Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN ORIENTASI DOKTER UMUM

RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH SEMARANG

Disusun oleh :
Nama : dr. Liem, Claudia Immanuel Susanto
Pekerjaan : Dokter Umum

RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH


SEMARANG
2019

0
PROFIL, VISI & MISI RUMAH SAKIT ST. ELISABETH SEMARANG

Visi
Menjadi rumah sakit yang mengutamakan keselamatan dan terpercaya serta menjadi
sarana kehadiran cinta dan kuasa Allah.

Misi
1. Menyediakan layanan kesehatan yang bermutu dan profesional kepada masyarakat
2. Memberi pelayanan yang berpusat pada pasien sebagai " Tamu Illahi "
3. Membangun persaudaraan sejati diantara pelayan kesehatan, pasien dan
masyarakat, tanpa membedakan status sosial, golongan dan agama
4. Melestarikan rumah sakit sebagai " heritage dan green hospital"

Moto
Pancaran cintanya menyembuhkan derita sesama

Falsafah St. Elisabeth

Menjadikan manusia sebagai pusat pelayanan

1
DENAH DAN TATA LETAK RUMAH SAKIT ST. ELISABETH SEMARANG

2
MANAJEMEN RUMAH SAKIT ST. ELISABETH SEMARANG

Direktur Utama : dr. E. Nindyawan Waluyo Adi, Sp.B, FINACS


Direktur Eksekutif : Sr. M. Victorine Ida Nursanti, OSF, BSN, MHA
Direktur SDM dan Umum : Sr. M. Irene Vetty Sunaryo, OSF
Direktur Keuangan : Sr. M. Theresa Sri Widowati, OSF
Direktur Medik dan Penunjang Medik : dr. FX Rudhi Harsono,SpPD
Direktur Keperawatan : Sr. Theresio Tuti Setyowati,OSF, S.Kp,M.Kep,
Sp.Mat
Sekretaris : drg. Theresia Anggita Oktaviani
Kepala Bidang Pelayanan Medik : dr. E. Endang Sri Mariani, Sp.KFR.
Kepala Bidang Penunjang Medik : dr. M. Monica Aditjondro, Sp.Rad.
Kepala Humas, Marketing, PKRS : Dra. Probowatie Tjondronegoro, M.Si.Med.
Kepala DIKLAT : dr. P. Nani Wijaya, M.Si.Med.,Sp.PA.

MANAJEMEN IGD RUMAH SAKIT ST. ELISABETH SEMARANG

3
DENAH IGD

4
 IGD terletak dibagian depan Rumah Sakit dan mudah dicapai dengan kendaraan
roda dua maupun roda empat, dan dilengkapi dengan tempat parkir ambulance.
 Ruangan IGD terdiri atas ruang triage, resusitasi, tindakan, observasi, ruang
PONEK dilengkapi dengan ruang konsultasi dokter, ruang tunggu keluarga dan
ruang istirahat petugas.

Denah IGD RS St. Elisabeth Semarang

PELAYANAN MEDIS

a. Triage
NAMA JUMLAH
Kit pemeriksaan sederhana :
- Tensi meter
- Stetoskop 1 set
- Pulse oxymeter
- Termometer

5
Brankar penerimaan pasien 1 buah
Label pasien (pada saat korban masal) 1 set
Timbangan (bayi dan dewasa) Masing-masing 1 buah

- Proses triage dimulai ketika pasien masuk ke pintu UGD. Perawat triage harus
mulai memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat dan
melakukan pengkajian, misalnya melihat sekilas ke arah pasien yang berada di
brankar sebelum mengarahkan ke ruang perawatan yang tepat.
- Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan cepat, tidak
lebih dari 5 menit karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat
utama. Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda - tanda objektif
bahwa ia mengalami gangguan pada airway, breathing, dan circulation, maka
pasien ditangani terlebih dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data
objektif dan data subjektif sekunder dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasien
membaik, data pengkajian kemudian dilengkapi dengan data subjektif yang
berasal langsung dari pasien (data primer)
- Bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat
dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD).
- Hasil pengumpulan data subjektif dan objektif didokumentasikan dalam form
triage pasien.
- Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Elisabeth menggunakan kategori triase
sesuai Australian Triase Scale 2006 (ATS) sebagai berikut :

Kode Nomor Kategori Respon Penanganan Kode Warna


1 Resusitasi Segera Merah
2 Emergensi Menit (10 menit) Kuning
3 Urgen 30 menit Hijau
4 Semi urgen 1 jam Biru
5 Non urgen 2 jam Putih

Kategori 1 (Merah)
Kategori 1 (merah) adalah pasien yang masuk ke instalasi gawat darurat dengan
diskripsi kategori sebagai berikut :
- Kondisi yang mengancam nyawa saat itu juga.
- Kondisi yang memerlukan respon agresif dan segera saat itu juga.
- Memerlukan asesmen, pengelolaan, dan evaluasi secara terus menerus
selama di instalasi gawat darurat.

6
Kategori 2 (Kuning)
Kategori 2 (kuning) adalah pasien yang masuk ke instalasi gawat darurat dengan
diskripsi kategori sebagai berikut :
- Kondisi yang hampir mengancam nyawa
- Kondisi yang memerlukan pengelolaan segera kurang dari 10 menit
- Kondisi kesakitan berat

Kategori 3 (Hijau)
Kategori 3 (hijau) adalah pasien yang masuk ke instalasi gawat darurat dengan
diskripsi kategori sebagai berikut :
- Kondisi yang kalau dibiarkan tanpa penanganan akan menimbulkan
“potensi” mengancam nyawa
- Kondisi yang memerlukan pengelolaan segera kurang dari 30 menit
- Kondisi yang memerlukan pengelolaan dari nyeri kurang dari 30 menit.

Kategori 4 (Biru)
Kategori 4 (Biru) adalah pasien yang masuk ke instalasi gawat darurat dengan
diskripsi kategori sebagai berikut :
- Kondisi urgensi karena situsi
- Kondisi yang memerlukan pengelolaan segera kurang dari 60 menit
- Kondisi yang memerlukan pengelolaan dari nyeri kurang dari 60 menit.

Kategori 5 (Putih)
Kategori 5 (putih) adalah pasien yang masuk ke instalasi gawat darurat dengan
diskripsi kategori sebagai berikut :
- Tidak ada urgensi, pengelolaan kurang dari 120 menit

Berikut adalah sebagian contoh kasus dan diskripsi kasus, pasien tidak harus
memenuhi semua kriteria yang tertulis di dalam kategori ini, ketelitian dalam
asesmen dan keputusan medis yang tepat sangat menentukan ketepatan triase

7
b. 10 Kasus Terbanyak IGD
Nama : Tn. S
Umur : 55 tahun

Anamnesis :
Keluhan Utama : sulit berbicara
Pasien datang dengan keluhan sulit berbicara sejak bangun tidur sekitar pukul
07.00. pasien tampak bingung. Riwayat dengan keluhan yang sama sekitar tahun
2018. Kedua tangan dan kaki tidak ada yang lemas. RPD : DM (+), HT (+),
stroke (+)

Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : CM
GCS : E4M6Vaphasia
KU : Sakit sedang
Tanda Vital : TD : 150/78 N : 60x/menit R : 16x/menit SaO2 : 99%
Kepala : B/U simetris, CA-/-, SI -/-
Leher : Trakea central, JVP tak tampak
Thorax : Bentuk normal, Pergerakan simetris
Cor : BJ regular, murmur –
Pulmo : VBS ka=ki, Rh-/-, Wh-/-
Abdomen : soepel, BU+ normal, timpani
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2”, oedem -/-
Status Neurologis :
Gerak +/+, Kekuatan 5/5, Sensorik +/+, Refleks fisiologis +/+, Refleks
-patologis -/-

Pemeriksaan Penunjang :
- GDS : 106
- EKG : sinus bradikardi

8
Diagnosis :
Disartria susp SNH dd/ SH

Terapi ;
O2 3lpm
Infus RL 20tpm
Rawat Inap
Usul MRI

Nama : Ny. D
Umur : 42 tahun

Anamnesis :
Keluhan Utama : sesak nafas
Pasien datang dengan sesak nafas sejak 1 hari SMRS, disertai batuk, dahak sulit keluar.
Tidak ada demam, nyeri dada maupun mual muntah.
RPD : asma (+)

Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : CM
KU : Sakit sedang
Tanda Vital : TD : 160/80 N : 117x/menit R : 98x/menit SaO2 : 98%
Kepala : B/U simetris, CA-/-, SI -/-
Leher : Trakea central, JVP tak tampak
Thorax : Bentuk normal, Pergerakan simetris

9
Cor : BJ regular, murmur –
Pulmo : VBS ka=ki, Rh-/-, Wh+/+
Abdomen : soepel, BU+ normal, timpani
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2”, oedem -/-

Pemeriksaan Penunjang :
- EKG : sinus takikardi

Diagnosis :
Dyspnoe ec asthma attack

Terapi ;
O2 3lpm
Nebulizer pulmicort + combivent

Nama : Tn. I
Umur : 58 tahun

Anamnesis :
Keluhan Utama : kesemutan anggota gerak sebelah kanan
Pasien datang dengan keluhan kesemutan tangan dan kaki kanan sejak sekitar 2,5 jam
SMRS. Bicara terasa sulit dan sulit menelan, wajah sebelah kanan terasa kesemutan.
Tidak ada nyeri kepala maupun mual muntah.
RPD : HT(+) tidak teratur minum obat.

Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : CM
KU : Sakit sedang
Tanda Vital : TD : 110/70 N : 87x/menit R : 20x/menit SaO2 : 98%
Kepala : B/U simetris, CA-/-, SI -/-
Leher : Trakea central, JVP tak tampak
Thorax : Bentuk normal, Pergerakan simetris
Cor : BJ regular, murmur –
Pulmo : VBS ka=ki, Rh-/-, Wh-/-
Abdomen : soepel, BU+ normal, timpani
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2”, oedem -/-
Status Neurologis : motorik : 5-5-/55, sensoris ↓/ +, reflex fisiologis +/+, reflek
patologis -/-

Pemeriksaan Penunjang :
GDS : 116
EKG : sinus rhytm, ST depresi V2-V6

Diagnosis :
Hemiparese dextra susp stroke infark akut

10
Terapi ;
O2 3l/ menit
Konsul dr.Martinus, SpS  MRI Stroke infark  rencana RTPA
Checklist RTPA
Infus R-sol 20tpm
Pasang NGT dan Kateter urin
RTPA 0.9 x 86 = 77.4
10%  7.7 cc bolus
90%  69.7 cc dalam 1 jam
Observasi ICU

Nama : Tn. T
Umur : 54 tahun

Anamnesis :
Keluhan Utama : Sesak napas
Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 1 hari SMRS setelah pulang dari HD.
Pasien tidak bisa tidur karena sesak napas, disertai batuk dan nyeri dada. Tidak ada
nyeri kepala maupun mual muntah. Pasien pulang opname dari RSE 2 hari yang lalu.
RPD : HT (+), DM (-), Jantung (-), asma (-)

Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : CM
KU : sesak, lemah
Tanda Vital : TD : 223/100 N : 92x/menit R : 28x/menit SaO2 : 90%

11
Kepala : B/U simetris, CA-/-, SI -/-
Leher : Trakea central
Thorax : Bentuk normal, Pergerakan simetris
Cor : BJ regular, murmur –
Pulmo : VBS ka=ki, Rh+/+ minimal di basal, Wh-/-
Abdomen : soepel, BU+ normal, timpani
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2”, oedem ++/++

Pemeriksaan Penunjang :
EKG : sinus rhytm
GDS : 95

Diagnosis :
Obs. Dypsnoe ec oedem pulmo
CKD on HD
HT emergency

Terapi ;
O2 10 lpm (NRM)
RL 8 tpm
Furosemid 2 ampul IV
NTG syringe pump 200 mikrogram/menit titrasi
Kateter urin
Rawat ICU

12
Nama : Ny. P
Umur : 54 tahun

Anamnesis :
Keluhan Utama : nyeri dada
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada sejak sekitar 3 jam SMRS, dada seperti
ditekan, disertai sesak nafas dan keringat dingin. Pasien juga mengeluh nyeri kepala,
mual, muntah dan nyeri di bagian ulu hati.
RPD : Hipertensi, DM

Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : CM
KU : Sakit sedang
Tanda Vital : TD : 130/80 N : 63x/menit R : 24x/menit SaO2 : 97%
Kepala : B/U simetris, CA-/-, SI -/-
Leher : Trakea central, JVP tak tampak
Thorax : Bentuk normal, Pergerakan simetris
Cor : BJ regular, murmur –
Pulmo : VBS ka=ki, Rh-/-, Wh-/-
Abdomen : soepel, BU+ normal, timpani
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2”, oedem -/-

Pemeriksaan Penunjang :
EKG : ST elevasi di II, III, AVF
GDS : 423

Diagnosis :
Chest pain ec STEMI inferior
DM tipe II

Terapi ;
O2 3l/ menit
ISDN PO 5mg
CPG 4 x 75 mg
Aspilet 2 x 80 mg
Infus RL 30tpm, NaCl 0.9% 30tpm
Inj Ranitidin 1 amp
Rawat ICU

13
Nama : Tn. B
Umur : 79 tahun

Anamnesis :
Keluhan Utama : Sesak napas
Pasien datang dengan keluhan sesak napas sudah sejak sekitar 3 bulan hilang timbul
disertai bengkak pada kedua tangan dan kaki. Sesak nafas memburuk selama 1 minggu
terakhir disertai batuk. Tidak ada mual maupun muntah, nyeri dada (-). Perut terasa
semakin membesar.
RPD : Hipertensi (-), DM(-), Jantung (-)

Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : CM
KU : Sesak
Tanda Vital : TD : 220/110 N : 107x/menit R : 35x/menit SaO2 : 84%
Kepala : B/U simetris, CA-/-, SI -/-
Leher : Trakea central, JVP tak tampak
Thorax : Bentuk normal, Pergerakan simetris
Cor : BJ iregular, murmur –
Pulmo : VBS ka=ki, Rh+/+ basal paru kanan, Wh+/+
Abdomen : soepel, BU+ normal, dull (+) ascites (+)
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2”, oedem ++/++

Pemeriksaan Penunjang :
EKG : sinus takikardi
GDS : 116

14
Diagnosis :
Dypsnoe DD/ oedem paru
Oedem anasarka

Terapi ;
O2 3l/ menit
Infus RL 10tpm
Nebu Pulmicort + Combivent
NTG syringe pump 200mcg/menit titrasi
Inj furosemid 2 amp bolus  lanjut 10mg/jam
Rawat HCU

Nama : Tn. P.
Umur : 57 tahun

Anamnesis :
Keluhan Utama : nyeri dada
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada sejak sekitar 2 jam SMRS. Nyeri tembus ke
belakang disertai keringat dingin dan tangan kiri terasa pegal muncul tiba-tiba saat tidur.
Tidak ada batuk maupun sesak nafas. Pasien juga mengeluh mual, dan pusing. Riwayat
PCI 2th yang lalu.
RPD : Jantung (+)

15
Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : CM
KU : Sakit berat
Tanda Vital : TD : 82/52 N : 85x/menit lemah R : 16x/menit SaO2 : 99%
Kepala : B/U simetris, CA-/-, SI -/-
Leher : Trakea central, JVP tak tampak
Thorax : Bentuk normal, Pergerakan simetris
Cor : BJ regular, murmur –
Pulmo : VBS ka menurun = ki normal, Rh+/+, Wh-/-
Abdomen : soepel, BU+ normal, timpani
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2”, oedem -/-

Pemeriksaan Penunjang :
EKG : T inverted I, AVL, ST depresi V5-V6, AF Rapid respon
GDS : 151

Diagnosis :
Chest pain ec STEMI lateral
Hipotensi ec syok kardiogenik
AF rapid respons

Terapi ;
O2 3lpm
Infuse RL loading 300 cc lanjut 20tpm
Aspilet 2x80mg
Cpg 4x75mg
Injeksi ranitidin1 amp
Injeksi primperan 1 amp
Dobutamin 5mcg/kg/menit dalam syringe pump
Cek darah rutin, elektrolit, Mg, CKMB, Troponin T, ureum, kreatinin
Rawat ICU

16
Nama : Ny.M
Umur : 63 tahun

Anamnesis :
Keluhan Utama : sesak napas
Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak sekitar 2 minggu hilang timbul, badan
lemas, mual, tidak mau makan. Tidak ada nyeri dada maupun demam. Batuk (+), BAB
dan BAK tak ada keluhan.
RPD : Hipertensi (+), DM (-), Jantung (+)

Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : CM
KU : Sakit sedang
Tanda Vital : TD : 98/63 N : 40x/menit R : 28x/menit SaO2 : 94%
Kepala : B/U simetris, CA-/-, SI -/-
Leher : Trakea central, tiroid teraba membesar
Thorax : Bentuk normal, Pergerakan simetris
Cor : BJ iregular, murmur –
Pulmo : VBS ka=ki, Rh-/-, Wh+/-
Abdomen : soepel, BU+ normal, timpani
Ekstremitas : akral dingin, CRT <2”, oedem -/-

Pemeriksaan Penunjang :
EKG : ST depresi V2-V6, AF normo respon
GDS : 175

Diagnosis :
NSTEMI
Hipotensi ec susp syok cardiogenic

Terapi ;
O2 3l/ menit
Infuse NaCl loading 500cc  lanjut 20tpm
Aspilet 2tab
CPG 4tab
Dobutamin 5mcg/kg/menit
Injeksi ranitidine 1 amp
Nebulizer ventolin + pulmicort
Rawat HCU

17
Nama : Tn. AM
Umur : 71 tahun

Anamnesis :
Keluhan Utama : lemas
Pasien datang dengan keluhan badan lemas sekitar 3 hari SMRS, disertai sesak nafas.
Dada terasa nyeri dibagian tengah, seperti ditekan (-), dada terasa berdebar-debar (-).
Batuk (+), dahak sulit keluar demam (+), mual (+), muntah (-), BAB dan BAK tak ada
keluhan bicara tidak jelas sejak 24 jam SMRS, tangan dan kaki kanan terasa berat.
Pusing (-), mual (-), muntah (-), nyeri dada (-), sesak napas (-). BAB dan BAK tidak ada
keluhan.
RPD : DM (-), HT (-), jantung (-), ginjal (-)

Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : CM
KU : Sakit sedang
Tanda Vital : TD : 100/60 N : 132x/menit R : 25x/menit SaO2 : 95%
Kepala : B/U simetris, CA-/-, SI -/-
Leher : Trakea central, JVP tak tampak
Thorax : Bentuk normal, Pergerakan simetris
Cor : BJ regular, murmur –
Pulmo : VBS ka=ki, Rh-/-, Wh-/-
Abdomen : soepel, BU+ normal, timpani
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2”, oedem -/-

18
Status Neurologis :
Kekuatan Ekstremitas superior 5/5, inferior 5/5
RF +/+
RP -/-

Pemeriksaan Penunjang :
EKG : AF RR
GDS : 188

Diagnosis :
AF RR
Febris H-2

Terapi ;
O2 3l/ menit
Infus RL loading 500cc lanjut 15tpm
Fargoxin 0,5mg iv 10 menit
Paracetamol 1 tab
Rawat ruang biasa

Nama : Tn. H
Umur : 57 tahun

Anamnesis :
Keluhan Utama : muntah darah

19
Pasien datang dengan keluhan muntah darah sejak pagi sekitar pk 01.00 sebanyak
sekitar 6x. darah merah segar, kadang kehitaman, kadang bergumpal-gumpal. BAB
hitam (+) 1x, nyeri ulu hati (+), tidak ada demam maupun batuk, BAK tak ada keluhan
RPD : Hepatitis B kronis

Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : CM
KU : Sakit sedang
Tanda Vital : TD : 75/52 N : 80x/menit R : 19x/menit SaO2 : 98%
Kepala : B/U simetris, CA+/+, SI +/+
Leher : Trakea central, JVP tak tampak
Thorax : Bentuk normal, Pergerakan simetris
Cor : BJ regular, murmur –
Pulmo : VBS ka=ki, Rh-/-, Wh-/-
Abdomen : soepel, NTE (+), BU+ normal, timpani
Hepar tidak teraba membesar, Lien tidak teraba membesar
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2”, oedem -/-
Status Neurologis : dalam batas normal

Pemeriksaan Penunjang :
EKG : Sinus Rhythm
GDS : 122

Diagnosis :
Hematemesis melena susp varises esophagus
Hipotensi
Riw hepatitis B

Terapi ;
O2 3l/ menit
Infuse asering loading 1000 cc
Infuse Gelofusin 40tpm
Asam tranexamat injeksi 1gr
Omeprazole injeksi 1amp
Pasang NGT  hitam
Tensi membaik  rawat ruang biasa

20
c. Medication Safety
1. Daftar obat-obatan NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) / LASA
(Look Alike Sound Alike) dapat ditemukan di SPO Obat-Obatan
NORUM/LASA dan juga pada buku quality and safety.
2. Contoh obat look alike adalah obat-obatan dengan tampilan yang mirip namun
sebenarnya berbeda dosis (misalnya amlodipin 5mg dan amlodipin 10mg).
Sementara contoh obat sound alike adalah azithromycin dan erythromycin
(terdengar mirip).
3. Obat-obatan high alert (Kalium klorida 7,46% dalam ampul dan Natrium
klorida 3% dalam kolf) hanya disimpan di ruang rawat intensif (ICU, PICU,
HND/HCU) di tempat yang ditandai dengan sticker merah. Obat high alert
tersebut diberi stiker “high alert” berwarna merah dan khusus untuk larutan
pekat juga diberi penandaan stiker yang bertuliskan “elektrolit pekat, harus
diencerkan sebelum diberikan”.
4. Obat emergensi disimpan dalam troli/kit/lemari emergensi terkunci, diperiksa,
dipastikan selalu lengkap sesuai standar.
5. Troli akan dibuka 3 bulan sekali untuk dilakukan pemeriksaan kesesuaian
perbekalan farmasi dengan daftar, ketepatan penyimpann dan tanggal
kadaluwarsa.
6. Penggunaan obat swa medikasi, baik yang dibawa dari rumah atau dibeli
sendiri, wajib dilaporkan ke DPJP dan dicatat dalam formulir rekonsiliasi obat.

Resep harus memenuhi kelengkapan :


a. Nama pasien, tanggal lahir atau umur pasien (jika tidak dapat mengingat
tanggal lahir), no rekam medis dan berat badan pasien (untuk pasien anak)
b. Nama dokter, tanggal penulisan resep dan ruang pelayanan
c. Mengisi kolom riwayat alergi obat pada bagian kanan atas lembar resep
manual

21
d. Menuliskan tanda R/ pada setiap sediaan. Untuk penulisan obat sesuai nama
dalam Formularium, dilengkapi dengan bentuk sediaan obat (contoh : injeksi,
tablet, kapsul, salep), serta kekuatannya (contoh : 500mg, 1gram)
e. Bila obat berupa racikan dituliskan nama setiap jenis/bahan obat dan jumlah
bahan obat (untuk bahan padat : microgram, milligram, gram) dan untuk
cariran : tetes, milliliter, liter.
f. Pencampuran beberapa obat dalam satu sediaan tidak dianjurkan, kecuali
sediaan dalam bentuk campuran tersebut telah terbukti aman dan efektif
g. Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian). Untuk aturan pakai jika perlu
atau prn atau “pro re nata”, harus dituliskan dosis maksimal dalam sehari

Pemberian obat menggunakan prinsip 7 benar :


1. Benar Pasien
2. Benar Indikasi
3. Benar Obat
4. Benar Dosis
5. Benar Cara Pemberian
6. Benar Waktu Pemberian
7. Benar Dokumentasi

d. Obat-Obat Emergency
NAMA JUMLAH
Cairan infuse koloid
- HES 4 buah

- Gelatine 4 buah
Cairan infuse kristaloid
- Dextrose 5% 5 buah

22
Emergency
- Insulin 1 buah
- ATP 5 buah
- Adrenalin 50 buah
-- Amiodarone
Dextrose 10% 20 buah
20 buah
- Atropine sulfas 50 buah
- Ringer Lactate 10 buah
- Calcium gluconas 5 buah
-- Ringer Acetate
Diltiazem 10 buah
10 buah
- Ringer Solution
Dobutamine 5 buah
10 buah
-- Dopamine
KAEN 1B 10 buah
5 buah
- Norepinephrine 10 buah
- KAEN 3B 5 buah
- Furosemide 20 buah
- NaCl 0.9% 10 buah
- Dextrose 40% 20 buah
-- Martos
Isosorbid Trinitrat 5 buah
20 buah
Isosorbide
- D5 ½ N dinitrat 5 buah
20 buah
-- Lidocaine 50 buah
D5 ¼N 5 buah
- Nicardipine 10 buah
- NaCl 3% 5 buah
- Clonidine 10 buah
- Mannitol 20% 250cc 8 buah
- KCl 10 buah
-- NaCl 0,9% 100cc
Magnesium sulfat 10 buah
10 buah
- D5% 100cc
Natrium bicarbonate 10
10 buah
buah
Sedasi dan agen anestesi lain
Analgetik
Midazolam
- Ketorolac 20 buah

-- Tramadol
Diazepam 20 buah
5 buah
- Propofol 2 buah
- Morphine 5 buah
- Xylocaine spray 1 buah
- Petidine 5 buah
Antispasm dan gastrointestinal
- Fentanyl
Hyoscine 5 buah
20 buah
-- Ketamine
Metoclopramide 20 buah
5 buah
- Ondancetron 20 buah
Antidotum
- H2RA 20 buah
- Naloxone 5 buah
- PPI 20 buah
Antihistamine
Steroid
- Difenhidramin 10 buah
- Dexamethasone 10 buah
Antipiretik
- Methyl prednisolone 10 buah
- psikosis
Anti Paracetamol 20 buah
- Haloperidol 2 buah
- Chlorpromazine 2 buah
Anti konvulsi
23
- Phenytoin 10 buah
- Phenobarbital 10 buah
- Diazepam 10 buah
e. Komunikasi Efektif
- IGD dilengkapi dengan minimal 1 pesawat telepon untuk interline dan 1
pesawat telepon untuk direct line.
- Komunikasi yang dilakukan di IGD RS Elisabeth Semarang terdiri dari antar
unit di dalam lingkup rumah sakit dengan menggunakan nomor ekstensi, dan
kontak di luar rumah sakit baik melalui operator maupun secara langsung.

- Telepon masuk dari luar dapat langsung menghubungi ke nomor telepon IGD
atau nomor telepon RS St. Elisabeth Semarang dan menekan nombol ekstensi
IGD.

f. Rujukan Pasien
- Pasien yang akan dirujuk ke luar RS St. Elisabeth Semarang harus sudah
diperiksa dan layak untuk dirujuk. Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah
bila memenuhi salah satu dari :
 Dari hasil pemeriksaan fisik kondisi pasien sudah dapat dipastikan tidak
mampu diatasi di Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang
 Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata
tidak mampu diatasi.
 Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi
pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.
 Ruang perawatan yang dibutuhkan pasien di Rumah Sakit St. Elisabeth
Semarang penuh.
 Permintaan sendiri pasien yang bersangkutan untuk dirujuk kesarana
pelayanan lain.
- Setiap rujukan pasien harus mendapat persetujuan dari pasien dan/atau
keluarganya, informasi yang dimaksud harus memuat sekurang-kurangnya :
 Diagnosis dan terapi/tindakan medis yang diperlukan.
 Alasan dan tujuan dilakukan rujukan
 Resiko yang timbul bila tidak dilakukan rujukan
 Transportasi rujukan
 Resiko atau penyulit yang timbul selama dalam perjalanan.
- Sebelum melakukan rujukan semua staf medis dan tenaga kesehatan harus
melakukan prosedur sebagai berikut :

24
 Melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakan stabilisasi kondisi
pasien sesuai dengan indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan untuk
keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan.
 Melakukan komunikasi dengan pelayanan kesehatan tujuan rujukan dapat
menerima pasien dengan kondisi klinis yang disamapaika termasuk
kondisi pasien dalam keadaan gawat darurat
 Membuat surat pengantar rujukan yang berisi sekurang-kurangnya :
o Identitas pasien
o Hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang) yang telah dilakukan
o Diagnosis kerja
o Terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan.
o Tujuan rujukan
o Nama dan tanda tangan dokter pemberi pelayanan pasien.

g. Konsultasi Spesialis pada Kasus Emergency


Pada kasus pasien yang membutuhkan tindakan segera, atau kasus pasien yang
membutuhkan perawatan intensif, atau kasus dimana dokter jaga IGD
membutuhkan konsultasi ke dokter spesialis, maka pasien akan diinformasikan
dan dikonsultasikan ke dokter spesialis sesuai jadwal jaga dokter spesialis atau
jika tidak terdapat jadwal jaga dokter spesialis yang dibutuhkan, pasien
dipersilahkan untuk memilih dokter spesialis untuk kemudian dikonsultasikan dan
mendapat advis terapi/tindakan selanjutnya.

PPI (PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI)

Tujuan dari PPI adalah meminimalkan resiko infeksi di rumah sakit. Pencegahan
infeksi salah satunya dengan cuci tangan. Cuci tangan dibagi menjadi dua yatu
handwash dan handrub. Penggunaan handwash sendiri dengan menggunakan sabun dan
air mengalir selama 40-60 detik dengan pengulangan 7x. Penggunaan handrub selama

25
20-30 detik dengan pengulangan selama 4x mengunakan gel berbasis alkohol. Semua
petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan kebersihan tangan pada 5 momen:
 Sebelum kontak dengan pasien
 Sesudah kontak dengan pasien
 Sebelum tindakan asepsis
 Sesudah terkena cairan tubuh pasien
 Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

PPI-RS diusahakan dengan memutuskan rantai dan pengendalian sumber


penularan ,dengan berbagai upaya diantaranya :
a) Mengobati pasien/ tenaga medis yang menderita infeksi atau carrier, bila
perlu/isolasi
b) Sterilitas alat-alat medis dan disinfektan sarana kerja yang potensial sebagai
sumber infeksi : kamar operasi, ruang ICU/PICU/HND/VK/Isolasi, Laboratorium,
Dapur, Dll
c) Melaksanakan prosedur tetap (PROTAP) tentang sterilisasi desifektan dan
atiseptic :
1) Kebersihan ruang keperawatan, cukup sinardan pengganti udara
2) Dokter, perawat dan petugas kesehatan wajib menjaga kebersihan tangan
baik mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir maupun dengan cairan
antiseptic
3) Merawat luka dengan cara aseptic, bila perlu menggunakan sarung tangan
4) Alat-alat dan barang bekas pakai yang terkontaminasi dikumpulkan di
tempat tertutup, diberi tulisan dan tanda sebelum dibawa ketempat
dekontaminasi atau didesinfiktan untuk dibuang ketempat pembakaran

MUTU IGD

Indikator Mutu IGD


Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan maka IGD RS St. Elisabeth
Semarang secara terus menerus melakukan evaluasi dan usaha-usaha yang dituijuikan
untuk meningkatakan mutu evaluasi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pencatatan dan Pelaporan Data
2. Pertemuan atau Rapat Rutin

Adapun indikator mutu unit Instalasi Gawat Darurat adalah :


1. Total waktu pelayanan di Instalasi Gawat Darurat kurang dari 4 jam

26
Judul Total waktu pelayanan di IGD kurang dari 4 jam
Dimensi mutu Efisiensi kesinambungan layanan
Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang efisien di Instalasi Gawat
Darurat
Definisi operasional Waktu pelayanan adalah rerata waktu pelayanan yang diukur
sejak pasien datang sampai selesai pelayanan di IGD (siap
ditransfer/ pulang/ rujuk)
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisa 3 bulan
Numerator Total waktu yang diperlukan semua pasien sejak pasien
datang sampai pasien selesai mendapat pelayanan di IGD
(siap ditransfer/pulang/rujuk) (menit) dengan kriteria
eksklusi:
- Pasien yang > 4jam di IGD karena pembuat
keputusan mengenai pasien belum dapat memberikan
keputusan mengenai penanganan pasien selanjutnya.
- Pasien telah selesai mendapat pelayanan di IGD
namun belum dapat dipindahkan ke pelayanan
selanjutnya dengan alasan: menunggu praktek dokter
spesialis, ruangan belum dapat menerima pasien,
menunggu obat pulang.
Denominator Jumlah total pasien yang ditangani di IGD
Sumber data Rekam medik, sensus bulanan
Standar < 4 jam
Penanggung jawab Kepala Instalasi Gawat Darurat, Rekam Medik
pengumpulan data
Referensi Approved Standards Revisions Addressing Patient Flow
Through the Emergency Department. Joint Comission
Perspectives. Joint Commission on Accreditation of
Healthcare Organizations.2012

2. Keberhasilan Intubasi Endotrakheal oleh dokter jaga IGD


Judul Keberhasilan pemasangan ETT oleh dokter jaga IGD
Dimensi mutu Kompetensi teknis
Tujuan Menilai jumlah keberhasilan intubasi endotrakheal oleh
dokter penanggung jawab pasien di IGD
Definisi operasional Persentase keberhasilan intubasi endotrakheal oleh dokter

27
penanggung jawab pasien di IGD dibandingkan dengan
keseluruhan jumlah pemasangan ETT di IGD dalam sebulan
Definisi kegagalan intubasi:
1. Gagalnya pemasangan pipa endotrakheal setelah 3x
percobaan pemasangan oleh dokter penanggung jawab pasien
2. Dokter penanggung jawab pasien di IGD mengkonsulkan
pemasangan pipa endotrakheal ke dokter lain/perawat
jaga/dokter spesialis
Frekuensi Setiap bulan
pengumpulan data
Periode analisa 3 bulan
Numerator Jumlah tindakan intubasi endotrakheal yang berhasil
dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien di IGD
dalam sebulan
Denominator Jumlah seluruh pasien Gawat Darurat yang diintubasi di IGD
dalam sebulan
Sumber data Survey
Standar ≥75%
Penanggung jawab Kepala Instalasi Gawat Darurat
pengumpulan data
Referensi A Quality Framework Suite of Quality Measures for
ED/National Emergency Developments Advisory Group New
Zealand/2014
Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan no
856/ Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit
Quality Indicator Monograph/Guide to Quality Indicators in
Adult Trauma Care/ http://www.qualitytraumacare.com/2013

3. Pasien AMI yang mendapatkan aspirin dalam 24jam setelah kedatangan


Judul Pasien AMI yang mendapatkan aspirin dalam 24jam setelah
kedatangan
Dimensi mutu Keselamatan pasien
Tujuan Setiap pasien dengan AMI harus mendapatkan aspirin
sebagai terapi pendahuluan dalam 24 jam pertama setelah
datang
Definisi operasional Aspirin merupakan obat anti agregrasi trombosit yang
merupakan salah satu obat dari terapi awal pada pasien

28
dengan AMI
Frekuensi pengumpulan Setiap bulan
data
Periode analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah total pasien AMI yang masuk melalui Instalasi
Gawat Darurat yang mendapatkan aspirin
Denominator Jumlah total pasien AMI yang masuk melalui Instalasi
Gawat Darurat
Sumber data Rekam medik
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala Instalasi gawat darurat
pengumpulan data
Referensi Specification Manual for Joint Comission National Quality
Core Measures. Joint Commision International. 2015

4. Kematian pasien Instalasi Gawat Darurat kurang dari 24 jam


Judul Kematian pasien Instalasi Gawat Darurat kurang dari 24 jam
Dimensi mutu Efektifitas dan keselamatan
Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang efektif dan mampu
menyelamatkan pasien gawat darurat
Definisi operasional Kematian ≤ 24 jam adalah kematian yang terjadi dalam
periode 24 jam sejak pasien datang ke Instalasi Gawat
Darurat dengan kriteria eksklusi :
1. Pasien terminal
2. Pasien yang tidak mendapatkan perawatan maksimal
karena alasan apapun (tempat penuh, terminal, dll)
3. Pasien dengan kondisi “ do not resuscitate” (DNR)

Frekuensi pengumpulan Setiap bulan


data
Periode analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah pasien yang meninggal dalam periode ≤ 24 jam
sejak pasien datang
Denominator Jumlah seluruh pasien yang ditangani di IGD
Sumber data Laporan bulanan
Standar < 2/ 1000
Penanggung jawab Kepala instalasi gawat darurat
pengumpulan data
Referensi Kepmenkes no 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan

29
Minimal RS

KESELAMATAN KERJA

Prosedur Evakuasi :
1. Tetap tenang, jangan panic, jangan berlari, ikuti petunjuk arah evakuasi atau
petugas evakuasi
2. Jangan mencoba mengambil barang yang tertinggal
3. Lepaskan sepatu hak tinggi
4. Gunakan tangga darurat terdekat menuju jalur evakuasi
5. Jangan gunakan lift, lift tidak bekerja sewaktu alarm berbunyi
6. Jalan merangkak menuju tangga darurat, bila lorong dipenuhi asap
7. Tutup hidung dan mulut dengan saputangan atau tisu yang telah dibasahi air guna
menghindari dari kemungkinan menghirup zat-zat beracun
8. Keluar menuju tempat berhimpun di halaman rumah sakit atau tempat lapang yang
bebas dari bencana

Bila Terjadi Kebakaran Bagi Pengunjung (Keluarga Pasien) :


1. Segera mencapai jalan keluar (exit) terdekat (tangga darurat), dilarang
menggunakan lift
2. Sikap dan cara berjalan tetap tenang dan tidak panic
3. Bila memakai sepatu hak tinggi, harap dilepas
4. Utamakan keselamatan diri, bawa barang yang sangat penting saja dan tidak lebih
besar dari tas tangan
5. Keluar dari gedung dan segera menuju titik kumpul
6. Ikuti semua instruksi yang diberikan oleh regu evakuasi, petugas keselamatan
kebakaran atau yang berkompeten
7. Berjalan dan berkumpul di titik kumpul yang ditentukan dan tunggu sampai ada
berita aman dan pemberitahuan lebih lanjut
8. Jangan kembali masuk ke dalam gedung sebelum pernyataan aman diumumkan
melalui alat komunikasi

Bila Terjadi Kebakaran Bagi Petugas (Perawat dan Tim Evakuasi) :


1. Petugas menghubungi Posko Tim Kebakaran (Ext 7246)
2. Tekan tanda tombol alarm kebakaran atau berteriak minta bantuan orang terdekat
3. Padamkan api dengan APAR terdekat
4. Petugas mengevakuasi pasien, peralatan dan dokumen-dokumen penting dan segera
mencapai jalan keluar (exit) terdekat (tangga darurat) serta dilarang menggunakan
lift, menuju ke titik kumpul
5. Sikap dan cara berjalan tetap tenang dan tidak panic

30
6. Bila memakai sepatu hak tinggi, harap dilepas
7. Ikuti semua instruksi yang diberikan oleh Regu Evakuasi, petugas keselamatan
kebakaran atau yang berkompeten
8. Berjalan dan berkumpul di titik kumpul yang ditentukan dan tunggu sampai ada
berita aman dan pemberitahuan lebih lanjut
9. Jangan kembali masuk ke dalam gedung sebelum pernyataan aman diumumkan
melalui alat komunikasi

Prosedur Penggunaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) jenis POWDER:


1. Angkat tabung dan bawa ke tempat terjadinya kebakaran
2. Lepaskan PEN pengaman
3. Sebelum penggunaan APAR pastikan APAR berfungsi baik dengan cara
menyemprotkan ke area bebas terlebih dahulu
4. Pancaran harus dilakukan searah angin
5. Jarak pancaran dengan titik api minima 2m
6. Tekan tangkai penekan nozzle dan arahkan pancaran serbuk kima seperti gerakan
menyapu agar terbetuk semacam awan diatas api
7. Bila api sudah padam, hentikan pancaran

Prosedur Penggunaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) jenis CO2:


1. Lepaskan PEN pengaman
2. Angkat tabung dan bawa ke tempat terjadinya kebakaran
3. Corong dipegang pada ganging yang mempunyai penyekat agar tangan tidak
terluka karena suhu dingin
4. Sebelum penggunaan APAR pastikan APAR berfungsi baik dengan cara
menyemprotkan ke area bebas terlebih dahulu
5. Arahkan corong ke nyala api dan buka kran/tekan tangkai penekan
6. Pancaran harus searah angin
7. Jarak pancaran dengan titik api minimal 2m
8. Gerakkan corong ke kanan dan ke kiri sedemikian rupa, usahakan gas CO2
secepatnya dapat mengurung nyala api
9. Bila api sudah dipadamkan, hentikan pancaran

31
32

Anda mungkin juga menyukai