Memutuskan
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila didalamnya
terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Y o g y a k a r t a
Pada Tanggal : 2 Agustus 2009
R. CHANDRAYANA F. SUKARJO
Ketua merangkap Anggota Sekretaris merangkap Anggota
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Tata Tertib ini yang dimaksud dengan ;
a. MUNAS adalah Musyawarah Nasional IV Federasi Serikat Pekerja Perkayuan
Perhutanan dan Umum Seluruh Indonesia yang berlangsung pada tanggal 1- 4
Agustus 2009 di LPP Covention Hotel Demangan, Yogyakarta.
b. Organisasi adalah Organisasi Federasi Serikat Pekerja Perkayuan Perhutanan dan
Umum Seluruh Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.
c. DPP adalah Dewan Pimpinan Pusat sebagaimana dimaksud dalam Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga.
d. DPD adalah Dewan Pimpinan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
e. DPC adalah Dewan Pimpinan Cabang sebagaimana dimaksud dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
f. PUK adalah Pimpinan Unit Kerja sebagaimana dimaksud dalam Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga.
g. Perwakilan Perempuan adalah Perwakilan Anggota Perempuan dari unsur aktivis
organisasi di tingkat Daerah.
Pasal 2
1. Anggota adalah pemegang kedaulatan organisasi dan dilaksanakan sepenuhnya oleh
MUNAS.
2. MUNAS dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga, Keputusan dan Peraturan Organisasi serta Peraturan Tata
Tertib ini.
BAB II
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 3
MUNAS mempunyai tugas dan wewenang untuk:
a. Menilai dan mengesahkan Laporan Pertanggungjawaban DPP masa bhakti tahun
2004-2009.
b. Menetapkan dan mengesahkan Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga organisasi.
c. Menetapkan Program Umum Organisasi periode tahun 2009-2014.
d. Menetapkan Rencana Anggaran Pendapatan dan Pengeluaran Organisasi (RAPPO)
tahun 2009-2014.
e. Memilih dan Menetapkan DPP masa bhakti tahun 2009-2014.
f. Menetapkan keputusan-keputusan lainnya yang dianggap perlu.
g. Membentuk komisi verifikasi apabila diperlukan.
BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN UTUSAN
Pasal 7
Peserta MUNAS memiliki Hak untuk;
a. Bicara; mengajukan pertanyaan, menyampaikan saran dan pendapat baik lisan
maupun tertulis terhadap materi MUNAS.
b. Menggunakan hak suara dalam pengambilan keputusan dengan cara pemungutan
suara.
c. Memilih dan dipilih.
Pasal 8
Pasal 10
Peserta dan Peninjau MUNAS berkewajiban untuk;
a. Menghadiri semua Sidang sebagaimana diatur dalam peraturan tata tertib ini.
b. Mengenakan kartu tanda peserta atau peninjau yang disediakan panitia.
c. Memelihara kelancaran dan ketertiban MUNAS.
d. Mematuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan Tata Tertib ini.
BAB V
ALAT KELENGKAPAN MUNAS
Pasal 11
1. Alat-alat kelengkapan Munas disusun berdasarkan pengelompokan kegiatan dalam
rangka pelaksanaan tugas Munas.
2. Alat kelengkapan MUNAS adalah:
a. Pimpinan MUNAS sekaligus bertugas sebagai panitia pemilihan DPP.
b. Komisi-komisi.
c. Formatur.
Pasal 12
1. Munas dipimpin oleh pimpinan Munas yang dipilih oleh dan dari peserta Munas dalam
rapat Paripurna.
2. Sebelum Pimpinan MUNAS sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terpilih, MUNAS
dipimpin oleh DPP selaku pimpinan sementara MUNAS.
3. Tugas Pimpinan Sementara MUNAS adalah memimpin Sidang Paripurna untuk :
a. Menetapkan Jadwal Acara dan Peraturan Tata Tertib MUNAS.
b. Memilih Pimpinan MUNAS.
4. Pimpinan MUNAS merupakan satu kesatuan yang bersifat kolektif yang personalianya
terdiri dari 5 orang yang mewakili unsur;
a. 1 (satu) orang unsur DPP.
b. 3 (tiga) orang terdiri dari unsur DPD, DPC atau PUK.
c. 1 (satu) orang unsur Perwakilan Perempuan.
5. Komposisi Pimpinan Munas terdiri dari :
a. 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota
b. 1 (satu) orang Sekretaris merangkap anggota.
c. 3 (tiga) orang Anggota.
Pasal 13
1. Wewenang Pimpinan MUNAS adalah;
a. Memimpin Sidang-sidang selama MUNAS
b. Menjaga kelancaran dan ketertiban MUNAS.
Pasal 14
1. Kecuali Pimpinan MUNAS, Setiap peserta harus menjadi anggota salah satu komisi.
2. Komisi MUNAS terdiri dari:
a. Komisi Organisasi/ AD-ART
b. Komisi Program dan RAPPO
c. Komisi Rekomendasi
3. Susunan dan jumlah anggota masing-masing komisi diusulkan oleh masing-masing
daerah dan ditetapkan oleh pimpinan Munas dengan persetujuan sidang Paripurna
Munas.
4. Pimpinan Munas dapat menghadiri dan turut serta dalam sidang-sidang komisi untuk
melakukan koordinasi.
5. Pimpinan Komisi Munas merupakan satu kesatuan yang bersifat kolektif yang dipilih dari
anggota komisi dan terdiri dari 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota dan 1 (satu)
orang Sekertaris merangkap anggota yang dipilih oleh dan dari anggota Komisi.
Pasal 15
1. Komisi Munas bertugas membahas dan mengambil keputusan mengenai soal-soal yang
menjadi agenda sidang komisi.
2. Dengan memperhatikan saran dan pendapat peserta sidang komisi, maka laporan hasil
sidang komisi disusun dan ditandatangani oleh Ketua dan Sekertaris Komisi.
3. Komisi Munas menyampaikan hasil sidang masing-masing komisi dalam Sidang
Paripurna untuk disahkan menjadi keputusan MUNAS.
4. Komisi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Panitia MUNAS.
BAB VI
SIDANG
Pasal 16
Jenis-jenis Sidang dalam MUNAS adalah :
a. Sidang Paripurna
b. Sidang Komisi
c. Sidang Formatur
Pasal 17
1. Sebelum menghadiri sidang, setiap peserta dan peninjau menandatangani daftar hadir.
2. Setiap peserta dan peninjau hadir 15 menit sebelum sidang dimulai.
3. Apabila daftar hadir telah ditandatangani oleh lebih dari setengah jumlah peserta yang
terdaftar, maka pimpinan sidang dapat membuka sidang.
4. Jika pada waktu yang telah ditentukan jumlah peserta yang hadir belum mencapai
setengah jumlah peserta yang terdaftar, pimpinan sidang dapat menunda sidang paling
lama 30 (tiga puluh) menit.
5. Jika setelah ditunda selama 30 (tiga puluh) menit, jumlah peserta belum juga tercapai
sebagaimana yang diatur pada ayat 3 pasal ini, Pimpinan sidang dapat membuka sidang
dan sidang dinyatakan sah.
Pasal 20
Apabila peserta/peninjau dalam menggunakan hak bicara dan atau suara telah melanggar
Peraturan Tata Tertib ini sehingga mengganggu jalannya sidang, Pimpinan Sidang dapat
melakukan tindakan sebagai berikut;
a. Memberikan Peringatan Pertama
b. Memberikan Peringatan Kedua
c. Membatalkan hak bicara untuk sebagian atau seluruh sidang-sidang MUNAS.
d. Mempersilahkan untuk meninggalkan Sidang.
Pasal 21
Setiap sidang dibuat risalah lengkap yang memuat antara lain:
a. Tempat, jenis dan acara sidang
b. Hari/tanggal sidang dan jam permulaan, penundaan serta penutupan sidang
c. Ketua dan Sekretaris Sidang
d. Nama-nama peserta/peninjau yang hadir
e. Nama-nama pembicara dan pendapat masing-masing.
f. Keterangan-keterangan tentang keputusan dan atau kesimpulan Sidang.
BAB VII
QUORUM DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 22
1. Setiap sidang memerlukan quorum.
2. Sidang adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah peserta.
3. Sidang paripurna untuk mengubah Anggaran Dasar dan atau Anggaran Rumah Tangga
adalah sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah peserta.
Pasal 24
1. Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat.
2. Putusan dengan suara terbanyak melalui pemungutan suara hanya dilakukan apabila
terpaksa setelah musyawarah untuk mencapai mufakat yang diupayakan dengan
sungguh-sungguh tidak berhasil.
3. Putusan yang diambil dengan pemungutan suara mengenai perubahan Anggaran Dasar
dan atau Anggaran Rumah Tangga adalah sah apabila disetujui oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah peserta.
4. Pemungutan suara yang menyangkut orang dilakukan secara langsung dan tertulis.
BAB VIII
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN DEWAN PIMPINAN PUSAT
Pasal 25
1. DPP masa bakti 2004-2009 menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban dalam Sidang
Paripurna.
2. Penyampaian pandangan peserta atas laporan pertanggungjawaban DPP dilakukan
pada sidang paripurna oleh seorang utusan masing-masing daerah dalam waktu yang
disediakan oleh Pimpinan MUNAS.
3. DPP memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan pandangan yang
disampaikan oleh peserta sebagaimana ayat 2 pasal ini.
4. Sidang Paripurna berhak untuk menilai, menerima atau menolak Laporan
Pertanggungjawaban DPP.
Pasal 26
Setelah Laporan Pertanggung Jawaban diselesaikan sebagaimana dalam pasal 25
peraturan tata tertib ini, DPP masa bhakti tahun 2004 - 2009 dinyatakan demisioner.
BAB IX
TATA CARA PEMILIHAN DAN PERSYARATAN CALON PENGURUS DPP
Pasal 27
Persyaratan Calon Pengurus DPP
Calon Pengurus DPP harus memenuhi persyaratan sebagai berikut;
1. Memiliki pengetahuan tentang fungsi dan peranan organisasi, dan
2. Telah menjadi anggota SP KAHUTINDO sekurang-kurangnya selama 3 (tiga) tahun, dan
3. Telah menjadi Pengurus PUK atau DPC atau DPD atau DPP sekurang-kurangnya
selama 3 (tiga) tahun, dan
4. Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan kepemimpinan yang dilaksanakan SP
KAHUTINDO atau mitra kerjanya, dan
5. Membuat pernyataan kesediaan untuk menjadi pengurus FSP KAHUTINDO, dan
6. Direkomendasi atau diusulkan oleh PUK atau DPC atau DPD atau DPP, dan
7. Memiliki loyalitas dan dedikasi kepada organisasi, dan
8. Tidak merangkap jabatan pengurus maupun anggota serikat pekerja / serikat buruh lain.
Pasal 29
1. Bakal Calon untuk jabatan Presiden / Ketua Umum yang memenuhi 10% dukungan dari
total keseluruhan suara peserta ditetapkan sebagai Calon Presiden / Ketua Umum.
2. Sebelum dilakukan pemilihan, Calon Presiden / Ketua Umum yang sudah ditetapkan
menyampaikan pidato menyangkut Visi, Misi dan Program kerja dalam rapat paripurna.
3. Pemilihan terhadap Calon Presiden / Ketua Umum dilakukan secara tertulis
menggunakan kertas suara yang disediakan pimpinan MUNAS oleh peserta yang
memiliki hak suara sebagaimana diatur dalam pasal 31 Tata Tertib ini.
4. Apabila hanya terdapat seorang Calon Presiden / Ketua Umum, maka calon tersebut
secara aklamasi ditetapkan menjadi Presiden / Ketua Umum DPP FSP KAHUTINDO
masa bhakti tahun 2009-2014.
Pasal 30
Formatur
1. Untuk melengkapi Kepengurus DPP dibentuk Formatur.
2. Formatur adalah satu kesatuan yang bersifat kolektif terdiri dari Presiden / Ketua Umum
terpilih sebagai ketua formatur merangkap anggota, bersama Utusan daerah masing-
masing daerah 1 (satu) orang sebagai anggota formatur, dan ketua komite perempuan.
3. Formatur melakukan sidang tertutup untuk menyusun komposisi kepengurusan DPP,
dan melaporkan hasilnya untuk disahkan dalam sidang paripurna.
BAB X
HAK SUARA
Pasal 31
1. Hak Suara Peserta MUNAS adalah sebagai berikut ;
a. DPP (demisioner) memiliki 1 (satu) suara
b. DPD masing-masing Daerah memiliki 1 (satu) suara
c. DPC masing-masing Cabang memiliki 1 (satu) suara
d. PUK dengan anggota sampai dengan 1000 (seribu) orang diwakili 1 (satu) orang
peserta yang memiliki 1 (satu) suara. Untuk selebihnya setiap 1000 (seribu) anggota
diwakili 1 (satu) orang utusan yang memiliki 1 (satu) suara.
e. Utusan Anggota Perempuan masing-masing daerah sebanyak 2 (dua) orang masing-
masing memiliki 1 (satu) suara.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 32
Segala sesuatu yang belum diatur dalam Peraturan Tata Tertib ini jika diperlukan akan
diputuskan oleh MUNAS.
Pasal 33
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Y o g y a k a r t a
Pada Tanggal : 2 Agustus 2009
R. CHANDRAYANA F. SUKARJO
Ketua merangkap Anggota Sekretaris merangkap Anggota