TUGAS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Air Dan Limbah Cair Dalam Konteks
Global
Disusun Oleh :
A’yuna Yasrah
NIM 180702130
Dosen Pembimbing:
Aulia Rohendi, S.T,M.Sc.
i
i
KATA PENGATAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT
yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya. Sehingga penulis
mampu menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari masa jahiliah ke masa islamiah dan
masa kebodohan ke masa yang berilmu pengetahuan yang dapat kita rasakan sekarang
ini.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah air dan limbah cair dalam
konteks global pada Program Studi Teknik Lingkungan Uin ar raniry Banda Aceh
dengan judul ”Teknologi pengolahan limbah domesti (grey water)”.
A’YUNA YASRAH
Penyusun
i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. LATAR BELAKANG ................................................................................ 1
1.2. RUMUSAN MASALAH ............................................................................ 1
1.3. TUJUAN PENULISAN .............................................................................. 2
1.4. MANFAAT PENULISAN .......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
2.1. GREY WATER ................................................................................................ 3
2.1.1. Pengertian Grey Water ............................................................................. 3
2.1.2. Kandungan Beban Pencemar Pada Grey Water ........................................ 5
2.2.TEKNOLOGI PENGOLAHAN GREY WATER............................................... 6
2.2.1. Teknologi Lahan Basah Buatan ................................................................ 6
2.2.2. Teknologi Fitoremediasi ........................................................................... 8
2.2.3.Teknologi Aerobik-Anaerobik ................................................................... 9
2.3.TEKNOLOGI YANG COCOK UNTUK DITERAPKAN DI INDONESIA .. 12
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 14
3.1. KESIMPULAN ............................................................................................ 14
3.2. SARAN .................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
Penulisan ini adalah :
1
2
1. Untuk mengetahui pengertian grey water dan tujuan pengolahan grey water
2. Untuk mengetahui teknologi apa yang bisa digunakan untuk pengolahan grey
water
3. Untuk mengetahui teknologi yang cocok diterapkan di indonesia
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003, yang
dimaksud dengan air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan
atau kegiatan permukiman, dan rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen,
dan asrama. Jenis air ini mengandung banyak sabun atau deterjen, dan
mikroorganisme. Jumlah air buangan yang dihasilkan oleh suatu kawasan berbeda
dengan kawasan yang lain, tergantung pada jumlah air bersih yang digunakan setiap
harinya. Debit air buangan biasanya bervariasi antara 50 sampai 100% dari kebutuhan
air bersih total.
Grey water yaitu limbah cair hasil aktivitas dapur, pencucian pakaian, kamar
mandi (selain tinja), dan lain sebagainya, yang berasal rumah, sekolah, maupun
perkantoran. Grey water adalah salah satu pencemar yang paling banyak masuk ke
badan air. Meskipun kandungan organik pencemar pada grey water tidak begitu tinggi,
3
4
namun apabila masuk ke badan air dan terakumulasi dapat menyebabkan penurunan
kualitas air yang cukup berarti.
Teknologi teruji untuk pengolahan air abu-abu yang bertujuan pada stabilisasi
maksimum air limbah, pada prinsipnya menerapkan HR yang panjang seperti
membangun lahan basah dengan HRT selama 2-14 hari atau bio-reaktor membran /
ultra-filtrasi, yang menerapkan SRT lama, dengan HRT kurang dari 1,5 hari (Lina
Abu.G,2010).
Air limbah dengan kandungan material organik tinggi yang dibuang kebadan
air akan mengalami oksigen terlarut dalam jumlah besar untuk proses dekomposisi.
Oleh karenanya diperlukanlah pengolahan air limbah domestik sebelum dibuang
kebadan sungai (Afifah.R,2016)..
Efek buruk dari air limbah yang tidak dikelola dengan baik diantaranya adalah
membahayakan kesehatan manusia, dapat menimbulkan kerusakan benda atau
bangunan, dan merusak keindahan (estetika) karena bau busuk. Oleh karena itu, hal
tersebut harus diminimalisir dengan pemilihan dan penerapan teknologi pengolahan air
limbah domestic yang sederhana, mudah, dan murah dalam sistem pengoperasian dan
perawatannya. Hal tersebut menunjukan bahwa hasil tersebut melebihi batas baku mutu
5
yang sudah ditetapkan dalam PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
(Novita ,2018).
Salah satu sumber grey water merupakan air sisa penggunaan aktivitas
mencuci. Hal ini menyebabkan air sisa penggunaan mengandung bahan pencemar
dalam deterjen. Pencemaran deterjen diperairan dikarenakan adanya kandungan
surfaktan dalam deterjen. Limbah deterjen yang kerap di buang ke perairan dan tanpa
pengolahan dengan baik akan berakibat terakumulasinya surfaktan pada badan perairan
yang akan menimbulkan masalah pendangkalan perairan akibat menumpuknya
sedimentasi perairan dan terham patnya transfer oksigen. Hal ini menyebabkan proses
penguraian secara aerobik menjadi terganggu dan berdampak pada laju biodegradasi
yang berjalan lambat ( Badja.N,2019).
Sebagai sistem teknologi yang tepat untuk mengolah air yang tercemar, lahan
basah yang dibangun (CW) dirancang dengan hati-hati dan diatur dengan fungsi
ekologis penting yang dapat dikontrol jika dibandingkan dengan alam. CW biasanya
dianggap sebagai salah satu teknologi yang paling menjanjikan untuk mengolah air
limbah karena biayanya yang rendah, pengoperasian dan pemeliharaan yang sederhana
(O / M), sedikit polusi sekunder dan penampilan lingkungan yang menguntungkan
(Z.M Chen ,2008).
Lahan basah buatan merupakan sistem yang digunakan untuk mengolah limbah
pemukiman,perkotaan,industri dan pertanian. Lahan basah buatan adalah sistem
pengolahan terencana atau terkontrol yang telah didesain dan dibangun menggunakan
proses alami yang melibatkan vegetasi, media, dan mikroorganisme untuk mengolah
air limbah (Novita ,2019).
Free Water System (FWS) merupakan sistem dengan aliran di atas permukaan
tanah. Sub-surface Flow System (SSF) merupakan sistem dengan aliran di bawah
permukaan tanah. Air limbah yang melewati lahan basah buatan mengalir melalui
tanaman yang ditanam pada media yang berpori. secara ekonomis, konsep FWS baik
untuk diterapkan pada pemukiman skala besar dan sistem industri. Namun secara
konsep SSF baik bila diterapkan pada skala yang kecil seperti perumahan individual,
komunal, taman, sekolah dan fasilitas publik serta area komersial. Karena pengaliran
air di bawah permukaan batuan, larva dan nyamuk tidak dapat berkembang biak
(Novita ,2019).
8
Kriteria umum untuk menentukan spesies tumbuhan lahan basah yang cocok
untuk pengolahan limbah belum ada, karena sistem yang berbeda memiliki tujuan dan
standar yang berbeda. Hal yang patut dipertimbangkan dalam pemilihan tanaman
adalah toleran terhadap limbah, mampu mengolah limbah, dan pengaruhnya terhadap
lingkungan. Untuk mengetahui tingkat toleransi tanaman terhadap limbah maka perlu
diketahui konsentrasi nutrisi dalam limbah. Tumbuhan timbul dan tumbuhan
mengapung lebih banyak dipilih untuk digunakan dalam studi lahan basah buatan skala
laboratorium (Novita ,2019).
2. Tanaman Pistia
Tanaman pistia dewasa dan sehat dikumpulkan dari lahan basah yang
terletak di dekat tempat kerja penulis di pesisir Puducherry. Mereka dibilas
untuk membebaskannya dari kotoran yang menempel dan invertebrata kecil.
Tanaman yang dibilas ditebar hingga kapasitas dalam saluran SHEFROL®
yang diberi makan greywater. Diencerkan untuk memiliki kebutuhan oksigen
kimiawi (COD) 200 ± 25 mg / L (Tabasum,2020).
2.2.3.Teknologi Aerobik-Anaerobik
Tingkat produksi air abu-abu sangat bervariasi sepanjang hari Untuk mencegah
masuknya tangki penyimpanan, konsep pengolahan harus dirancang untuk mengatasi
tingkat pemuatan yang bervariasi.Sistem pengolahan yang terdiri dari tahap anaerobik
diikuti dengan tahap aerobik memiliki keuntungan dalam mengurangi kebutuhan
oksigen dan mengubah bahan organik menjadi metana (Lina Abu.G,2010).
aerobik masing-masing adalah 80% dan 93% berdasarkan COD dengan waktu 871
hari.
ABR memilik efisiensi removal suspended solid yang kurang baik, yaitu
berkisar antara 40-70%. Zat padat dengan densitas yang mendekati densitas air dapat
terbawa keluar dari kompartemen pertama dan terbawa keluar reaktor bersama dengan
efluen. Oleh karena itu, kemampuan mengolah zat padat bergantung pada batas
pemberian makan (feed line) atau kompartemen pertama. Hal ini dapat pula diatasi
dengan penambahan unit yang dapat membantu pemisahan zat padat (Indriani ,2017).
Indonesia adalah salah satu negara berkembang jadi karena itu dalam bidang
teknologi masih berkembang begitu juga untuk biaya pengolahannya harus mencari
yang murah sehingga efektif dingunakan oleh masyarakat indonesia, juga sebagai
negara tropis yang lembab (panas atau dingin) sehingga faktor ini berpengaruh kepada
cara pengolahan air limbah (grey water). Jadi dari beberapa metode pengolahan grey
water yang bisa diterapkan di indonesia yaitu :
2. Teknologi anaerob-aerobik
Selain itu, transpirasi evapo di musim panas terutama di daerah kering
merupakan masalah krusial. Sistem kedua, membran / ultra-filtrasi bio-reaktor,
membutuhkan energi tinggi dan kebutuhan pemeliharaan dan oleh karena itu
tidak cocok untuk situasi di tempat dinegara berkembang. Penggunaan air abu-
abu yang telah diolah untuk irigasi di negara-negara dengan curah hujan rendah
merupakan pilihan yang menarik, karena air abu-abu rendah garam dan tidak
tercemar dengan toilet (limbah) – air .Menerapkan pengolahan di tempat dan
penggunaan air abu-abu,asalkan air hitam diolah di tempat juga, meminimalkan
biayapengangkutan; yaitu, secara khusus mengurangi investasi
untukpemasangan dan pemeliharaan sistem saluran air limbah (Lina
Abu.G,2010).
Pengolahan ini adalah pengolahan yang murah dari segi operasional,
sebab tidak diperlukan penggunaan energi listrik, dan memiliki efisiensi
removal organik yang cukup baik.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Kesimpulam dari makalah ini yaitu :
1. Grey water yaitu limbah domestik yang berasal dari air cuci piring,mandi,
cuci baju dan kamar mandi selain kakus yang masih bisa diolah sehingga
dapat digunakan kembali untuk sanitasi kecuali untuk minum.
2. Karakteristi dari air limbah yaitu BOD,COD,PH,surfaktan dan fosfor.
3. Lahan basah adalah sistem rekayasa yang dirancang untuk mengolah air
limbah domestic yang melibatkan vegetasi lahan basah, tanah, dan kumpulan
mikroba yang terdapat pada tanaman
4. Lahan basah buatan adalah sistem pengolahan terencana atau terkontrol yang
telah didesain dan dibangun menggunakan proses alami yang melibatkan
vegetasi, media, dan mikroorganisme untuk mengolah air limbah.
5. ABR (Anaerobic Baffled Reactor) merupakan salah satu jenis pengolahan
suspended growth yang memanfaatkan sekat (baffle) dalam pengadukan yang
bertujuan memungkinkan terjadinya kontak antara air limbah dan biomass.
6. Di indonesia teknologi yang cocok digunakan adalah teknologi yang tidak
memerlukan biaya yang banyak dan juga harus cocok untuk negara
berkembang.
6.2. SARAN
1. Semoga makalah saya dapat bermanfaat bagi yang membaca
2. Semoga teknologi ini dapat mengatasi krisi air di indonesia dan juga
mengurangi pencemaran air di indonesia .
14
DAFTAR PUSTAKA
15
16