Anda di halaman 1dari 88

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING

ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA


(KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)

SKRIPSI

Diajukan sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra

WAETI

2012110125

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS DARMA PERSADA

JAKARTA

2016
ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi Sarjana yang berjudul :

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING


ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA
(KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)

Telah diuji dan diterima baik pada hari Sabtu tanggal 20 Agustus 2016 oleh
penguji jurusan Sastra Jepang yang terdiri dari :

Ketua Sidang Pembimbing

(Syamsul Bachri, SS, M.Si) (Irawati Agustine, SS)

Pembaca

(Zainur Fitri, SS, M.Pd )

Disahkan Oleh:

Ketua Jurusan Sastra Jepang Dekan Fakultas Sastra

(Hargo Saptaji, SS, MA) (Syamsul Bachri, SS, M.Si)

Universitas Darma Persada


iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang penulis susun sendiri di bawah
bimbingan Ibu Irawati Agustine, SS selaku pembinbing I dan Ibu Zainur Fitri, SS,
M.Pd selaku pembimbing II. Bukan merupakan suatu karya jiplakan dari Skripsi
Sarjana atau karya orang lain. Untuk semua sumber baik kutipan ataupun rujukan
telah saya nyatakan dengan benar, sebagian atau seluruh isinya sepenuhnya
menjadi tanggung jawab penulis sendiri.

Nama : Waeti

NIM : 2012110125

Progran Studi : Sastra Jepang S1

Fakultas : Sastra

Bilamana di kemudian hari terbukti bahwa data dan judul skripsi ini
merupakan hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka secara kode etik ilmiah,
saya menyatakan bersedia untuk menerima segala sanksi yang akan diberikan
sesuai dengan segala peraturan ataupun undang-undang yang berlaku.

Jakarta, Agustus 2016

Waeti

2012110125

Universitas Darma Persada


iv

ABSTRAK

Nama : Waeti

NIM : 2012110125

Program Studi : S1

Judul : Kendala Yang Dihadapi Tenaga Kerja Asing


Orang Jepang Yang Tinggal Di Indonesia
(Khususnya Di Wilayah Jakarta Dan Sekitarnya)

Kendala yang dihadapi orang Jepang selama tinggal di Indonesia meliputi


kendala dalam kehidupan sehari-hari ataupun kendala dalam bidang pekerjaan,
antara lain diantaranya kendala terkait perbedaan budaya kerja, peraturan kerja,
lalu lintas, sistem transportasi, makanan, dan lain sebagainya. Kadang-kadang kita
sebagai orang Indonesia yang merupakan teman ataupun rekan kerja tidak
mengetahui apa saja yang menjadi permasalahan orang Jepang selama ini dalam
menjalani kehidupannya. Hal tersebut disebabkan oleh kesulitan berkomunikasi
dengan orang Jepang terkait perbedaan bahasa. Selain itu sifat tertutup orang
Jepang karena rasa tidak ingin merepotkan orang lain yang sudah menjadi
karakter dan kebiasaan mereka pun menyulitkan kita untuk mengetahui kesulitan
yang mereka hadapi. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi orang
Jepang, penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan menggunakan
angket yang diisi oleh responden orang Jepang khususnya yang tinggal di Jakarta
dan Bekasi. Metode kepustakaan dengan jenis penelitian kualitatif secara ilmiah.
Dengan dilakukannya penelitian ini kita bisa mengetahui apa saja yang selama ini
menjadi kesulitan orang Jepang dalam kehidupannya di Indonesia. Selain itu kita
pun dapat mengetahui apa saja kekurangan dan kelebihan yang dimiliki Indonesia,
juga berbagai masukan atau saran yang bisa membuat Indonesia agar lebih maju.

Kata Kunci : Kendala, orangJepang , Budaya hidup, Budaya kerja,


kehidupan sehari-hari

Universitas Darma Persada


v

概要

名前 :ワエティー

学生番号 :2012110125

学科 :日本語文学学科

題名 :インドネシアに住んでいる日本人の方の生活について

一番困っている(特にジャカル・ベカシ)

インドネシアに住んでいる日本人の方の困っている事は、生活
で困っていること、仕事で困っている事。例えば、仕事の文化の違い、労
働ルール、交通体系、交通機関、食べ物等。時々友達にとしてインドネシ
アで住んでいる日本人の方にとっての困っている事は知りませんが、何故
というのは言葉が違うでコミュニケーションがしにくい, 日本人は他人の
事に対してあまり話もかけないし、閉鎖性を持っています。ですので、イ
ンドネシアに住んでいる日本人の方の困っている事は、なかなかわりづら
い。その為に、この論文を書きます。データにとしては、定性調査が科学
的でアンケートを配布しました。アンケートは、ベカシ・ジャカルタエリ
アーに住んでいる日本人の方に記入してくれました。この論文で今まで、
インドネシアに住んでいる日本人の方の困っている事知らない事は皆様が
知てるように目標です。更に、日本人の困っているでなく、日本人にとし
てインドネシアが一番良い事、インドネシアが良くなるように、改善しな
いといけない事も書きます

キーワード :制約((困っている事)、日本語、文化、ライブ、労働文化、

日常生活

Universitas Darma Persada


vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan
karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta
salam senantiasa terlimpah dan tercurahkan kepada junjungan besar Nabi
Muhammad SAW dan doa-doa yang terbaik senantiasa terpanjatkan untuk seluruh
keluarga, guru, sahabat dan kerabat.
Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Sastra pada Program Studi Sastra Jepang S1 di Universitas Darma
Persada dengan judul “Kendala Yang Dihadapi Tenaga Kerja Asing Orang Jepang
yang tinggal di Indonesia (Khususnya Wilayah Jakarta dan Bekasi)”. Untuk
pengumpulan datanya dengan menggunakan metode penyebaran angket secara
online dan manual.
Kelancaran dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta
bimbingan berbagai pihak, baik bantuan secara langsung, ataupun tidak langsung,
serta dorongan dan dukungan yang sangat besar membuat penulis termotivasi
untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang mendukung sehingga
terselesaikannya skripsi ini, terutama kepada :
1. Ibu Irawati Agustine, SS selaku dosen pembimbing yang banyak
memberikan bimbingan dan saran sehingga skripsi ini bisa terselesaikann
dengan baik dan lancar.
2. Ibu Zainur Fitri, SS,M.Pd selaku pembimbing II yang selalu memberikan
bimbingan, saran dan bantuan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Syamsul Bachri, SS, M.Si selaku ketua sidang sekaligus Dekan
Fakultas Sastra yang membantu kelancaran dalam proses penyelesaian
skripsi ini dan selalu memberikan bimbingan dari masa perkuliahan
sampai terselesaikannya skripsi ini.
4. Ibu Metty Suwandany,SS,M.Pd selaku Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan bimbingannya dalam kegiatan perkuliahan.

Universitas Darma Persada


vii

5. Bapak Hargo Saptaji, SS, M.A selaku Ketua Jurusan Sastra Jepang yang
telah memberikan arahan kepada penulis selama masa perkuliahan
6. Staf Tata Usaha Fakultas Sastra Universitas Darma Persada yang sangat
membantu proses penulisan skripsi ini.
7. Staf Perpustakaan Universitas Darma Persada yang membantu dalam
penyedian buku-buku sehingga memudahkan pencarian data untuk skripsi
ini.
8. Responden yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk melakukan
pengisian angket sehingga data yang digunakan untuk penulisan skripsi ini
bisa terkumpul dan digunakan dengan sebaik mungkin .
9. Teman kuliah Universitas Darma Persada, tertutama teman-teman kelas
karyawan dari pertama kuliah sampai dengan penulisan skripsi selalu
memberikan dukungan yang besar dan bermanfaat untuk penulis.
10. Suami tercinta yang selalu memberikan dukungan dan bantuan
sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini dan Emak juga Bapak tersayang
sebagai sumber kekuatan penulis dalam penulisan skripsi ini.
Semoga segala bantuan yang diberikan bisa menjadi amalan yang
senantiasa selalu mendapatkan ridho-Nya. Penulis berharap semoga penelitian dan
skripsi ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada
khususnya

Bekasi, Juli 2016


Penulis

(Waeti)

Universitas Darma Persada


viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………... i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ……………………………………... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ……………………... iii

ABSTRAK ……………………………………………………………………. iv

概要 ……………………………………………..………………………………. v

KATA PENGANTAR ……………………………………….………………. vi

DAFTAR ISI …………………………………….………………………….. viii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………...... 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………….. 1

1.2 Identifikasi Masalah ……………………………………………. 4

1.3 Pembatasan Masalah …………………………………………… 4

1.4 Rumusan Masalah ……………………………………………… 4

1.5 Tujuan Penelitian ……………………………………………….. 5

1.6 Metode Penelitian ………………………………………………. 5

1.7 Landasan Teori …………………………………………………. 6

1.7.1 Pengertian Kendala ..…………..…………………………... 6

1.7.2 Pengertian Kehidupan Sosial dan Interaksi Sosial ………... 6

1.7.3 Pengertian Kebudayaan, Adat Istiadat …………………….. 7

1.7.4 Pengertian Tenaga Kerja Asing ……………………….…... 8

Universitas Darma Persada


ix

1.8 Manfaat Penelitian ………………………………………………. 8

1.9 Sistematika Penulisan …………………………………………... 9

BAB II BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA DAN MASYARAKAT


JEPANG ……………………………………………………………. 11

2.1 Kebudayaan …………………………….……………………... 11

2.2 Masyarakat …………………………………………………….. 11

2.3 Budaya Masyarakat Indonesia ………………………………... 11

2.4 Budaya Masyarakat Jepang …………………………………… 21

BAB III KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG


JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA
DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) ...………………...… 30

3.1 Responden …………………………………………………….. 30

3.2 Kendala yang Dihadapi Dalam Kehidupan Sehari-Hari ……… 31

3.3 Kendala yang Dihadapi Dalam Kehidupan Sehari-Hari


di Bidang Pekerjaan …………………………………………... 46

3.4. Kelebihan Indonesia di Mata Orang Jepang ………………….. 52

3.5 Hal Yang Mesti Diperbaiki oleh Indonesia ................................ 56

BAB IV KESIMPULAN................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 62

LAMPIRAN 1 PROSENTASI HASIL PENELITIAN ONLINE DAN


MANUAL .......................................................................... xi

LAMPIRAN 2 HASIL JAWABAN ONLINE ........................................... xiii


LAMPIRAN 3 CONTOH ANGKET ONLINE ....................................... xvii

Universitas Darma Persada


x

LAMPIRAN 4 CONTOH ANGKET MANUAL DIKIRIM MELALUI


EMAIl ................................................................................. xx

LAMPIRAN 5 CONTOH ANGKET MANUAL TULISAN


TANGAN ......................................................................... xxiv

Universitas Darma Persada


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Banyaknya tenaga kerja asing (TKA) di Indonesia tidak lepas dari
pesatnya perkembangan investasi asing atau yang biasa disebut dengan
Penanaman modal asing (PMA). PMA berkembang pesat di Indonesia tidak
lain karena pemerintah Indonesia membuka lebar penanaman modal asing
dalam rangka memperbaiki pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sejarah perkembangan ekonomi sebenarnya terkait erat dengan yang
dinamakan Foreign Direct Investment (FDI) atau di Indonesia biasa disebut
penanaman modal asing (PMA) dewasa ini termasuk salah satu kekuatan
dalam mensupport proses globalisasi, untuk memajukan ekonomi negara kita.
Perkembangan ekonomi di Indonesia sendiri tidaklah lepas dari investasi
negara-negara maju di dunia. Sesuatu yang menarik perhatian para investor
adalah kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia dari Sabang sampai
Merauke yang memiliki potensi besar akan kekayaan alam yang sangat layak
untuk digali yaitu kekayaan alam aneka ekosistem yang hidup di darat dan di
laut, kandungan bumi seperti minyak, emas, batubara, dan aneka bahan
tambang lainnya. Selain kekayaan alam, Indonesia juga memiliki aneka
ragam suku, bahasa, dan budaya sehingga masyarakat Indonesia sudah
terbiasa dengan aneka perbedaan, dan membuat masyarakat Indonesia juga
menjadi mudah menerima orang asing dari negara manapun.
Indonesia temasuk negara yang memiliki pertumbuhan penduduk yang
pesat, yang secara tidak langsung membantu pertumbuhan penduduk usia
produktif, dan mampu membuat proses regenerasi usia produktif berjalan
dengan pesat dan lancar. Kita tentu mengenal negara akan menjadi kuat dan
maju jika negara tersebut produktif. Untuk menjadikan negara produktif
tentunya fakor ketersediaan usia produktif yang banyak dan memadai itu
menjadi sumber utamanya. Namun demikian, pertumbuhan penduduk yang

Universitas Darma Persada


2

pesat tidaklah bisa maju jika tidak didukung oleh pendidikan dan
pembekalan keterampilan yang memadai.
Keramahan penduduk Indonesia dan kemudahan yang diberikan oleh
pemerintah terkait dalam kepengurusan dokumen perizinan usaha juga
menjadi faktor penentu untuk pertumbuhan ekonomi negara kita. Negara
Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan laju pertumbuhan
ekonomi yang pesat tetapi berbagai kekayaan itu tidaklah bisa digali dan
dimanfaatkan secara maksimal jika kita tidak mempunyai modal usaha dan
kemampuan untuk menggalinya. Oleh karena itu untuk membantu pesatnya
pertumbuhan ekonomi negara kita, pemerintah membuka lebar pintu
kerjasama usaha atau bisnis untuk para pengusaha asing untuk membuka
usahanya di negara kita yang dikenal dengan istilah PMA seperti yang sudah
penulis jelaskan di atas.
Dengan melihat berbagai faktor tersebut di atas, hal ini merupakan
faktor kemudahan dan keuntungan yang kita janjikan kepada para investor
asing untuk membuka usahanya di Indonesia.Sejak zaman dahulu Indonesia
merupakan negara yang paling diminati oleh asing untuk membuka usahanya
di negara kita ini dari zaman Portugis menguasai Batavia dilanjutkan
Belanda yang mengusai Batavia. Sejarah itulah yang menjadikan bukti
bahwa Indonesia merupakan negara yang strategis untuk usaha. Dengan
demikian pemerintah kita pun membuka dan mempersilakan investor asing
membuka usahanya di Indonesia termasuk Jepang pun tak luput ikut serta
menanamkan investasinya di Indonesia
Jepang adalah salah satu negara penanam modal asing yang menduduki
peringkat tinggi di Indonesia tetapi krisis ekonomi yang melanda Asia tahun
1997 telah membuat investasi Jepang mulai mengalami penurunan. Setelah
dimulainya pemerintahan Presiden Yudhoyono dibentuklah forum investasi
tingkat pemerintah-swasta antara Jepang dan Indonesia. Indonesia yang
merupakan negara penerima bantuan tingkat pemerintahan (ODA) terbesar
dari Jepang, dan pada tahun 2005 dibentuklah suatu perundingan Economic
Partnership Agreement (EPA) dan hal itu menunjukkan bahwa pemerintah

Universitas Darma Persada


3

Jepang membuka lebar pintu investasi dengan Indonesia. Tidaklah heran jika
di Indonesia saat ini dan di masa yang akan datang akan semakin banyak
investor Jepang yang membuka perusahaannya di Indonesia, dengan
demikian akan banyak TKA (tenaga kerja Asing) orang Jepang di Indonesia.
Perbedaan budaya, bahasa, makanan, cuaca dan sebagainya, tentu akan
menimbulkan berbagai masalah kehidupan bagi orang asing khususnya orang
Jepang, dan sayangnya tidak banyak orang mengetahui permasalahan mereka
dalam menjalani kehidupan di Indonesia ini khususnya dalam kehidupan
sehari-hari. Pada masyarakat Jepang mengenal istilah ”tidak ingin
merepotkan orang lain dan tidak suka dibantu jika tidak diminta, karena
mereka tidak ingin dianggap lemah”. Bagi mereka dibantu dalam hal-hal
kecil atau sepele selagi mereka mampu itu merupakan hal yang paling
memalukan karena secara tidak langsung menganggap diri mereka itu lemah,
dan sifat tertutup mereka yang kadang membuat kita sebagai teman, sahabat,
bawahan, murid dan sebagainya, sulit untuk memahami apa sebenarnya
yang membuat mereka kesulitan dalam beradaptasi atau menjalani kehidupan
di Indonesia ini. Dengan demikian, jika kita tidak mengetahui apa
sebenarnya yang mereka butuhkan, kita pun tidak akan paham apa yang
harus kita bantu untuk mereka.
Selama penulis bekerja bersama dengan orang Jepang dan berteman
dengan mereka, penulis sendiri agak sedikit kesulitan untuk membantu
mereka karena sifat tertutup mereka, terutama untuk shucchousha (pekerja
dinas) yang melakukan kunjungan singkat. Akan tetapi tidak semua orang
Jepang mempunyai sifat tertutup tetapi masih ada beberapa orang yang mau
bercerita tentang kesulitan mereka.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis
tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang kendala-kendala yang dihadapi
oleh pekerja dinas Jepang di Indonesia. Adapun judul penelitian yang
diambil adalah “KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA
ASING ORANG JEPANG DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI
WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)

Universitas Darma Persada


4

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan ada di atas,
maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Melihat kondisi sumber daya manusia Indonesia yang masih kurang dari
segi skill dan kemampuan sehingga kita masih menganggap pentingnya
tenaga ahli dari Jepang untuk mengoperasikan perusahaan.
2. Perbedaan budaya hidup antara budaya Jepang dan budaya Indonesia
membuat beberapa tenaga kerja asing dari Jepang tidaklah mudah untuk
beradaptasi dengan kebudayaan Indonesia.
3. Sifat tertutup orang Jepang yang tidak mudah bercerita kepada orang yang
baru dikenal, sedikit menyulitkan kita yang bekerjasama dengan mereka
untuk mengetahui kendala apa sajakah yang dihadapi mereka dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Sulitnya menjalin komunikasi dengan orang Jepang terkait karakter dan
kemampuan bahasa Inggris.

1.3 Pembatasan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah di atas penulis memberikan batasan
masalah pada ruang lingkup kendala yang dihadapi pekerja Jepang dalam
kehidupan sehari-hari. Yang sebagian besar responden bekerja di wilayah
Bekasi dan tinggal di area Jakarta sehingga untuk tidak dilakukan
pembahasan untuk ke area yang lebih luas.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan pembatasan masalah dan identifikasi masalah maka dapat
dirumuskan masalah dari penulisan ini yaitu:
1. Bagaimanakah kehidupan sosial yang dihadapi pekerja orang asing
khususnya orang Jepang dalam kehidupan sehari-harinya?
2. Permasalahan apa sajakah yang dihadapi dan menjadi kendala tenaga
kerja asing orang Jepang selama menjalani kehidupan di Indonesia?

Universitas Darma Persada


5

3. Berdasarkan kendala yang ada di Indonesia hal apa sajakah yang mesti
diperbaiki oleh Indonesia menurut orang Jepang?
4. Kelebihan apa saja yang dimiliki Indonesia dimata orang Jepang
sehingga membuat orang Jepang menyukai dan memilih tinggal di
Indonesia?

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kehidupan sosial yang dihadapi oleh pekerja orang
Jepang dalam kehidupan sehari-hari
2. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh orang Jepang
dalam menjalani kehidupan di Indonesia.
3. Untuk mengetahui pendapat orang Jepang akan perbaikan yang perlu
dilakukan oleh Indonesia
4. Untuk mengetahui apa yang disukai oleh orang Jepang tentang
Indonesia

1.6 Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
pengisian angket dan kepustakaan. Hasil angket itu akan digunakan untuk
memperoleh data-data mengenai kendala-kendala yang dihadapi oleh
orangJepang di Jakarta dan Bekasi. Adapun populasi dalam penelitian ini
adalah orang Jepang, shucchousha yang tinggal dan bekerja di Indonesia
khususnya Jakarta dan Bekasi, baik yang baru tiba di Indonesia maupun
shucchousha yang tinggal lebih dari satu tahun. Adapun target wawancara
yang disebar sejumlah 35 orang. Sebagai sumber referensi utama penelitian
ini adalah buku berjudul “Manusia Dan Masyarakat Jepang dalam
Perjoangan Hidup” karya “Sayidiman Suryohadiprojo” dan buku berjudul
“Mengenal Jepang” karya ”Yusuke Shindoe”. Sebagai sumber referensi
penunjang, penulis juga menggunakan data-data yang berasal dari internet,
percakapan lisan dengan orang Jepang.

Universitas Darma Persada


6

1.7 Landasan Teori

1.7.1. Pengertian Kendala


Kendala menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
halangan, rintangan, faktor atau keadaan yang membatasi, menghalangi,
mencegah sesuatu untuk pencapaian target/sasaran, bisa juga disebabkan
oleh pembatasan keleluasan gerakan sebuah benda atau sistem, kekuatan
yang memaksakan pembatalan dalam suatu pelaksanaan (Kamus Besar
Bahasa Indonesia /KBBI, 1989 : 418).
Jadi kendala yang dimaksud disini adalah suatu rintangan atau
halangan dalam pencapaian suatu target/tujuan dalam segala hal yang
menyebabkan target dan tujuan tersebut menjadi susah atau membutuhkan
waktu yang lama untuk dicapai.

1.7.2 Pengertian Kehidupan Sosial dan Interaksi Sosial


Kehidupan sosial yang dimaksud adalah manusia sebagai pribadi yang
berhakikat sosial, dalam arti manusia senantiasa selalu berhubungan
dengan orang lain, dan tidak mungkin akan bisa hidup sendiri tanpa
bantuan orang lain
Interaksi sosial itu merupakan faktor utama dalam kehidupan sosial
yang dinamis yang menyangkut hubungan timbal balik antar individu ,
antar kelompok manusia, maupun antar orang dengan kelompok manusia.
Bentuk interaksi sosial antara lain akomodasi, kerjasama, persaingan, dan
pertikaian. (Drs. Herimanto, 2008 : 52)
Kehidupan sosial dan interaksi sosial ini merupakan hal yang tidak
bisa lepas dari hakikat seorang manusia. Manusia sebagai mahluk sosial
itu sudah ada semenjak lahir, seperti membutuhkan interaksi dengan
manusia dewasa dalam masa pertumbuhannya, memberi makan,
berinteraksi dengan orang tuanya, tersenyum, tertawa, menangis. Jadi
berdasarkan hal tersebut di atas membuktikan bahwa manusia dari

Universitas Darma Persada


7

semenjak lahir mempunyai keterbatasan dan membutuhkan orang lain,


oleh karena itu manusia akan hidup dengan sesamanya dan berkelompok.

1.7.3 Pengertian Kebudayaan, Adat Istiadat


Kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk
jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal, sehingga dengan demikian
ke-budaya-an dapat diartikan dalam hal-hal yang bersangkutan dengan
budi dan akal. Akan tetapi masih ada pendirian lain mengenai asal kata
“kebudayaan” itu berasal dari budi-daya yang berarti daya dari budi atau
kekuatan dari akal. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1981:180).
Jadi arti kebudayaan jika dilihat dari konsepnya adalah keseluruhan
gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta
keseluruhan dari budi (akal) dan karyanya itu. Kebudayaan dimulai dari
hasil akal, pemikiran, ide yang berasal diri sendiri yang dihasilkan untuk
memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya, yang harus dibiasakan dengan
belajar. Kebudayaan ini mempunyai cakupan yang kompleks dan luas
dimulai dari kepercayaan, pengetahuan, kesenian, moral, hukum, adat-
istiadat, dan lain sebagainya yang pastinya berasal dari kemampuan dan
kebiasaan yang didapatkan oleh anggota kelompok masyarakat tersebut.
Adat istiadat (custom) adalah tata kelakuan yang telah menyatu kuat
dalam pola-pola perilaku sebuah masyarakat. Oleh karena itu pada
umumnya kelompok masyarakat atau suku memiliki norma adat yang
berbeda-beda. Norma ini memiliki daya ikat yang sangat kuat. Norma adat
berisi perintah dan larangan. Anggota masyarakat yang melanggar norma
ini akan mendapatkan sanksi adat yang berlaku (Drs. Herimanto, dan
Winarto, 2008 : 51 )
Dengan demikian, adat istiadat adalah suatu tata kelakuan yang sudah
menyatu kuat dalam diri, pikiran dan kebiasaan yang sudah menjadi
kebiasaan bersama dan bersifat turun temurun dari zaman nenek

Universitas Darma Persada


8

moyangnya dan kemudian akan menjadi suatu suatu kebiasaan yang akan
diterapkan kedalam kehidupan masyarakat sekitar tersebut, dan secara
tidak langsung akan menjadi suatu peraturan dalam bermasyarakat.
Biasanya adat istiadat ini merupakan kaidah (kebiasaan) yang mempunyai
ciri khas dari setiap kelompok masyarakat.

1.7.4 PengertianTenaga Kerja Asing (Tenaga Kerja Warga Negara Asing)


Berdasarkan Kitab Undang-undang Ketenagakerjaan no. 25 tahun
1997 dalam BAB I Ketentuan Umum pasal 1 (13) adalah warga negara
asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia.(Kansil,
2002:13)
Karena pentingnya peranan tenaga kerja asing ini pemerintah secara
khusus mengatur dalam Undang-undang no. 25 tahun 1997 dalam BAB X
tentang tenaga kerja warga negara asing pasal 152 sampai dengan 157. Di
pasal-pasal tersebut dijelaskan definisi tenaga kerja asing. Hak dan
kewajiban juga tata cara penggunaan tenaga kerja asing dijelaskan.
Sebagai contoh seperti hak mendapatkan pendampingan warga negara
Indonesia, keharusan melakukan pelatihan terhadap warga negara
Indonesia, dan lain sebagainnya.
Seiring perkembangan ekonomi Indonesia, menyebabkan
meningkatnya tenaga kerja asing di Indonesia dari berbagai Negara.
Mereka biasanya bekerja di Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA)
dan dalam peraturan UU no 13 tenaga kerja asing merupakan tenaga ahli
yang biasanya harus mempunyai pendamping orang lokal.

1.8 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi penulis sendiri adalah selain pembelajaran dalam


pembuatan karya tulis ilmiah. Penulis juga bisa memahami akan

Universitas Darma Persada


9

berbagai kendala yang dihadapi pekerja orang Jepang yang tinggal di


Indonesia.
2. Manfaat untuk pembaca
Diharapkan karya tulis ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
yang luas mengenai kesulitan yang dihadapi orang Jepang sehingga
dapat membantu dan mempermudah bagi masyarakat umum dalam
pekerjaan dan kelancaran usahannya.
3. Manfaat bagi bidang ilmu
Manfaat bagi bidang ilmu adalah sebagai kontribusi dalam memberikan
referensi dan literatur yang dapat bermanfaat bagi penelitian-penelitian
di bidang tersebut untuk selanjutnya.

1.9 Sistematika Penulisan


Skripsi ini terdiri dari 4 bab dimana dalam setiap bab ada klasifikasi
pembahasannya masing-masing yaitu:

BAB I PENDAHULUAN
Yaitu berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian,
landasan teori, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan dari skripsi
ini

BAB II BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA DAN


MASYARAKAT JEPANG

Dalam bab 2 ini penulis akan menuliskanmengenai kehidupan sehari-


hari masyarakat Indonesia dan kehidupan sehari-hari Jepang.

BAB III KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING


ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA
DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)
Dalam bab ini penulis akan mencoba menganalisis dan menjelaskan
kendala-kendala yang dihadapi orang Jepang dalam kehidupan sosialnya di

Universitas Darma Persada


10

Indonesiaketika menghadapi perbedaan budaya berdasarkan kepustakaan


dan data wawancara yang telah disebarkan.

BAB IV KESIMPULAN
Bab terakhir ini akan diisi oleh kesimpulan dari keseluruhan hasil
penelitian dan karya tulis ini, juga saran-saran dan masukan penulis atas
kejadian yang dialami sendiri dan pengalaman yang telah dilakukan
ataupun saran-saran yang belum pernah diterapkan dan berharap berguna
untuk Pembaca.

Universitas Darma Persada


BAB II
BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA DAN
MASYARAKAT JEPANG

2.1 Kebudayaan
Kebudayaan dilihat dari konsepnya adalah keseluruhan gagasan dan
karya manusia, yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta dari
keseluruhan dari budi (akal) dan karyanya itu. Jadi keseluruhan sistem
yang berasal dari gagasan hasil karya manusia yang dijadikan milik
manusia yang dicapai dari hasil belajar dan kemudian dijadikan sebagai
kebiasaan yang terus menerus dan turun-temurun yang akan menjadi
kebiasaan yang melekat pada diri mereka.
Kebudayaan memiliki 7 unsur yaitu
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan tekhnologi
5. Sistem pencaharian
6. Sistem religi
7. Kesenian (Koentjaraningrat, 1981:180).

2.2 Masyarakat
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut
suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat
oleh suatu rasa indentitas bersama (Koentjaraningrat, 1981 :146).
Masyarakat itu merupakan sekelompok orang atau individu yang
membentuk suatu komunitas atau kelompok yang melakukan interaksi
sosial antara individu-individu lainnya yang berada dalam kelompok
tersebut, dan mempunyai rasa saling ketergantungan dan teratur dalam
menjalankan kehidupannya.

2.3 Budaya Masyarakat Indonesia


Kita tentu sering mendengar bahwa bangsa Indonesia itu adalah
masyarakat yang majemuk. Masyarakat majemuk menurut Cliford Greetz
adalah Masyarakat yang terbagi-bagi dalam subsistem yang kurang lebih

Universitas Darma Persada


12

berdiri sendiri-sendiri, yang setiap sub-sistemnya terikat dalam ikatan-


ikatan yang bersifat primordial.(Elly.M & Usman.K, 2011 : 549).
Masyarakat majemuk menurut J.S Furnivall sebagaimana yang
dituliskan dalam buku Pengantar Sosial (Elly.M & Usman.K, 2011 : 547)
dibedakan dalam 4 jenis yaitu: pertama masyarakat majemuk dengan
kompetisi seimbang, maksudnya memiliki komunitas dengan kekuatan
seimbang antar etnis. Ini bisa terlihat di Pulau Jawa yang dihuni oleh etnis
Jawa dan Sunda. Kedua masyarakat majemuk dominan artinya komunitas
dengan jumlah kekuatan yang tidak seimbang, hal inilah yang biasanya
memicu konflik dan gerakan separatis. Ketiga masyarakat majemuk dengan
minoritas yang dominan, contoh ini ada pada zaman penjajahan Hindia
Belanda dimana orang Belanda memiliki kekuasaan yang besar, disusul
golongan pendatang lainnya seperti Tionghoa sehingga di masa itu pribumi
menjadi golongan ketiga. Keempat masyarakat majemuk fragmentasi
artinya suatu kehidupan masyarakat yang terdiri dari sejumlah kelompok
etnis tetapi semuanya masih dalam jumlah yang kecil sehingga tidak
terdapat sesuatu perbedaan apapun dalam kelompok itu. Sebagai contoh
kehidupan dalam suatu lingkungan perumahan di ibu kota ataupun kota
besar lainnya.
Selain masyarakat majemuk, Indonesia juga terkenal dengan
multikulturalnya. Yang dimaksud dengan multikultural di sini adalah
memiliki aneka ragam budaya, bahasa, agama, dan lain sebagainya. Oleh
karena itu Indonesia memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika yang
memiliki arti Bhinneka atau bhinna yang merupakan kata dasar yang berasal
dari kata bhind= bentuk, tunggal = satu, ika = terpecah. Jadi Bhineka
Tunggal Ika adalah berbeda-beda tetapi satu. Maksud dari semboyan ini
memiliki arti yang sangat penting untuk menyatukan Indonesia. Seperti
yang kita ketahui Indonesia merupakan negara kepulauan yang dibatasi
dengan lautan yang luas membentang dari Sabang sampai Merauke,
sehingga tidaklah heran jika Indonesia memiliki aneka keragaman budaya
baik dari segi bahasa, religi, kesenian, dan lain sebagainya. Akan tetapi,

Universitas Darma Persada


13

masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan aneka perbedaan yang ada di


sekitarnya. Oleh karena itu ketika ada warga asing di sekitarnya baik warga
negara asing termasuk warga negara Jepang, bukanlah hal yang sulit bagi
masyarakat Indonesia dalam menerima perbedaan tersebut.
Sifat masyarakat Indonesia yang mudah menerima orang asing karena
terbiasa dengan perbedaan tidak lepas dari sifat kebanyakan masyarakat
Indonesia yang memiliki sifat terbuka (open mind) sehingga banyak warga
asing yang betah tinggal di Indonesia. Akan tetapi ada pula beberapa
kondisi yang merupakan kebalikannya. Sebagai contoh adalah yang akan
dijelaskan di bawah ini seperti kemajemukan dan multikultural yang juga
bisa membawa dampak negatif bagi masyarakat, yaitu :

1. Konflik Sosial. Konflik sosial terjadi akibat adanya perbedaan pendapat


yang salah satunya akan saling berusaha menggagalkan. Konflik ini terjadi
karena:
a. Tidak adanya persamaan pandangan antar kelompok. Contoh:
Ajaran NU yang berkonflik dengan PKI di era 60-an yang terjadi
karena akibat latar belakang pandangan yang berbeda dan tidak
adanya kesesuaian.
b. Norma-norma sosial yang tidak lagi berfungsi dengan baik sebagai
alat untuk pencapaian tujuan bersama. Sebagai contoh : munculnya
gerakan sosial yang menggulingkan struktur Orde Baru karena
dilatarbelakangi oleh ketidaksesuaian antara norma politik pada
zaman Orde Baru tersebut yang dianggap banyak menganut sistem
Korupsi, Kolusi dan (KKN).
c. Pertentangan norma-norma dalam masyarakat yang mengakibatkan
kebingungan bagi anggota masyarakat itu sendiri.
d. Lemahnya konsekuensi sanksi yang diberikan kepada pihak-pihak
yang melakukan pelanggaran atas norma. Hal ini sering kita jumpai
dimana hukum atau sanksi yang diberikan tidak menimbulkan efek
jera sehingga para pelanggar hukum merasa tidak takut karena tidak

Universitas Darma Persada


14

tegasnya hukum. Kelima, tindakan-tindakan anggota masyarakat


sudah tidak lagi sesuai dengan norma-norma masyarakat itu sendiri.
Tindakan yang tidak sesuai akan mememicu pertentangan sosial
sebab kehidupan sosial telah kehilangan pegangan untuk
menentukan langkah kehidupan. Kebingungan inilah yang memicu
banyak pihak dan mengakibatkan banyaknya benturan antar
kelompok, yang menyebabkan kekecewaan massal yang berbuntut
pada kerusuhan, penjarahan dan lain sebagainya.
e. Terjadinya proses sosial disasosiatif yaitu perpecahan antar asosiasi
biasanya ditandai oleh tidak adanya hubungan yang harmonis antara
pihak satu dan pihak lainnya yang disebabkan oleh adanya
persaingan, kontroversi dan pertentangan antar pihak.
Hal-hal lain seperti adanya suatu kelompok yang merasa kelompoknya
yang paling baik, paling benar dan paling hebat, yang menyebabkan
munculnya kesalahpahaman karena anggapan-anggapan bahwa suatu suku
sebagai orang yang kasar, penyuka kekerasan mengakibatkan timbulnya
kerusuhan antar agama, permusuhan dan pembantaian penduduk
pendatang oleh pribumi, dan lain sebagainnya.
2. Integrasi Sosial, proses penyatuan dua unsur atau lebih yang
mengakibatkan tercapainya keinginan dan tujuan bisa berjalan secara
lancar dan baik. Maksud dari integrasi sosial di sini adalah suatu proses
dan hasil dari suatu proses penyatuan ketika individu berada dalam zona
yang terkotak-kotak karena perbedaan dan saling bertentangan yang
kemudian dengan tujuan untuk mempertahankan hidup menjadi bersatu.

Selain kemajemukan dan multikultural Indonesia juga memiliki


keanekaragaman hayati dan kekayaan alam yang berlimpah, letak
geografis Indonesia yang sangat strategis yang dijadikan sebagi jalur
utama perdagangan. Kekayaan alam dan letak geografis Indonesia inilah
yang menarik perhatian negara lain di zaman dahulu untuk menguasai
Indonesia. Portugis yang berusaha menguasai Indonesia dengan

Universitas Darma Persada


15

perdagangannya lalu Belanda yang menjajah Indonesia selama kurang


lebih 350 tahun dan kemudian disusul oleh Jepang yang menjajah
Indonesia selama kuarang lebih 3,5 tahun. Selama masa penjajahan itu
masyarakat Indonesia sebagai penduduk pribumi menduduki peringkat
ketiga setelah Belanda dan kaum pendatang lainnya contoh Tionghoa,
dan lain sebagainya. Masyarakat pribumi rata-rata bermata pencaharian
sebagai buruh, petani dan nelayan.
Berkat perjuangan dan kegigihan para pahlawan yang berjuang
memperebutkan kemerdekaan dari semenjak zaman penjajahan sampai
Indonesia merdeka. Ketika itu mereka berjuang dan berkorban untuk
memperebutkan kemerdekaan Indonesia, sehingga kita patut bangga
dengan semangat dan perjuangan rakyat Indonesia dan juga para
pahlawan saat itu yang telah berhasil menjadikan Indonesia sebagai
negara yang berdaulat dan merdeka serta memiliki kemerdekaan juga
kebebasan dalam segala hal. Masa itu sering kita kenal dengan zaman
“Revolusi” di mana masyarakakat Indonesia saat itu mengalami masa
perubahan dalam kenegaraan atau penyelenggaraan kekuasaan sehingga
mempengaruhi segala kegiatannya.
Di lain pihak zaman revolusi juga menimbulkan banyak dampak
negatif yang biasa disebut dekolonisasi yaitu suatu proses di mana ketika
adanya perubahan-perubahan terkait norma-norma, maka peraturan-
peraturan yang lama yang dianggap feodal atau kolonial berusaha diubah
dengan maksud untuk diganti dengan norma-norma atau peraturan-
peraturan yang baru, akan tetapi peraturan-peraturan lama yang belum
begitu siap digunakan oleh masyarakat Indonesia sehingga akan
meninggalkan keragu-raguan bagi masyarakat. Masa dekolonialisasi di
Indonesia ini terlalu lama sehingga menyebabkan masalah-masalah lain
seperti pembangunan infrastruktur gedung-gedung, alat transportasi
seperti kereta, dan lain sebagainya yang terabaikan sehingga
menyebabkan banyaknya kerusakan yang terjadi. Dampak lain seperti
dampak negatif sosial di antaranya kerusakan mental dalam masyarakat

Universitas Darma Persada


16

kita. Kemunduran-kemunduran di sektor kehidupan sosial-budaya seperti


kritis otoritas, kemacetan administrasi, dan korupsi menyeluruh.
Kerusakan-kerusakan mental inilah yang menghambat jiwa
pembangunan. Sebagai contoh diambil dari buku Kebudayaan Mentalitas
dan Pembangunan timbulnya sifat keragu-raguan, kehidupan tanpa
pedoman dan tanpa orientasi yang tegas sehingga dapat mengakibatkan
sifat-sifat berikut ini :

a. Sifat mentalitas yang meremehkan mutu


b. Sifat mentalitas yang suka menerabas
c. Sifat tak percaya pada diri sendiri
d. Sifat tak berdisiplin murni
e. Sifat mentalitas yang mengabaikan tanggung jawab yang kokoh
(Koentjaraningrat, 1974:174)

Mentalitas meremehkan mutu di negara kita terjadi karena


kemiskinan hebat yang melanda bangsa kita sehingga kita tidak sempat
memikirkan mutu baik mutu dari suatu barang ataupun mutu akan
pekerjaan atau jasa yang kita konsumsi dan gunakan. Karena kemiskinan
itu kita sudah cukup merasa bergembira ketika kita sudah mendapatkan
suatu hasil yang sudah ada sehingga mengakibatkan pudarnya rasa peka
masyarakat terhadap mutu. Sejumlah industri yang saat itu jumlahnya
masih sedikit menyebabkan banyaknya monopoli di berbagai sektor
usaha dan kurangnya tenaga ahli pun mendukung kuatnya monopoli
tersebut serta mengakibatkan rasa keinginan untuk bersaing sedikit.
Selain itu dari segi ekonomi dan kebudayaan suku bangsapun tidak ada
jiwa bersaing baik oleh petani-petani di desa maupun penduduk di kota-
kota sehingga jiwa bersaing yang sedikit tersebut pun tidak cocok dengan
jiwa pembangunan untuk kemajuan negeri.
Mentalitas yang suka menerabas. Mentalitas seperti ini adalah
mentalitas di mana kinginan untuk mencapai sesuatu dengan secepat-
cepatnya dengan cara yang tidak lazim, keinginan mencapai keuntungan

Universitas Darma Persada


17

sebanyak-banyaknya, keinginan meraih kesuksesan tanpa harus


merasakan perjuangan, sehingga mentalitas ini bisa dikatakan mentalitas
menerabas karena keinginan mencari jalan pintas atau jalan paling mudah.
Gejala ini sebenarnya sudah ada semenjak zaman penjajahan Jepang
dimana saat itu banyak dibuka lowongan pekerjaan untuk kedudukan
tinggi yang disebabkan oleh banyaknya orang Belanda yang ditangkap
sehingga banyak jabatan ataupun kedudukan yang kosong sehingga
mengakibatkan banyak kaum pribumi yang jabatannya melompat drastis.
Kemudian pada masa itu setelah kemerdekaan Republik Indonesia pada
tahun 1957 – 1958 terjadi masa pengambilalihan perusahaan-perusahaan
Belanda sehingga banyak pribumi yang kembali melejit kedudukannya.
Hal ini juga kembali terjadi pada masa Presiden Soekarno 1963 di mana
terdapat banyaknya loncatan pangkat dan kedudukan yang signifikan.
Kelemahan dari lompatan-lompatan kedudukan ini adalah suatu jabatan
yang memerlukan kemampuan yang tinggi diduduki dan dipegang oleh
orang yang secara skill dan kemampuan belum mencukupi.
Selanjutnya adalah dampak negatif sesudah zaman revolusi yaitu
dampak yang dihasilkan karena adanya orientasi hubungan yang terjadi
dari orientasi hubungan secara vertikal antara atasan dan bawahan,
hubungan dengan para pembesar, orang-orang yang berpangkat tinggi
ataupun orang-orang yang lebih tua dan senior. Dampak yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
1. Sifat tidak percaya kepada diri sendiri
2. Sifat tidak berdisplin murni.
3. Sifat tidak bertanggung jawab.

Sifat tidak percaya kepada diri sendiri. Sifat seperti ini justru
banyak ditemukan bukan pada masyarakat pertanian tetapi justru
ditemukan pada golongan perkotaan, golongan para pegawai yang
bekerja, juga para priyayi, di mana mereka mempunyai orientasi vertikal
dengan atasan, senior, dan lain sebagainnya. Sifat tidak percaya pada diri

Universitas Darma Persada


18

sendiri juga terlihat oleh orang Indonesia yang lebih mempercayai


kemampuan orang berkulit putih dibandingkan dengan bangsa sendiri. Ini
terjadi akibat mental yang sudah tertanam dalam diri kaum pribumi
akibat dari lamanya penjajahan kolonial Belanda sehingga banyak
masyarakat yang pada masa itu lebih mempercayai kaum kulit putih di
zamannya. Berbeda dengan kaum pedesaan dan kaum petani yang justru
pada saat itu mereka mempunyai kepercayaan akan kemampuan sendiri
karena jalan kehidupan para petani sudah tetap dan sudah ditentukan.
Sifat tidak mempercayai diri sendiri juga menjadi rangkaian penyebab
dari kegagalan dalam bidang usaha untuk pembangunan.
Sifat tidak berdisplin murni. Sifat tidak berdisiplin murni ini juga
memburuk sesudah zaman revolusi dan merupakan suatu pangkal akan
timbulnya berbagai persoalan sosial-budaya yang sekarang sedang kita
hadapi. Masalah ini erat kaitannya dengan persoalan di atas di mana
kaum perkotaan dan kaum priyayi yang mempunyai orientasi vertikal,
saat dimana mereka hanya melakukan disiplin karena berada dalam
pengawasan atasan, senior ataupun orang yang lebih tua saja. Mereka
melakukan disiplin karena merasa takut, bukan murni timbul dari
kesadaran dirinya sendiri, sehingga ketika pengawasan dari orang yang
lebih tua, senior, atasan longgar maka hilanglah hasrat secara murni
untuk mentaati peraturan-peraturan yang ada, karena dianggap tidak ada
sanksi dan hukuman yang diterima ketika tidak ada pengawasan. Sifat
seperti itu timbul karena kebiasaan dari kecil di mana ketika kecil anak-
anak dibiarkan begitu saja tanpa adanya upaya untuk belajar disiplin,
belajar membagi waktu, dan lain sebagainya.
Sifat tidak bertanggung jawab. Sifat tak bertanggung jawab ada
yang dipicu karena keadaan ekonomi di mana ketika seseorang bekerja
dan memegang lebih dari satu tanggung jawab dalam pekerjaannya.
Karena keadaan ekonomi yang mendesak sehingga perhatiannya mesti
terbagi, kekurangan tenaga kerja dan tingginya angka kemiskinan

Universitas Darma Persada


19

menyebabkan banyak orang Indonesia saat itu harus bertanggung jawab


lebih dari satu pekerjaan.
Sifat tak bertanggung jawab selanjutnya adalah sifat yang
seharusnya sudah dipupuk untuk selalu bertanggung jawab dari kecil,
juga merupakan suatu faktor penyebab. Sebenarnya pada zaman
penjajahan kolonial sudah ditanamkan sifat bertanggung jawab kepada
para pegawai dan para priyayi, tetapi seperti yang telah disebutkan di atas
sifat tak bertanggung jawab itu terjadi karena faktor orientasi vertikal
saja dimana seseorang takut kena sanksi dan hukuman dari atasan atau
seniornya ketika tidak menjalankan tanggung jawabnya sehingga ketika
pengawasan dari atasan longgar maka rasa tanggung jawab dari diri pun
akan pupus.
Akibat Indonesia mengalami penjajahan yang terlalu lama oleh
Belanda, maka ketika Indonesia mendapatkan kemerdekaannya, bangsa
Indonesia mengalami kesukaran dalam pencarian kepribadian sendiri.
Kebingungan dengan pertanyaan dari dalam diri sendiri apakah bangsa
Indonesia disebut sebagai masyarakat dengan kebudayaan Barat? Karena
lamanya penjajahan oleh kaum Barat? Tetapi, hal tersebut dipatahkan
dengan ditetapkannya Pancasila semenjak tahun 1945. Yang jelas dalam
Pancasila tersebut tidak adanya kaitan sama sekali dengan budaya Barat.
Selain kelemahan-kelemahan diatas ada juga beberapa kelebihan
yang kita miliki sebagai bangsa Indonesia dengan kebudayaan Timur dan
sebagai identitas asli bangsa Indonesia, yaitu:
1. Gotong-royong
2. Tolong-menolong
3. Kerja bakti

Gotong-royong merupakan kegiatan masyarakat yang erat kaitannya


dengan sistem mata pencaharian tradisional masyarakat kita yaitu
pertanian. Umumnya dalam negara agraris pertanian sangatlah erat dengan
kehidupan warganya di mana pada masa itu banyak lahan pertanian yang

Universitas Darma Persada


20

digarap dan sedikitnya tekhnologi pendukung yang tersedia, sehingga


menyebabkan kekurangan tenaga dan penggarap lahan tersebut. Kegiatan
gotong royong biasanya dilakukan untuk keuntungan pribadi atau pun
keuntungan bersama. Contoh : dalam kegiatan secara bersama-sama
dengan warga satu desa untuk perbaikan parit atau saluran irigasi yang
mengairi sawah mereka, sehingga keuntungannya dirasakan bersama-sama.
Semua warga mendapatkan air untuk mengairi lahan mereka, lalu kegiatan
gotong-royong untuk kepentingan sendiri ini maksudnya kegiatan saling
bekerjasama antara komunitasnya dan kegiatan untuk bahu-membahu
saling membantu secara bergantian. Contoh kegiatan dalam penggarapan
tanah sawah seorang penduduk, ketika sudah selesai pemilik sawah satu
akan membantu pemilik sawah lainnya dan begitu seterusnya, begitupun
dalam kegiatan kemasyarakatan lainnya.
Istilah gotong-royong ini sebenarnya sering kita kenal dengan istilah
tolong-menolong. Tolong-menolong di Indonesia tidak hanya ada dalam
kehidupan petani saja, tetapi sering juga ada dalam kehidupan sehari-hari
pada semua kalangan dan golongan tanpa mengenal kasta dan tingkatan.
Tolong-menolong ini ada dalam beberapa jenis di antaranya :
1. Tolong menolong antar tetangga
2. Tolong menolong antar kerabat
3. Tolong menolong spontan

Tolong-menolong antar tetangga. Contoh ketika tetangga


membangun rumah, membuat sumur, masak-memasak untuk acara besar,
dan lain sebaginya. Dalam kegiatan tolong-menolong antar tetangga kita
tentu sering mendengar nasehat orang tua, “kerabat terdekat kita itu
adalah tetangga”. Tentu yang paling cepat datang dan membantu kita
ketika kita tertimpa musibah yaitu tetangga dekat kita, bukan orang tua
ataupun kerabat yang jauh tempat tinggalnya.
Tolong-menolong antara kaum kerabat.Contohnya ketika kerabat kita
mengadakan acara kenduri, khitanan, pernikahan, melahirkan, meninggal

Universitas Darma Persada


21

dan lain sebagainya, tentu kita datang untuk sekedar sedikit membantu
meringankan beban kerabat kita tersebut, baik membantu dengan tenaga
ataupun materi.
Tolong-menolong spontan. Biasanya tolong-menolong disini sering
kita lakukan ketika kita secara spontan melihat orang lain tertimpa
musibah, dan secara spontan kita ikut menolong tanpa diminta. Nah
tolong menolong spontan inilah yang sering kita dapatkan dari pelajaran
guru semenjak sekolah TK dimana saat itu guru ataupun orang tua sering
memberikan nasihat, saling membantu sesama orang lain, ketika ada
orang lain kesusahan kita wajib membantu sehingga jiwa kita sangatlah
lekat dengan tolong-menolong tersebut.
Selain gotong-royong dan tolong-menolong, kita juga sering
mengenal istilah kerja bakti. Sebenarnya istilah kerjabakti juga berasal dari
kegiatan gotong-royong. Kerja bakti sebenarnya sudah ada semenjak
zaman kerajaan-kerajaan kuno di mana ketika suatu kerajaan membangun
suatu proyek dan harus melibatkan tenaga banyak maka akan melibatkan
banyak masyarakat dengan tanpa dibayar, dan biasanya proyek tersebut
digunakan untuk kepentingan bersama juga.

2.4 Budaya Masyarakat Jepang


Jepang merupakan negara yang tertua di dunia, dan memiliki
pemerintahan yang berjalan kontinu juga sejajar paling lama dan kerajaan
yang paling tua, di antara bangsa-bangsa lainnya. Penduduk Jepang sendiri
merupakan penduduk yang merupakan hasil perpaduan dari berbagai ras
yang berimigrasi ke Jepang. Yang paling awal diketahui adalah suku Ainu,
yang mempunyai hubungan dengan ras Kaukasia, tetapi itu dianggap
bukan sebagai suku asli orang Jepang. Kemudian anggapan bergeser ke
Asia, untuk Asia Tenggara sendiri diduga dari ras Polinesia, Melanesia,
lalu disusul Asia Timur Cina, dan Mongol yang masuk melalui Korea lalu

Universitas Darma Persada


22

Siberia pun yang diduga ikut masuk. Jadi lima sumber tersebut yang
diakui oleh orang Jepang sebagai asal usul mereka. (Sayidiman.S, 1982:9).
Masyarakat Jepang dalam sejarahnya pernah menutup diri atau sering
disebut masa isolasi, selama kurang lebih 250 tahun di masa kekuasaan
keshogunan Tokugawa. Pada masa isolasi inilah karakter kepribadian
masyarakat Jepang dibentuk, sehingga ketika masa westernisasi atau masa
dimana masuknya kebudayaan asing terutama kebudayaan Eropa datang,
masyarakat Jepang sudah benar-benar matang dalam segi mental dan
karakter, sehingga mereka mampu menyaring budaya yang mesti mereka
terima dan budaya yang memang harus dipertahankan. Oleh karena itu
tidaklah heran kemampuan mereka benar-benar hebat dalam
mempertahankan keaslian karakter mereka.
Masa penutupan diripun mengakibatkan masyarakat Jepang tertinggal
dari barat, baik dalam segi tekhnologi maupun ilmu pengetahuan.
Ketertinggalan tersebut tidaklah membuat masyarakat Jepang menyerah.
Mereka sekuat tenaga mengejar ketertinggalan mereka akan pengetahuan
dan tekhnologi, akan tetapi seiring berkembangnya tekhnologi mereka
tidak khawatir akan hilangnya identitas diri mereka. Mereka mempunyai
kepercayaan diri yang tinggi untuk melakukan proses westernisasi secara
terang-terangan, akan tetapi untuk kemajuan tekhnologi tersebut Jepang
menyadari membutuhkan bahan baku dari negara berkembang lainnya.
Selama masa penutupan diri Jepang pada era kekuasaan Shogun
Tokugawa, sebenarnya mereka sadar bahwa hubungan dengan bangsa-
bangsa lain pun secara otomatis terisolasi, kecuali Kepulauan Okinawa
yang saat itu dibuka untuk hubungan dengan umum. Seiring meningkatnya
hubungan Rusia dengan dengan Barat dan Timur Jepang yang semula
tidak dilalui sebagai jalur lalu-lintas kapal laut, mau tidak mau sangat
dibutuhkan pelabuhan sebagai penghubung antar negara-negara Asia
Timur dan Eropa juga Amerika. Amerika yang saat itu sebagai negara
yang mempunyai kekuatan besar memaksa Jepang untuk membuka
negaranya, sehingga ditandatanganilah sebuah perjanjian untuk Amerika

Universitas Darma Persada


23

membuka Konsul Jenderal di Yokohama pada tahun 1854. Dari situlah


proses modernisasi mulai masuk, tetapi Jepang mampu mencapai proses
modernisasi dan menyamakan perkembangan tekhnologi dengan dunia
tanpa harus merubah identitas dan sifat-sifat khas negaranya dan
kelangsungan hidup budaya juga adat istiadat tidak terancam (Sayidiman.S,
1982:23).
Dalam sisi geografis Jepang merupakan negara kepulauan yang
memiliki banyak pegunungan, dan memiliki alam yang indah didukung
oleh negara yang memiliki 4 musim yaitu musim semi (haru), musim
panas (natsu), musim gugur (aki) dan musim dingin (fuyu)sehingga
keindahan setiap musimnya bisa dinikmati secara beragam dalam setiap
tahunnya, seperti salju yang menutupi pegunungan di saat musim dingin,
sakura yang bermekaran secara serentak disaat musim semi, bunga-bunga
yang bermekaran dan pepohonan yang menghijau dan rimbun disaat
musim panas, juga dedaunan yang beraneka warna yang akan berguguran
yang terlihat kemerahan dan kekuningan di pegunungan.
Keadaan alam inilah yang membuat orang Jepang menyukai dan
mengerti akan arti keindahan yang disajikan oleh harmonisasi alam
sehingga mereka akan berusaha menjaga harmoni alam ini dengan selalu
menyelaraskan harmoni keindahan tersebut. Kebiasaan tersebut yang
membuat mereka akan berusaha untuk selalu menyelaraskan harmoni
keindahan dalam segala aspek kehidupannya dengan tetap menjaga alam.
Sebagai contoh kebiasaan orang Jepang menyajikan makanan, kebiasaan
minum teh (chanoyu), kebiasaan merangkai bunga, dan yang paling
penting adalah rasa cinta akan keindahan alam ini yang membuat mereka
menyadari akan pentingnya menjaga alam. Kebiasaan dalam kehidupan
mereka dalam mempertahankan rasa keindahan dan harmoninya tersebut
tidak pernah pupus lekang oleh waktu karena arus perubahan yang
menghantam negarannya.
Ada satu hal yang sangat perlu kita hargai yaitu di masa mekanisasi
dan rasionalisasi kehidupan bangsa-bangsa di dunia , rakyat Jepang masih

Universitas Darma Persada


24

tetap mempertahankan rasa keindahan dan harmoninya, meskipun dunia


memandang Jepang sebagai pusat kemajuan dunia. Itu menggambarkan
betapa besarnya jiwa orang Jepang dalam menghargai alam sekitar.
Keindahan alam yang ada di negara mereka menimbulkan kekhawatiran
yang mereka rasakan akan ancaman kerusakan alam membuat sifat kerja
keras mereka terlihat dalam menghargai harmoni alam dan keindahan, juga
siap dalam menjalani tantangan untuk menjamin kelangsungan hidup alam.
Kemampuan hidup selaras dengan harmonisasi alam tersebut
membuat masyarakat Jepang merasa dirinya memiliki suatu keunikan yang
berbeda dengan masyarakat negara lainnya, tetapi perasaan keunikan
tersebut yang membuat mereka sendiri lemah ketika harus berhubungan
dengan dunia luar.
“Perasaan keunikan bangsaJepang yang berlebih-lebihan itu dapat
merugikannya. Karena itu mengakibatkan bangsa Jepang sukar
sekali mengadakan komunikasi dengan lancar dengan bangsa-
bangsa lain. Maka sekalipun kapal-kapal Jepang dapat dilihat
dihampir semua pelabuhan besar di dunia, tetapi kalau rasa
keunikan yang berlebih-lebihan itu tidak dapat dikurangi, maka
bangsa Jepang tak akan mungkin mengadakan komunikasi yang
lancar dengan bangsa-bangsa lain, termasuk juga dengan bangsa
Asia yang menjadi tetangganya”(Sayidiman, 1982:5)

Jepang yang merupakan negara kepulauan ini memiliki penduduk


yang padat, sehingga banyak bermunculan pusat-pusat kota besar (Urban
Centres) yaitu Tokyo, Yokohama,Osaka, Kyoto, Kobe dan Kita Kyushu.
Karena itu pemerintah Jepang pun menggalangkan pemerataan jumlah
penduduk agar bisa ikut pula menempati pulau Hokkaido, Tohoku, dan
Honshu bagian timur laut. Secara geografis Jepang merupakan negara
yang paling sering kena angin topan (Taifu), yang selain mengakibatkan
banyak kerusakan, juga dapat mendatangkan keuntungan seperti
penambahan debit air yaitu dengan turunnya hujan lebat di pegunungan,
sehingga debit air bisa dimanfaatkan untuk sektor pertanian, rumah tangga
ataupun industri.

Universitas Darma Persada


25

Hal lain yang menonjol dari masyarakat Jepang adalah peranan


kelompok yang lebih dominan. Sebenarnya jiwa berkelompok ini sudah
umum terdapat pada makhluk di dunia ini, tetapi pada masyarakat Jepang
jiwa tersebut sangatlah dominan. Seperti yang dijelaskan oleh Dr. Nakane
Chie dalam bukunya タテ社会の人間関係 (tate shakai no ningen kankei)
dan kemudian diterjemahkan dalam versi bahasa Inggris dengan judul
Japan Society, di Indonesia sendiri buku terjemahan tersebut berjudul
Masyarakat Jepang. Dalam buku tersebut dibahas tentang gambaran
struktural mengenai masyarakat Jepang dan hubungan sosialnya.
Hubungan kekeluargaan di Jepang berbeda dengan negara kita
Indonesia, ataupun negara lainnya termasuk Amerika dan Inggris.
Biasanya di Indonesia ataupun di negara Inggris dan Amerika setidaknya
ada kesempatan agung untuk berkumpul dengan keluarga ataupun kerabat
baik pada momen lebaran, Natal, Tahun baru, atau kesempatan lainnya. Di
Jepang juga sebenarnya memiliki kesempatan tersebut yaitu pada Tahun
Baru di mana mereka membuka kesempatan untuk saling berkunjung, akan
tetapi mereka akan lebih mengutamakan kunjungan kepada atasan,
ataupun tetangga dibandingkan berkunjung kepada kerabatnya. Bagi
masyarakat Jepang kehidupan rumah tangga lebih penting daripada
kehidupan masing-masing anggota rumah-tangga tersebut. Kelompok
keluarga ini biasa disebut kelompok ie atau ada juga yang menyebut uchi.
Setelah kelompok keluarga ada kelompok yang lebih besar dari itu atau
bisa disebut ichizoku-roto (satu kelompok keluarga dan mereka yang
mempertahankannya). Kelompok sosial berdasarkan kerangka, yang
merupakan konsep keluarga dan atau orang-orang luar yang dijadikan
keluarga melaui hubungan perkawinan yang tidak dipisahkan dan
membentuk kelompok baru sehingga menjadi hubungan kelompok yang
tidak terpisahkan.
Dalam masyarakat modern istilah ie dan ichizoku-roto adalah
kelompok kokutetsu-ikka atau yang bisa disebut “Keluarga Besar Kereta
Api” yaitu suatu hubungan kelompok dalam sebuah hubungan kerja di

Universitas Darma Persada


26

suatu perusahaan antara pekerja dan manajemen di mana terdapat


“keselarasan antara buruh dan manajemen”. Meskipun dalam kelompok
ini istilah kelompok ielebih cenderung hilang tapi kenyataannya masih
bisa dipertahankan, seperti dalam suatu perusahaan Jepang sang majikan
dianggap sebagai kepala rumah tangga, di mana di dalam anggota
keluarganya mencakup seluruh anggota keluarga dari pekerjanya tersebut,
dan istilah tersebut dinamakan marugakae.
Hubungan kekeluargaan di Jepang berbeda sekali dengan negara
lainnya. Seperti yang dijelaskan di atas, hubungan kekeluargaan akan
dikalahkan oleh hubungan kelompok seperti perusahaan, komunitas, dan
lain sebagainya. Ketika seorang wanita menikah dan tinggal di dalam
rumah tangga lain maka dianggap sebagai orang luar, dan secara otomatis
hubungan dengan keluarga pun akan terbatas. Berbeda dengan negara kita
hubungan kekeluargaan atau darah tidak akan pernah putus. Di Jepang
sangatlah wajar ketika sorang adik wanitanya menjanda atau bekerja
sebagai seorang pembantu ataupun sebagai sorang pegawai rendahan, dan
kakaknya menjadi seorang Walikota di daerah tersebut. Pada umumnya
masayarakat Jepang tidak akan saling membantu dalam segi ekonomi, dan
sang adik pun tidak akan menerima bantuan apapun selagi dia masih bisa
dan mampu menjalani hidupnya karena mereka memegang prinsip sistem
keluarga yang merupakan hubungan kelompok lebih penting daripada
hubungan famili.
Sifat yang sangat kuat dalam kelompok tersebut yang menyebabkan
sikap dinginnya orang Jepang disebabkan bukan karena sikap yang acuh-
tak acuh, melainkan memiliki rasa bermusuhan yang aktif sehingga
tidaklah heran ketika kita sering menjumpai penolakan orang asing dari
pulau lain. Dahulu ada sebuah kelompok yang dikucilkan yang dinamakan
buraku tetapi saat ini sudah dianggap sama secara hukum.
Selain sifat dingin dan rasa kesetiaan yang timbul dari orang Jepang
yang sangat tinggi, orang Jepang lebih mementingkan hubungan kelompok
dibandingkan hubungan individu atau pribadi serta sangat menjunjung

Universitas Darma Persada


27

tinggi akan arti sebuah kesetiaan terhadap kelompoknya di mana mereka


akan melakukan hal-hal yang akan mampu membuat kelompoknya maju
yang mengakibatkan orang Jepang tidak menjalin hubungan secara
individu. Selain dari kelompok, hal lain yang mempengaruhi karakter
orang Jepang adalah kepercayaan Jepang yang biasa disebut Shinto dan
Bushido yaitu kode etik seorang samurai. Kepercayaan Shinto
mengajarkan kesetiaan kepada penguasa, negara, dan tenno. Dalam ajaran
ini tidak mengenal istilah dosa, hanya mengedepankan harga diri. Dalam
Bushido mengajarkan kejujuran, keberanian, kemurahan hati, kesopanan,
kesugguhan, kehormatan atau harga diri, kesetiaan. Untuk mencapai
semua tersebut dibutuhkan pengendalian diri yang kuat.
Hubungan sosial manusia di Jepang memiliki kemiripan dengan
Indonesia di masa post-reformasi di mana hubungan yang dilakukan
banyak mengambil hubungan secara vertikal, seperti bawahan yang yang
menghormati atasan ataupun orang yang lebih muda harus menghormati
orang yang lebih tua. Hal tersebut pada dasarnya masih sering kita jumpai
sampai saat ini. Hubungan vertikal di Jepang tersebut dituliskan oleh Chie
Nakane sebagai berikut :
Jika dipisahkan berdasarkan rumusan dari cara menghubungkan
hubungan sosial manusia secara teoritis, maka hubungan manusia
dibagi menjadi hubungan secara “vertikal” dan hubungan secara
“horizontal”. Contohnya adanya hubungan dengan orang
sebelumnya disebut “boss / oyabun”, dan orang yang selanjutnya
disebut “saudara sekandung / keiteishimai”. Meskipun kedua-duanya
memiliki faktor dalam mengatur hubungan yang sama pentingnya,
berdasarkan kemasyarakatan, kedua-duannya memiliki fungsi
masing-masing yang sama nilai fungsinnya. Demikian juga sama
dengan yang dimaksud hubungan antara atasan dan bawahan. (Chie
Nakane, 1967 :71)
理論的に人間関係をその結びつき方の形式によって分けると、「タ
テ」と「ヨコ」の関係となる。たとえば、前者「親分」関係であり、
後者は「兄弟姉妹」関係である。また、上段・部下の関係に対する
同僚関係も同様である。社会組織においては、両者いずれも重要な
関係設定要因あるが、社会にようって、そのどちらかがより機能を

Universitas Darma Persada


28

もつもの、また両者とも同等の機能をもつものがある。(中根千枝、
1967:71)

Akan tetapi seperti yang dijelaskan oleh Chie Nakane sebenarnya


hubungan secara vertikal ataupun horizontal memiliki fungsi yang sama
dan sama pentingnya. Jadi alangkah lebih baiknya jika keduanya berjalan
secara seimbang. Perlunya menghormati ke atasan dan juga menghormati
sesama.
Untuk pendidikan di Jepang semenjak mereka membuka diri dari
isolasi Jepang sangat giat mengejar ketertinggalannya. Mereka tidak
segan-segan belajar ke negara Cina dan negara maju lainnya. Dalam dunia
modern pendidikan dimulai dari pendidikan anak yang memang masih
menganut sistem yang dimulai dari keluarga berkelompok meskipun
kehidupan keluarga sendiri sudah ada yang mengadopsi sistem seperti di
Barat. Mahasiswa-mahasiswa cenderung mengadopsi gaya kebarat-baratan,
tetapi ketika mereka memasuki dunia pekerjaan sifat mereka akan mulai
ditempa kembali untuk menjadi orang Jepang yang sebenarnya. Akan
tetapi, dalam pendidikan Jepang buku yang digunakan kebanyakan buku
berbahasa Jepang. Sangatlah sedikit buku yang menggunakan bahasa
Inggris. Pendidikan untuk jenjang tertinggi pun tetap menggunakan bahasa
Jepang yang biasanya diambil dari buku asing yang diterjemahkan
sehingga di Jepang banyak dijumpai lulusan Doktor yang sama sekali tidak
bisa berbahasa Inggris.
Jepang mengutamakan hubungan dengan orang lain di mana mereka
tidak ingin merepotkan orang lain. Hubungan ini berasal dari didikan
orang tua sedari kecil yang melarang anaknya untuk merepotkan orang lain.
Oleh karena itu janganlah heran ketika kita bertemu dengan atasan kita
ataupun rekan kerja yang kerepotan dalam membawa dokumen dan kita
menawarkan diri tetapi mereka menolak untuk ditolong. Selain
mengutamakan hubungan dengan orang lain, orang Jepang bisannya
mempunyai sifat rendah hati atau biasa disebut Herikudaru yaitu mereka
biasanya lebih menghormati orang lain dalam kehidupan interaksi

Universitas Darma Persada


29

sosialnnya, dan biasanya ketika berkomunikasi mereka lebih menganggap


lawan bicaranya di posisi tertinggi.
Dari segi komunikasi sendiri, budaya komunikasi orang Jepang
termasuk kurang bagus. Ada suatu istilah yang disebut Wa merupakan
penghargaan masyarakat Jepang dalam berkomunikasi antar manusia.
Mereka tidak mempunyai budaya untuk berbicara secara terus terang
untuk menyampaikan isi perasaannya, selalu berhati-hati dalam
komunikasi untuk menjaga perasaan lawan bicarannya. Mereka cenderung
berbicara dengan rendah dan tidak jelas ketika mengemukakan
pendapatnya, lebih cenderung memperkuat komunikasi dengan bahasa
tubuhnya, sehingga hal ini lebih sering dijadikan masalah bagi orang asing.
(Yusuke.S, 2015: 116)
Sebagai sesama negara yang berasal dari Timur sebenarnya tidaklah
begitu banyak perbedaan kebudayaan Indonesia dan Jepang, akan tetapi
perbedaan sejarah antara negara Jepang dan Indonesia melatarbelakangi
perbedaan karakter dan kehidupan sosial antara masyarakat Jepang dan
Indonesia sehingga menimbulkan perbedaan dalam kebiasaan. Kebiasaan
yang dilakukan secara terus menerus akan menjadi adat istiadat dan
budaya yang melekat, sehingga akan menimbulkan karakteristik dan ciri
khas masing-masing sehingga perbedaan yang timbul selain perbedaan
bahasa umumnya berasal dari ciri khas dan kebiasaan yang ada di
Indonesia juga kebiasaan yang ada di Jepang.

Universitas Darma Persada


BAB III
KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING
ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA
(KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)

3. 1 Responden
Untuk penelitian “Kendala Yang Dihadapi Orang Jepang Dalam
Kehidupan Sehari-hari”, penulis menggunakan metode wawancara tertulis
berbahasa Jepang di mana respondennya merupakan orang Jepang yang
tinggal di Indonesia khususnya wilayah Jakarta dan Bekasi. Jumlah
responden sebanyak 35 orang dengan rincian sebagai berikut : metode
pengisian angket online 30 orang dan 5 orang mengisi angket secara manual.
Untuk isi pertanyaan sendiri dibatasi hanya persoalan yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari dengan pertanyaan semua berjumlah 10 pertanyaan
dalam bentuk pilihan dengan metode jawaban menggunakan tanda centang
“√”. Ada 8 pertanyaan, responden diperbolehkan mengisi jawaban lebih dari
satu jawaban, tetapi untuk angket yang diisi manual penulis menambahkan
pilihan untuk diisi sendiri oleh respondennya yaitu jawaban その他()
lainnya . ( ) untuk tanda dalam kurung diisi oleh jawaban pilihan sendiri
dan terakhir pertanyaan essay ada 2 pertanyaan dengan isi jawaban
berdasarkan yang mereka ketahui dan rasakan.
Untuk semua pertanyaan yang diberikan masih seputar apa yang menjadi
kendala mereka dalam menjalankan rutinitas dalam kehidupan sosial maupun
di dunia kerja selama berdomisili di Indonesia termasuk juga beradaptasi
dengan lingkungan dan budaya yang pastinya berbeda dengan budaya mereka,
dan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Penulis sudah menyebarkan
angket dan melakukan beberapa wawancara untuk mengetahui apa yang
dirasakan oleh mereka.Untuk respondennya sendiri terdiri dari responden
yang tinggal di Indonesia berdasarkan lamanya tinggal di Indonesia yaitu:

Universitas Darma Persada


31

a. Responden yang tinggal di Indonesia kurang dari 1 minggu sebanyak 3


orang jika diprosentasekan mencapai angka 8,57 % sebagai responden
yang paling sedikit
b. Responden yang tinggal di Indonesia selama 1 minggu lebih sampai
dengan 1 bulan, dengan jumlah responden 7 dan mencapai angka
prosentase 20 % dengan nilai prosentase yang lumayan tinggi ke-2 setelah
yang terbanyak yaitu 1 tahun lebih.
c. Responden yang tinggal di Indonesia selama 1 bulan sampai dengan 1
tahun, dengan jumlah responden sendiri 5 orang, dan angka prosentase
mencapai 14,29 % menduduki peringkat ke-3
d. Responden yang tinggal di Indonesia selama 1 tahun atau lebih dengan
jumlah pemilih sebanyak 20 orang dan mencapai angka prosentase
tertinggi yaitu 57,14%
Jika melihat dari jumlah pemilih tentunya yang mendominasi adalah
responden atau orang Jepang yang tinggal lebih dari satu tahun sebanyak
57,14 %. Berarti pemahaman responden tentang kehidupan bermasyarakat
dan bersosialisasi adalah termasuk memahami kelebihan dan kendala yang
dihadapi selama tinggal di Indonesia khususnya Jakarta dan Bekasi. Menurut
penulis waktu 1 tahun sudah cukup untuk masa pengenalan bagi orang asing
terhadap Indonesia sekalipun masih sebatas pengenalan kehidupan sehari-hari
yang dijalani dan dialami oleh mereka sendiri.

3.2 Kendala yang Dihadapi dalam Kehidupan Sehari-hari


Manusia sebagai mahluk sosial tentu akan selalu berhubungan dengan
orang lain dan memiliki rasa ketergantungan antar sesamanya. Karena itu
manusia selalu akan membutuhkan dukungan orang-orang dan lingkungan
sekitarnya dalam menjalani kehidupan. Selain manusia sebagai mahluk sosial
manusia juga sebagai mahluk budaya yang mampu menciptakan,
mengkreasikan, memperlakukan, memperbaharui, memperbaiki,
mengembangkan sesuatu hal yang bertujuan untuk kepentingan hidup
manusia dan alam sekitar. Pastinya dalam kepentingan hidupnya manusia

Universitas Darma Persada


32

tidak luput dari aneka kebutuhan antara lain kebutuhan yang bersifat
kebendaan seperti sarana dan prasarana, ragawi, biologis/jasmani, seperti
makanan, minuman, kendaraan, pakaian, bernafas, istirahat, kenyamanan,
kemudahan dan lain sebagainya. Selain kebutuhan bersifat kebendaan
manusia juga memiliki kebutuhan bersifat rohani atau mental atau psikologi
antara lain kasih sayang, pujian, penghargaan, rasa aman, kebebasan, dan lain
sebagainya.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas penulis memberikan
pertanyaan akan hal apa saja yang menyulitkan atau menjadi kendala orang
Jepang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dengan cara memberikan
pilihan jawaban diantaranya, kendala dari makanan, lalu lintas, bahasa
(percakapan), dan budaya hidup. Hasilnya sebagian besar memilih lalu lintas
sebanyak 38% disusul oleh budaya hidup sebanyak 30%, lalu bahasa
(percakapan) sebanyak 18%, kendala terakhir adalah makanan sebanyak 14 %.

a. Makanan
Sebanyak 14% responden memilih makan sebagai kendala yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Sebenarnya ini jumlah yang
cukup sedikit jika dibandingkan kendala lalu lintas, budaya hidup, dan
bahasa tetapi bagi penulis yang pernah tinggal di Jepang bisa memahami
dan mengerti kenapa sebagian kecil dari mereka menjadikan makanan
sebagai kendala yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
makanan masyarakat Jepang memiliki tradisi “satu piring 3 lauk” terdiri
dari nasi, sup, dan makanan tambahan lainnya seperti sayuran dan dua
macam lauk sehingga dari segi gizi bisa seimbang di mana penyajian
tersebut bertujuan untuk menjaga kesehatan masyarakatnya.
Selain keseimbangan gizi yang memang sudah ditradisikan dalam
kehidupan sehari-hari untuk menjaga kesehatan, Jepang pun memiliki
standar higienitas yang tinggi di mana setiap makanan disajikan dengan
benar-benar steril, dan bersih. Perizinan untuk penjualan makanan tidak
semudah di Indonesia di mana siapapun bisa dengan mudah menjual

Universitas Darma Persada


33

makanan untuk dijual ke pasaran. Jepang memiliki persyaratan yang


sangat ketat untuk perizinan penjualan makanan kepada publik sehingga
makanan yang beredar di pasaran Jepang memang sudah benar-benar
melalui proses seleksi yang sangat ketat dan sulit dalam proses uji
kelayakan edarnya.

Orang Jepang terkenal panjang umur juga sehat-sehat, dan itu diakui
oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) yang mengumumkan hasil
penelitiannya berupa statistik pada Mei 2013 di Jepang orang
memiliki rata-rata hidup (harapan hidup saat lahir) mencapai usia 83
tahun, dan itu merupakan harapan hidup yang cukup panjang di dunia.
Panjang umur tidak lain karena kesehatan yang terjaga, kesehatan
berasal dari pola hidup dan pola makan. Dalam hal makanan orang
Jepang lebih mengutamakan kesehatan, sehingga tidaklah heran
makanan Jepang banyak didominasi hidangan jenis laut/ikan dan
sayur-mayur, dan jenis makanan lain yang menyehatkan. (Shindo
Yusuke, 2015:222)
Selain itu orang Jepang sangat menghargai makanan, sehingga dalam
penyajiannya makanan Jepang biasanya akan disusun secantik mungkin
untuk menggugah selera dan menarik minat penikmatnya. Pernah suatu
hari ketika penulis tinggal di Jepang mengirimkan makanan yang dikemas
dengan menggunakan kotak jenis kue khas Jepang untuk dikirimkan
kepada keluarga yang tinggal di Indonesia. Komentar keluarga setelah
menerima makanan tersebut “kemasannya terlalu cantik sehingga sayang
dimakan”. Ternyata bagi orang Indonesia kemasan makanan orang Jepang
termasuk cantik, dan rapi. Penyajian makanan dalam bentuk bekal atau
sering disebut bento pun akan dikemas secantik mungkin. Cara lain
sebagai wujud menghargai makanan, orang Jepang juga biasannya akan
mengambil makanan secukupnya dan akan disantap sampai habis. Jadi
budaya membuang makanan atau mubadzir atau sering disebut “mottainai”
ini sangat bagus dan mendidik masyarakatnya.
Pada pertanyaan angket berikutnya ketika ada pertanyaan apakah
menyukai makanan Indonesia, ternyata jawabannya mengejutkan karena
tidak sedikit yang menyukai makanan Indonesia dengan kategori tertinggi
suka sebanyak 18 orang responden dengan prosentase 52,94%, disusul

Universitas Darma Persada


34

biasa 14 orang responden atau 41,18%, dan sangat suka makanan


Indonesia diisi oleh 1 orang responden dengan prosentasi 2.94%, yang
tidak menyukai makanan Indonesia hanya diisi oleh 1 orang responden
atau 2,94%. Makanan Indonesia memang terkenal kelezatannya, dan tidak
sedikit orang asing yang menyukai makanan Indonesia. Jika melihat
jawaban responden sebagian besar responden menyukai makanan
Indonesia. Makanan Indonesia memang bercita rasa tinggi dengan
campuran aneka rempah-rempahan khas tropis yang menggugah selera
seperti nasi goreng dan soto ayam, dan lain sebagainya.
Di lain pihak makanan Indonesia yang lezat dan bercita rasa tinggi
tersebut, terkadang harus rusak oleh kebersihan dan higienitasnya.
Menurut teman-teman orang Jepang yang salah seorang di antaranya
merupakan penggemar makanan Indonesia, menurutnya memang lezat,
tapi kegemaran itu harus pudar karena suatu hari ketika membeli makanan
di pinggir jalan di sekitar apartemen tempat tinggalnya, ternyata ketika
kemasan makanan dibuka di dalam makanan tersebut ditemukan serangga.
Mulai saat itu kegemaran akan makanan Indonesia mulai pudar. Berbeda
hal lagi ketika orang Jepang dari perusahaan datang ke Indonesia, karena
sehabis makan dan minum di restoran Indonesia harus terkena diare akut
dan diopname di rumah sakit Indonesia. Satu kasus lagi yang mirip yaitu
kejadian yang dialami oleh teman saya yang lain adalah ketika sehabis
minum sake dan bir di restoran Indonesia yang diberi es batu, besoknya
sepulang ke negaranya Jepang harus diopname karena alasan keracunan
makanan yang diduga berasal dari es batunya. Jika melihat berbagai
keluhan diatas sudah pasti higienitas dan kebersihanlah yang menjadi
kendala yang dihadapi dari segi makanan yang ada di
Indonesia.Kurangnya rasa menghargai makanan oleh masyarakat Inonesia
pun bisa dijadikan suatu alasan, karena pengerjaan dalam mengolah
makanan secara asal, dan kebiasaan orang Indonesia ketika mengkonsumsi
makanan asal kenyang pun bisa dijadikan sebagai salah satu penyebabnya.

Universitas Darma Persada


35

b. Lalu lintas
Jepang merupakan negara produsen kendaraan beroda 4 atau lebih,
tetapi kenapa di negaranya tersebut tidak ada kemacetan? Lalu-lintas di
Jepang sangat lancar dan praktis. Pengalaman ini dirasakan sendiri oleh
penulis. Jepang temasuk Tokyo dan kota besar lainnya merupakan kota
tersibuk dengan berbagai macam aktivitas yang dilakukan oleh warganya
setiap jam dan setiap saat. Di Jepang sendiri ada sedikit kemacetan yang
terjadi di jam-jam sibuk seperti jam berangkat kerja ataupun pulang kerja,
tetapi tidak separah kemacetan di Indonesia yang selalu terjadi setiap saat.
Ada berbagai alasan kenapa Jepang yang merupakan negara yang
memproduksi mobil sendiri, tetapi tidak ada kemacetan yang terjadi. Hal
tersebut dikarenakan wargannya lebih cenderung menyukai moda
tranportasi angkutan umum, seperti taksi, bus ataupun kereta, kendaraan
umum karena menurut mereka jauh lebih praktis dan lebih hemat.
Kenyamanan moda transportasi angkutan umum pun bisa dinikmati
seluruh kalangan, baik kalangan menengah sampai pejabat, bahkan
direktur sebuah perusahaan sampai pegawai biasa dari sebuah perusahaan
bisa saja bersamaan dalam satu angkutan umum. Baru-baru ini untuk
meningkatkan pelayanan dan kemudahan di Jepang banyak diberikan
berbagai fasilitas yang untuk menambah minat masyarakat dalam
menggunakan tranportasi umum, seperti penggunaan kartu pra bayar,
sehingga ketika berganti kendaraan umum atau transit pengguna tidak
perlu membeli tiket kembali melainkan menggunakan kartu prabayar
tersebut secara langsung. Juga berbagai fasilitas pendukung lainnya baik
fasilitas di stasiun, bandara, dan lain sebagainya yang nyaman dan lengkap.
Transportasi umum di Jepang juga terkenal tepat waktu. Jarang sekali
terjadi keterlambatan, bahkan jika ada keterlambatan biasanya bukan
disebabkan oleh kendala teknis melainkan karena faktor yang tidak
terduga lainnya, seperti orang bunuh diri di rel kereta, bencana alam, dan
lain sebagainya. Jika hal tersebut terjadi biasanya petugas pelayanan akan
dengan sungguh-sungguh meminta maaf kepada seluruh penumpang baik

Universitas Darma Persada


36

dengan siaran langsung melalui pengeras suara dalam kereta, stasiun


maupun dengan membungkuk secara langsung di depan penumpang.
Berbagai kemudahan dan kenyamanan tersebut secara tidak langsung
dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
Selain tranpostasi umum di Jepang yang nyaman dengan berbagai
fasilitas, tidak adanya kemacetan lalu-lintas di Jepang disebabkan juga
oleh ketaatan orang Jepang dalam mentaati peraturan, berbeda dengan
orang Indonesia yang lebih banyak melanggar peraturan yang sudah ada.
Peraturan lalu-lintas di Indonesia sebenarnya sudah ada dan cukup bagus
juga sudah dibuat demi kenyamanan semua, tetapi kedisiplinan dalam
mentaati peraturan yang ada dari diri orang Indonesia itu yang masih
kurang disadari oleh orang Indonesia, ditambah sifat kurang menghormati
dan tidak peduli dengan orang lain dan sedikit egoisnya orang Indonesia
dalam berkendara, tidak mau mengalah dan tidak menghormati pengguna
jalan lainnya, sehingga kemacetan pun tak terhindarkan. Ini merupakan
kendala yang sangat mengganggu bagi orang Jepang. Mereka biasa tepat
waktu dalam segala hal, kondisi jalanan di Indonesia tidak bisa diprediksi
kemacetannya. Tidak heran ketika dalam wawancara tertulis banyak
mengisi lalu-lintas sebagai hal yang menyusahkan bahkan terkait lalu-
lintas dalam angket yang diisi manual dengan menggunakan excel ada
yang memberikan catatan demikian :

渋滞がひどすぎる。ルールが無視されるため外人が運転する環境に
ない。など
Jutai ga hido sugiru. Ruru ga mushi sareru tame gaijin ga unten suru
kankyou ni nai. Nado

“Kemacetan yang terjadi sangat parah. Peraturan yang ada diabaikan


sehingga tidak ada kondisi yang bisa membuat orang asing mengemudi
sendiri dan lain sebagainya”

Universitas Darma Persada


37

交通渋滞 . 道に自由に駐車している. 好きなようにバイクも車も走


っている
ルールがあるのか ないのかよくわからない?あっても守りたくな
い?
みんな悪くないと思っているのかな? みんながやっているからな
のかな?
Koutsu jutai. Michi ni jiyu ni chusha shiteiru. Sukina yuoni baiku mo
kuruma mo hashitte iru
ruru ga aru no ka nai no ka yoku wakaranai? Atte mo mamoritakunai?
Minna warukunai to omotte iru no ka na? Minna ga yatte iru kara nano ka
na?
Kemacetan lalu-lintas, kendaraan jadi terparkir di jalan (karena macet
parah mobil menjadi terhenti di tengah jalan), baik motor dan juga mobil,
bisa bebas berjalan, apakah itu ada peraturannya atau tidak, saya kurang
paham, jika pun ada peraturannya berarti tidak mentaati? Apakah semua
tidak menganggap itu hal yang salah? Apakah karena semua melakukan
hal yang sama?
Jika melihat dari komentar di atas jelas tersirat bahwa orang Jepang
tersebut sangat tidak menyukai kemacetan parah yang terjadi di Indonesia.
Kemacetan yang panjang memakan waktu yang lama untuk terurai,
sehingga menyebabkan kendaraan terhenti di tengah jalan. Tentu bagi
orang Jepang yang mobilitasnya tinggi hal ini sangat menjadi kendala
dalam melaksanakan kegiatan kesehariannya. Hal ini dapat menyebabkan
waktu tempuh perjalanan menjadi lebih panjang dan lama sehingga janji
yang sudah disepakati menjadi terlambat, dan lain sebagainya.
Dalam pertanyaan seputar lalu lintas Indonesia hanya terdapat 1 orang
responden yang memilih sangat suka dan 1 orang lagi suka, untuk yang
menganggap biasa 4 orang responden dan yang terbanyak adalah
menganggap lalu lintas Indonesia buruk sebanyak 29 orang responden atau
jika diprosentasekan menjadi 82,86%

Universitas Darma Persada


38

Terkait masalah lalu lintas kita sebagai orang Indonesia sendiri


merasakan lalu lintas di Indonesia sangat berantakan, dan menjadi kendala
kita dalam menjalani aktivitas keseharian kita seperti sifat egois
pengendara di Indonesia yang cenderung suka mengabaikan dan
menerabas segala peraturan yang sudah ditetapkan dan sifat ingin menang
sendiri sehingga menambah parahnya kemacetan yang terjadi. Selain itu
fasilitas angkutan umum yang sangat minim menyebabkan masyarakat
enggan menggunakan angkutan umum. Lalu lintas ternyata merupakan
kendala yang paling banyak dipilih oleh responden.

c. Bahasa (percakapan)
Untuk pilihan bahasa didapatkan sebanyak 18% dari pilihan
responden. Kenapa bahasa menjadi kendala bagi orang Jepang selama
tinggal di Indonesia ? Sebenarnya itu merupakan hal yang lumrah dan
biasa karena siapapun pasti akan mengalami hal yang sama ketika kita
berada di negara lain, tetapi kita sering menggunakan bahasa Inggris
ketika kita bercakap-cakap dengan orang asing yang berbeda bahasa.
Jepang dari dahulu terkenal tidak begitu pandai dalam bahasa asing
lainnya, termasuk bahasa Inggris yang dijadikan bahasa internasional
untuk percakapan sehari-harinnya.
Sebenarnya orang Jepang semenjak zaman Meiji sudah menyadari
akan ketertinggalannya terhadap ilmu dan tekhnologi. Oleh karena itu
mereka berusaha sekuat tenaga untuk mengejar ketertinggalan tersebut
dengan mempelajari ilmu dan tekhnologi dari luar negeri. Meskipun
banyak literatur luar negeri yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang,
tetapi masih ada kendala yang dihadapi saat itu yaitu ketiadaan kosakata
dalam bahasa Jepang untuk menerjemahkan terminologi dan lain-lain.
Maka pada masa itu dipikirkanlah bahasa Jepang yang dapat
menunjukkan arti tersebut dengan baik. Selanjutnya buku terminologi
yang memuat kata-kata terminologi dibuat dalam bahasa Jepang.
(Yusuke.S, 2015:5)

Universitas Darma Persada


39

Jepang berbeda dengan negara lainnya termasuk Indonesia. Di


Indonesia buku-buku yang digunakan di universitas banyak
menggunakan bahasa Inggris terutama buku terkait ilmu fisika, kimia,
tekhnik, dan biologi. Di Jepang semua buku tersebut menggunakan
bahasa Jepang, yang kebanyakan ditulis oleh guru orang Jepang sendiri.
Orang-orang pada zaman Meiji berusaha selalu untuk
menerjemahkan buku-buku asing agar diterjemahkan dalam bahasa
Jepang. Meskipun peminat untuk mempelajari bidang tersebut sedikit,
tetapi mereka tetap berusaha untuk menerjemahkannya, sehingga kuliah
di universitas ataupun jenjang pasca sarjana dapat dilakukan dengan
menggunakan bahasa Jepang, dengan pengajar orang Jepang sendiri
tanpa harus mendatangkan guru orang asing ke negaranya. Hal yang
sangat umum adalah lulusan pasca sarjana ataupun seorang dosen tidak
bisa berbahasa Inggris sama sekali.
“Ini adalah cerita yang saya dengar dari teman orang asing yang
tinggal di Jepang. Ketika teman saya ini mengundang sejumlah elit
Jepang datang kerumahnya, dia bertanya kepada tamunya apakah
ingin minum kopi atau teh. Satu orang menjawab dengan bahasa
Inggris terpatah-patah “I am coffee” yang artinya “saya kopi”. Yang
lain berkata “I am tea” yang artinya “saya teh”. Pada kenyataannya,
mereka sedang tidak bercanda. Orang Jepang terpelajar pun bisa saja
berbicara seperti ini dengan mimik muka serius. Bagi saya yang
orang Jepang bisa mengerti mengapa orang Jepang berkata begitu,
sebab bahasa Jepang yang diubah mentah-mentah kedalam bahasa
Inggris memang akan menjadi kalimat yang aneh seperti itu”
(Yusuke.S, 2015:8)

Sebenarnya di Jepang sendiri pelajaran bahasa Inggris sudah


diajarkan di sekolah-sekolah. Tempat-tempat kursus bahasa Inggris pun
sangat ramai peminatnya, tetapi orang Jepang tetap kesulitan dalam
percakapan dengan Bahasa Inggris, kecuali orang yang benar-benar
memiliki kemampuan bahasa asing yang luar biasa. Jadi tidaklah aneh
ketika kita mengajak orang Jepang berbicara dengan bahasa Inggris dan
mereka menghindarinya, bukan karena mereka sombong atau tidak mau

Universitas Darma Persada


40

bercakap-cakap, tetapi karena mereka kebingungan bagaimana sebaiknya


menjawab.
Selain bahasa, orang Jepang juga mempunyai sistem komunikasi
yang khas dan unik yaitu orang Jepang mempunyai budaya tidak
berbicara secara terus terang sehingga mereka tidak bisa mengungkapkan
apa yang ada dalam pikiran mereka dan apa yang mereka inginkan untuk
dibicarakan secara terus terang. Mereka lebih cenderung berhati-hati
dalam berbicara dengan orang lain, selalu berusaha menjaga perasaan
lawan bicarannya. Ketika mereka tidak menyetujui suatu pendapat dari
lawan bicaranya tidak serta-merta mereka langsung menyangkal atau
menolak ataupun menyanggahnya, tetapi mereka lebih cenderung diam,
sehingga bisa dikatakan mereka lebih cenderung takut dikatakan berbeda
pendapat dengan lawan bicaranya.
Jadi bukan hal yang aneh jika orang Jepang tidak banyak berbicara
dibandingkan dengan orang Indonesia yang lebih suka terbuka
mengemukakan perasaannya, pendapatnya, dan lain sebagainya. Justru
kadang sifat orang Jepang yang seperti ini agak sedikit membuat kita
bingung sebagai rekan mereka baik dalam pekerjaan maupun dalam
pertemanan, kita sering kebingungan akan apa sebenarnya yang mereka
suka dan tidak suka. Pernah ketika penulis mengajak makan malam
seorang teman Jepang, ketika ditanya ingin makan apa, dia tidak
menjawab secara jelas ingin makan apa, dan ketika ditanya makanan
Indonesia atau Jepang, baru dia menjawab makanan Indonesia. Untuk
spesifiknya dia tidak bisa memilih akan makan apa. Tentu hal inilah yang
membuat kita menjadi bingung. Akhirnya penulis memesan makanan
khas Minangkabau yaitu “Sate Padang”. Terlepas suka atau tidak suka
teman penulis tetap menyantapnya sampai habis, dan mengatakan
“Oishii” atau enak.Untuk jawaban demikian penulis sendiri tidak
memahami apakah benar-benar dia menyukai “Sate Padang” tersebut
atau tidak.

Universitas Darma Persada


41

Satu hal lagi, orang Jepang jarang mengungkapkan perasaannya


dengan jujur, baik perasaan, sedih, senang, suka, benci secara berlebihan.
Seperti yang tulis oleh Yusuke Shindo dalam bukunya orang Jepang
sangat jarang mengatakan I Love You kepada teman, keluarga, orang tua
ataupun pasangan, berbeda dengan orang Amerika, termasuk orang
Indonesia yang cenderung memiliki sifat terbuka dalam menyampaikan
perasaannya.

d. Budaya Hidup
Dalam pertanyaan ini yang menjadikan budaya hidup sebagai salah
satu kendala dalam kehidupan sehari-hari, sebanyak 30 % termasuk yang
terbanyak kedua. Berbicara budaya hidup tentu sangatlah panjang,
dimulai dari budaya hidup yang terkait hal terkecil sampai terbesar, dan
tentu perbedaan budaya hidup mempunyai dampak dalam menjalani
kehidupan sehari-hari. Budaya hidup mempunyai cakupan yang luas. Di
setiap daerah mempunyai budaya hidup berbeda-beda apalagi berbeda
negara, sudah tentu budaya hidupnya pun sangat berbeda. Di sini kita
akan membahas perbedaan budaya hidup Jepang dan Indonesia di mana
perbedaan budaya hidup termasuk dalam salah satu kendala yang
dihadapi mereka dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang sudah
dijelaskan dalam BAB II bahwa budaya memiliki 7 unsur yaitu
1. Bahasa
2. Sistem Pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem Peralatan Hidup dan Tekhnologi
5. Sistem Mata pencaharian
6. Sistem Religi
7. Kesenian

Universitas Darma Persada


42

1) Bahasa
Untuk bahasa mungkin sudah dijelaskan di atas di mana orang Jepang
lebih familiar dengan bahasa Jepang itu sendiri dibanding bahasa Inggris
atau bahasa asing lainnya, bahkan sangat sedikit orang Jepang yang bisa
berbahasa asing atau bahasa Inggris sehingga tidaklah heran mereka akan
kesulitan dalam segi bahasa ketika mereka harus menyesuaikan hidup di
negara lain. Seperti yang kita ketahui bahasa Inggris merupakan bahasa
utama yang digunakan di seluruh dunia. Pada dasarnya masyarakat
Jepang pun menyadari pentingnya bahasa Inggris, sehingga mulai banyak
muncul tempat kursus bahasa Inggris di Jepang.

2) Ilmu Pengetahuan
Sistem pengetahuan Jepang, jika dilihat dari sejarahnya Jepang
menutup diri selama 250 tahun, yang kemudian menyadari
ketertinggalannya akan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Seiring
perkembangan zaman, yang kita ketahui saat ini Jepang memiliki
kecanggihan dalam ilmu pengetahuannya, sehingga mampu bersaing
dengan negara-negara yang sudah terlebih dahulu maju dari Jepang
seperti Amerika Serikat, Eropa, China, dan lain sebagainya. Jepang
memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi. Salah satu faktor pendukung
terbesarnya yaitu minat baca masyarakat Jepang yang tinggi, didukung
banyaknya buku bacaan tentang sains berbahasa Jepang, sehingga
siapapun bisa membaca dan mencernanya tanpa harus menguasai bahasa
Inggris ataupun bahasa asing lainnya. Seiring perkembangan tekhnologi
tersebut masyarakat Jepang masih mampu menjunjung tinggi nilai-nilai
tradisi dari peninggalan leluhurnya, dan hamonisasi akan alam sehingga
mereka masih sangat menghormati nilai budaya leluhur dan alam.
Mereka masih menganggap alam harus dijaga, dimulai dari hal terkecil
yang bisa dilakukan sendiri seperti membuang sampah pada tempatnya,
memilah jenis-jenis sampah supaya bisa didaur ulang, mengurangi
penggunaan sampah, menjaga keindahan alam, dan lain sebagainya.

Universitas Darma Persada


43

Ketika berkunjung ke Jepang jangan terkejut ketika kita melihat betapa


bersihnya Jepang dari pusat perkotaan sampai pelosok desa. Itu semua
dikarenakan kebiasaan yang mereka lakukan akan kesadaran menjaga
kebersihan lingkungan. Berbeda dengan Indonesia, yang tidak begitu
mempedulikan kebersihan, karena jiwa masyarakat Indonesia yang
cenderung tidak peduli akan kebersihan ataupun kelangsungan hidup
alam, dan kurang bisa menjaga alam, kebiasaan membuang sampah
sembarangan, merusak alam dengan pencemaran lingkungan, dan lain
sebagainnya.
Satu lagi budaya leluhur yang mereka jaga yaitu, budaya warisan akan
zaman samurai tentang disiplin, juga ajaran bushido yang mengajarkan
kejujuran, keberanian, kemurahan hati, kesopanan, kesunguhan,
kehormatan, kesetiaan. Sifat-sifat ini yang sudah pudar bahkan hampir
punah dalam kehidupan masyarakat Indonesia meski sebenarnya ajaran
tersebut ada dalam ajaran setiap agama apapun di Indonesia, akan tetapi
masyarakat Indonesia mempunyai jiwa yang cenderung cuek dan suka
menerabas, sehingga tidak bisa dijalankan sepenuhnya. Hal tersebut juga
merupakan hal yang menjadi kendala dalam budaya hidup.

3) Organisasi Sosial
Organisasi sosial di sini tidak akan dibahas oleh penulis karena
organisasi sosial lebih cenderung ke arah politik dan partai, yang
membahas sistem politik dalam negerinya sendiri.

4) Sistem Peralatan Hidup dan Tekhnologi


Sistem peralatan hidup dan tekhnologi Jepang memang layak
dicontoh dan ditiru. Semua serba praktis, dari peralatan sederhana,
seperti peralatan makan, dapur dan peralatan dalam kehidupan sehari-hari,
tekhnologi industri yang sudah sangat maju sampai tekhnologi yang
paling terkenal dari Jepang yaitu kereta super cepat atau yang biasa
disebut shinkansen, kereta bawah tanah, dan lain sebagainya. Selain

Universitas Darma Persada


44

angkutan umum banyak tekhnologi maju lainnya yang digunakan untuk


peralatan pendukung dalam kehidupan. Kita tentu sering bertanya kenapa
Jepang sangat maju dalam tekhnologi dan industri. Jepang merupakan
negara yang pro aktif dalam pembuatan barang atau sering kita sebut
produktif. Di Jepang sering menyebut istilah tersebut dengan istilah
“monozukuri” yang mempunyai arti membuat produk, sehingga
masyarakat Jepang selalu termotivasi untuk selalu memikirkan akan
pembuatan produk.
Orang Jepang sudah terbiasa dengan fasilitas/ tekhnologi serba praktis
yang ada di negaranya, dari fasilitas kehidupan rumah tangga,
transportasi, dan lain sebagainya yang membuat mereka merasa serba
mudah dalam menjalani kehidupan, sedikit berbeda dengan negara kita
Indonesia, yang masih belum mencapai kemajuan tekhnologi secara
maksimal.

5) Sistem Mata Pencaharian


Jepang merupakan negara kepulauan sama seperti Indonesia yang
negaranya dikelilingi oleh laut dan pegunungan, dengan tanah yang subur,
sehingga mata pencaharian penduduk zaman dahulu hampir sama dan
mirip dengan penduduk Indonesia, yaitu nelayan dan bertani. Seiring
perkembangan zaman Jepang sudah semenjak zaman dahulu telah
membuka hubungan perdagangan bebas dengan negara Barat.
Seiring perkembangan zaman dan semakin majunya pengetahuan
masyarakat Jepang akan ilmu pengetahuan dan sains, Jepang mulai
melirik berbagai industri maju lainnya seperti pembuatan kendaraan
motor, mobil, barang-barang elektronik dan peralatan canggih lainnya.
Pertumbuhan ekonomi Jepang sangatlah pesat sehingga mata pencaharian
masyarakat Jepang sendiri mengalami pergeseran yang semula nelayan
dan pertanian menjadi fokus kepada sektor industri maju lainnya.
Perkembangan ekonomi Jepang tidaklah lepas dari usaha dan kerja keras
mereka. Tidak hanya meluncurkan produk di awal saja, mereka juga

Universitas Darma Persada


45

berusaha mengahadapi persaingan global yang yang sangat ketat dengan


terus menggalakkan kaizen atau sering disebut dengan improvement
secara terus menerus, agar bisa bertahan dan tetap unggul.

6) Sistem Religi
Untuk religi ini pernah suatu hari ada karyawan baru orang Jepang di
perusahaan tempat penulis bekerja. Waktu itu akan dibuatkan buku
rekening sebuah bank nasional lokal, dibimbing oleh staff accounting
perusahaan kami melakukan isian data formulir aplikasi untuk
pembuatan rekening. Semula pengisian data berjalan lancar ketika
ditanya nama lengkap, nama ibu kandung, alamat, dan lain sebagainya,
tiba di kolom agama staff accounting yang memang tidak paham sistem
religi Jepang ketika ditanya agamanya apa, otomatis orang Jepang
tersebut kebingungan, dan terjadi sedikit percakapan yang lumayan sulit,
ditambah kesulitan karena terkendala bahasa. Akhirnya ketika penulis
lewat sedikit membantu menjelaskan kepada staff accounting perusahaan
kami tersebut, bahwa Jepang tidak begitu peduli akan agama yang
mereka anut. Justru mereka akan kebingungan dengan pertanyaan akan
agama apa yang mereka anut, dan tidak pernah ditanyakan agama dalam
pengisian aplikasi apapun, akhirnya staf tersebut paham.
Di sini penulis akan tetap menuliskan aktual agama apa saja yang
sebenarnya ada di Jepang. Sesuai penelitian dengan kepustakaan ataupun
internet penulis menyimpulkan bahwa agama di Jepang mayoritas adalah
agama Budha, Shinto, Kristen, dan agama lainnya termasuk Islam.
Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan Jepang, penganut agama
Shinto sejumlah 107 juta jiwa, agama Budha 89 juta jiwa, Katolik 3 juta
jiwa dan agama lainnya 10 juta jiwa dengan jumlah total penganut agama
290 juta jiwa. Total penganut agama di Jepang hampir mencapai dua kali
lipat dari total penduduk Jepang sendiri. Itu dikarenakan angket yang
digunakan untuk perhitungan statistik diisi sukarela oleh organisasi
keagamaan masing-masing yang dengan sengaja mengisi jumlah

Universitas Darma Persada


46

penganutnya dilebih-lebihkan, dan satu lagi sebagian orang Jepang


menganut lebih dari satu agama sepanjang tahunnya mereka mengikuti
berbagai ritual agama. Sudah bukan rahasia lagi ketika kita mengenal
sistem religi yang dianut orang Jepang yaitu terlahir sebagai penganut
Shinto, dengan upacara keagamaan Shinto, menikah sebagai orang
Kristen dengan menggunakan budaya Kristen, dan ketika meninggal
menggunakan agama Buddha. Jadi tidak heran ketika mereka sendiri
cenderung tidak memahami apa sebenarnya agama yang mereka anut
tersebut. (sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Jepang)
Berbeda dengan kita orang Indonesia hanya menganut satu agama saja,
dan menjalaninnya dengan konsisten, dari lahir sampai meninggal,
sekalipun ada beberapa kasus perpindahan agama.

7) Kesenian
Untuk kesenian penulis tidak akan membahas lebih dalam, karena
kesenian tidak begitu berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.
Kesenian di Jepang pada dasarnya hampir mirip dengan kesenian di
Indonesia. Jepang memiliki kesenian yang terkenal seperti Noh, Kabuki,
Kyogen yang lebih mirip dengan kesenian Indonesia yaitu teater ataupun
ketoprak, lalu bunraku kesenian yang menggunakan boneka atau sering
disebut wayang boneka. Kesenian yang tidak dimiliki Indonesia adalah
Ikebana yaitu kesenian merangkai bunga yang memiliki arti dan makna
dalam setiap tekhniknya.

3.3 Kendala yang Dihadapi dalam Kehidupan Sehari-hari di Bidang


Pekerjaan
Sebenarnya dalam karya tulis ini sudah ada pembatasan masalah yaitu
hal yang menyusahkan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi penulis
menganggap dari segi dunia kerja pun perlu sedikit dibahas karena
pekerjaan juga termasuk dalam rutinitas kehidupan sehari-hari. Penulis
sendiri sering mendengar berbagai keluhan dari orang Jepang di kantor,

Universitas Darma Persada


47

dimulai dari kurang disiplinnya karyawan, budaya kerja yang sangat


berbeda dengan Jepang, hubungan bisnis dengan perusahaan lokal sampai
berbagai peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah yang membuat
pengusaha/investor sedikit kebingungan. Sebenarnya masih banyak sekali
bahasan yang akan ditulis disini terkait dunia kerja, tetapi untuk karya tulis
ini hanya terkait jawaban dari hasil pertanyaan wawancara tertulis tersebut
saja. Dalam pertanyaan ini hasil jawaban yang diisi oleh responden adalah
kendala terkait undang-undang / ketetapan pemerintah, peraturan, dan lain
sebagainya terkait ketenagakerjaan yang diisi oleh 18 orang responden
dengan prosentase 33,33%, disiplin kerja diisi oleh 16 orang responden
dengan prosentase 29,63%, budaya kerja 20 orang dengan prosentase
37,04%. Jika melihat jumlah tersebut tentu hal yang mendominasi adalah
kendala terkait undang-undang atau ketetapan pemerintah yang
berhubungan dengan dunia pekerjaan atau berhubungan dengan tenaga kerja
orang asing.

a. Undang-undang / Ketetapan Pemerintah, Peraturan, dan lain


sebagainya Terkait Ketenagakerjaan.
Peraturan pemerintah yang dikeluarkan untuk perusahaan. Bagi
para tenaga kerja asing khususnya orang Jepang yang kebanyakan
merupakan pengelola perusahaan, dimulai komisaris, direksi sampai
tenaga ahli yang dikenal penulis sering mengeluhkan tentang
peraturan Pemerintah Indonesia yang sering berganti-ganti dengan
cepat, dan tanpa sosialisasi secara menyeluruh. Mungkin karena
terkendala bahasa ataupun kurangnya informasi yang masuk,
seringkali peraturan baru yang ditetapkan pemerintah ataupun
perubahan tidak sampai kepada orang Jepang, kadang secara
mendadak ada perubahan pada saat pelaksanaannya. Masih banyak
perubahan peraturan lain yang menyusahkan bagi perusahaan. Sebagai
contoh kasus BPJS dan iuran lainnya yang mesti ditanggung oleh
karyawan dan pengusaha. BPJS yang awalnya hanya berupa BPJS

Universitas Darma Persada


48

ketenagakerjaan dan BPJS kesehatan, seiring peraturan pemerintah


yang mengharuskan seluruh karyawan mengikuti BPJS tunjangan hari
tua. Jika tidak diikut sertakan akan dikenakan sanksi, seperti yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, pasal 15 ayat 1 mengenai :
“Pemberi Kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya
dan Pekerjanya sebagai Peserta kepada BPJS sesuai dengan
program Jaminan Sosial yang diikuti.”
Menyatakan kewajiban perusahaan mendaftarkan karyawannya
sebagai peserta BPJS, bahkan wacananya akan ada BPJS perumahan.
(hukumonline.com)
Hal ini sering menjadi kendala karena harus berubah dari planning
awalnya sebuah perusahaan dalam menetapkan kebijakan baru untuk
mengikuti peraturan yang ditetapkan pemerintah. Selain contoh BPJS
masih banyak peraturan atau ketetapan pemerintah lainnya yang
menjadi kendala orang Jepang dalam dunia kerja bahkan dalam
wawancara tertulis ada yang memberikan catatan dalam pertanyaan
nomer 3 ini yaitu:
労働関連だけでなく法改正が突然すぎる。一旦発行したものが
すぐに撤回される。など
Roudou kanren dake denaku hou kaisei ga totsuzen sugiru. Ittan
hakkou shita mono ga sugu ni tekkai sa reru. Nado
Tidak hanya terkait ketenagakerjaan saja, revisi undang-undang
(perubahan hukum) sering terjadi secara tiba-tiba. Ketika sudah
diterbitkan, bahkan secara tiba-tiba akan ditarik dengan segera dan
lain sebagainya.
Hal ini merupakan kendala serius yang orang Jepang hadapi dalam
dunia kerjanya. Penulis pernah bercakap-cakap dengan atasan di
kantor bahwa mereka pun mempunyai komunitas khusus orang Jepang
untuk saling bertukar informasi yang juga membahas tentang segala
hal dari kehidupan sehari-hari, dunia kerja juga termasuk undang-

Universitas Darma Persada


49

undang dan peraturan pemerintah Indonesia. Di situ segala peraturan


yang diterbitkan pemerintah sudah diterjemahkan ke dalam bahasa
Jepangyang disediakan untuk anggotanya. Jadi tidak aneh orang
Jepang lebih memahami peraturan yang ada di Indonesia
dibandingkan kita orang Indonesia sendiri.

b. Disiplin Pekerja/ Disiplin Kerja


Kita tentu sering mendengar orang Jepang tepat waktu, orang
Indonesia menggunakan “jam karet” alias suka terlambat dalam segala
hal, itu memang bisa dikatakan orang Jepang sangat menghargai waktu.
Sifat orang Jepang yang menghargai orang lain, takut menyinggung
perasaan orang lain, tidak mau merepotkan orang lain, sebenarnya ini
adalah termasuk salah satu hal yang mendasari kenapa orang Jepang
disiplin dalam waktu, karena orang Jepang sendiri lebih rela dirinya
menunggu dibandingkan ditunggu karena jika mereka ditunggu bagi
mereka hal itu adalah hal yang paling memalukan, mereka akan
dianggap tidak tepat waktu. Berbeda dengan orang Indonesia yang
lebih cenderung tidak menghargai waktu, sehingga sering
mangakibatkan tidak tepat waktu dalam berjanji atau terlambat saat
masuk kerja.
Hal di atas adalah disiplin dalam waktu. Disiplin kerja termasuk
salah satunya disiplin waktu yaitu tepat waktu ketika bekerja, disiplin
dalam mentaati ketentuan ataupun peraturan yang sudah ditentukan.
Disiplin dalam mentaati peraturan yang telah ditentukan oleh
perusahaan termasuk yang sering dikeluhkan orang Jepang akan
kurangnya disiplin dari karyawan orang Indonesia dalam mentaati
peraturan yang telah dibuat sendiri. Mentaati peraturan yang telah
dibuat dan ditetapkan itu merupakan hal yang penting dan sangat
mempengaruhi kelangsungan perusahaan dan keselamatan jiwa pekerja
itu sendiri ataupun jiwa pekerja lainnya. Dalam sebuah perusahaan
ketika karyawan tidak mentaati peraturan yang telah ditentukan, misal

Universitas Darma Persada


50

telah ditentukan suatu metode yang harus ditaati ternyata tidak


dilakukan maka apa yang terjadi? Karena tidak mentaati peraturan
metode kerja yang dilakukan pun salah. Ketika terjadi kesalahan,
selain membahayakan jiwa sendiri juga membahayakan jiwa orang lain.
Hal lainnya adalah ketika pekerja tidak mentaati peraturan yang telah
ditentukan. Bisa saja produk yang dihasilkan akan menjadi produk
yang tidak sesuai atau produk reject yang menyebabkan komplain
pelanggan kepada perusahaan.

c. Budaya Kerja
Hubungan sosial kemasyarakatan Jepang menarik garis vertikal
dalam hubungan sosial di mana orang yang lebih muda menghormati
orang yang lebih tua, bawahan menghormati atasan, dan lain
sebagainya. Demikian juga dalam dunia kerja, seperti yang telah
disampaikan dalam bab 2, orang Jepang lebih menghormati atasan
ataupun seniornya dalam dunia kerja dibandingkan keluarga. Jepang
lebih mementingkan kepentingan kelompok yang lebih besar
dibandingkan individu. Dalam dunia pekerjaan mereka akan
memegang teguh tanggung jawabnya dan akan merelakan kepentingan
individu demi kepentingan kelompoknya. Dalam hubungan
berkelompok anggota baru harus menghormati seniornya, dan ketika
seseorang menjadi anggota baru dalam sebuah kelompok maka dia
akan memerlukan waktu yang sangat lama untuk bisa benar-benar
masuk ke dalam kelompok tersebut sehingga tidaklah heran orang
Jepang akan bertahan lama dalam pekerjaannya dan enggan memasuki
lingkungan baru
Ciri khas masyarakat Jepang
“Masyarakat yang tidak begitu mengembangkan perbedaan
kelas memberikan peluang lebih banyak kepada orang untuk
terjun dalam persaingan bebas ke arah keberhasilan, daripada
masyarakat dengan kelas atau kasta yang tegas. Pada umumnya
di Jepang kemampuan pribadi dan prestasi seseorang lebih

Universitas Darma Persada


51

banyak diperhitungkan daripada latar belakang keluarga.” (Chie


Nakane, 1970:145)

Jadi siapapun orangnya baik yang terlahir dari keluarga miskin


maupun kaya, semua mempunyai kesempatan untuk meraih
keberhasilan bisa menjadi manusia yang sukses tanpa memandang
latar belakang yang lebih jauh. Prestasi dan kemampuan di sini lebih
sangat dominan dalam mencapai suatu kesempatan untuk keberhasilan.
Tidak memandang siapa atau apa yang mereka punya, tetapi lebih
cenderung melihat apa yang mereka bisa lakukan dan bisa mereka
berikan untuk kemajuan suatu perusahaan.
Budaya kerja lainnya, selain disiplin karena sudah dibahas di atas,
orang Jepang mempunyai rasa tanggung jawab yang kuat. Terkait
pertanyaan agar Indonesia bisa menjadi lebih baik, apa yang harus
diperbaiki oleh Indonesia, ada beberapa orang yang menuliskan
“moral”. Awalnya penulis terkejut kenapa dengan moral orang
Indonesia, apa yang harus diperbaiki dengan moral orang Indonesia.
Ternyata pengertian moral menurut orang Jepang berbeda dengan kita
orang Indonesia, yaitu memiliki sifat bertanggung jawab sejauh
mungkin bila perlu sampai mengorbankan nyawa demi menjalankan
tugas yang telah disanggupinya, loyalitas mutlak terhadap kesatuan
sosial yang sudah dipilih untuk diikuti (Koentjaraningrat,1974:100)
Berdasarkan hal tersebut diatas kita dapat melihat pengertian moral
di situ adalah, kesetiaan, tanggung jawab, dan loyalitas.Memang jika
dilihat kita akui bahwa kita masih lemah dalam hal ini. Terbukti
dengan banyaknya orang yang lebih memilih hal yang lebih bisa
menghasilkan keuntungan demi kepentingan pribadinya, sehingga
berbagai cara dilakukan demi kepuasan pribadi sendiri, tidak aneh
banyak tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme di negara kita.

Universitas Darma Persada


52

3.4 Kelebihan Indonesia di Mata Orang Jepang


Pada prinsipnya orang Jepang menyukai kehidupan sehari-hari di
Indonesia. Pada pertanyaan “Apakah Anda menyukai Indonesia?”,
jawabannya suka diisi oleh 19 orang responden dengan prosentase 54,29%,
dan biasa saja diisi oleh 12 orang responden atau sebesar 34,29% , yang
tidak suka hanya diisi oleh 4 orang responden atau sebanyak 11,43%. Jika
melihat dari hasil jawaban atas pertanyaan apakah suka dengan kehidupan
sehari-hari di Indonesia, terlepas dari segala kekurangan yang ada di
Indonesia tetapi kita tentu bisa menyimpulkan bahwa sebagian orang
Jepang yang tinggal di Indonesia menyukai kehidupan di Indonesia.
Kehidupan sehari-hari di Indonesia memang tidak menawarkan
kepraktisan dan kemudahan dalam kehidupan, tetapi kehidupan sehari-hari
di Indonesia bisa berjalan hangat dalam hubungan dengan sesamannya.
Sifat dan kepribadian orang Indonesia yang hangat dan ramah disukai oleh
orang Jepang. Untuk kepribadian orang Indonesia yang sangat
menyukainya ada 8 orang responden dengan prosentase 22,22%, suka diisi
oleh 22 orang responden atau menduduki urutan terbanyak sebesar 61,11%,
biasa saja diisi oleh 4 orang responden yaitu 11.11%, terakhir yang tidak
suka diisi oleh 2 orang responden atau sebesar 5.56%.
Meskipun Indonesia merupakan negara kepulauan sama seperti
Jepang, tetapi karakteristik masyarakat Indonesia memiliki perbedaan
dengan karakteristik masyarakat Jepang, di antaranya : sifat ramah, sifat
hangat orang Indonesia, sifat terbuka dan suka menolongnya masyarakat
Indonesia, yang tidak ada dalam sifat dasar orang Jepang. Orang Indonesia
merupakan orang yang mudah diajak berbicara dan berkomunikasi. Selain
itu orang Indonesia mempunyai kepedulian sosial kepada orang lain,
berbeda dengan orang Jepang yang lebih cenderung bersosialisasi dan
memberikan yang terbaik hanya kepada kelompoknya saja. Sifat hangat
dan ramah orang Indonesia ini merupakan daya tarik tersendiri bagi orang
Jepang yang memiliki sifat cenderung dingin. Untuk hal-hal yang orang

Universitas Darma Persada


53

Jepang sukai tentunya tentang keramahan, dan jiwa hangat orang


Indonesia terhadap orang asing.
Berdasarkan isian angket ada beberapa jawaban yang sengaja
penulis tuliskan di antaranya :

最初は不愛想だが、話しかけると笑顔で答えてくれるところ
Saisho wa fuaisou da ga, hanashi kakeru to egao de kotaete kureru tokoro
Saat pertama bertemu muka sedikit masam, tetapi setelah diajak berbicara,
akan dijawab dengan tersenyum.

職場のひとがらです。性格がいい人ばかりなので、明るいふんいき
で仕事ができました。

Shokuba no hito-garadesu.Seikaku ga ii hito bakari nanode, akarui funiki


de shigoto ga dekimashita.
Kepribadian di tempat kerja.Banyak orang memiliki karakter yang baik,
bisa bekerja dalam suasana yang hangat dan ceria.

女性です、インドネシアの女性は話をする時 笑顔で話をしてくれ
る人が多い

女性の笑顔はいいね こちらも笑顔になる 日本ではあまりないと


思う
Josei desu, Indoneshia no josei wa hanashi o suru toki egao de hanashi o
shite kureru hito ga ooi
josei no egao wa ii ne kochira mo egao ni naru Nihon dewa amari nai to
omou
Wanita, wanita Indonesia ketika diajak bicara banyak yang murah senyum.
Senyum wanita itu ternyata bagus sehingga saya pun tersenyum juga, di
Jepang saya rasa tidak ada.

Universitas Darma Persada


54

子供と一緒に外食しても店員さんが優しい(日本だとお店や他のお
客さんにいやがられることがあるので)
Kodomo to isshoni gaishokushite mo ten'in-san ga yasashii (Nihon dato o
mise ya hoka no okyakusan ni iyagararesu koto ga aru node)
Ketika makan di luar bersama anak, penjaga restorannya ramah-ramah (di
Jepang penjaga restoran ataupun pengunjung lainnya kurang begitu suka
akan kehadiran anak-anak)

人々の愛想が良いこと(赤茶に対して、他の人に対して)(人間関
係を大事にするところ)

Hitobito no aiso ga yoi koto (akachan ni taishite, hoka no hito ni taishite)


(ningen kankei o daiji ni suru tokoro)
Banyak orang yang ramah (dengan bayi, ataupun dengan orang lain)
menjaga dengan baik hubungan sesama manusia.
Jawaban positif lainnyaseperti wanita Indonesia yang cantik-cantik,
sifat terbuka orang Indonesia untuk menerima orang Jepang, dan masih
banyak alasan lain yang disukai orang Jepang yang tinggal di Indonesia.
Selain itu harga bahan makanan dan barang-barang di Indonesia termasuk
murah bagi orang Jepang sehingga memudahkan orang Jepang dalam
mengatur keuangan. Kita tentu mengenal sifat orang Jepang yang
cenderung hemat. Mereka mengenal budaya “mottainai” atau sering
disebut “menyia-yiakan sesuatu”, sifat yang tidak mengoptimalkan
fungsi/nilai dari sesuatu sehingga terbuang percuma. Mereka lebih suka
menabung demi merancangkan untuk masa tuanya sehingga harga barang-
barang di Indonesia yang tergolong murah dan terjangkau bagi orang
Jepang itu bisa membantu mereka dalam merancang masa depannya
dengan mengurangi pengeluaran untuk menabung.
Yang disukai oleh orang Jepang tentang Indonesia tidak hanya sifat
dan karakteristik orang Indonesia dan harga barang-barang di Indonesia
yang terjangkau, tetapi masih banyak hal yang disukai oleh orang Jepang

Universitas Darma Persada


55

tentang Indonesia, diantaranya alam Indonesia yang sangat Indah, tempat


wisata yang banyak dibuka juga ramah terhadap turis asing,
menyebabkan orang Jepang menyukai Indonesia. Kita tentu berbangga
dengan hal ini, ternyata banyak orang Jepang yang menyukai Indonesia.
Indonesia memang merupakan negara yang kaya akan potensi alam,
kultur dan suku bahasa, perbedaan budaya tidak membuat masyarakat
Indonesia terpecah belah.
Pada pertanyaan angket yang diisi secara manual ada tulisan
catatan yaitu

異国の文化に興味がある。反日的な感じがない。など
Ikoku no bunka ni kyoomi ga aru. Hannichitekina kanji ga nai. Nado
Tertarik dengan budaya asing, ada rasa tidak memiliki sifat anti terhadap
orang Jepang, dan lain sebagiannya.

Indonesia memang negara yang terbuka terhadap seluruh


kebudayaan yang masuk, dan tidak pernah mempunyai sifat anti akan
orang asing, karena orang Indonesia sendiri sudah terbiasa dengan
perbedaan budaya di dalam negeri sendiri yang sama sekali berbeda dan
hal tersebut sudah dibiasakan dari semenjak kecil. Budaya gotong-royong,
saling menolong dengan orang lain juga masih lekat dalam kepribadian
orang Indonesia, ramah, dan mudah diajak berbicara, energik, dan
memiliki semangat yang tinggi. Hal tersebut sangat jarang di jumpai di
Jepang ataupun negara lainnya, sehingga sifat orang Indonesia bisa
dikatakan memiliki sifat hangat terhadap orang asing.
Dari segi karakter alam Indonesia memiliki kelebihan seperti
kekayaan alam yang berlimpah, cuaca yang bagus. Dari segi bisnis
sendiri Indonesia merupakan negara yang mempunyai prospek yang
bagus terhadap bisnis terkait tingginya permintaan bisnis. Hal yang justru
membuat kita malu tetapi dituliskan dalam pertanyaan adalah apa yang

Universitas Darma Persada


56

anda sukai dari Indonesia adalah jawaban yang awalnya menurut penulis
sedikit tidak sesuai tetapi masuk akal yaitu:

良くも悪くもお金で解決できることが多いこと
Yoku mo waruku mo okane de kaiketsu dekiru koto ga ooi koto
Baik hal yang baik ataupun hal yang buruk semua bisa diselesaikan
dengan uang

Ternyata kebiasaan buruk masyarakat Indonesia yang sebenarnya cukup


membuat kita malu ini justru membuat salah seorang responden
menyukai keadaan ini, karena dengan uang bisa memudahkan segala
jalan yang akan ditempuh. Sebenarnya ini bukan kelebihan tetapi
kekurangan yang harus diperbaiki oleh kita semua..

3.5 Hal yang Harus diperbaiki oleh Indonesia

Disini merupakan hal terpenting yaitu tentang masukan atau saran


yang harus dilakukan agar negara kita bisa menjadi negara yang lebih baik.
Data yang digunakan diambil dari pertanyaan nomer 10 merupakan
masukan dari responden supaya Indonesia bisa menjadi negara yang lebih
baik diantaranya :

1) Disiplin
Untuk disiplin seperti yang telah dijabarkan di atas bahwa memang
orang Indonesia sangat kurang dalam memiliki sifat disiplin. Hal itu
terlihat dalam disiplin mentaati peraturan, disiplin dalam mentaati waktu,
disiplin dalam menjalankan seluruh ketentuan dan peraturan yang telah
ditentukan, dan lain sebagainya. Jadi meningkatkan disiplin dalam segala
hal itulah yang sangat diperlukan dan dibutuhkan untuk memperbaiki
Indonesia.

Universitas Darma Persada


57

2) Lalu lintas
Kurangnya disiplin merupakan penyebab utama akan kemacetan
yang ada di Indonesia, lalu lintas yang berantakan, tentu mempengaruhi
kegiatan dan kelancaran aktivitas yang kita lakukan sehari-hari.
Kemacetan di Indonesia khususnya Jakarta, dan Bekasi sudah merupakan
permasalahan yang sepertinya susah untuk diperbaiki. Berbagai usaha
pemerintah untuk memperbaiki lalu lintas Indonesia sudah dilakukan
tetapi hasilnya masih belum ada perubahan yang signifikan. Fasilitas
untuk kendaraan umum yang belum memadai juga merupakan kendala
yang mesti diperbaiki, maka diperlukan pengembangan untuk jalur lalu
lintas Indonesia.

3) Moral
Moral yang dimiliki oleh orang Indonesia dinilai masih rendah dan
kurang. Pengertian moral bagi orang Jepang yaitu sifat loyalitas dan
tanggung jawab pada pekerjaan dan suatu tugas yang telah diterimanya,
yang harus diperbaiki dan diperjuangkan sekuat mungkin. Dalam
pekerjaan orang Indonesia kebanyakan hanya bekerja dengan tujuan
mendapatkan gaji. Hal inilah yang dinilai menurut orang Jepang moralnya
masih kurang, rasa tanggung jawab sedalam mungkin akan suatu tugas
bila perlu sampai mengorbankan segalanya itu masih teramat minim
didapat dari orang Indonesia.

4) Pemilahan sampah
Sampah di Indonesia masih dibuang secara sembarangan. Tanpa
ada pemilahan jenis sampah, mana sampah yang mudah diurai dan bisa
dijadikan kompos, sampah plastik yang bisa didaur ulang, sampah kaleng
atau botol yang bisa digunakan kembali, dan sampah plastik yang lama
terurai jika terpendam di bumi, semua dicampur pembuangannya oleh
orang Indonesia. Berbeda dengan Jepang di mana pemilahan jenis sampah
sangat ketat dan benar-benar terlaksana. Di Indonesia sendiri sebenarnya
pemerintah sudah menggalakkan pemilahan sampah dengan memberikan

Universitas Darma Persada


58

tong sampah di tempat-tempat umum yang jelas memberikan identitas


untuk sampah organik dan non organik. Akan tetapi, hal itu kembali lagi
kepada kedisiplinan orang Indonesia yang masih kurang, sehingga tong
sampah yang jelas memiliki identitas sebagai pembeda tersebut tidak
memiliki arti sama sekali karena semua dibuang secara tercampur tanpa
ada pemilahan.

5) Kepribadian
Kepribadian yang dimaksud di sini adalah memperdalam
pemikiran dan mengejar dengan penuh agresif, kebiasaan dalam menjaga
kebersihan, dan lain sebagainya. Kebiasaan yang sudah melekat dalam
diri kita akan menjadi kepribadian sebagai sifat dasar kita dalam
menjalankan kehidupan. Terus membangun kebiasaan seperti membuang
sampah pada tempatnya dengan terus berusaha membiasakan diri kita
secara terus-menerus dan hal tersebut akan menjadi kebiasaan yang
melekat dalam diri kita sehingga di manapun dan kapanpun kita berada
kebiasaan membuang sampah pada tempatnya akan menjadikan kita
sebagai pribadi yang bersih dan disiplin.

6) Segi Ekonomi ataupun Pemerintahan


Yaitu pembangunan infrastruktur dari segi transportasi angkutan
umum ataupun sarana dan prasarana publik lainnya dan juga wajib belajar
untuk orang Indonesia masih dinilai kurang dan perlu ditingkatkan
lagi.Selain itu kesenjangan antara miskin dan kaya. Untuk mengatasi
kesenjangan ekonomi dengan angka kemiskinan yang saat ini cukup tinggi,
maka yang perlu diatasi oleh pemerintah adalah pemerataan ekonomi,
karena dampak negatif dari kesenjangan ekonomi antara miskin dan kaya
juga akan meningkatkan kecemburuan sosial yang tinggi dan angka
kejahatan akan meningkat pula.

Universitas Darma Persada


59

7) Lingkungan
Kesehatan masyarakat Indonesia pun masih perlu ditingkatkan lagi.
Jika melihat hal demikian dilihat dari seringnya karyawan Indonesia yang
izin tidak masuk bekerja karena sakit. Seperti yang kita ketahui orang
Jepang memang terkenal sehat-sehat dan berumur panjang dikarenakan
makanan yang mereka konsumsi memiliki kandungan gizi yang seimbang
selain itu kebersihan pun dijadikan nomer satu bagi mereka. Salah satu
jawaban yang masuk terkait kebersihan air juga perlu ditingkatkan, karena
kebersihan air pun berkaitan erat dengan kesehatan masyarakat.

Universitas Darma Persada


BAB IV
KESIMPULAN

Seiring dengan maraknya investasi asing di Indonesia, untuk kelancaran


investasinya sudah pasti para investor mengundang pula tenaga ahli dari
negaranya masing-masing, baik sebagai komisaris, direksi ataupun tenaga ahli.
Sudah pasti akan semakin banyak pula orang asing yang tinggal di Indonesia.
Mulai saat ini kita akan banyak berinteraksi dan berhubungan dengan orang asing
dalam kegiatan kita termasuk orang Jepang, karena semakin banyak investor
Jepang yang menanamkan modalnya di Indonesia sehingga akan semakin banyak
pula orang Jepang yang didatangkan ke Indonesia sebagai tenaga ahli, CEO,
Komisaris ataupun direksi

Kehidupan sosial orang Jepang yang dalam kehidupan sehari-harinnya


lebih cenderung hidup berkelompok dengan sesama komunitasnya, karena sifat
dasar mereka yang lebih cenderung hidup dan loyal bersama kelompoknya saja.
Selain itu sifat dasar orang Jepang pun terkenal sulit dalam berkomunikasi, karena
kendala bahasa dan karena memang mereka yang kurang pandai dalam
komunikasi, dan lebih menjaga perasaan orang lain akibat rasa takut
menyinggung lawan bicara, juga menjadi faktor penentu kenapa orang Jepang
lebih suka hidup berkelompok.
Perbedaan kebiasaan dan karakter bagi orang Jepang dalam kehidupan
sosialnya di Indonesia tentu membutuhkan penyesuaian dengan kebudayaan
Indonesia, dan sudah pasti menjadi kendala bagi orang Jepang yang tinggal di
Indonesia. Kendala yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari bisa dimulai dari
hal yang paling sederhana yang sama sekali justru tidak kita sadari sebagai orang
Indonesia ataupun hal yang benar-benar merupakan kendala serius yang bisa
menghambat segala aktivitas kita seperti:
a. Kendala lalu lintas
b. Kendala dalam budaya hidup
c. Kendala bahasa
d. Kendala makanan

Universitas Darma Persada


61

e. Kendala dibidang pekerjaan atau dunia kerja, dan kendala lainnya.


Kendala yang dihadapi oleh orang Jepang terjadi karena perbedaan
kebiasaan yang dilakukan orang Jepang dari kecil dengan kebiasaan yang ada di
Indonesia. Perbedaan karakter yang dimiliki orang Jepang dan orang Indonesia
juga memiliki perbedaan yang signifikan. Orang Jepang lebih cenderung taat pada
peraturan, memiliki kesetiaan dan kepatuhan terhadap peraturan yang telah
ditetapkan, sedangkan orang Indonesia memiliki karakter lebih cenderung
menerabas akan ketetapan yang berlaku.
Selain dari kendala di mata orang Jepang, Indonesia memiliki banyak
kelebihan di antaranya :
a. Keramahan penduduk Indonesia
b. Sifat terbuka orang Indonesia dalam menerima orang asing
c. Harga bahan makanan yang murah
d. Wanita Indonesia yang terkenal kecantikan dan keramahannya
e. Banyaknya tenaga muda yang produktif.
f. Kekayaan alam Indonesia yang sangat berlimpah, dan lain sebagainya
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh Indonesia inilah yang menjadi
daya pikat orang asing untuk tinggal di Indonesia sehingga tidaklah
mengherankan jika banyak orang asing terutama orang Jepang yang merasa sudah
betah dan ingin tinggal di Indonesia lebih lama. Akan tetapi seperti yang sudah
dijelaskan di atas bahwa masih banyak kendala yang dihadapi oleh orang Jepang
yang selama ini sulit kita ketahui, karena sifat orang Jepang yang jarang terbuka
dengan orang asing. Untuk kendala yang dihadapi orang Jepang dalam kehidupan
sehari-hari juga kelebihan yang dimiliki Indonesia yang sebagian kecil dituangkan
dalam karya ilmiah ini, diharapkan bermanfaat untuk pembaca.

Universitas Darma Persada


DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku :

Bimo Walgito. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta :


Andi. 1999

Chie Nakane. Masyarakat Jepang. Jakarta : Sinar Harapan. 1981

Chie Nakane. タテ社会の人間関係. Japan : Kabushiki Gaisha Kodansha.


1967

C.S.T. Kansil, Christine, S.T..Kitab Undang-Undang ketenagakerjaan,


Undang-Undang No.25 tahun 1997 dan peraturan pelaksanaan
ketenagakerjaan. Jakarta. PT. Pradnya Paramita. 2000

Elly.M.s, Usman.K.Pengantar Sosiologi. Jakarta : Kencana Prenada


Media Group. 2010

Helmut.M, Caroline.M, O Young, Kim Kon.Etiket Sederhana di Jepang.


Cina dan Korea. Jakarta : Bumi Aksara. 1993

Herimanto, Winarto. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Bumi


Aksara. 2008.

Koentjaraningrat.Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta :


PT Gramedia Pustaka. 1974

Koentjaraningrat. Ilmu Antropologi. Jakarta :PT Gramedia Pustaka.


1990

Sukamdani S. Perkembangan Dunia Usaha, Organisasi Bisnis dan


Ekonomi di Indonesia 1850 – 2000. Jakarta : PT. Tema Baru. 2000

Sayidiman Suryohadiprojo. Manusia dan Masyarakat Jepang Dalam


Perjoangan Hidup. UI-Press :Pustaka Bradjaguna. 1982

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa


Indonesia /KBBI. Balai Pustaka. 1989

Yusuke Shindo. Mengenal Jepang. Jakarta : PT Gramedia. 2015

Universitas Darma Persada


63

Sumber internet :

https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Jepang diakses tanggal 20 Mei 2016,


pukul 22:00.

Universitas Darma Persada


xi

LAMPIRAN 1
PROSENTASI HASIL PENELITIAN ONLINE DAN MANUAL

Universitas Darma Persada


xii

Universitas Darma Persada


xiii

LAMPIRAN 2
HASIL JAWABAN ONLINE

Universitas Darma Persada


xiv

Universitas Darma Persada


xv

Universitas Darma Persada


xvi

Universitas Darma Persada


xvii

LAMPIRAN 3
CONTOH ANGKET ONLINE

Universitas Darma Persada


xviii

Universitas Darma Persada


xix

Universitas Darma Persada


xx

LAMPIRAN 4
CONTOH ANGKET MANUAL DIKIRIM MELALUI EMAIL

Universitas Darma Persada


xxi

Universitas Darma Persada


xxii

Universitas Darma Persada


xxiii

Universitas Darma Persada


xxiv

LAMPIRAN 5
CONTOH ANGKET MANUAL TULISAN TANGAN

Universitas Darma Persada


xxv

Universitas Darma Persada

Anda mungkin juga menyukai