NIM : 22033085
Prodi : Pendidikan Fisika
Dosen Pengampu : Dra. Zikra, M.Pd., Kons
Mata Kuliah : Bimbingan Konseling
Sesi : 0121
TUGAS RESUME 2
A. Eksistensi BK di Sekolah
Ketersediaan bimbingan dan konseling (BK) di sekolah menjadi acuan fungsinya dalam
membantu siswa dalam mewujudkan potensi dirinya, menyelesaikan permasalahan, dan
mengembangkan potensinya secara maksimal. Pengembangan peserta difasilitasi dengan
layanan bimbingan dan konseling, hal ini bergantung pada kebutuhan, potensi,
kemampuan, minat, kemajuan, keadaan, dan kemungkinan, pendidikan dapat diberikan
secara tatap muka, berkelompok, atau melalui metode tradisional. Ini juga berupaya
membantu siswa dalam mengatasi kekurangan, tantangan, dan permasalahan mereka.
Dalam lingkungan pendidikan, bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan
metodis yang membantu orang mencapai potensi penuh mereka dalam hal pengembangan
perilaku, pertumbuhan lingkungan, dan fungsi atau manfaat terhadap lingkungan.
Tujuan program bimbingan dan konseling di sekolah adalah untuk mendukung siswa
dalam pengembangan kehidupan sosial dan pribadi mereka, serta keterlibatan mereka
dalam kegiatan akademik dan perencanaan karir. Perkembangan peserta didik secara
individu, kelompok, atau tradisional difasilitasi dengan layanan bimbingan dan konseling
sesuai dengan kebutuhan, potensi, kemampuan, minat, perkembangan, kondisi, dan
kemungkinan. Selain itu, layanan ini membantu siswa dalam mengatasi kekurangan,
tantangan, dan masalah mereka.
B. Kedudukan BK di Sekolah
a. Landasan Yuridis Formal
Landasan psikologis adalah salah satu topik paling penting untuk dibahas dalam
bimbingan konseling didasarkan pada gagasan bahwa siswa atau klien bersifat
dinamis, mengembangkan individu dengan interaksi dan dinamika di dalamnya
lingkungannya dan mengalami berbagai perubahan perilaku dan sikap yang
berkelanjutan. Pertumbuhan seseorang tidak selalu berjalan (sesuai rencana) secara
linier; kadang-kadang, terjadi kemacetan atau bahkan diskontinuitas
perkembangan. Siswa sering kali mengalami permasalahan stagnasi perkembangan
selama proses bersekolah, yang dapat menimbulkan permasalahan psikologis antara
lain munculnya perilaku menyimpang (kenakalan), frustasi, kesedihan, kemarahan,
atau sifat kekanak-kanakan.
2. Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial budaya Bimbingan dan Konseling (BK) juga harus dipahami
oleh konselor atau guru, karena pengetahuan tersebut dapat membantu konselor
untuk lebih memahami bagaimana aspek sosial budaya mempengaruhi perilaku
setiap orang. Setiap orang pada dasarnya adalah produk dari lingkungan
sosiokultural dimana mereka berada. Orang tersebut telah dilatih sejak lahir untuk
membentuk pola perilaku yang sesuai dengan harapan sosial dan budaya di
lingkungannya.
Peran konselor termasuk dalam basis ilmu pengetahuan dan teknologi ini,
bahkan dalam kapasitasnya sebagai ilmuwan. Agar prosedur dan layanan dapat
dikembangkan, konselor seperti halnya ilmuwan harus mampu menciptakan teori
dan pengetahuan tentang bimbingan dan konseling berdasarkan temuan pemikiran
kritis serta kegiatan penelitian yang beragam. Sehingga kualitas konseling dan
pembinaan meningkat setiap hari.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan masyarakat manusia,
bimbingan dan konseling terus mengalami perubahan dan perkembangan sepanjang
sejarah. Mengingat perlunya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
seluruh konselor dan guru bimbingan dan konseling wajib melakukan kajian dan
eksperimen guna meningkatkan dan menyempurnakan pelayanan yang diberikan
kepada kliennya.
DAFTAR RUJUKAN
Bhakti, CP (2015). Bimbingan dan Konseling Komprehensif: Dari Paradigma Menuju
Aksi. Jurnal Fokus Konseling, 1(2), 93-106.
Hanum, M., Prayitno, P., & Nirwana, H. (2015). Efektivitas Layanan Konseling Perorangan
Meningkatkan Kemandirian Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Belajar. Konselor,
4(3), 162-168