Anda di halaman 1dari 8

BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal : telah dipresentasikan portofolio oleh:


Nama Peserta : Rizky Lendl Prayogo
Dengan judul/topik : Meningoencephalitis
Nama Pendamping : dr. Mulyadi
Nama Wahana: Nama Peserta Presentasi No. Tanda Tangan
RSUD Arjawinangun
1 Anindita Noviandhari 1

2 Benny Muliawan 2

3 Erma Arnika 3

4 Lastri Swastanita 4

5 Lukman Hidayat Dian Permata 5


Nama Peserta: dr. Rizky Lendl Prayogo

Nama Wahana: RSUD Arjawinangun

Topik: Meningoencephalitis

Tanggal (kasus): 15 Juni 2013

Nama Pasien: An. T. P. No. RM 000081***

Tanggal Presentasi: Nama Pendamping : dr. Mulyadi

Tempat Presentasi:

Obyektif Presentasi:

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi: Anak laki-laki berusia 13 tahun 3 bulan datang diantar oleh nenek pasien dengan keluhan mengalami kejang. Kejang berupa
kelojotan seluruh tubuh. Kejang terjadi sebanyak satu kali dan berlangsung selama 5 menit. Setelah kejang, pasien terlihat mengantuk. Nyeri
kepala (+) sejak 1 hari SMRS. Panas badan (+) sejak 1 hari SMRS. Batuk, pilek (+) sejak 1 minggu SMRS. Muntah (-). Riwayat kejang
sebelumnya (-). Riwayat trauma kepala (-). Riwayat batuk lama atau batuk berdarah (-). Riwayat pengobatan flek paru (-).
Pasien telah diberikan penatalaksanaan awal di IGD RSUD Arjawinangun. Keluarga pasien telah dijelaskan keadaan pasien yang
membutuhkan perawatan di ruang perawatan anak. Namun keluarga pasien menolak pasien untuk dirawat.
Tujuan: Mengetahui aspek medikolegal dari penatalaksanaan pasien, termasuk informed consent.
Bahan bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos
Data pasien: Nama: An. T. P Nomor Registrasi: 000081***
Nama klinik: IGD RSUD Arjawinangun Telp: Terdaftar sejak:
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis: Meningoencephalitis

2. Riwayat Pengobatan: -

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Anak laki-laki berusia 13 tahun 3 bulan datang diantar oleh nenek pasien dengan keluhan mengalami kejang.
Kejang berupa kelojotan seluruh tubuh. Kejang terjadi sebanyak satu kali dan berlangsung selama 5 menit. Setelah kejang, pasien terlihat
mengantuk. Nyeri kepala (+) sejak 1 hari SMRS. Panas badan (+) sejak 1 hari SMRS. Batuk, pilek (+) sejak 1 minggu SMRS. Muntah (-).
Riwayat kejang sebelumnya (-). Riwayat trauma kepala (-). Riwayat batuk lama atau batuk berdarah (-). Riwayat pengobatan flek paru (-).
Pasien telah diberikan penatalaksanaan awal di IGD RSUD Arjawinangun. Keluarga pasien telah dijelaskan keadaan pasien yang
membutuhkan perawatan di ruang perawatan anak. Namun keluarga pasien menolak pasien untuk dirawat.

4. Riwayat keluarga: Riwayat keluhan serupa pada keluarga pasien (-)

5. Riwayat pekerjaan: Pasien adalah pelajar kelas 1 SMP.

6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik: Pasien bersekolah di pesantren dan tinggal di asrama bersama teman-temannya.

7. Riwayat imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus): Lima imunisasi dasar lengkap.
8. Lain-lain: (diberi contoh : PEMERIKSAAN FISIK, PEMERIKSAAN LABORATORIUM dan TAMBAHAN YANG ADA, sesuai dengan
FASILITAS WAHANA)
PF : Kesadaran : Somnolens GCS 13 E3V4M6, tampak sakit sedang. TTV : T: 120/70 mmHg N: 92 x/min R: 24 x/ min T: 39,9 0C
Kepala : Konj anemis -/- , Sklera Ikterik -/-
Leher : KGB tidak teraba membesar.
Thorax : Bentuk & Gerak simetris
Jantung :
Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V LMCS, tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung atas: ICS III linea parasternalis sinistra
Kanan: ICS IV linea sternalis dextra, kiri: ICS V linea mid klavikularis sinistra
Auskultasi : Bunyi Jantung S1 S2 Reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru :
Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Palpasi : Vocal Fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor. BPH ICS V peranjakan 2 cm
Auskultasi : VBS kanan = kiri, Vocal Resonance kanan = kiri, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Inspeksi : Datar, lembut
Palpasi: Hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi : Timpanik
Auskultasi : BU(+) normal
Ekstremitas : akral hangat, edema -/-, CRT< 2 detik

Status Neurologikus
A. Tanda Rangsang Meningeal dan Tanda Iritasi Radikal Spinal
Kaku kuduk :+
Brudzinski I/II/III : -/+/-
Laseque :+

Kernig :+
B. Sistem Motorik
Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah 5/5
Normotonus, atrofi (-), fasikulasi (-)
C. Sistem Sensoris
Tidak dilakukan
D. Refleks
Refleks Fisiologis : dbn
Refleks Patologis :-
E. Saraf Kranialis dalam batas normal

Lab : Hb 11,5 WBC 4.400, HCT 36,5 , PLT 247.000, Limfosit 11,5%; Monosit 7,5%; Granulosit 81%.

Penatalaksanaan
Non Farmakologis
Edukasi mengenai penyakit pasien dan cara penularannya.
Edukasi mengenai kejang dan apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh keluarga pasien ketika pasien kejang.
Farmakologis
IVFD Ringer Lactate 20 gtt/menit
Dexamethasone 3 x 1 amp IV
Ceftiraxone 2 x 1 gr IV
Antraine 3 x 1 amp. IV
Diazepam 1 amp. IV bila kejang
Daftar Pustaka: (diberi contoh, MEMAKAI SISTEM HARVARD,VANCOUVER, atau MEDIA ELEKTRONIK)
1. Meningitis and Encephalitis. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. 2013. Diunduh dari:
http://www.ninds.nih.gov/disorders/encephalitis_meningitis/detail_encephalitis_meningitis.htm
2. Meningitis and Encephalitis. Kelly WD, Fitch MT. 2013. Diunduh dari:
http://www.cdemcurriculum.org/ssm/neurologic/meningitis/meningitis.php
3. Diagnosis dan Penatalaksanaan Infeksi Susunan Saraf Pusat. Gunawan D. Kegawatdaruratan Neurologi. Basuki A, Dian S. hal 1-6.
Bagian Neurologi FKUP RSHS.
4. Meningitis dan Encephalitis pada Anak. Aminah S. Kegawatdaruratan Neurologi. Basuki A, Dian S. hal 149-156. Bagian Neurologi
FKUP RSHS.
Hasil Pembelajaran:
1. Mengetahui aspek medikolegal dari penatalaksanaan pasien, termasuk informed consent.
1. Subyektif :
Anak laki-laki berusia 13 tahun 3 bulan datang diantar oleh nenek pasien dengan keluhan mengalami kejang. Kejang berupa kelojotan seluruh tubuh.
Kejang terjadi sebanyak satu kali dan berlangsung selama 5 menit. Setelah kejang, pasien terlihat mengantuk. Nyeri kepala (+) sejak 1 hari SMRS.
Panas badan (+) sejak 1 hari SMRS. Batuk, pilek (+) sejak 1 minggu SMRS. Muntah (-). Riwayat kejang sebelumnya (-). Riwayat trauma kepala
(-). Riwayat batuk lama atau batuk berdarah (-). Riwayat pengobatan flek paru (-). Pasien telah diberikan penatalaksanaan awal di IGD RSUD
Arjawinangun. Keluarga pasien telah dijelaskan keadaan pasien yang membutuhkan perawatan di ruang perawatan anak. Namun keluarga pasien
menolak pasien untuk dirawat.
2. Obyektif :
Hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang:
a. GCS 13 (somnolens) E3V4M6, Suhu 39,9 0C
b. Kaku kuduk (+), Brudzinski I/II/III: -/+/-, Laseque (+), Kernig (+)
3. Assessment:
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien didiagnosis meningoencephalitis.
4. Plan :
Pasien didiagnosis meningoencepahlitis dan perlu mendapat perawatan di ruang perawatan anak karena:
- Pasien mengalami penurunan kesadaran sehingga pemberian diet harus diberikan melalui cara khusus.
- Pasien mengalami kejang dan perlu diobservasi apakah terjadi kejang ulangan atau tidak. Sehingga apabila terjadi kejang ulangan,
pasien dapat diberikan penanganan segera.
- Pasien mendapatkan obat-obatan secara parenteral.

Keluarga pasien telah mendapat penjelasan mengenai penyakit pasien dan pentingnya pasien mendapat perawatan di ruang perawatan
anak. Akan tetapi keluarga pasien menolak perawatan dan memilih untuk dirawat di rumah karena alasan biaya.

Pengertian informed consent menurut Permenkes No 585/MENKES/PER/IX/1989 adalah persetujuan yang diberikan pasien atau
keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Dari pengertian itu informed
consent adalah persetujuan yang diperoleh dokter sebelum melakukan pemeriksaan, pengobatan, atau tindakan medik apapun yang akan
dilakukan.
Bentuk-bentuk informed consent:
1. Implied constructive consent (keadaan biasa)
Tindakan yang biasa dilakukan, telah diketahui, telah dimngerti masyarakat umum sehingga tidak perlu lagi dibuat tertulis. Misalnya
pengambilan darah untuk laboratorium, suntikan atau jahit luka terbuka.
2. Implied emergency (keadaan gawat darurat)
Bila pasien dalam kondisi gawat darurat, sedangkan dokter perlu melakukan tindakan segera untuk menyelamatkan nyawa pasien
sementara pasien dan keluarganya tidak bisa membuat persetujuan segera. Contohnya kasus henti napas/ henti jantung.
3. Expressed consent (bisa lisan atau tertulis bersifat khusus)
Persetujuan yang dinyatakan baik lisan ataupun tertulis, bila yang akan dilakukan melebihi prosedur pemeriksaan atau tindakan biasa.

Fungsi informed consent:


1. Promosi dari hak otonomi perorangan
2. Proteksi dari pasien dan subjek
3. Mencegah penipuan atau paksaan
4. Rangsangan kepada profesi medis introspeksi terhadap diri sendiri
5. Promosi dari keputusan-keputusan yang rasional
6. Keterlibatan masyarakat sebagai nilai sosial dan pengawasan
7. Perlindungan tenaga kesehatan terhadap terjadinya akibat yang tidak terduga serta dianggap meragukan pihak lain
Hakikat informed consent:
1. Merupakan sarana legitimasi bagi dokter untuk melakukan intervensi medik yang mengandung risiko serta akibat yang tidak
menyenangkan
2. Merupakan pernyataan sepihak, maka yang menyatakan secara tertulis hanya yang bersangkutan saja yang seharusnya
menandatangani
3. Merupakan dokumen yang dianggap sah walau tidak memakai materai

Ketentuan persetujuan tindakan medik berdasarkan SK Dirjen Pelayanan Medik No. HR.00.06.3.5.1866 tanggal 21 April 1999 isi
informasi dan penjelasan yang harus diberikan:
1. Tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medis yang akan dilakukan
2. Tata cara tindakan medis yang akan dilakukan
3. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
4. Alternatif tindakan medis lain yang tersedia dan risiko-risikonya
5. Prognosis penyakit bila tindakan dilakukan
6. Diagnosis

Cara menyampaikan informasi bisa berupa lisan dan tulisan. Pihak yang menyatakan persetujuan:
1. Pasien sendiri, umur 21 tahun lebih, atau telah menikah
2. Bagi pasien kurang dari 21 tahun dengan urutan hak: ayah atau ibu kandung, saudara kandung
3. Bagi pasien kurang dari 21 tahun tidak punya orang tua atau berhalangan, urutan hak: ayah atau ibu adopsi, saudara kandung, induk
semang
4. Bagi pasien dengan gangguan mental, urutan hak: ayah atau ibu kandung, wali yang sah, saudara kandung
5. Bagi pasien dewasa yang telah menikah/ orang tua: suami/istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung, saudara kandung

Anda mungkin juga menyukai