Anda di halaman 1dari 4

Nama : Intan Tresna Ayu

NIM : 22033085
Prodi : Pendidikan Fisika
Dosen Pengampu : Dra. Zikra, M.Pd., Kons
Mata Kuliah : Bimbingan Konseling
Sesi : 0121

TUGAS RESUME 2

A. Eksistensi BK di Sekolah
Ketersediaan bimbingan dan konseling (BK) di sekolah menjadi acuan fungsinya dalam
membantu siswa dalam mewujudkan potensi dirinya, menyelesaikan permasalahan, dan
mengembangkan potensinya secara maksimal. Pengembangan peserta difasilitasi dengan
layanan bimbingan dan konseling, hal ini bergantung pada kebutuhan, potensi,
kemampuan, minat, kemajuan, keadaan, dan kemungkinan, pendidikan dapat diberikan
secara tatap muka, berkelompok, atau melalui metode tradisional. Ini juga berupaya
membantu siswa dalam mengatasi kekurangan, tantangan, dan permasalahan mereka.
Dalam lingkungan pendidikan, bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan
metodis yang membantu orang mencapai potensi penuh mereka dalam hal pengembangan
perilaku, pertumbuhan lingkungan, dan fungsi atau manfaat terhadap lingkungan.

Tujuan program bimbingan dan konseling di sekolah adalah untuk mendukung siswa
dalam pengembangan kehidupan sosial dan pribadi mereka, serta keterlibatan mereka
dalam kegiatan akademik dan perencanaan karir. Perkembangan peserta didik secara
individu, kelompok, atau tradisional difasilitasi dengan layanan bimbingan dan konseling
sesuai dengan kebutuhan, potensi, kemampuan, minat, perkembangan, kondisi, dan
kemungkinan. Selain itu, layanan ini membantu siswa dalam mengatasi kekurangan,
tantangan, dan masalah mereka.

B. Kedudukan BK di Sekolah
a. Landasan Yuridis Formal

Pendidikan merupakan usaha untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan


sebagai bekal hidup. Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang bertujuan
agar peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya meliputi kekuatan spiritual,
self- regulated, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia, serta keterampilan baik
untuk dirinya maupun lingkungan dan negaranya. Sedangkan menurut Tilaar (dalam
Taufiq, 2014) menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha untuk membentuk
peserta didik agar memasyarakat dan berbudaya yang memiliki dimensi lokal, nasional,
dan global. Definisi pendidikan yang menarik dan sederhana diungkapkan oleh
Sunaryo (Taufiq, 2014), yang menyatakan bahwa pendidikan ditujukan untuk
membawa manusia yang apa adanya menjadi yang seharusnya.

Manusia memang mempunyai kemampuan mengaktualisasikan diri, namun karena


kurangnya pengajaran dan dengan ini, potensi individu tidak akan pernah terwujud dan
rasional. Kita juga harus tahu bagaimana memanfaatkan akal tersebut dan seluruh
potensinya. Di lapangan, jawaban terhadap pertanyaan “apa itu pendidikan?”
Seringkali hal ini merupakan proses yang mengarah dari ketidaktahuan menuju
pengetahuan, namun di dunia modern, pendidikan sangatlah sulit. Mengembangkan
berbagai aspek lebih penting daripada sekedar mengubah ketidaktahuan menjadi
pengetahuan. Karena tidak semua orang baik dari sudut pandang akademis, dan karena
manusia tidak dirancang secara eksklusif dari sudut pandang kognitif. Banyak orang
berprestasi lebih baik di bidang selain akademisi, seperti penggunaan fisiknya,
menggunakan motorik halusnya, atau kemampuan lainnya. Sehingga pendidikan harus
dilaksanakan secara komprehensif.

Di Indonesia pendidikan dibagi menjadi beberapa jenjang yang disusun


berdasarkan tingkat perkembangan, tujuan, dan kemampuan yang menjadi sasaran.
Jenjang pendidikan tersebut terdiri dari mulai pendidikan prasekolah sampai dengan
perguruan tinggi,baik formal, informal, maupun nonformal. Menyoroti jenjang
pendidikan Indonesia yang membagi menjadi beberapa jenjang, yang disusun secara
sistematis sesuai dengan tingkat perkembangan dan tujuan yang ingin dicapai secara
formal terbagi menjadi pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi
sebagaimana diatur dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 14.

Salah satu komponen pendidikan yang penting dalam pelaksanaan pendidikan


adalah bimbingan dan konseling dalam setiap satuan pendidikan, baik dasar maupun
menengah, tidak terkecuali di Sekolah Dasar. Sebagaimana dalam PERMENDIKBUD
RI No. 111 tahun 2014 tentang bimbingan dan konseling pada pendidikan dasar dan
menengah, bahwa penyelenggaraan bimbingan dan konseling dilaksanakan pada setiap
satuan Pendidikan.

b. Landasan Yuridis Informal


1. Landasan Psikologi

Landasan psikologis adalah salah satu topik paling penting untuk dibahas dalam
bimbingan konseling didasarkan pada gagasan bahwa siswa atau klien bersifat
dinamis, mengembangkan individu dengan interaksi dan dinamika di dalamnya
lingkungannya dan mengalami berbagai perubahan perilaku dan sikap yang
berkelanjutan. Pertumbuhan seseorang tidak selalu berjalan (sesuai rencana) secara
linier; kadang-kadang, terjadi kemacetan atau bahkan diskontinuitas
perkembangan. Siswa sering kali mengalami permasalahan stagnasi perkembangan
selama proses bersekolah, yang dapat menimbulkan permasalahan psikologis antara
lain munculnya perilaku menyimpang (kenakalan), frustasi, kesedihan, kemarahan,
atau sifat kekanak-kanakan.

2. Landasan Sosial-Budaya

Landasan sosial budaya Bimbingan dan Konseling (BK) juga harus dipahami
oleh konselor atau guru, karena pengetahuan tersebut dapat membantu konselor
untuk lebih memahami bagaimana aspek sosial budaya mempengaruhi perilaku
setiap orang. Setiap orang pada dasarnya adalah produk dari lingkungan
sosiokultural dimana mereka berada. Orang tersebut telah dilatih sejak lahir untuk
membentuk pola perilaku yang sesuai dengan harapan sosial dan budaya di
lingkungannya.

3. Landasan Ilmu Pengetahuan-Teknologi dan Globalisasi

Peran konselor termasuk dalam basis ilmu pengetahuan dan teknologi ini,
bahkan dalam kapasitasnya sebagai ilmuwan. Agar prosedur dan layanan dapat
dikembangkan, konselor seperti halnya ilmuwan harus mampu menciptakan teori
dan pengetahuan tentang bimbingan dan konseling berdasarkan temuan pemikiran
kritis serta kegiatan penelitian yang beragam. Sehingga kualitas konseling dan
pembinaan meningkat setiap hari.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan masyarakat manusia,
bimbingan dan konseling terus mengalami perubahan dan perkembangan sepanjang
sejarah. Mengingat perlunya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
seluruh konselor dan guru bimbingan dan konseling wajib melakukan kajian dan
eksperimen guna meningkatkan dan menyempurnakan pelayanan yang diberikan
kepada kliennya.

DAFTAR RUJUKAN
Bhakti, CP (2015). Bimbingan dan Konseling Komprehensif: Dari Paradigma Menuju
Aksi. Jurnal Fokus Konseling, 1(2), 93-106.

Hikmawati, F. (2016). Bimbingan dan konseling. Rajawali Press.

Hanum, M., Prayitno, P., & Nirwana, H. (2015). Efektivitas Layanan Konseling Perorangan
Meningkatkan Kemandirian Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Belajar. Konselor,
4(3), 162-168

Lubis, L. (2012). Landasan bimbingan dan konseling di institusi pendidikan. Journal


Analytica Islamica, 1(1), 57-82.

No, U. U. (20). tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai