :

dr. Izzatul

Azmi

Program Internsip Dokter Indonesia


RS Islam Siti Rahmah Padang
2023

1
ILUSTRASI KASUS

3.1 Identitas Pasien


Tanggal Kasus : Minggu, 15 Oktober 2023
Nama : An. Albizar
Usia : 1 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
No. MR : 254748

3.2 Anamnesis

Keluhan Utama :

Pasien datang ke IGD RS Islam Siti Rahmah diantar kedua orang tuanya dengan keluhan kejang
sejak 5 menit SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang

- Kejang berlangsung ± 2 menit, seluruh badan kaku pada kaki dan tangan, tidak
kelonjotan. Saat kejang mata melihat keatas. Setelah kejang pasien sadar kembali. Kejang
hanya terjadi 1x. Pada saat kejang orang tua pasien langsung membawa pasien ke rumah
sakit. Saat tiba di IGD pasien tidak kejang lagi.
- Demam tinggi sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan tiba-tiba dan
hilang timbul. Demam tidak menggigil. Pasien sudah berobat ke rumah sakit diberikan
obat pamol, setelah minum obat demam turun dan pulang ke rumah setelah itu demam
naik kembali.
- Batuk sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk tidak berdahak, tidak disertai sesak
dan muntah.
- Nafsu makan berkurang. Minum masih mau.
- Mual (-) muntah (-).
- BAB (+) tidak ada keluhan.
- BAK (+) tidak ada keluhan.
- Trauma kepala sebelumnya tidak ada.

2
Riwayat Penyakit Dahulu.

- Riwayat kejang disertai demam sebelumnya (+) saat berumur 11 bulan.


- Riwayat kelainan kongenital (-)
- Riwayat keganasan (-)
- Riwayat DM (-) Hipertensi (-)
- Riwayat keganasan (-)
- Riwayat alergi obat (-)
- Riwayat Penggunaan KB (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat kejang di keluarga (+)

3.3 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : CMC (GCS 15 E4 M6 V5)
Nadi : 161 x/menit
Pernapasan : 26 x/menit
Tekanan darah :-
Suhu : 40,5 oC
Kepala : Normochepal
Mata : Pupil isokor, Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Mulut : Stomatitis (-) Mukosa bibir basah (+)
Gigi : dalam batas normal
Tenggorok : tonsil T1-T1, hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Telinga : otorae (-)
Hidung : rinorae (-)
Dada : Simetris

3
Jantung : S1S2 reguler, bising (-)
Paru : SN Vesikuler +/+, rh-/-, wh -/-
Perut : Supel, BU (+)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Dalam batas normal
Kemaluan : Tidak dinilai
Ektremitas : Akral hangat (+/+) CRT< 2” (+/+) edema (-)

3.1 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin :

 Hb : 11,5 gr%

 Leukosit : 26.770/mm3

 Trombosit : 456.000/mm3

 Hematokrit : 33 %

 GDR : 103 mg/dL

3.2 Diagnosis
Kejang demam simplek

3.3 Rencana Penatalaksanaan

- IGD : Pamol supp 125 mg -> observasi -> suhu 37,6

- Konsul dpjp : dr. Lutfi Sp.A

- IVFD Kaen 1B 1000cc / hari

- Inj Ampisilin sulbactam 4x250 mg

- Inj Gentamisin 2x20 mg

- Paracetamol 3x1 cth

- Ibu profen 3x3/4 cth

- Ambroxol 3x1/2 cth

- Diazepam 3x1,5 mg
4
DISKUSI

Seorang perempuan berusia 1 tahun, masuk ke IGD RS Islam Siti Rahmah Padang
dengan keluhan kejang sejak 5 menit SMRS. Kejang selama ± 2 menit seluruh badan kaku pada
kaki dan tangan, tidak kelonjotan. Saat kejang mata melihat keatas. Setelah kejang pasien sadar
kembali. Kejang hanya terjadi 1x. Saat tiba di IGD pasien sudah tidak kejang lagi. Pasien
memiliki riwayat kejang demam sebelumnya. Demam tinggi sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit. Demam dirasakan hilang timbul. Demam tidak menggigil. Batuk dirasakan sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit, batuk tidak berdahak, tidak disertai sesak dan muntah. Nafsu
makan berkurang namun masih mau minum. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu 40,5 oC,
nadi 161x/menit, nafas 26x/menit. Tanda rangsangan meningeal negatif, reflex fisiologis normal,
dan reflex patologis negatif. Pada pemeriksaan darah rutin nilai Hb, Ht, Trombosit dalam batas
normal namun terdapat peningkatan Leukosit.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang, ditegakkan diagnosis kerja
pada kasus ini adalah kejang demam. Klasifikasi kejang demam ada 2 yaitu kejang demam
simplek dan komplek. Kejang demam simplek yaitu kejang kurang dari 15 menit, umumnya
akan berhenti sendiri, berbentuk umum tonik dan atau klonik, dan tidak berulang dalam 24 jam.
Sedangkan kejang demam komplek berlangsung lebih dari 15 menit, berbentuk kejang fokal
atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial dan berulang lebih dari 1
kali dalam 24 jam. Pada pasien ini dikategorikan kejang simplek.
Kejang yang disertai demam dapat disebabkan oleh; kejang demam, infeksi susunan
saraf pusat, gangguann metabolik, perdarahan intrakranial, dll. Infeksi SSP pada pasien dapat
disingkirkan karena pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan refleks meningeal. Perdarahan
tekanan intracranial disingkirkan juga karena tidak ada trauma kepala sebelumnya dan tidak ada
tanda peningkatan tekanan intracranial. Infeksi di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan
demam dapat menyebabkan terjadinya kejang demam. Penyakit paling sering menimbulkan
kejang demam adalah infeksi saluran pernafasan atas akut, infeksi saluran kemih, dan infeksi
saluran cerna.

5
Untuk tatalaksana awal pasien diberikan pamol supp 125 mg untuk menurunkan demam.
Setelah itu pasien dikonsulkan ke dokter spesialis dan direncanakan untuk rawat inap. Rencana
penatalaksanaan untuk dirawatan yaitu dilakukan pemasangan IVFD Kaen 1B 1000cc/hari
bertujuan untuk mengatasi intake sulit pasien. Injeksi Ampicilin sulbactam 4x250mg dan Inj.
Gentamicin 2x20mg sebagai terapi definitif. Paracetamol syr 3x1 cth dikarenakan pasien
demam. Ambroxol syr 3x1/2 cth untuk mengurangi gejala batuk yang dialami pasien. Diazepam
3x1,5 mg untuk profilaksis intermitten.
Saat pasien sudah mau makan, pasien diberikan edukasi tentang nutrisi seperti asupan
makanan yang bergizi serta makanan yang tinggi protein dan karbohidrat. Pada kejang demam
diberikan juga edukasi tentang penanganan bila kejang kembali yaitu tetap tenang dan tidak
panik, kendorkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher, bila tidak sadar posisikan anak
terlentang dengan kepala miring, bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung, jangan
memasukkan sesuatu ke dalam mulut, ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang,
berikan diazepam rektal, jangan diberikan bila kejang telah berhenti.

6
7

Anda mungkin juga menyukai