Anda di halaman 1dari 19

Pengolahan Limbah Domestik (Grey Water) Menggunakan

Teknologi Lahan Basah Dan Teknologi Aerobik-Aerobik

TUGAS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Air Dan Limbah Cair Dalam Konteks
Global

Disusun Oleh :
A’yuna Yasrah
NIM 180702130

Dosen Pembimbing:
Aulia Rohendi, S.T,M.Sc.

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020

i
i

KATA PENGATAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT
yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya. Sehingga penulis
mampu menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari masa jahiliah ke masa islamiah dan
masa kebodohan ke masa yang berilmu pengetahuan yang dapat kita rasakan sekarang
ini.

Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah air dan limbah cair dalam
konteks global pada Program Studi Teknik Lingkungan Uin ar raniry Banda Aceh
dengan judul ”Teknologi pengolahan limbah domesti (grey water)”.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini banyak terdapat


kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan,maupun
isinya. Oleh karena itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan makalah
ini. Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan untuk teman-teman pada umumnya.

Pidie Jaya , 5 November 2020

A’YUNA YASRAH

Penyusun

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGATAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. LATAR BELAKANG ................................................................................ 1
1.2. RUMUSAN MASALAH ............................................................................ 1
1.3. TUJUAN PENULISAN .............................................................................. 2
1.4. MANFAAT PENULISAN .......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
2.1. GREY WATER ................................................................................................ 3
2.1.1. Pengertian Grey Water ............................................................................. 3
2.1.2. Kandungan Beban Pencemar Pada Grey Water ........................................ 5
2.2.TEKNOLOGI PENGOLAHAN GREY WATER............................................... 6
2.2.1. Teknologi Lahan Basah Buatan ................................................................ 6
2.2.2. Teknologi Fitoremediasi ........................................................................... 8
2.2.3.Teknologi Aerobik-Anaerobik ................................................................... 9
2.3.TEKNOLOGI YANG COCOK UNTUK DITERAPKAN DI INDONESIA .. 12
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 14
3.1. KESIMPULAN ............................................................................................ 14
3.2. SARAN .................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Masalah krisis air dan pencemaran ini bisa disebabkan oleh beberapa
faktor,diantaranya disebabkan oleh tingkah laku manusia yang tidak bersahabat
dengan alam. Pemanasan global mengakibatkan siklus daur ulang air di alam dan
perubahan air sulit diprediksi. Pembuangan air limbah industri ̸ domestik yang
tidak terkendali pada badan air juga menyebabkan perubahan daur air dan
pencemaran ekosistem sekitarnya. Tindakan -tindakan tersebut sangat tidak sesuai
dengan tindakan pelestarian sumber daya air.

Grey water merupakan limbah domestik seperti air cucian piring,cucian


baju dan mandi,tidak termasuk limbah toile ̸ black water. Pengolahan grey water
merupakan salah satu bentuk wujud kepedulian terhadap kelestarian potensi
sumber daya air. Sebagai salah satu usaha pewujudan dari undang-undang nomor
7 tahun 2004 tentang sumber daya air bahwa perlunya melakukan penghematan
air dan semaksimal mungkin lingkungan sekitar terhindar dari bahaya pencemaran
air limbah,maka penulis mencoba untuk membandingkan sistem pengolahan grey
water yang cocok digunakan di suatu perumahan.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
Penulisan ini adalah :

1. Apa pengertian grey water dan tujuan pengolahan grey water ?

2. Teknologi apa yang bisa digunakan untuk pengolahan grey water ?

3. Apa teknologi yang cocok diterapkan di indonesia ?

1
2

1.3. TUJUAN PENULISAN

Penulisan ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui pengertian grey water dan tujuan pengolahan grey water
2. Untuk mengetahui teknologi apa yang bisa digunakan untuk pengolahan grey
water
3. Untuk mengetahui teknologi yang cocok diterapkan di indonesia

1.4. MANFAAT PENULISAN


Penulisan ini mempunyai beberapa manfaat, di antaranya:
1. Mengumpulkan teknologi apa saja yang bisa digunakan untuk mengolah
limbah grey water
2. Agar dapat menjadi pertimbangan pemerintah dan perusahaaan dalam
mengelolah limbah grey water di indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. GREY WATER


2.1.1. Pengertian Grey Water
Grey water terdiri dari aliran air limbah domestik yang diencerkan yang berasal
dari pancuran, fasilitas binatu dan / atau wastafel, sedangkan di beberapa penelitian air
abu-abu juga termasuk air limbah dapur. Menurut Maria Cristina Collivignarelli (2020)
Untuk wastewater (WW) beberapa tahun terakhir, minat penelitian terhadap pemulihan
greywater (GW) menjadi semakin penting, terutama untuk mengatasi kelangkaan air
di tingkat domestik. Sebagaimana didefinisikan dalam literatur, GW mewakili PD
domestik yang dihasilkan dari bak cuci, cucian dan pancuran (tidak termasuk
pembilasan toilet), dan menyumbang 50% -80% dari total penggunaan air rumah
tangga (Lina Abu.G,2010).

Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003, yang
dimaksud dengan air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan
atau kegiatan permukiman, dan rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen,
dan asrama. Jenis air ini mengandung banyak sabun atau deterjen, dan
mikroorganisme. Jumlah air buangan yang dihasilkan oleh suatu kawasan berbeda
dengan kawasan yang lain, tergantung pada jumlah air bersih yang digunakan setiap
harinya. Debit air buangan biasanya bervariasi antara 50 sampai 100% dari kebutuhan
air bersih total.

Grey water yaitu limbah cair hasil aktivitas dapur, pencucian pakaian, kamar
mandi (selain tinja), dan lain sebagainya, yang berasal rumah, sekolah, maupun
perkantoran. Grey water adalah salah satu pencemar yang paling banyak masuk ke
badan air. Meskipun kandungan organik pencemar pada grey water tidak begitu tinggi,

3
4

namun apabila masuk ke badan air dan terakumulasi dapat menyebabkan penurunan
kualitas air yang cukup berarti.

Teknologi teruji untuk pengolahan air abu-abu yang bertujuan pada stabilisasi
maksimum air limbah, pada prinsipnya menerapkan HR yang panjang seperti
membangun lahan basah dengan HRT selama 2-14 hari atau bio-reaktor membran /
ultra-filtrasi, yang menerapkan SRT lama, dengan HRT kurang dari 1,5 hari (Lina
Abu.G,2010).

Pencemaran air didefinisikan sebagai pencemaran langsung atau tidak langsung


keadaaan yang berbahaya atau berpotensi menyebabkan penyakit atau gangguan bagi
kehidupan makhluk lain. Perubahan langsung atau tidak langsung ini bisa beupa
peubahan fisika,kimia,biologi atau radioaktif. Dua jenis bahan cemaran yang banyak
terdapat di limbah domestik yaitu BOD dan fosfat. Semakin meningkatnya BOD di air
makanya DO akan menurun dan dapat menyebabkan kematian ikan di air. Untuk fosfat
jika keberadaannya berebihan dapat meningkatkan tumbuhan air yang berukuran mikro
dan alga berkembang dengan cepat (Afifah.R,2016).

Air limbah dengan kandungan material organik tinggi yang dibuang kebadan
air akan mengalami oksigen terlarut dalam jumlah besar untuk proses dekomposisi.
Oleh karenanya diperlukanlah pengolahan air limbah domestik sebelum dibuang
kebadan sungai (Afifah.R,2016)..

Efek buruk dari air limbah yang tidak dikelola dengan baik diantaranya adalah
membahayakan kesehatan manusia, dapat menimbulkan kerusakan benda atau
bangunan, dan merusak keindahan (estetika) karena bau busuk. Oleh karena itu, hal
tersebut harus diminimalisir dengan pemilihan dan penerapan teknologi pengolahan air
limbah domestic yang sederhana, mudah, dan murah dalam sistem pengoperasian dan
perawatannya. Hal tersebut menunjukan bahwa hasil tersebut melebihi batas baku mutu
5

yang sudah ditetapkan dalam PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
(Novita ,2018).

2.1.2. Kandungan Beban Pencemar Pada Grey Water

Salah satu sumber grey water merupakan air sisa penggunaan aktivitas
mencuci. Hal ini menyebabkan air sisa penggunaan mengandung bahan pencemar
dalam deterjen. Pencemaran deterjen diperairan dikarenakan adanya kandungan
surfaktan dalam deterjen. Limbah deterjen yang kerap di buang ke perairan dan tanpa
pengolahan dengan baik akan berakibat terakumulasinya surfaktan pada badan perairan
yang akan menimbulkan masalah pendangkalan perairan akibat menumpuknya
sedimentasi perairan dan terham patnya transfer oksigen. Hal ini menyebabkan proses
penguraian secara aerobik menjadi terganggu dan berdampak pada laju biodegradasi
yang berjalan lambat ( Badja.N,2019).

Karakteristik air limbah dinyatakan dalam bentuk kondisi alirannya serta


kandungan fisis,biologi dan kimianya. Karakteristk air limbah bergantung pada
pemakaian air dalam masyarakat, industri, komersial. Parameter terhadap karakteristik
air limbah grey water harus diketahui agar dapat mencari arternatif metode pengolahan
yang tepat. Parameter yang harus diketahui dan diturunkan dari air limbah grey water
adalah BOD,COD,PH, lemak , zat padat,surfaktan dan N𝐻3 N. Dengan maksud
effluent dari hasil pengolahan air tersebut dapat digunakan kembali (Badja.N,2019).

Parameter Satuan Kadar


BOD mg/L 350-500
COD mg/L 495-682
TSS mg/L 570-700
TN mg/L 8-11
TP mg/L 4,6-11
pH - 6,06-8,38

Tabel 2.1. Kadar Grey Water ( Novita, 2019)


6

2.2.TEKNOLOGI PENGOLAHAN GREY WATER


Di tahun-tahun mendatang, tekanan parah mengingat konsumsi air diperkirakan
akan meningkat secara signifikan, dan perubahan iklim diperkirakan akan semakin
nyata. Greywater (GW) telah dipelajari sebagai sumber air alternatif di zona kering dan
semi kering. Meskipun tidak ada solusi optimal tunggal untuk menangani GW, lahan
basah yang dibangun terbukti efektif (Maria ,2020). Dari hal itu para peneliti
menumukan beberapa metode untuk mengelolah Greywater (GW) .

2.2.1. Teknologi Lahan Basah Buatan


Lahan basah adalah sistem rekayasa yang dirancang untuk mengolah air limbah
domestic yang melibatkan vegetasi lahan basah, tanah, dan kumpulan mikroba yang
terdapat pada tanaman. Mereka dirancang untuk mengambil keuntungan dari banyak
proses yang sama yang terjadi di lahan basah alami, tetapi melakukannya dalam
lingkungan yang lebih terkontrol. Lahan basah diklasifikasikan sesuai dengan bentuk
kehidupan dari makrophy( Mutia,2017).

Sebagai sistem teknologi yang tepat untuk mengolah air yang tercemar, lahan
basah yang dibangun (CW) dirancang dengan hati-hati dan diatur dengan fungsi
ekologis penting yang dapat dikontrol jika dibandingkan dengan alam. CW biasanya
dianggap sebagai salah satu teknologi yang paling menjanjikan untuk mengolah air
limbah karena biayanya yang rendah, pengoperasian dan pemeliharaan yang sederhana
(O / M), sedikit polusi sekunder dan penampilan lingkungan yang menguntungkan
(Z.M Chen ,2008).

Secara umum, CW dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu air


permukaan bebas dan aliran bawah permukaan. CW aliran bawah permukaan dapat
dibagi lagi sebagai aliran bawah permukaan horizontal dan aliran bawah permukaan
vertikal berdasarkan karakteristik fluent detail.Teknologi CW pertama kali
diperkenalkan untuk mengolah air limbah pada tahun 1952 oleh K. Seidel di Jerman
dan sistem CW skala penuh pertama dibangun di Belanda pada akhir 1960-an. Dalam
7

beberapa dekade berikutnya, teknologi CW berkembang pesat dan penggunaan sistem


CW untuk mengolah air limbah tersebar luas di seluruh Eropa dan Amerika Utara.
Sampai tahun 2004, telah ada sekitar 5000 CW yang beroperasi di Eropa dan 1000 di
AS . Sebuah edisi khusus pada penelitian teknologi dan aplikasi rekayasa CW juga
diterbitkan oleh Teknik Ekologi pada tahun 2005 ( Z.M Chen ,2008).

Lahan basah buatan merupakan sistem yang digunakan untuk mengolah limbah
pemukiman,perkotaan,industri dan pertanian. Lahan basah buatan adalah sistem
pengolahan terencana atau terkontrol yang telah didesain dan dibangun menggunakan
proses alami yang melibatkan vegetasi, media, dan mikroorganisme untuk mengolah
air limbah (Novita ,2019).

Lahan basah buatan diketahui mempunyai beberapa manfaat seperti


pengolahan yang efektif dan bangunan yang kokoh, hemat energi, biaya lebih murah
dibandingkan dengan sistem konvensional, memberikan nilai estetika, komersial dan
dapat berfungsi sebagai habitat kehidupan liar dengan berkembangnya flora dan fauna
yang dapat beradaptas.Sistem lahan basah buatan yang dikembangkan saat ini yaitu
Free Water System (FWS) dan Sub-surface Flow System (SSF) (Novita ,2019) .

Free Water System (FWS) merupakan sistem dengan aliran di atas permukaan
tanah. Sub-surface Flow System (SSF) merupakan sistem dengan aliran di bawah
permukaan tanah. Air limbah yang melewati lahan basah buatan mengalir melalui
tanaman yang ditanam pada media yang berpori. secara ekonomis, konsep FWS baik
untuk diterapkan pada pemukiman skala besar dan sistem industri. Namun secara
konsep SSF baik bila diterapkan pada skala yang kecil seperti perumahan individual,
komunal, taman, sekolah dan fasilitas publik serta area komersial. Karena pengaliran
air di bawah permukaan batuan, larva dan nyamuk tidak dapat berkembang biak
(Novita ,2019).
8

Kriteria umum untuk menentukan spesies tumbuhan lahan basah yang cocok
untuk pengolahan limbah belum ada, karena sistem yang berbeda memiliki tujuan dan
standar yang berbeda. Hal yang patut dipertimbangkan dalam pemilihan tanaman
adalah toleran terhadap limbah, mampu mengolah limbah, dan pengaruhnya terhadap
lingkungan. Untuk mengetahui tingkat toleransi tanaman terhadap limbah maka perlu
diketahui konsentrasi nutrisi dalam limbah. Tumbuhan timbul dan tumbuhan
mengapung lebih banyak dipilih untuk digunakan dalam studi lahan basah buatan skala
laboratorium (Novita ,2019).

Tabel 2.2. Parameter Penghilang Bahan Organik (Ari,2020)

Sistem lahan basah dirancang dengan kolam fakultatif untuk pretreatment,


diikuti oleh selvegetasi FWS (permukaan air bebas), kolam aerobik (tidak ditanami),
FWS kedua, lebih kecil sel vegetasi, dan akhirnya strip filter vegetasi. Lahan
basah telah secara konsisten efektif dalam menghapus TKN dan TP, rata-rata 72% dan
58%, masing-masing, selama 4 tahun pertama operasi (Ari,2020).

2.2.2. Teknologi Fitoremediasi


1. Kiambang (Salavina Molesta)

Dalam mengelolah limbah domestik menggunakan metode fitoremediasi yaitu


menggunakan tanaman air seperti kiambang (salavina molesta) untuk menurunkan
kadar BOD dan fosfat dalam penelitian terdahulu tumbuhan kiambang bisa
menurunkan kadar BOD 69.98 % dan fosfat 3.5%.,tumbuhan ini juga bisa menurunkan
kada ion Cu dalam air (dwi eka ,2013).
9

2. Tanaman Pistia
Tanaman pistia dewasa dan sehat dikumpulkan dari lahan basah yang
terletak di dekat tempat kerja penulis di pesisir Puducherry. Mereka dibilas
untuk membebaskannya dari kotoran yang menempel dan invertebrata kecil.
Tanaman yang dibilas ditebar hingga kapasitas dalam saluran SHEFROL®
yang diberi makan greywater. Diencerkan untuk memiliki kebutuhan oksigen
kimiawi (COD) 200 ± 25 mg / L (Tabasum,2020).

Untuk memantau kinerja reaktor dengan cepat dan murah, kebutuhan


oksigen kimiawi (COD) digunakan sebagai representasi kekuatan air abu-abu.
Alasannya adalah karena karbon biodegradable merupakan komponen terbesar
yang memerlukan pengolahan di greywater dan karena COD mencakup
kebutuhan oksigen biologis (BOD), nasib COD menunjukkan aksi pistia pada
sebagian besar bentuk karbon organik yang ada di air limbah. Selain itu, analisis
BOD membutuhkan waktu 5 hari, sedangkan COD dapat dianalisis lebih cepat.
Karena pistia diketahui menyerap nitrogen, fosfor, dan beberapa elemen lain
yang ada dalam air untuk pertumbuhannya, konstituen air abu-abu tersebut pasti
akan berkurang jika pistia dapat mentolerir air abu-abu dan memfasilitasi
mineralisasi karbon organiknya (Tabasum.A ,2020).

Pengolahan air limbah yang cepat, efektif, dan murah menggunakan


spesies makrofit yang berbeda ─ meningkatkan sifat inheren kemampuan
fitoremediasi pistia. Studi terkontrol pada tingkat pengobatan greywater dengan
kekuatan bervariasi dari 300 mg / L hingga 2100 mg / L dalam kebutuhan
oksigen kimiawi (COD) dilakukan pada empat waktu retensi hidrolik (HRT)
yang berbeda, berkisar 2-10 jam (Tabasum.A ,2020).

Pistia terlihat mencapai 68,9-74,1% pengobatan dengan HRT hanya


dalam 2 jam. Ini meningkat menjadi 79,3–85,2% pada 4 jam HRT dan
mencapai tingkat 90,6–94,1% pada 6 jam HRT. Pada HRT yang lebih tinggi,
10

ada peningkatan lebih lanjut meskipun sedikit . Dengan demikian,> 90%


pengolahan dicapai dari semua kekuatan greywater pada HRT hanya 6 jam
yang menunjukkan sistem ini seefisien proses lumpur aktif dan variannya.
Sistem tersebut, juga, beberapa kali lebih efisien daripada sistem pengolahan
air limbah berbasis makrofit lainnya yang dilaporkan sejauh ini yang
membutuhkan HRT selama 24 jam atau lebih (Tabasum.A ,2020).

2.2.3.Teknologi Aerobik-Anaerobik

Tingkat produksi air abu-abu sangat bervariasi sepanjang hari Untuk mencegah
masuknya tangki penyimpanan, konsep pengolahan harus dirancang untuk mengatasi
tingkat pemuatan yang bervariasi.Sistem pengolahan yang terdiri dari tahap anaerobik
diikuti dengan tahap aerobik memiliki keuntungan dalam mengurangi kebutuhan
oksigen dan mengubah bahan organik menjadi metana (Lina Abu.G,2010).

Konsep pengolahan biologis anaerobik-aerobik dengan struktur internal


(desain) yang, dengan mengurangi jarak pengendapan,mempercepat pembuangan
polutan secara fisik. Memantau kinerja pilot plant ditinjau dari kondisi operasional:
jangka waktu siklusoperasi, waktu pelepasan, arah aliran dan teknik aerasi. Dalam
penelitian ini Volume satuan anaerobik adalah 1,2 m3 dan satuan aerobik 1,0 m3;
volume kerja adalah 1,18 m3 dan 0,98m3 masing-masing. Adanya perbedaan volume
kerja,ruang kosong yang diakibatkan oleh penyediaan tangki anaerobik dengan
pengatur ketinggian air (5 cm Ø) untuk mencegah meluap. Struktur internal setiap unit
PVC terdiri dari 6 batang PVC vertikal; Ø 2,54 cm dengan panjang 1,38 m atau 1,12
m, menempel di dasar tangki. Batangnya menahan 14-15 cakram polietilen; 30 cm Ø,
3 mm kedalaman (Lina Abu.G,2010).

Dengan teknologi pengolahan ini Penghapusan COD dicapai oleh unit


anaerobik dan aerobik di musim panas dan musim dingin masing-masing adalah 45%,
39% dan 53%, 64%. Sludge dalam reaktor anaerobik dan aerobik memiliki konsentrasi
masing-masing 168 dan 8 mg VS L 1. Stabilitas lumpur pada reaktor anaerobik dan
11

aerobik masing-masing adalah 80% dan 93% berdasarkan COD dengan waktu 871
hari.

ABR (Anaerobic Baffled Reactor) merupakan salah satu jenis pengolahan


suspended growth yang memanfaatkan sekat (baffle) dalam pengadukan yang
bertujuan memungkinkan terjadinya kontak antara air limbah dan biomass. Pengolahan
ini adalah pengolahan yang murah dari segi operasional, sebab tidak diperlukan
penggunaan energi listrik, dan memiliki efisiensi removal organik yang cukup baik
(Indriani ,2017).

ABR memilik efisiensi removal suspended solid yang kurang baik, yaitu
berkisar antara 40-70%. Zat padat dengan densitas yang mendekati densitas air dapat
terbawa keluar dari kompartemen pertama dan terbawa keluar reaktor bersama dengan
efluen. Oleh karena itu, kemampuan mengolah zat padat bergantung pada batas
pemberian makan (feed line) atau kompartemen pertama. Hal ini dapat pula diatasi
dengan penambahan unit yang dapat membantu pemisahan zat padat (Indriani ,2017).

Mengevaluasi pengolahan air abu-abu di bandara Brasil menggunakan filter


anaerobik diikuti dengan desinfeksi UV. Para penulis ini membahas perawatan
anaerobik sebagai alternatif perawatan aerobik untuk mengurangi biaya dan berpotensi
menghasilkan energi. Dalam studi mereka, proses pengolahan menghasilkan 73% dan
88% penghilangan BOD dan kekeruhan, masing-masing. Penting untuk dicatat bahwa
sistem pengolahan air abu-abu seringkali rumit, yang melibatkan banyak unit peralatan
proses. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan sistem pengolahan air abu-abu yang
dapat dengan mudah dioperasikan dan dipelihara, kompak, berbiaya rendah dan
menghasilkan limbah berkualitas baik yang aman untuk digunakan kembali (M.C.
Chrispin, 2016).

Sementara, meskipun memiliki kelemahan dalam segi pemeliharaan,


Anaerobic Filter merupakan salah jenis pengolahan attached growth yang dapat
menurunkan kadar suspended solid dengan baik. ABR adalah reaktor yang
12

menggunakan serangkaian dinding (baffle) untuk membuat air limbah yang


mengandung polutan organik untuk mengalir di bawah dan ke atas (melalui) dinding
dari inlet menuju outlet (Indriani ,2017).

Kombinasi reaktor Anaerobic Baffled Reactor (ABR) dan Anaerobic Filter


(AF). Reaktor I terdiri atas 4 kompartemen ABR dan 1 kompartemen AF, sementara
Reaktor II terdiri atas 3 kompartemen ABR dan 1 kompartemen AF. Waktu detensi
Reaktor I adalah 25,36 jam, sedangkan Reaktor II adalah 27,02 jam. Variasi konsentrasi
zat organik Reaktor I adalah 20, 30, dan 35 mg/L, sedangkan Reaktor II adalah 50, 100,
dan 150 mgCOD/L. Reaktor kombinasi ABR-AF menghasilkan penurunan PV
tertinggi sebesar 54,54% dan 64,75% pada Reaktor I dan Reaktor II, serta penurunan
COD tertinggi sebesar 68,98% pada Reaktor II (Indriani ,2017).

2.3.TEKNOLOGI YANG COCOK UNTUK DITERAPKAN DI INDONESIA

Indonesia adalah salah satu negara berkembang jadi karena itu dalam bidang
teknologi masih berkembang begitu juga untuk biaya pengolahannya harus mencari
yang murah sehingga efektif dingunakan oleh masyarakat indonesia, juga sebagai
negara tropis yang lembab (panas atau dingin) sehingga faktor ini berpengaruh kepada
cara pengolahan air limbah (grey water). Jadi dari beberapa metode pengolahan grey
water yang bisa diterapkan di indonesia yaitu :

1. Teknologi lahan basah


. biasanya dianggap sebagai salah satu teknologi yang paling
menjanjikan untuk mengolah air limbah karena biayanya yang rendah,
pengoperasian dan pemeliharaan yang sederhana (O/M), sedikit polusi
sekunder dan penampilan lingkungan yang menguntungkan.
Dari faktor diatas metode fitoremediasi juga cocok digunakan sebagai salah
satu metode pengolahan air limbah grey water karena harga yang murah dalam
pengolahannya Cuma menumbuhkan tanaman air yang akan digunakan sebagai
bioreaktornya (Indriani ,2017).Tumbuhan juga biasanya digunakan pada
13

pengolahan menggunakan teknologi lahan basah untuk menurunkan kadar


logam yang terkandung di limbah seperti kiambang,pistia dan lain-lainnya.

2. Teknologi anaerob-aerobik
Selain itu, transpirasi evapo di musim panas terutama di daerah kering
merupakan masalah krusial. Sistem kedua, membran / ultra-filtrasi bio-reaktor,
membutuhkan energi tinggi dan kebutuhan pemeliharaan dan oleh karena itu
tidak cocok untuk situasi di tempat dinegara berkembang. Penggunaan air abu-
abu yang telah diolah untuk irigasi di negara-negara dengan curah hujan rendah
merupakan pilihan yang menarik, karena air abu-abu rendah garam dan tidak
tercemar dengan toilet (limbah) – air .Menerapkan pengolahan di tempat dan
penggunaan air abu-abu,asalkan air hitam diolah di tempat juga, meminimalkan
biayapengangkutan; yaitu, secara khusus mengurangi investasi
untukpemasangan dan pemeliharaan sistem saluran air limbah (Lina
Abu.G,2010).
Pengolahan ini adalah pengolahan yang murah dari segi operasional,
sebab tidak diperlukan penggunaan energi listrik, dan memiliki efisiensi
removal organik yang cukup baik.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Kesimpulam dari makalah ini yaitu :
1. Grey water yaitu limbah domestik yang berasal dari air cuci piring,mandi,
cuci baju dan kamar mandi selain kakus yang masih bisa diolah sehingga
dapat digunakan kembali untuk sanitasi kecuali untuk minum.
2. Karakteristi dari air limbah yaitu BOD,COD,PH,surfaktan dan fosfor.
3. Lahan basah adalah sistem rekayasa yang dirancang untuk mengolah air
limbah domestic yang melibatkan vegetasi lahan basah, tanah, dan kumpulan
mikroba yang terdapat pada tanaman
4. Lahan basah buatan adalah sistem pengolahan terencana atau terkontrol yang
telah didesain dan dibangun menggunakan proses alami yang melibatkan
vegetasi, media, dan mikroorganisme untuk mengolah air limbah.
5. ABR (Anaerobic Baffled Reactor) merupakan salah satu jenis pengolahan
suspended growth yang memanfaatkan sekat (baffle) dalam pengadukan yang
bertujuan memungkinkan terjadinya kontak antara air limbah dan biomass.
6. Di indonesia teknologi yang cocok digunakan adalah teknologi yang tidak
memerlukan biaya yang banyak dan juga harus cocok untuk negara
berkembang.

6.2. SARAN
1. Semoga makalah saya dapat bermanfaat bagi yang membaca
2. Semoga teknologi ini dapat mengatasi krisi air di indonesia dan juga
mengurangi pencemaran air di indonesia .

14
DAFTAR PUSTAKA

Abbasi, T. (2020). SHEFROL® Bioreactor Enhances The Ability Of Pistia (Pistia


Stratiotes) In The Phytoremediation Of Grey Water. Environmental
Analytical chemistry, 1-11. doi:10.1080/03067319.2020.1738420
Adrianto, A. (2020). Pemanfaatan Molasses Pada Rancangan Teknologi
Constructed Wetland-Microbial Fuel Cell (Cw-Mfc) Dalam Pereduksi
Bakteri Patogen Dan Aplikasi Biosensor Limbah Greywater Sebagai
Sumber Pengaplikasian Flushing Water. J u r n a l I l m i a h P e n a l a r
a n d a n P e n e l i t i a n M a h a s i s w a, 4, 30-52.
afifah rahmawati, d. (2016). Kemampuan Tanaman Kiambang( Salvina Molesta )
Dalam Menyisikan BOD Dan Fosfat Pada Limbah Domestik (Grey Water)
Dengan Sistem Fitoremediasi Secara Kontiyu. jurnal teknik lingkungan, 5,
1-10.
Chen,zhen.dkk (2008). A Vertical Subsurface Flow Contructed Wetland In Beijing
. science direct, 13, 1986-1997.
Collivignarelli,maria.C,dkk. (2020). Horizontal Flow Constructed Wetland For
Greywater Treatment And Reuse: An Experimental Case. Environmental
Research and Public Health,7,1-15.
Dewi, N. R. (2019). Teknologi Pengolahan Lahan Basah Buatan Untuk Mengolah
Grey Water Dari Rumah Tangga. jurnal ilmiah, 1-6. .
Haryani,Mutia F. (2017). Pengolahan Limbah Grey Water Dengan Teknologi
Lahan Basah Buatan. Teknik Lingkungan,, 1-5.
Indriani, T. dkk. (2009). Studi Efisiensi Paket Pengolahan Grey Water Model
Kombinasi Abr-Anaerobic Filter. Teknik Lingkungan,, 1-17.
lina abu ghunmi, d. (2010). Grey Water Treatment In A Series Anaerobic-Aerobic
System For Irrigation. bioresourse technology, 101, 41-50.
Mariana,Cardoso Chrispim,dkk . (2016). Greywater Treatment Using A Moving
Bed Biofilm Reactor At A. University Campus In Brazil. Journal of Cleaner
Production, 1-7.
Nugraha, B. (2019). Variasi Waktu Detensi Pada Filtrasi Pengolahan Air Limbah
Grey Water Dalam Menurunkan Beban Pencemaran . Skripsi. Universitas
Brawijaya.

15
16

Suhaib.G. Abunaser,dkk. (2020). Performa Of A Novel Vertical Flow Contructed


Wetland For Greywater Treatment In Rural Areas In Jordan.
Environmental Technology, 1-28. doi:10.1080 / 09593330.2020.1841832abu-
abu
Ulfa, anis.dkk(2017). Kajian Kinerja Bak Settler, Anaerobic Baffled Reactor
(Abr), Dan Anaerobic Filter (Af) Pada Tiga Tipe Ipal. Jurnal Teknik
Lingkungan, 6, 1-15.
Yuliana,dwi eka,dkk. (2013). ANALISIS KEMAMPUAN KIAMBANG (Salvinia
Molesta) UNTUK MENURUNKAN KONSENTRASI ION LOGAM Cu
(II). Jurnal Kimia Mulawarman, 1-6.

Anda mungkin juga menyukai