Anda di halaman 1dari 4

Kamus Bahasa Sunda RA Danadibrata

Dalam kebudayaan Sunda, kamus adalah barang baru. Tradisi menyusun kamus Sunda baru
berlangsung satu setengah abad. Pada awalnya tentu saja pengumpulan kosakata Sunda. Menurut
Mikihiro Moriyama (2005:19,320), yang pertama melakukannya adalah Josua van Iperen. Dia
bermaksud ingin membuat perbandingan. Sebab, bahasa Sunda hampir mirip dengan bahasa Jawa.

Tulisannya berjudul Proeven van Hoog, Gemeen en Berg Javaans dimuat dalam
Verhandelingen van het Bataviaasch Genootshap der Kunsten en Wetenschappen tahun 1780.

Sejarah Leksikografi Sunda

Tradisi menyusun kamus Sunda dimulai oleh Andries de Wilde. Ia adalah pengusaha
perkebunan kopi di Sukabumi. Ia yang mengumpulkan kata-kata Sunda. Penyusun kamusnya
adalah Taco Roorda.

Hasilnya, pada tahun 1984 terbit De Nederduitsch-Maleischen en Soendasch Woordenboek di


Amsetrdam. Namun, karena kamus de Wilde kurang lengkap, Perkumpulan Batavia untu Seni dan
Ilmu Penghetahuan mengadakan sayembara membuat kamus bahasa Sunda pada tahun 1843.

Kemudian pada 1862 terbit A Dictionary of Soenda Language of Java. Penyusunnya Jonathan
Rigg, pengusaha perkebunan teh bangsa Inggris yang tinggal di Jasinga, Bogor. Lalu HJ Oosting
menerbitkan Soendasch-Nedersuitsch Woordenboek, op last van het Gouvernement van
Nederlandsch-Indie pada 1879. Disusul Sierk Coolsma yang menerbitkan Soendaneesch-
Hollandsch Woordenboek(1884).

Usaha orang Belanda terus berlanjut. Buktinya, pada tahun 1984 FS Eringa mengeluarkan
Soendaas-Nederlands Woordenboek yang mulai disusun dari tahun 1950. Perintisnya RA Kern
yang ketika itu menjadi dosen bahasa Sunda di Universitas Leiden, Belanda.

Orang Sunda sendiri memang sedikit yang menyusun kamus bahasa Sunda. R Satjadibrata baru
menerbitkan kamus Sunda-Indonesia pada 1944. Selanjutnya ia menerbitkan Kamus Basa Sunda
(1948) dan Kamus Leutik, Indonésia-Sunda djeung Sunda-Indonesia (1952).
Namun, menurut almarhum Prof Dr H Edi S Ekadjati, di perpustakaan Leiden masih ada
naskah kamus Sunda yang belum diterbitkan, yaitu Kamus Melayu-Sunda karya Arya
Kusumaningrat, Bupati Cianjur tahun 1857.

Selanjutnya, ada dua naskah karya orang Belanda yang belum diterbitkan. Pertama, Kamus
Sunda-Belanda karya Andries de Wildw. Kedua, Kamus Sunda-Belanda susunan WAP Roordan
van Eysinga antara 1845-1850 dan 1854-1855. Kemudian ada naskah Kamus Sunda-Belanda
dengan tebal 599 halaman yang penyusunnya belum teridentifikasi.

Usaha orang Sunda juga tak berheti. Ketika kongres yang ketiga pada tahun 1985, Lembaga
Basa dan Sastra Sunda (LBSS) menugaskan pengurusnya untuk menyusun Kamus Umum Bahasa
Sunda. Pada tahun 1961 mulai dikerjakan dan pada tahun 1957 barulah terbit bukunya.

Tahun 2003 terbit Sundanese-English Dictionary karya R Rabindranat Harjdadibrata. Ia adalah


dosen Uniersitas Monash, Australia. Kamus dengan tebal 800-an halaman itu mulai disusun dari
1975.

RA Danadibrata

Baru-baru ini terbit lagi kamus bahasa Sunda. Penyusunnya RA Danadibrata (1905-1987).
Sebelumnya, nama RA Danadibrata tidak dikenal sebagai leksikograf Sunda. Padahal, jasanya
untuk mendokumentasikan kata-kata Sunda sangatlah besar. Ia telah berhasil menyusun kamus
Sunda dengan jumlah entri yang paling banyak 40.000 entri.

Sebagai perbandingannya, A Dictionary of the Sunda Language of Java (1862) susunan Rigg
hanya berisi 9.308 entri. Kamus Basa Sunda (1984) karya Satjadibrata hanya ada 13.000 entri.
Adapun Soendaas-Nederlands Woordenboek (1984) susunan FS Eringa hanya mencapai 22.500
entri.

Judulnya, Kamus Basa Sunda karya RA Danadibrata. Kamus yang tebalnya 700-an halaman ini
diluncurkan di Aula Hadjadinata Universitas Padjadjaran, Bandung 18 Januari 2007.

Siapakah Raden Alla Danadibrata sebenarnya? Ia dilahirkan di Ciamis, 23 April 1905. Seusai
dari OSVIA, ia bekerja di pemerintahan, tetapi diselingi bekerja di Kantor Pos (PTT) Bandung,
bagian laboratorium radio.
Di dalam pemerintahan, ia pernah menjadi wedana di Garut pada 1956. Namun, pada 1958 ia
dialihkan ke Kantor Kabupaten Bandung sampai pensiun pada 1963.

Masalahnya, bagaimana cara Danadibrata bisa menyusun kamus tersebut? Menurut putranya,
ia terinspirasi paman sekaligus gurunya, R Djadjadirejja, pengarang Rusdi jeung Misnem.

Dari 1930, dengaan bantuan gurunya, ia menetapkan abjad yang akan digunakan dalam
penyusunan kamusnya, dan mulai mengumpulkan kosakata Sunda.

Pada zaman Jepang, naskah kamus pertamanya hampir selesai diketik. Namun, ketika revolusi
fisik berlangsung serta keluarganya harus mengungsi ke Ciamis, naskah kamusnya tertinggal di
Bandung. Celakanya, ketika kembali ke Bandung, naskah itu terbakar.

Dengan tabah, ia menyusun lagi kamusnya. Hari-hari liburnya dipakai untuk mencari entri.
Caranya, dengan turne ke beberapa daerah di tatar Sunda. Cara lainnya, menelusuri lika-liku kota
Bandung, bahkan gang-gang sempit pun ia datangi.

Kadang ia berangkat ke pasar, mengobrol dengan bermacam-macam orang, menanyakan setiap


arti kata yang ditemui. Hasilnya dicatat pada buku catatan yang selalu dibawanya ke mana pun ia
pergi.

Itulah bedanya dengan juru kamus lainnya. Biasanya penyusun kamus menggunakan sistem
kartu. Namun, Danadibrata menyusun kamus dalam buku tulis ukuran folio. Dengan tulisan
tangan yang halus itulah , ia mendokumentsikan kekayaan kosakata Sunda.

Dengan keuletannya, catatan itu kemudian diketik pada kertas ukuran folio yang dibagi dua
menjadi dua kolom, dengan tebal 1879 halaman (tebal naskah tulisan tangannya sampai 2000
halaman). Baru pada tahun 1973, naskah kamus yang disusun selama hampir 40 tahun itu selesai.

Untuk menerbitkannya, Danadibrata menyerahkan naskahnya kepada Ajip Rosidi yang ketika
itu menjadi direktur Penerbit Pustaka jaya. Namun, sebelum diterbitkan, sebagai bentuk rasa
tanggung jawab professional, pihak penerbit berusaha untuk mengedit kamus itu supaya sesuai
dengan kriteria kamus secara umum.
Ternyata tidak ada editor tangguh yang bisa menyelesaikan penyuntingan kamus itu. Bahkan,
rencana penerbitannya pun menjadi terbengkalai sebab mulai tahun 1982 Ajip bermukim di
Jepang.

Pada tahun 1985 penerbitannya diteruskan oleh Proyek Sundanologi yang dipimpin Edi S
Ekadjati. Seperti yang terjadi sebelumnya, rencana penerbitan itu gagal lagi. Sebab, pada 1990
kegiatan proyek Sundanologi dihentikan.

Akibatnya, naskah yang di ketik Danadibrata hilang. Naskah hasil tulisan tangan Danadibrata
terselamatkan meski agak susah membacanya sebab ditulis memakai potlot.

Akhirnya, atas kerjasama antara Penerbit Kiblat Buku Utama dan Universitas Padjadjaran yang
mendirikan Panitia Penerbitan Kamus Basa Sunda (PPKBS), naskah kamus susunan Danadibrata
dapat diterbitkan di pengujung tahun 2006.

Atep Kurnia
Penulis,
Wakil Sekretaris Redaksi
PPKBS RA Danadibrata 2006
Tinggal di Bandung

Anda mungkin juga menyukai