Anda di halaman 1dari 10

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF DALAM PENGEMBANGAN

KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK

(Oleh: Juntika Nurihsan, Guru Besar Bimbingan dan Konseling


Universitas Pendidikan Indonesia)

A. Pendahuluan

Pendidikan yang bermutu bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang
bermutu. Di Indonesia, gambaran sumber daya manusia yang bermutu sebagai hasil pendidikan
yang bermutu tercantum dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Sistem Pendidikan Nasional tersebut dijelaskan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bagsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam pendidikan, untuk mencapai pendidikan yang bermutu tidak cukup dilakukan
melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tetapi harus didukung oleh peningkatan
profesionalitas dan sitem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan kemampuan
peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan demi
pencapaian cita-citanya. Kemampuan seperti itu tidak hanya menyangkut aspek akademis saja,
tetapi juga menyangkut berbagai aspek kehidupan yang komprehensif yakni perkembangan
pribadi, sosial, kematangan intelektual dan sistem nilai (L.D. Borders & S.M. Drury, 1992: 20).
Dalam konteks pendidikan formal, pendidikan yang bermutu haruslah merupakan
pendidikan yang seimbang, tidak hanya mampu menghantarkan peserta didik pada pencapaian
standar kemampuan profesional dan akademis saja, tetapi juga mampu membuat perkembangan
peserta didik itu sehat dan produktif (D. Blocher: 1974). Untuk mencapai standar kemampuan
profesional, akademik, dan perkembangan peserta didik yang optimal diperlukan pendidikan
dengan bimbingan dan konseling komprehensif yang bermutu.
B. Bimbingan dan Konseling Komprehensif dalam Pengembangan Kemandirian Peserta Didik

Kemandirian peserta didik adalah salah satu tujuan pendidikan nasional. Kemandirian
merupakan salah satu aspek kepribadian peserta didik. Peserta didik dalam menjalani
kehidupannya tidak pernah lepas dari cobaan dan tantangan. Peserta didik yang memiliki
kemandirian yang tinggi, mampu menghadapi segala permasalahannya karena peserta didik tidak
bergantung kepada orang lain dan berusaha menghadapi dan memecahkan masalahnya.
Kemandirian merupakan tingkat perkembangan peserta didik dimana ia mampu berdiri sendiri dan
mengandalkan kemampuan dirinya sendiri dalam melakukan berbagai kegiatan dan
menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya. Menurut Masrun, kemandirian adalah suatu
sikap yang memungkinkan peserta didik untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan
sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan
bertindak kreatif, penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri
dan memperoleh kepuasan dari usahanya. Kemandirian peserta didik adalah keadaan peserta didik
yang dapat berdiri sendiri yang tumbuh dan berkembang karena disiplin dan komitmen sehingga
dapat menentukan diri sendiri yang dinyatakan dalam tindakan dan perilaku yang bernilai.
Kemandirian peserta didik terdiri dari 6 ranah yakni: (1) kebebasan, (2) inisiatif, (3)
percaya diri, (4) tanggung jawab, (5) ketegasan diri, dan (6) kontrol diri. Kemandirian peserta didik
dapat dilihat melalui kebebasan dalam membuat keputusan; tidak merasa cemas, takut atau pun
malu bila keputusan yang diambil tidak sesuai dengan pilihan keyakinan orang lain. Kemandirian
peserta didik dapat diamati melalui kemampuan mengembangkan ide dan cara baru dalam
memecahkan masalah dan menemukan peluang. Kemandirian peserta didik dapat dipantau melalui
kemampuannya dalam mengerjakan sesuatu dengan baik dan tenang, Kemandirian peserta didik
dapat diobservasi melalui keberaniannya menanggung resiko atas konsekuensi dari keputusan
yang telah diambilnya, menunjukkan loyalitas dan mampu membedakan antara kehidupan dirinya
dengan orang lain yang ada di sekitarnya, dan mampu mempertahankan pendapatnya walaupun
berbeda dengan orang lain. Kemandirian peserta didik dapat diamati melalui kemampuannya
untuk menyesuaian diri dengan lingkungan sosial baik dengan mengubah tingkah laku atau
menunda tingkah laku. Kemandirian peserta didik di setiap jenjang pendidikan berbeda-beda
tingkat perkembangannya sesuai dengan tugas perkembangan masing-masing.
Kemandirian meruapakan suatu kekuatan internal peserta didik yang diperoleh melalui
proses individuasi, yaitu proses realisasi kedirian dan proses menuju kesempurnaan. Diri adalah
inti dari kepribadian dan merupakan titik pusat yang menyelaraskan dan
mengorganisasikan seluruh aspek kepribadian. Bimbingan dan Konseling Komprehensif
membantu menyelaraskan dan mengembangkan seluruh aspek kepribadian tersebut.
Sehubungan dengan bimbingan dan konseling komprehensif ini, Norman C. Gysbers and
P. Henderson (1988: viii) menjelaskan bahwa: “A Comprehensive guidance model is a complete
guidance program that provides the structure for all the activities and services required to serve
all students, parents/guardians, and community”. Bimbingan dan konseling komprehensif adalah
suatu konsep dasar dan kerangka kerja bimbingan dan konseling yang berasumsi sebagai berikut.
1) Bimbingan dan Konseling adalah suatu program yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a)
memiliki standar pencapaian perkembangan peserta didik; (b) memiliki aktivitas dan proses
untuk membantu peserta didik mencapai standar perkembangannya; (c) aktivitas dilakukan oleh
personel yang profesional dan bersertifikat; (d) memiliki sumber dan materi yang mendukung;
(e) memiliki personel dan hasil bimbingannya dievaluasi.
2) Program Bimbingan dan Konseling adalah perkembangan dan komprehensif. Program
bimbingan dan konseling dilakukan secara teratur, terencana, dan sistematis didasarkan pada
upaya membantu peserta didik berkembang dalam bidang akademik, karier, pribadi dan sosial.
Program bimbingan dan konseling lebih mengutamakan pada upaya membantu seluruh
peserta didik mengalami perkembangan dan pertumbuhannya. Namun demikian, program
bimbingan dan konseling membantu juga peserta didik yang mengalami krisis dan masalah
yang harus segera diatasi. Program bimbingan dan konseling adalah komprehensif dalam arti
seluruh layanan dan aktivitas bimbingan dan konseling dilakukan (bimbingan klasikal,
bimbingan kelompok, konseling individual, konsultasi, referal, penelitian dan pengembangan,
hubungan dengan staf dan masyarakat, penasihatan, dan mengembangkan pengelolaan
program bimbingan).
3) Program bimbingan dan konseling dilakukan dengan menggunakan pendekatan tim.
Bimbingan dan konseling komprehensif didasarkan pada asumsi bahwa seluruh staf sekolah
dilibatkan dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Namun demikian konselor sekolah yang
profesional dan bersertifikat adalah ujung tombak dalam melaksanakan program bimbingan
dan konseling. Konselor sekolah tidak hanya memberikan layanan langsung kepada peserta
didik tetapi juga bekerja melayani konsultasi dan melakukan kolaborasi dengan anggota tim
bimbingan, anggota staf sekolah, orang tua, dan anggota masyarakat.
4) Program bimbingan dan konseling dikembangkan melalui perencanaan, pelaksanaan,
penilaian, dan pengembangan yang dilakukan secara sistematis. Proses ini menjamin
tercapainya tujuan program bimbingan yang sudah dirancang secara mantap.
5) Program bimbingan dan konseling memiliki kepemimpinan yang mantap. Kepemimpinan ini
menjamin pertanggungjawaban terhadap program dan terhadap mutu kinerja staf.
Sehubungan dengan bimbingan dan konseling komprehensif ini, P. Henderson (1998: 9)
menjelaskan bahwa:
A comprehensive counseling and guidance program is developmental by design and
includes sequentially presented activities and responsive services that adress student growth
and development for all students, kindergarten through community college. Collaborative in
practice, the developmental approach focuses on the attainment of student competencies in
three areas: personal/social, academic, and career. A comprehensive program is not a
random selection of services. It is a program based on standards, benchmarks, and grade-
level competencies. The program is integrated into the day-to-day process of the school,
including programs, people, policies, places, and processes.

Bimbingan dan konseling komprehensif ini berkeyakinan bahwa peserta didik itu
merupakan satu kesatuan yang utuh. Pengaruh terhadap bagian dari seseorang akan mempengaruhi
keseluruhannya. Pada diri setiap orang terdapat energi yang mendorongnya untuk tumbuh dan
berkembang secara positif ke arah yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan dasar seseorang
itu. Setiap orang mempunyai kebebasan untuk memilih yang diikuti oleh tanggung jawab,
yaitu bertanggung jawab atas akibat yang timbul dari pilihannya itu. Tanggung jawab
seseorang itu tidak hanya bertumpu dan terpusat pada dirinya sendiri, tetapi juga kepada orang lain
secara seimbang. Manusia tidak kaku terhadap pengalaman masa lampaunya. Ia dapat mengolah
pengalaman masa lampaunya untuk memperbaiki pilihanya, dan secara umum untuk memperbaiki
arah, kecepatan, serta kematangan perkembangannya. Sehubungan dengan keyakinan yang
mendasari bimbingan dan konseling komprehensif ini, Bowers dan Hatch (1958: 27) menjelaskan
bahwa:
The school counselors believe all students have dignity and worth; all students have the
right to participate in the school counseling program; all students’ ethnic, cultural, racial,
sexual differences and special needs are considered in planning and implementing the school
counseling program.

Bertitik tolak dari keyakinan tentang peserta didik tersebut, maka visi bimbingan dan
konseling komprehensif di sekolah adalah pengembangan seluruh aspek kepribadian peserta
didik, pencegahan terhadap timbulnya masalah yang akan menghambat perkembangan peserta
didik, dan penyelesaian masalah yang dihadapi peserta didik, baik sekarang maupun pada masa
yang akan datang. Sehubungan dengan visi bimbingan dan konseling komprehensif di sekolah ini,
T.I. Ellis (1990: 3) menjelaskan bahwa:
A comprehensive counseling and guidance program is achieved through a collaborative
partnership of counselors, administrators, teachers, school psychologists and social workers,
students, families, and community members. Counselors are educators as well as professional
counselors. Counseling is based on a foundation of educational/developmental research and
best practice. Effective counseling programs are comprehensive in nature. Counselors are
committed to continous professional improvement and renewal. A comprehensive counseling
and guidance program is evaluated on the basis of student outcomes. Counselors seek to help
all students succeed in work, family, and school situations. Counselors promote success for
all students. Effective counseling programs focus on the development of skills which lead
students to make healthy lifestyle choices. Comprehensive counseling and guidance programs
are integral to district-developed student learning goals.

Berdasarkan visi bimbingan dan konseling tersebut maka tujuan bimbingan dan konseling
komprehensif di sekolah adalah: (1) memahami, menerima, mengarahkan, dan mengembangkan
potensi peserta didik seoptimal mungkin; (2) menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan baik
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat; (3) merencanakan kehidupan masa depan
peserta didik yang sesuai dengan tuntutan dunia pada saat ini maupun masa yang akan datang.
Sehubungan dengan tujuan bimbingan dan konseling komprehensif di sekolah ini, B. Davis (1987:
12) menjelaskan bahwa:
A Comprehensive school counseling program will focus on what all students, from pre-
kindergarten through 12th grade, should know, understand and able to do in these three
domain areas: academic, career, and personal/social. The emphasis is on academic success
for every student, not just those students who are motivated, supported and ready to learn.
The School counseling program helps all student achieve success in school and develop into
contributing members of our society. The purpose of the school counseling program is to
impart specific skills and learning opportunities in a proactive, preventive manner, ensuring
all students can achieve school success through academic, career and personal/social
development experiences.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan dan konseling komprehensif
di sekolah adalah membantu seluruh peserta didik itu berprestasi dan mencapai kesuksesan dalam
akademik, karier, pribadi, dan sosial di sekolah dan memberikan kontribusi positif sebagai warga
masyarakat.
Bimbingan dan konseling komprehensif membantu atau memfasilitasi perkembangan
peserta didik dalam aspek perkembangan akademik, sosial, pribadi dan perencanaan karier. Secara
rinci aspek yang dikembangkan meliputi: (1) keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa; (2) hubungan sosial yang mantap dengan teman sebaya baik pria maupun wanita; (3)
peranan sosial sebagai pria untuk peserta didik pria atau wanita sebagai peserta didik wanita sesuai
dengan norma masyarakat; (4) penerimaan diri dan penerapannya secara efektif; (5) persiapan ke
arah kemandirian ekonomi; (6) persiapan dan pemilihan pekerjaan; (7) sikap dan perilaku
emosional yang mantap; (8) sikap positif terhadap perkawinan dan kehidupan keluarga; (9)
keterampilan intelektual dan pemahaman konsep yang diperlukan untuk menjadi warga negara
yang baik; (10) sikap dan perilaku sosial yang bertanggung jawab; (11) pemahaman nilai dan etika
hidup bermasyarakat. (R.J. Havighurts : 1953)
Dalam mengembangkan aspek perkembangan peserta didik, B. Stefflre & R.M. Hatch
(1958: 20) menjelaskan bahwa: “ The school counseling program facilitaties student development
in three broad domains, academic, career, and personal/social, to promote and enhance the
learning process”. Pendapat ini didukung oleh P. Henderson (1988:13) yang menjelaskan bahwa:
“ A comprehensive program is based on learning in three areas of development: personal/social,
academic, and career”.
Model bimbingan dan konseling komprehensif ini dihantarkan melalui empat komponen
program layanan (L.D. Borders & S.M. Drury, 1992: 50) yakni: (1) layanan dasar bimbingan
(guidance curriculum); (2) perencanaan individual (individual planning); (3) layanan resposif
(responsive services); dan (4) dukungan sistem (system support). Program bimbingan dan
konseling komprehensif yang pertama adalah Layanan Dasar Bimbingan. Program ini merupakan
upaya bantuan yang bertujuan membantu peserta didik mengembangkan perilaku efektif dan
keterampilan hidup yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan yang harus dicapainya.
Layanan ini ditujukan untuk seluruh peserta didik, dilaksanakan dengan menggunakan berbagai
strategi terutama strategi bimbingan klasikal dan dinamika kelompok. Isi atau topik bimbingan
dalam layanan dasar bimbingan adalah sebagai berikut ini. (1) Perkembangan akademik yang
meliputi: perencanaan studi, pengembangan keterampilan belajar; pengembangan kesiapan dan
keterampilan kerja. (2) Perkembangan pribadi dan sosial yang meliputi: pendidikan karakter,
penyelesaian konflik; pencegahan kekerasan; penyusunan tujuan hidup; pencegahan
penyalahgunaan obat; dan pemahaman budaya. (3) Perkembangan karier meliputi: pemahaman
karier; penggalian karier; pembuatan keputusan karier dan penyesuaian karier. Peran konselor
dalam program ini adalah menyusun kelompok, membimbing di kelas, memimpin dan melakukan
konsultasi.
Program bimbingan dan konseling komprehensif yang kedua yaitu Layanan Responsif.
Layanan ini bertujuan membantu peserta didik memenuhi kebutuhan yang sangat penting saat ini.
Layanan ini lebih bersifat preventif dan kuratif. Strategi yang digunakan adalah konseling
individual, konseling kelompok, dan konsultasi. Isi atau topik bimbingan dalam layanan responsif
adalah sebagai berikut ini. (1) Perkembangan akademik yang meliputi: kehadiran dalam belajar;
perilaku dalam belajar; pencegahan drop-out; dan bantuan masalah dan kebutuhan belajar. (2)
Perkembangan pribadi dan sosial yang meliputi: konflik antar teman; mengatasi stres; mengelola
krisis; menghadapi kematian, kesedihan, dan kehilangan; menjaga hubungan; dan mengatasi
penyalahgunaan obat. (3) Perencanaan karier yang meliputi: penempatan pekerjaan, membantu
mengidentifikasi sistem dukungan pekerjaan; dan memenuhi kebutuhan khusus pekerjaan. Peran
konselor dalam program ini adalah melakukan konseling individual, konseling kelompok kecil,
konseling krisis, dan konseling perkembangan; melakukan konsultasi; dan melakuakan referal.
Program bimbingan dan konseling komprehensif yang ketiga yaitu perencanaan individual.
Program ini merupakan bantuan kepada peserta didik dalam merencanakan, memonitor, dan
mengelola tujuan perkembangan pendidikan, pribadi, sosial, dan karier mereka. Isi atau topik
layanan perencanaan individual adalah sebagai berikut ini. (1) Perkembangan pendidikan yang
meliputi: menilai dan menyusun tujuan pendidikan; membantu memenuhi kebutuhan masa transisi
pendidikan; merencanakan kursus; mengelola berbagai sumber dan keuangan; dan membantu
memilih pendidikan. (2) Perkembangan sosial dan pribadi yang meliputi: menyusun tujuan pribadi
dan merencanakan peningkatan pribadi. (3) Perencanaan karier yang meliputi: penilaian karier;
pengamatan, penasihatan, pembelajaran, dan pemagangan pekerjaan. Peran Konselor dalam
program ini adalah melakukan penilaian; perencanaan dan penempatan; perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian konferensi individual.
Program bimbingan dan konseling komprehensif yang keempat adalah dukungan sistem.
Program ini meliputi program bimbingan; pengembangan staf; layanan dan aktivitas dukungan
sekolah. Tujuan program ini adalah untuk memberikan dukungan dan kepemimpinan dalam
pelaksanaan program bimbingan. Isi atau topik dukungan sistem ini meliputi: perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian program bimbingan; pendidikan orang tua; konsultasi administator;
pengembangan pendidikan staf; pengembangan konselor profesional; menggagas kerja sama
pendidikan; penelitian dan penerbitan; membangun hubungan kerja sama dengan masyarakat;
membangun tim bantuan; merencanakan pengelolaan krisis; merencanakan program keterampilan
belajar secara komprehensif; menggagas pengembangan sekolah; dan menggagas secara khusus
untuk membantu memenuhi kebutuhan perilaku dan belajar warga sekolah. Peran konselor dalam
program ini adalah melaksanakan kepemimpinan, memfasilitasi, dan mengorganisasikan:
pengelolaan program; kepemimpinan dan konsultasi.

C. Penelitian Bimbingan dan Konseling Komprehensif


Banyak penelitian yang telah dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri tentang
bimbingan dan konseling komprehensif. Bimbingan dan konseling komprehensif mampu
memberikan kontribusi yang positif bagi pengembangan akademik, pribadi, sosial, dan karir siswa
di sekolah. Bimbingan komprehensif juga mampu menciptakan iklim belajar yang kondusif bagi
siswa di sekolah. Berikut ini hasil penelitian Norman C. Gysberg & P. Henderson (1988: 1-3)
yang menjelaskan bahwa:
Research has demonstrated that, when middle school counselors have the time, the
resources, and the structure of a comprehensive guidance program in which to work, they
contribute to positive academic, personal-social, and career development as well as the
development of positive and safe learning climates in schools.

Sehubungan dengan penelitian implementasi program bimbingan dan konseling


komprehensif, Richard Lapan dan Norman C. Gysbers melakukan penelitian terhadap 22.000
lebih siswa di 184 sekeloh menengah di Missouri, Amerika Serikat tentang pengaruh program
bimbingan komprehensif terhadap kesejahteraan dan kesuksesan akademik siswa. Hasil
penelitiannya dikemukakan oleh P. Henderson (1988) sebagai berikut:
Seventh-grade students attending middle schools with more fully implemented
comprehensive guidance programs reported: (1) feeling safer attending their schools; (2)
having better relationships with teachers; (3) believing that their education was more
relevant and important to their futures; (4) being more satisfied with the quality of
education available to them in their schools; (5) having fewer problems related to the
physical and interpersonal environments in their schools; (6) earning higher grades.

Efektivitas program bimbingan dan konseling komprehensif dalam meningkatkan mutu


pendidikan juga diteliti Richard Lapan, Norman Gysbers dan Sun yang dilaporkan oleh P.
Henderson & N.C. Gysbers (1988: 2) . Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut:
...the implementation of a Comprehensive Developmental Guidance Program will result in
educational benefits including incresed student achievement, more equitable services to
students, broader impact on student development and career decision-making, student
satisfaction with the relevance of their education, and the development of a safe, orderly,
connected school climate.

Penelitian bimbingan dan konseling komprehensif di dalam negeri diteliti sejak tahun 1994
sampai sekarang. Penelitian lain dilakukan oleh Dwi Yuwono menunjukkan bahwa bimbingan
komprehensif perkembangan mampu meningkatkan mutu pendidikan di Perguruan Tinggi di Jawa
Tengah. Penelitian Soeharto menunjukkan bahwa bimbingan komprehensif perkembangan
mampu meningkatkan mutu pendidikan di sekolah menengah pertama di Solo. Penelitian yang
dilakukan oleh Sunaryo Kartadinata dan kawan-kawan menunjukkan bahwa bimbingan dan
konseling komprehensif mampu meningkatkan mutu manajemen sistem layanan bimbingan dan
konseling di sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi di Jawa Barat (Sunaryo
Kartadinata: 1996).

DAFTAR PUSTAKA

Blocher, D. (1974). Developmental Counseling. New York: John Wiley and Sons.

Borders, L. D. & Drury, S. M. (1992). “Comprehensive School Counseling .Programs: A Review for
Policymakers and Practitioners”. Journal of Counseling and Development 70, 487-495.

Burbach, H. J. & Decker, L. E. (1977). Planning and Assesment in Community Education.


Michigan: Pendell Publishing Company.

Davis, B. (1987). Evaluation Report of the K-12 Comprehensive Guidance Program of the San Diego City
Schools. San Diego: San Diago City Schools, Planning, Research, and Evaluaton Division.

Ellis, T.I. (1990). The Missouri Comprehensive Guidance Model. Columbia: The Educational Resources
Information Center.

Goldman, L. (1978). Research Methods for Counselor. New York: John Willey & Sons.

Gysbers, N.C., & Henderson, P. (1988). Developing and Managing Your School Guidance Program.
Washington, DC.: American Association for Counseling and Development.

Hatch, R. M. & Stefflre, B. (1958). Administration of Guidance Services. New York: McGraw-Hill.
Havighurts, R.J. (1953). Developmental Tasks and Education. New York: David Mckay.

Henderson, P. (1988). A Comprehensive School Guidance Programe at Work. Texas Association for
Counseling and Development Journal, 15, 25-27.

Herr, E.L. & Grammers, S.H. (1986). Career Guidance and Counseling Through the Life Span: Systematic
Approach. Boston: Little, Brown Company.
Sunaryo Kartadinata. (1996). Peningkatan Mutu dan Sistem Manajemen Layanan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah . Bandung: IKIP.

Anda mungkin juga menyukai