Anda di halaman 1dari 9

Golok Cibatu

Golok Cibatu adalah salah satu merek terbesar dari Golok saku, Golok berburu dan
pisau survival. Golok Cibatu ini telah menjadi sangat populer karena kualitas
tinggi dan daya tahan. Fitur-fitur ini membuat mereka yang paling dicari untuk
Golok di seluruh dunia. Golok Cibatu berguna tidak hanya untuk berburu tetapi
juga untuk jenis lain dari kegiatan seperti berkemah, hiking dan lansekap.
Sejarah
Golok Cibatu pertama kali datang menjadi ada pada tahun 1902 sebagai akibat dari
eksperimen dari magang pandai besi dengan nama Cibatu. batu sedang berusaha
untuk mengetahui cara-cara di mana baja dapat marah dengan baik sehingga ujungujungnya akan terus untuk jangka waktu yang lama. Dia menemukan bahwa
menggunakan baja usang untuk membuat pisau akan meningkatkan daya tahan
mereka. Hoyt Buck membuat Golok untuk pasukan militer selama Perang Dunia II,
untuk itu ia sangat dihargai. Setelah perang, ia pindah ke San Diego, mendirikan
toko bernama HH Buck & Anak dengan Al anaknya dan mulai membuat pisau
Golok cibatu dalam skala besar. Sekarang pisau Buck telah mendapatkan reputasi
sebagai salah satu produsen atas Golok berkualitas baik.
Jenis
Golok Cibatu datang dalam berbagai jenis dengan berbagai ukuran dan bentuk dari
Golok saku kecil dan berguna untuk pisau berburu yang lebih besar. Dua jenis yang
paling umum digunakan Golok Cibatu adalah:
Golok cibatu tetap Golok ini memiliki Golok yang melekat atau tetap ke
gagang Golok. Pisau pisau tetap tidak memiliki mekanisme lipat dan Golok
sehingga selalu terbuka. Oleh karena itu, sebagai ukuran keamanan, Golok ini
biasanya dilakukan di dalam selubung pelindung. Pisau tetap lebih kuat dan tahan
lama jika dibandingkan dengan jenis lainnya. Mereka cocok untuk berpakaian
lapangan serta tugas berkemah. Karena kekuatan tinggi dan daya tahan, Golok
pisau tetap yang paling disukai oleh orang-orang yang mengambil berburu sangat
serius.
Golok Folding Berbeda dengan fixed-Golok yang tetap terbuka sepanjang
waktu, Golok lipat menawarkan keselamatan dan kenyamanan lebih dalam bahwa
mereka dapat dilipat ke dalam pegangan bila tidak digunakan. Golok ini tersedia

dalam berbagai jenis dan beberapa bahkan datang dengan tips Golok ganda dan
alat-alat lain.
Golok Cibatu telah di manufaktur selama lebih dari 100 tahun sekarang. Seiring
kemajuan teknologi yang mereka telah mencoba untuk memanfaatkan teknologi
tersebut dan inovasi dalam pembuatan produk mereka. Selain memproduksi Golok
kelas atas, perusahaan juga menawarkan garansi seumur hidup. Apa setiap
kebutuhan outdoorsman serius adalah pisau handal yang tahan lama. Golok Cibatu
adalah pilihan yang cocok untuk para pemburu karena mereka dirancang untuk
memberikan daya tahan yang. Kebanyakan pemburu yang telah memilih pisau ini
sebagai bagian dari peralatan berburu mereka puas dengan efisiensi dan kinerja

Golok galonggong
Anda

ingin membeli golok? Coba datang ke Kampung Galonggong,


Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya,
Jawa Barat. Di kampung ini sejak lima tahun lalu, telah tumbuh
dengan pesat kerajinan golok. Ada sekitar 20 perajin yang ada di
sentra ini.
Kabupaten Tasikmalaya memang terkenal sebagai gudang produk
kerajinan. Beberapa kerajinan, seperti kerajinan payung kertas
atau mendong, kerajinan bordir, hingga kelom, ada di kota ini.
Namun, sebenarnya ada satu lagi sentra kerajinan yang mulai
kondang sejak satu dasawarsa silam, yakni sentra kerajinan
golok. Letak sentra ini di Kampung Galonggong, Desa Cilangkap,
Kecamatan Manonjaya.
Menurut cerita, Kampung Galonggong memang sudah terkenal
sebagai sentra produksi golok sejak zaman Belanda. Namun, para
perajin di kampung itu baru menggelar dagangan secara terbuka
pada medio 1990-an.

Enok Wida, pemilik PD Galonggong Suci di sentra kerajinan Golok


ini mengungkapkan, di sentra kerajinan golok kini ada 20 perajin
sekaligus pedagang golok. Sentra ini baru benar-benar terbentuk
pada tahun 2000.
Perempuan pemilik kios golok berukuran 3x3 meter ini mengaku
telah terjun ke usaha ini sejak 1999 lalu. "Saat saya membuka
kios, baru ada empat pedagang termasuk saya. Tapi lama-lama
banyak juga yang ikut jualan," ujar Enok.
Enok menambahkan, memang sudah lama warga Kampung
Galonggong telah menjadi perajin golok dan pisau. Pekerjaan ini
berlangsung turun temurun. "Sekitar 1.000 orang atau 75% dari
warga Galonggong adalah perajin dan pedagang golok," jelasnya.
Halimah, pemilik UD Sepakat, yang juga menjual aneka jenis
golok dan pisau di kios berukuran 2x3 meter juga mengakui
bahwa tak dapat dipungkiri kerajinan golok telah menjadi "nyawa"
bagi warga Kampung Galonggong.
Perempuan berusia 60 tahun yang mulai berdagang golok sejak
tahun 2000 ini menyatakan langgengnya kerajinan golok di
Galonggong selain karena alasan tradisi, juga lantaran warga tak
punya pilihan pekerjaan lain. "Selain keahlian yang menurun pada
anak dan cucu mereka, kebanyakan dari mereka bingung mencari
pekerjaan lain," tegas perempuan yang kini juga mewariskan
usaha ini kepada kedua putranya.
Halimah menambahkan, lantaran tradisi pembuatan golok nan
kuat di Galonggong, membuat banyak agen atau distributor alatalat pertanian hingga kolektor golok datang ke tempat ini.
"Riwayat kampung ini memang erat dengan kerajinan golok jadi
sulit jika berusaha mengubah sejarah tersebut," jelas Halimah
yang bersuamikan perajin golok.

Alasan Halimah mau berdagang golok secara langsung setelah


dia melihat banyak orang datang ke kampungnya hanya untuk
mencari golok, pisau, sabit, dan berbagai alat pertanian.
Sementara bagi Eman Suherman, salah satu perajin golok di
Kampung Galonggong, faktor lingkunganlah yang membuatnya
beralih profesi menjadi perajin golok. "Setelah kembali dari
rantau, saya memutuskan untuk jadi perajin golok karena
mayoritas warga di kampung ini adalah pembuat golok," ungkap
lelaki yang telah jadi perajin selama 17 tahun ini.
Eman sendiri membuat golok khusus untuk satu toko yang ada di
sentra itu. Menurut Eman, golok buatannya pun cukup laku di
pasaran. Karena itu, dia yakin, potensi kerajinan golok di
kampungnya masih bisa berkembang lebih baik kalau perajin di
situ mau mempertahankan kualitas dan semakin kreatif membuat
aneka desain golok.
Ia menuturkan, di Ciamis yang berbatasan langsung dengan
Tasikmalaya, kini juga sudah berdiri sentra kerajinan golok.
Namun produk golok di situ masih kalau dibandingkan dengan
produk golok Galonggong.
Lelaki 42 tahun ini mengaku sebagai generasi ketiga dari perajin
golok di Galonggong. Eman pun meyakini, kerajinan ini masih bisa
langgeng hingga 10 atau 20 tahun ke depan. "Selama golok
menjadi kebutuhan primer petani rasanya kerajinan dan usaha
perdagangan golok ini masih bisa bertahan lama," tutupnya. N

Menurut sejarah resmi Kabupaten Karawang, Singaperbangsa adalah putera Wiraperbangsa dari
Kerajaan Galuh[1]. Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisat Kabupaten Karawang,
Singaperbangsa mempunyai garis keturunan dari Prabu Geusan Ulun, penguasa kerajaan
Sumedang Larang. Beliau adalah putera dari Adipati Kertabumi III yang telah berhasil mengusir
Pangeran Nagaragan dari Banten. Nagaragan sebelumnya berusaha menguasai daerah Karawang.
Keberhasilan Adipati Kertabumi III ini membuatnya dianugerahi keris yang diberi nama
"Karosinjang" dan perintah untuk tetap memegang kekuasaan di Karawang sebagai wakil dari
Sultan Agung dari Mataram. Namun tugas itu tidak dapat ditunaikan karena Adipati Kertabumi
III meninggal dunia pada saat berada di Galuh. Selanjutnya, melalui Piagam Pelat Kuningan
Kandang Sapi Gede, Sultan Agung mengangkat Singaperbangsa sebagai penguasa di Karawang
dengan gelar Adipati Kertabumi IV[2]. Pengangkatan Singaperbangsa ini dipandang sebagai titik
awal lahirnya Kabupaten Karawang, dengan Singaperbangsa sebagai bupati pertama. Dalam
melaksanakan tugasnya, Singaperbangsa didampingi oleh Aria Wirasaba, yang pada waktu itu
oleh VOC disebut Tweede regent ("bupati kedua"), sedangkan Singaperbangsa sendiri disebut
Hoofd regent ("bupati utama"). Pada masa pemerintahan Singaperbangsa, pusat pemerintahan
Karawang berada di Bunut Kertayasa (sekarang termasuk wilayah kelurahan Karawang Kulon,
kecamatan Karawang Barat, Karawang). Singaperbangsa wafat pada tahun 1677.

Kematian Singaperbangsa, juga lebih diakibatkan oleh salah tafsir Raden Trunojoyo Bupati
Panarukan yang memberontak Pemerintahan Sunan Amangkurat I. Setelah Sultan Agung
meninggal dalam usia 55 tahun Sunan Amangkurat I sebagai Putera Mahkota dilantik menjadi
Raja di Mataram. Sebagai pengganti almarhum Ayahnya (Sultan Agung) Sunan Amangkurat I
tidak seidiologi dengan perjuangan Ayahnya Sunan Amangkurat I sangat otoriter dan kejam
terhadap rakyatnya. Bahkan Istana Mataram dijadikan Mataram tempat untuk mengeksekusi
sekitar 300 ulama. Karena dianggap sebagai pembangkang ulama-ulama pemimpin informal itu
ditangkapi secara massal, termasuk Eyang dan Ayahnya Trunojoyoyang mati ditangan Sunan
Amangkurat I. Selama memerintah Mataram, Sunan Amangkurat I lebih berpihak kepada
Kompeni, hal itu membuat rakyat Mataram marah besar. Tatkala Raden Trunojoyo memberontak
bersama tentaranya yang dipimpin Natananggala, spontan mendapat dukungan dari semua pihak.
Termasuk dari padepokan padepokan Islam Makasar, yang dipimpin Kraeng Galesung.
Trunojoyo seorang pemuda yang gagah dan berani, sehingga dalam waktu yang tidak terlalu

lama, Pemerintahan Amangkurat I dapat diruntuhkan. Kota Plered, Jawa Tengah sebagai pusat
Pemerintahan Mataram dapat dikuasai Trunojoyo. Sedangkan Sunan Amangkurat I melarikan
diri menuju Batavia, meminta bantuan Belanda, namun baru sampai di Tegalarum (Tegal) Sunan
Amangkurat I Meninggal. Namun sebelum meninggal, ia sempat melantik putranya yakni
Amangkurat II. Amangkurat II sebagai Raja Mataram, perjuangannya juga tidak sejalan denga
Sultan Agung (Eyangnya), ia lebih cenderung meneruskan perjuangan ayahnya yakni Sunan
Amangkurat I yang bekerjasama dengan Belanda, Ia tetap berusaha meminta bantuan Kompeni,
Ia meloloskan diri ke Batavia lewat Laut Utara. Sementara perjuangan Aria Wirasaba dan
keturunannya, tetap konsisten terhadap perjuangan Sultan Agung terdahulu, bahwa Karawang
dijadikan lahan Pertanian Padi untuk memenuhi logistik persiapan menyerang Batavia. Namun
Jika Masih ada sebagian generasi sekarang, masih mempertanyakan nasib Aria Wirasaba, sebab
kalau mengacu kepada Pelat Kuning Kandang Sapi Besar, Pelantikan Wedana setingkat Bupati,
antara Singaperbangsa dan Aria Wirasaba, dilantik secara bersamaan. Saat itu Singaperbangsa
sebagai Bupati di Tanjungpura, sedangkan Aria Wirasaba Bupati Waringipitu. Tapi mengapa kini
Aria Wirasaba tidak masuk catatan Administratif Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang.

Perhatikan perkataan Hoofd-Regent (Bupati Kepala) dan Tweeden-Regent (Bupati Kedua)


memang datang dari Belanda, yang menyatakan bahwa kedudukan Singaperbangsa lebih tinggi
dari Aria Wirasaba. Sebaliknya kalau kita perhatikan sumber kekuasaan yang diterima kedua
Bupati itu, yaitu Piagam Pelat Kuning Kandang Sapi Besar, yang ditulis Sultan Agung tanggal 10
bulan Mulud Tahun Alip, sama sekali tidak menyebut yang satu lebih tinggi dari lainnya Tapi
dalam menyikapi hal ini, kita pun harus lebih arif dan bijaksana, karena setiap peristiwa memiliki
situasi dan kondisi yang berbesa-beda itulah Sejarah (Sumber Suhud Hidayat Dalam Buku
Sejarah Karawang Versi Peruri Halaman 42-51). Demi menjaga keselamatan, Wilayah Kerajaan
Mataram di sebelah Barat, pada tahun 1628 dan 1629 bala tentara kerajaan Mataram
diperintahkan Sultan Agung untuk melakukan penyerangan terhadap VOC (Belanda) di Batavia
Namun serangan ini gagal karena keadaan medan sangat berat berjangkitnya Malaria dan
kekurangan persediaan makanan. Dari kegagalan itu, Sultan Agung menetapkan daerah
Karawang sebagai pusat Logistik, yang harus mempunyai pemerintahan sendiri dan langsung
berada dibawah pengawasan Mataram, dan harus dipimpin oleh seorang pemimpin yang cakap

dan ahli perang, mampu menggerakan masyarakat untuk membangun pesawahan, guna
mendukung pengadaan logistic dalam rencana penyerangan kembali terhadap VOC (Belanda) di
Batavia.

Pada tahun 1632, Sultan Agung mengutus kembali Wiraperbangsa dari Galuh dengan membawa
1000 prajurit dan keluarganya menuju Karawang tujuan pasukan yang dipimpin oleh
Wiraperbangsa adalah membebaskan Karawang dari pengaruh Banten, mempersiapkan logistik
sebagai bahan persiapan melakukan penyerangan kembali terhadap VOC (Belanda) di Batavia,
sebagaimana halnya tugas yang diberikan kepada Aria Wirasaba yang telah dianggap gagal.
Tugas yang diberikan kepada Wiraperbangsa dapat dilaksanakan dengan baik dan hasilnya
dilaporkan kepada Sultan Agung atas keberhasilannya, Wiraperbangsa oleh Sultan Agung
dianugerahi jabatan Wedana (setingkat Bupati ) di Karawang dan diberi gelar Adipati Kertabumi
III, serta diberi hadiah sebilah keris yang bernama KAROSINJANG.Setelah penganugerahan
gelar tersebut yang dilakukan di Mataram, Wiraperbangsa bermaksud akan segera kembali ke
Karawang, namun sebelumnya beliau singgah dulu ke Galuh, untuk menjenguk keluarganya.
Atas takdir Ilahi beliau wafat di Galuh, jabatan Bupati di Karawang, dilanjutkan oleh putranya
yang bernama Raden Singaperbangsa dengan gelar Adipati Kertabumi IV yang memerintah pada
tahun 1633-1677, Tugas pokok yang diemban Raden Adipati Singaperbangsa, mengusir VOC
(Belanda) dengan mendapat tambahan parjurit 2000 dan keluarganya, serta membangun
pesawahan untuk mendukung Logistik kebutuhan perang.

Hal itu tersirat dalam piagam Pelat Kuning Kandang Sapi Gede yang bunyi lengkapnya adalah
sebagai berikut : Panget Ingkang piagem kanjeng ing Ki Rangga gede ing Sumedang
kagadehaken ing Si astrawardana. Mulane sun gadehi piagem, Sun Kongkon anggraksa
kagengan dalem siti nagara agung, kilen wates Cipamingkis, wetan wates Cilamaya, serta kon
anunggoni lumbung isine pun pari limang takes punjul tiga welas jait. Wodening pari sinambut
dening Ki Singaperbangsa, basakalatan anggrawahani piagem, lagi lampahipun kiayi
yudhabangsa kaping kalih Ki Wangsa Taruna, ingkang potusan kanjeng dalem ambakta tata titi
yang kalih ewu; dipunwadanahaken ing manira, Sasangpun katampi dipunprenaharen ing
Waringipitu ian ing Tanjungpura, Anggraksa siti gung bongas kilen, Kala nulis piagem ing dina
rebo tanggal ping sapuluh sasi mulud tahun alif. Kang anulis piagemmanira anggaprana titi .
Terjemahan dalam Bahasa Indonesia : Peringatan piagam raja kepada Ki Ranggagede di
Sumedang diserahkan kepada Si Astrawardana. Sebabnya maka saya serahi piagam ialah karena
saya berikan tugas menjaga tanah negara agung milik raja. Di sebelah Barat berbatas
Cipamingkis, disebelah Timur berbatas Cilamaya, serta saya tugaskan menunggu lumbung berisi
padi lima takes lebih tiga belas jahit. Adapun padi tersebut diterima oleh Ki Singaperbangsa.
Basakalatan yang menyaksikan piagam dan lagi Kyai Yudhabangsa bersama Ki Wangsataruna
yang diutus oleh raja untuk pergi dengan membawa 2000 keluarga. Pimpinannya adalah Kiayi
Singaperbangsa serta Ki Wirasaba. Sesudah piagam diterima kemudian mereka ditempatkan di
Waringinpitu dan di Tanjungpura. Tugasnya adalah menjaga tanah negara agung di sebelah
Barat. Piagan ini ditulis pada hari Rabu tanggal 10 bulan mulud tahun alif. Yang menulis piagam
ini ialah anggaprana, selesai. Tanggal yang tercantum dalam piagam pelat kuningan kandang sapi
gede ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Karawang berdasarkan hasil penelitian panitia
sejarah yang dibentuk dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Karawang
nomor : 170/PEM/H/SK/1968 tanggal 1 Juni 1968 yang telah mengadakan penelitian dari
pengkajian terhadap tulisan : Dr. Brandes dalam Tyds Taal-land En Volkenkunde XXVIII
Halaman 352,355, menetapkan tahun 1633; Dr. R Asikin Wijayakusumah dalam Tyds Taal-land
En Volkenkunde XXVIII 1937 AFL, 2 halaman 188-200 (Tyds Batavissc Genot Schap DL.77,
1037 halaman 178-205) menetapkan tahun 1633; Batu nisan makam panembahan Kiyai
Singaperbangsa di Manggungjaya Kecamatan Cilamaya tertulis huruf latin 1633-1677; Babad

Karawang yang ditulis oleh Mas Sutakarya menulis tahun 1633. Hasil Penelitian dan pengkajian
panitia tersebut menetapkan bahwa hari jadi Kabupaten Karawang pada tanggal 10 rabiul awal
tahun 1043 H, atau bertepatan dengan tanggal 14 September 1633 M atau Rabu tanggak 10
Mulud 1555 tahun jawa/saka.

Dan Golok ini adalah senjatanya Raden Singa perbangsa, di dapat dalam penarikan benda-benda
pusaka oleh mbah eyang elang,dan tujuan nya untuk melestarikan peninggalan jaman dahulu
agar dikenang oleh anak cucu kita, kisah sejarah karawang dan Raden Singa perbangsa bupati
pertama kabupaten Karawang ,, keanehan golok ini bisa tembus cahaya, mungkin golok ini telah
bnyak memakan korban dalam serjarah nya. silkan di lihat dan di terawang
sendiri................................
video nya disini
skian wasallam : '''' Aria Pandanaran ''''
sumber cerita dari : ''karawangkab.go.id''

Anda mungkin juga menyukai