Oleh:
dr. Siti Sarah
Pembimbing:
Prof. Dr. dr. Rajuddin, Sp.OG(K)
Anamnesis
• Keluhan Utama : Nyeri dada
• Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien laki – laki datang di antar keluaraga ke IGD
dengan keluhan nyeri dada kiri. Nyeri dada dirasakan sejak 10 jam sebelum masuk
rumah sakit. Nyeri dirasakan seperti tertimpa beban berat. Nyeri dirasakan menjalar
sampai ke rahang dan bahu sebelah kanan, keluhan disertai mual dan muntah. Nyeri
masih dirasakan saat pasien beristirahat. Nyeri hilang timbul, dan setiap nyeri
dirasakan > 20 menit. Keluhan seperti ini dirasakan ke 2 kalinya .keluhan sebelumnya
terjadi 1bulan yang lalu, dan membaik dengan instirahat. Keluhan ini juga disertai
keringat dingin. Sesak nafas disangkal. Riwayat bengkak kaki disangkal, Riwayat
mudah Lelah disangkal.
• Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat hipertensi
• Riwayat Kebiasaan: Pasien merupakan seorang perokok aktif, dan merokok
sebanyak 2 bungkus sehari, selama lebih dari 10 tahun.
• Riwayat Pemakaian Obat : amlodipine (tidak rutin mengkomsumsi)
• Riwayat Keluarga : (Alm) ayah pasien memiliki Riwayat hipertensi dan diabetes
melitus
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum : Lemah
• Kesadaran : Compos mentis
• GCS : 4-5-6
• NRS : 4/10
• TD : 180/95 mmHg
• N : 58x/menit, reguler
• RR : 20 x/menit
• T : 36,8 oC
• SpO2 : 97 % room air
• Kepala : Mata: anemis (-/-) ikterik (-/-)
• Leher : TVJ R+2 cm H2O
• Thorax : Pulmo : Vesikuler +/+ , Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Cor : S1 >S2 (+) reg, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen : Soepel, peristaltik (+) normal, Hepatomegali (-)
• Ekstremitas : Akral hangat, oedema pretibial (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
• EKG : Sinus bradikardia, QRS rate 56x/menit, Normoaxis, T inversi di II,
III, aVF disertai ST elevasi, ST elevasi di V7-V9
• Laboratorium : Troponin T : 0,85
• Foto Thoraks : Kardiomegali
Diagnosis
• Acute STEMI Inferoposterior Killip I Late Onset TIMI 2/14 GS 52
• Hipertensi stage II
Terapi
• Bed Rest
• O2 4 L/menit via nasal kanul
• Diet Jantung II 1700 kkal/hari
• Drip NTG 30 mcg/menit
• SC Enoxaparin 60 mg/12 jam
• Aspilet 1x80 mg
• Ticagleror 2x90 mg
• Atorvastatin 1x80 mg
• Bisoprolol 1x1.25 mg
• Ramipril 1x5 mg
• IV Lansoprazole 30 mg/12 jam
• Laxadyn syr 1x15 ml
Pembahasan Kasus :
Pada pemeriksaan dokter, Pasien M didiagnosis Acute STEMI Inferoposterior Killip I Late
Onset TIMI 2/14 GS 52 dan Hipertensi stage II dan harus mendapatkan obat antikoagulan
yaitu Enoxaparin. Bahan dasar pembuatan obat Enoxaparin berasal dari babi. Namun, zat
babi tidak dijadikan bahan baku utama pembuatan obat tersebut, melainkan sebagai
katalisator, yaitu zat untuk mempercepat suatu reaksi kimia. Pemberian obat dengan
kandungan babi kepada pasien yang beragama Islam harus menggunakan inform concent.
Pasien berhak tahu dan menentukan apakah pasien mau menggunakan obat tersebut. Maka
dari itu dokter harus meminta persetujuan sebelum melakukan memberikan obat tersebut
kepada pasien.
Isi Informasi :
- Dalam keadaan tidak ada pilihan lain, unsur bahan yang diharamkan dapat digunakan
termasuk kondisi darurat.
- Rumah sakit berkomitmen untuk menyediakan obat halal dan tidak mengandung
unsur – unsur yang diharamkan.
- Obat yang dimaksud adalah Injeksi Enoxaparin
Pernyataan Pemberi Informasi :
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerangkan hal – hal tersebut diatas secara benar
dan jelas dan memberikan kesempatan untuk bertanya atau berdiskusi.
4. Pengelolaan Privasi:
Dokter harus menjelaskan bagaimana informasi pemeriksaan dan hasilnya akan
dikelola dengan menjaga privasi pasien.
5. Pengungkapan Hasil:
Pasien perlu mengetahui bagaimana hasil pemeriksaan akan disampaikan kepada
mereka dan apa arti dari hasil positif, negatif, atau ambigu. Ini akan membantu pasien
memahami implikasi hasilnya.
6. Alternatif dan Pertimbangan:
Dokter harus menjelaskan alternatif lain yang mungkin ada, serta membantu pasien
memahami konsekuensi dari menerima atau menolak tindakan pengobatan.
Prinsip informed consent adalah landasan etis yang memastikan bahwa pasien terlibat
dalam pengambilan keputusan tentang perawatan dan pemeriksaan kesehatan mereka. Dalam
pemeriksaan, informasi yang akurat dan pemahaman yang jelas akan membantu pasien
merasa terhormat dan mendapatkan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
1. Pasien atau klien masih membutuhkan suatu jaminan untuk merahasiakan status
dikarenakan masih adanya stigmatisasi dan diskriminisasi pada pasien . Selain itu
formulir informed consent juga sebagai bukti untuk segera dilakukannya pemenuhan
hak untuk dilakukan perawatan, dukungan, dan pengobatan oleh sarana layanan
kesehatan .
2. Bagi konselor atau dokter, formulir informed consent sebagai bukti untuk melakukan
pemeriksaan diagnosis lanjutan. Selain itu dengan formulir informed consent akan
mempertegas kesepakatan dalam perjanjian terapeutik pemeriksaan diagnosis dengan
menjunjung tinggi prinsip konfidensialitas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Purnama SG. Modul Etika dan Hukum Kesehatan. Purnama SG, editor. Bali: Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana; 2016. 1–11 p.
3. Pedoman Etika Profesi Kesehatan. Dewan Etika Medis Nasional. 2022. [Diperoleh dari
www.dewanetikamedis.id/pedoman etika] (www.dewanetika medis.id /pedoman-etika).
5. Hall, M. A., & Bobinski, M. A. (Eds.). (2019). Health Care Law and Ethics. Wolters Kluwer.