Disusun Oleh :
Anom Parjoko
(121011001)
(121011012)
1. Latar Belakang
Oleokimia
merupakan
suatu
bagian
ilmu
kimia
yang
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Tanaman Jarak Duri
Tanaman jarak duri (Ricinus communis L.) termasuk dalam
famili Euphorbiaceae, merupakan tanaman tahunan yang hidup di
daerah tropik maupun sub tropik, dan dapat tumbuh pada ketinggian 0800 m di atas permukaan laut. Tanaman jarak duri telah lama dikenal
di Indonesia, tanaman ini berkembang sangat cepat, tidak bergantung
pada musim, serta dapat memperbanyak diri dengan cepat melalui bijibijinya yang tanggal dan tersebar dengan sendirinya.
Tanaman jarak duri memiliki banyak sebutan di masyarakat
Indonesia, antara lain jarak kaliki (Sunda), jarak atau kepyar (Jawa),
kaleke (Madura), gloah atau nawaih nawas (Aceh Gayo), lulang
(Karo), dan dulang (Tapanuli).
Biji jarak terdiri dari 75% kernel (daging biji) dan 25% kulit dengan
komposisi 54% minyak, 13% karbohidrat, 12,5% serat, 2,5% abu dan
18% protein.
2.2 Minyak Kastor
Minyak kastor diperoleh dari biji tanaman jarak duri. Minyak
kastor mempunyai kandungan asam lemak dengan komposisi 89,5%
asam risinoleat, 4,2% asam linoleat, 3% asam oleat, 1 % asam
stearat,1% asam palmitat, 0,7% asam dihidroksi stearat, 0,3% asam
eikasanoat dan 0,3% asam linolenat. Asam risinoleat merupakan
penyusun utama minyak kastor. Asam risinoleat adalah asam lemak tak
jenuh yang tersusun dari 18 atom karbon dengan struktur seperti asam
oleat namun memiliki gugus hidroksil (OH) yang terikat pada atom C
ke-12.
Minyak kastor dapat dibedakan dengan trigliserida lain karena
memiliki kekentalan dan kelarutan dalam pelarut organik yang polar
seperti alkohol yang relatif tinggi. Kandungan tokoferol relatif kecil
(0,05%), serta kandungan asam lemak esensial yang sangat rendah
menyebabkan minyak kastor tidak digunakan sebagai bahan pangan.
Kulit biji jarak duri mengandung risin yang merupakan protein yang
bersifat racun.
Orang Mesir kuno sudah menggunakan minyak kastor untuk
minyak lampu sejak lebih dari 4000 tahun lalu. Pada masa sekarang,
minyak kastor dapat diproses menjadi minyak pelumas dan minyak
rem. Minyak kastor dan turunannya banyak digunakan dalam
pembuatan obat-obatan, industri sabun, parfum dan kosmetik lain. Juga
digunakan dalam pembutan lilin dan cat, pembuatan tinta printer dan
transparansi, plastik, dan surfaktan.
2.3 Lilin
Menurut Luken dan Clement (1987) lilin merupakan campuran
dari hidrokarbon parafin dengan 16 atom C, asam lemak jenuh dengan
18 atom C dan asam karboksilat dengan 20-24 atom C yang
mempunyai cabang posisi.
pelitur.
Lilin Candalea
Terdapat pada tanaman euphorbia, dan dapat dipergunakan
2.4 Parafin
Parafin merupakan fraksi utama dari minyak mentah yang
dihasilkan dari destilasi bertingkat, di mana senyawa yang dihasilkan
mempunyai bilangan oktan rendah.
Parafin wax adalah zat berwarna berbentuk kristal dan tidak
berbau, dapat berbentuk padat atau setengah padat.
CH3(CH2)16COOH.
Kata
stearat
berasal
dari
Dalam
bidang
industri
asam
stearat
dipakai
sebagai
dan
bahan
untuk
melunakkan karet.
Titik lebur asam stearat 69.6 C dan titik didihnya 361 C. Reduksi
asam stearat menghasilkan stearil alkohol.
Banyaknya kegunaan serta biaya pembuatan yang rendah
membuat asam stearat menjadi bahan populer yang digunakan dalam
berbagai produk. Salah satu penggunaan paling populer asam stearat
adalah dalam produksi lilin. Asam ini digunakan untuk mengeraskan
dan memperkuat lilin. Asam stearat juga memiliki pengaruh pada titik
leleh lilin sehingga meningkatkan daya tahan dan konsistensi nyala
lilin.
3. Proses Pembuatan
Dalam pembuatan lilin dari minyak kastor ini, langkah awal
yang dilakukan adalah pengambilan asam stearat dari minyak kastornya.
Pengambilan asam stearat dapat dilakukan dengan cara ekstraksi
menggunakan pelarut aseton. Kemudian asam stearat hasil ekstraksi
tersebut di distilasi untuk mendapatkan asam stearat murni.
Asam stearat yang diperoleh direaksikan dengan gliserol sehingga
menghasilkan stearin yang nantinya akan digunakan sebagai bahan untuk
pembuatan lilin.
Untuk membuat lilin diperlukan parafin dan stearin. Parafin dan
stearin ditimbang dengan menggunakan gelas piala, kemudian masing
masing bahan tersebut dipanaskan. Tujuan dilakukan pemanasan stearin
pada pembuatan lilin adalah untuk mencairkan stearin yang semula
berwujud padat pada titik lelehnya yaitu sekitar 69,6OC. Kemudian sumbu
yang akan digunakan juga ikut dimasukkan ke dalam campuran parafin
dan stearin. Setelah parafin dan stearin homogen, campuran tersebut
dicetak. Dalam cetakan tersebut dimasukkan sumbu ditengah agar setelah
bahan disetak, sumbu dapat tepat berada ditengah cetakan lilin tersebut.
Setelah dingin dan sudah terbentuk lilin dalam bentuk padatan yang keras,
kemudian lilin setinggi 8 cm dibakar untuk dihitung daya bakarnya hingga
lilin tersebut habis terbakar.