Anda di halaman 1dari 65

PEMICU 2

BLOK ETIKA, HUKUM KEDOKTERAN


& FORENSIK
Kelompok 13
Kelompok 13
• Tutor: dr. Alex
• Ketua: Hendry Agustian (405130102)
• Sekretaris: Anastasia Wibianto (405130125)
• Penulis: Christopher Lauren (405130020)
• Anggota
• Claudia Kristanti (405130084)
• Vonny Gosali (405130086)
• Evania Rucita (405130088)
• Nicholas Hugo (405130098)
• Fenny (405130123)
• Andhita Rizky Cinanthia (405130175)
• Fransisca Nathalia C. K. (405130215)
• Rika Meliauwati (405130217)
Pasangan Malang
Sepasang suami istri mengalami kecelakaan lalu lintas. Suami mengalami trauma
kepala dan kesadarannya mulai menurun saat dibawa ke IGD RS, sedangkan istri tampak sesaj
nafas dan kesakitan di daerah dada. Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, istri
didiagnosis patah tulang iga. Doktermenyampaikan bahwa hal tersebut merupakan keadaan
gawat darurat dan harus segera dioperasi. Dokter tidak menjelaskan secara rinci tentang
prosedur yang akan dilakukan, tetapi meminta pasien untuk segera menandatangani formulir
persetujuan tindakan. Pasien kebingungan dan ingin bertanya terlebih dahulu kepada
suaminya, namun dokter memberitahukan bahwa suaminya sedang ditangani oleh dokter
lain. Sebenarnya, sang suami tidak tertolong lagi meskipun sudah dilakukan tindakan
resusitasi oleh tim medis. Dokter tidak mengatakan hal tersebut karena khawatir istri
menolak operasi. Istri akhirnya setuju dioperasi.
Beberapa jam kemudian, operasi sudah selesai dan keadaan istri mulai membaik. Ia
menyanyakan keadaan suaminya, Dokter memberitahu kan bahwa suami sudah meninggal
dunia saat di IGD. Istri tidak percaya karena terakhir kali ia melihat suaminya masih
mengerang kesakitan ketika ditangani oleh dokter. Istri marah dan menuduh dokter telah
merahasiakan keadaan suaminya. Istri tidak dapat menerima hal tersebut karena ia merasa
keadaan suaminya masih baik saat dibawa ke IGD. Ia malah menuduh dokter melakukan
malpraktik sehingga suaminya meninggal.
Unfamiliar Terms
• Malpraktik:
Kelalaian seorang dokter dalam mempergunakan tingkat ilmu
pengetahuan yang lazim untuk mengobati pasien
Rumusan Masalah
1. Apakah tindakan dokter tidak memberitahu si ibu tersebut
diperbolehkan?
2. Apakah tindakan dokter tersebut bisa disebut malpraktik?
3. Apa kesalahan yang dilakukan dokter tersebut?
4. Hukum mana yang membahas mengenai dugaan
malpraktik?
5. Apakah tindakan tidak menjelaskan secara rinci prosedur
pelaksanaan operasi tetapi meminta informed consent
diperbolehkan?
Curah Pendapat
1. Penundaan Bad News diperbolehkan dengan syarat2 tertentu sesuai
hukum yang berlaku
2. Lihat dulu dari prosedur tindakan si dokter apakah lalai atau mengikuti
aturan. Selain dokter, lihat juga tindakan tim medis (karena pertama
kali pasien ditangani oleh tim medis di IGD), cek pula disiplin dan SOP.
3. Berkaitan dengan nomor 1 mengenai penundaan Bad News yang
dilakukan si dokter
4. Pidana: Lalai (Pasal 359 KUHP  penjara kurungan 5 tahun / kurungan
1 tahun), Pasal 361, 360 KUHP. Sengaja (Pasal 531 KUHP) // Perdata:
Terbuka Kematian (Pasal 1370 KUHPer). Lalai pada kewajiban (Pasal
1366 KUHPer)
5. Harusnya si dokter menjelaskan prosedurnya terlebih dahulu, tapi
dalam keadaan gawat darurat diperbolehkan. Hal ini diatur dalam
Permenkes 250 tahun 2008 dan Pasal 45 UU no. 29 tahun 2004
Review
Komunikasi Dokter - Pasien

BBN Rahasia Informed


Kedokteran Consent

Jika tidak sesuai

Malpraktik
Learning Objective
• Komunikasi Dokter-Pasien
• Informed Consent
• Rahasia Kedokteran
• Breaking Bad News
• Malpraktik
KOMUNIKASI DOKTER-
PASIEN
Komunikasi dokter-pasien
• Sikap dokter yang baik : Comfort, Acceptance, Responsive, Empathy

• Komunikasi  verbal & non-verbal


• Non-verbal  Cara berbicara (kejelasan&artikulasi, vol, kec, nada, & bahasa yg baik)
Penampilan (busana, rambut, bersih, dan tdk berbau)
Sikap tubuh dan gerakan badan
Ekspresi muka (termasuk kontak mata)
• Verbal  Pertanyaan terbuka, Cross-check (parafrase), Bahasa yg mudah dimengerti

• Dibedakan 2 anamnesis yaitu :


1. Autoanamnesis yang berasal dari penderita sendiri
2. Alloanamnesis yang berasal dari orang lain seperti keluarga, polisi, penduduk lain.
Dikerjakan pada keadaan sebagai berikut:
• Pasien dengan penurunan atau perubahan kesadaran. Pasien bayi, anak-anak atau
orang sangat tua Untuk konfirmasi auto anamnesis
Langkah-langkah
• Greet (menyapa & membuat pasien nyaman)
• Ask (menanyakan masalah/keluhan pasien)
• Tell (menguraikan masalah pasien atau memberikan informasi sesuai dengan
kebutuhan pasien)
• Help (membantu pasien dalam pengambilan keputusan)
• Explain (menjelaskan kepada pasien bagaimana penerapan keputusan yang
telah diambilnya)
• Return (menjelaskan kunjungan ulang/rujukan)
Langkah-langkah Anamnesis
1. Sikap yang baik (kontak mata, sikap tubuh terbuka, tulus, wajah cerah &
ramah, sedikit membungkuk kedpn, tenang, salam & perkenalkan diri)
2. Identitas (nama, umur, alamat, pekerjaan, dll)
3. Keluhan utama & keluhan tambahan
4. Riwayat penyakit sekarang (onset, durasi, lokasi, frekuensi, sifat
serangan, riwayat perjalanan penyakit, kronologi, riwayat pengobatan, dll)
5. Riwayat penyakit terdahulu
6. Riwayat penyakit keluarga & lingkungan sekitar
7. Riwayat pribadi (riwayat perinatal jika bayi, imunisasi, operasi, trauma,
riw pekerjaan, riw kebiasaan, + riw mens, KB, papsmear, fluor albus,
GPA,dll)
8. Riwayat sosio-ekonomi-lingkungan
Komponen kompetensi untuk pencapaian
komunikasi efektif
• Membangun hubungan melalui komunikasi verbal dan nonverbal
• Berempati secara verbal dan nonverbal
• Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang santun dan dapat
dimengerti
• Mendengarkan dengan aktif untuk menggali permasalahan kesehatan
secara holistik dan komprehensif
• Menyampaikan informasi yang terkait kesehatan (termasuk berita buruk,
informed consent) dan melakukan konseling dengan cara yang santun,
baik dan benar
• Menunjukkan kepekaan terhadap aspek biopsikososiokultural dan
spiritual pasien dan keluarga
INFORMED CONSENT
PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN
(INFORMED CONSENT)

 UNTUK TINDAKAN MEDIS YANG INVASIF

“Informed”  memberi informasi atau TENAGA MEDIS


keterangan secara lengkap, sekurang- • Berkewajiban melakukan diagnosis,
kurangnya mencakup : diagnosis dan pengobatan, tindakan medis yang
tata cara tindakan medis, tujuan terbaik menurut jalan pikiran dan
tindakan medis yang dilakukan, pertimbangannya.
alternatif lain dan risikonya,risiko dan
• Menghormati otonomi pasien
komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang
dilakukan PASIEN
“Consent” persetujuan atau memberi • Memiliki hak untuk menentukan
izin. pengobatan atau tindakan medik apa
Informed Consent adalah suatu yg akan dilakukan [ the right to self
persetujuan tertulis yang diberikan determination ]
setelah mendapat informasi.
INFORMED CONSENT
Permenkes no 290/Menkes/PER/III/2008
Persetujuan Tindakan Kedokteran (Pasal 1,2,3)

Kepercayaan dan
Hubungan dokter- Formulir informed
kesepakatan dokter-
pasien consent
pasien
JENIS INFORMED CONSENT
Berdasarkan jenis tindakan / Tujuan dari Informed Consent
tujuannya dibagi tiga, yaitu: menurut J. Guwandi adalah :
a. Untuk penelitian (pasien • Melindungi pasien terhadap
diminta untuk menjadi subyek segala tindakan medis yang
penelitian). dilakukan tanpa sepengetahuan
b. Untuk mencari diagnosis. pasien;
c. Yang bertujuan untuk terapi. • Memberikan perlindungan
hukum kepada dokter terhadap
akibat yang tidak terduga dan
bersifat negatif, misalnya
terhadap risk of treatment yang
tak mungkin dihindarkan
walaupun dokter sudah
mengusahakan semaksimal
mungkin dan bertindak dengan
sangat hati-hati dan teliti.
Bentuk Persetujuan Tindakan Medis
• Implied Consent (dianggap • Expressed Consent
diberikan) (dinyatakan)
• Keadaan normal (Dokter • Lisan maupun tertulis
dapat menangkap
persetujuan tindakan medis
tersebut dari isyarat yang
diberikan/dilakukan pasien)
• Keadaan emergency
Sifat Pemberian Informasi
• Obyektif
• Tidak memihak
• Tanpa tekanan

Setelah mendapat informasi  pasien diberi waktu untuk


berfikir dan mempertimbangkan keputusannnya
Pemberi persetujuan
• Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maka seseorang yang
berumur 21 tahun atau lebih atau telah menikah dianggap sebagai orang
dewasa dan oleh karenanya dapat memberikan persetujuan.
• UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak maka setiap orang yang
berusia 18 tahun atau lebih dianggap sebagai orang yang sudah bukan anak-
anak. Dengan demikian mereka dapat diperlakukan sebagaimana orang
dewasa yang kompeten, dan oleh karenanya dapat memberikan persetujuan
• Ada kesangsian terhadap kesiapan mental pasien  diambil alih oleh
keluarga pasien atau atas alasan lain
• Pasien usia <21 tahun , dan pasien gangguan jiwa  yang menandatangani
adalah orangtua / wali / keluarga terdekat / induk semang
• Pasien dalam keadaan tidak sadar, atau pingsan serta tidak didampingi oleh
keluarga terdekat  secara medik dalam keadaan gawat darurat yang perlu
tindakan medik segera  tidak diperlukan persetujuan dari siapa pun
Menurut The Medical Defence Union dalam
bukunya Medicolegal Issues in Clinical
Practice:
5 syarat sah-nya Informed Consent
• Diberikan secara bebas
• Diberikan oleh orang yang sanggup membuat perjanjian
• Telah dijelaskan bentuk tindakan yang akan dilakukan sehingga
pasien dapat memahami tindakan itu perlu dilakukan
• Mengenai sesuatu hal yang khas
• Tindakan itu dilakukan pada situasi yang sama
CARA MEMBERIKAN INFORMASI
a. Informasi diberikan dalam konteks nilai, budaya dan latar belakang
mereka.
b. Dapat menggunakan alat bantu, seperti leaflet atau bentuk publikasi
lain
c. Tawarkan kepada pasien untuk membawa keluarga atau teman dalam
diskusi atau membuat rekaman dengan tape recorder
d. Memastikan bahwa informasi yang membuat pasien tertekan agar
diberikan dengan cara yang sensitif dan empati
e. Mengikutsertakan salah satu anggota tim pelayanan kesehatan dalam
diskusi
f. Menjawab semua pertanyaan pasien dengan benar dan jelas
g. Memberikan cukup waktu bagI pasien untuk memahami informasi
yang diberikan
Pelanggaran Informed Consent
• Diatur dalam pasal 19 Permenkes No. 290 Tahun 2008
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran, dinyatakan
terhadap dokter yang melakukan tindakan tanpa Informed
Consent dapat dikenakan sanksi berupa teguran lisan,
teguran tertulis sampai dengan pencabutan Surat Ijin Praktik.
Informed Consent
Kemenkes no. 290 tahun 2008
Bab 1
• Persetujuan tindakan kedokteran > persetjuan yg diberikan
oleh pasien / keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan
secara lengkap mengenai tindakan kedoteran
• Tindakan kedokteran > tindak medis berupa preventif,
diagnostik, terapeutik atau rehabilitatif
• Tindakan invasif > tindakan medis yang langsung dapat
mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien
Bab II ( Persetujuan dan Penjelasan )
Persetujuan
• Pasal 2 : semua tindakan yang akan dilakukan harus mendapat
persetujuan lisan / tertulis, pasien harus mendapat penjelasan
tentang perlu tindakan
• Pasal 3 : tindakan yang berseiko tinggi harus mendapat persetujuan
tertulis
• Pasal 4 : dalam kasus gawat darurat untuk menyelamatkan dan
mencegah kecacatan tidak eprlu peretujuan tindakan dan harus
dicatat dalamm RM, dokter wajib memberikan penjelasan segera
setalah pasien sadar / keluarga dekat
• Pasal 5 : persetujuan dapat dibatalkan pihak yang menyetujui
sebelum dimulai tindakan dalam bentuk tertulis, segala akibat dr
penolakan ditanggung yang membatalkan
• Pasal 6 : adanya persetujuan tidak menghilangkan gugatan dalam
kelalaian yang merugikan pasien
Penjelasan
• Pasal 7 : penjelasan tindakan harus diberikan diminta aau tidak yang
mencakup :
• Diagnosis & tata cara tindakan
• Tujuan
• Alternatif lainn & resikonya
• Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi ( umum, ringan, tidak
diprediksi )
• Prognosis tindakan ( ad vitam, ad functionam, ad sanationam )
• Perkiraan biaya
• Pasal 9 : penjelasan didokumentasi dalam RM + nama dokter + ttd 2 pihak
+ waktu dan tanggal
• Pasal 10 : penjelasan boleh dilegasikan pada dokter yang kompeten /
tenaga kesehatan yang merawat pasien apabila dokter yang merawat
berhalangan
• Pasal 11 & 12 : perluasan tindakan harus dijelaskan bila ada indikasi dan
setelah tindakan
Bab III ( yang berhak memberi persetujuan )
• Pasal 13: persetujuan diberikan oleh pasien yang kompeten / keluarga
terdekat

Bab IV ( ketentuan pada situasi khusus )


• Pasal 14 : tindakan penghentian / penundaan bantuan hidup harus ada
persetujuan keluarga terdekat pasien yang sudah diberikan penjelasan dari
tim dan tertulis

Bab V ( penolakan tindakan )


• Pasal 16 : tindakan boleh ditolak setelah diberikan penjelasan dalam
bentuk tertuis dengan akibat ditanggung pasien & tidak memutus
hubungan dokter pasien

Bab VI ( Tanggung Jawab )


• Pasal 17 : dokter dan sarana kesehatan memiliki tanggung jawab pada
persetujuan tindakan kedokteran
Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI Tahun 2006.
Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI Tahun 2006.
RAHASIA KEDOKTERAN
DASAR HUKUM RAHASIA KEDOKTERAN
• UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 57
(perlindungan pasien)
• UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 48
• Permenkes No. 36 Tahun 2012 tentang Rahasia Kedokteran
• Peraturan Pemerintah RI No. 10 Tahun 1966 tentang Wajib
Simpan Rahasia Kedokteran
YANG DIWAJIBKAN MENYIMPAN RAHASIA
KEDOKTERAN
PP RI No. 32 tahun 1996 pasal 2
• Tenaga medis --> dokter dan dokter gigi
• Tenaga keperawatan --> perawat dan bidan.
• Tenaga kefarmasian --> Apoteker, Analis farmasi dan As. apoteker.
• Tenaga kesehatan masyarakat --> Epidemiolog kesehatan, entomolog
kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan,
administrator kesehatan dan sanitarian.
• Tenaga gizi --> nutrizionis dan dietisien
• Tenaga keterapian fisik --> fisioterapis, okupasiterapis, dan terapis
wicara.
• Tenaga keteknisian medis --> radiografer, radioterapis, teknisi gigi,
teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik
prostetik, teknisi transfusi, dan perekam medis.
Dalam KUHP terdapat pasal-pasal yang mengatur
tentang membuka Rahasia Kedokteran.
• KUHP pasal 48
• Tidak boleh dihukum barangsiapa melakukan perbuatan
karena terdorong oleh daya paksa
• KUHP Pasal 50
• Barangsiapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan
kepentingan undang-undang, tidak dipidana
• KUHP Pasal 51
• Tidak boleh dihukum barangsiapa melakukan perbuatan
atau menjalankan perintah jabatan yang diberikan pembesar
yang berhak
PERSYARATAN PEMBUKAAN RAHASIA
KEDOKTERAN
• UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 57 ayat 2 (perlindungan pasien)
→ hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi tidak berlaku dalam hal :
• Perintah UU
• Perintah pengadilan
• Izin yang bersangkutan
• Kepentingan masyarakat, atau
• Kepentingan orang tersebut

• UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 48 ayat 2 dan


Permenkes No. 36 Tahun 2012 tentang Rahasia Kedokteran pasal 5 → dapat
dibuka hanya untuk :
• Kepentingan kesehatan pasien
• Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum
• Permintaan pasien sendiri
• Atau berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
SANKSI MEMBUKA RAHASIA KEDOKTERAN
1. Sanksi pidana
– KUHP Pasal 112
– KUHP Pasal 322
2. Sanksi perdata
– KUH Perdata Pasal 1365
– KUH Perdata Pasal 1366
– KUH Perdata Pasal 1367
3. Sanksi Administratif
– undang-undang No.6 tahun 1963 pasal 11
4. Sanksi Sosial
BREAKING BAD NEWS
Breaking bad news
• Breaking bad news adalah penyampaian berita buruk atau
tidak menyenangkan kepada pasien dimana berita itu sendiri
yang secara langsung menimbulkan efek serius bagi
seseorang.
1. Siapkan informasi, lokasi, dan waktu 4. Membagi informasi
• Persiapkan diri agar tdk tampak grogi • Hindari menggunakan istilah
dan tidak ikut larut dalam emosi pasien, kedokteran yg tidak dimengerti
namun tetap berempati. • Gunakan bahasa yg selevel dengan
bahasa yg digunakan pasien
• Penyampaian kabar buruk dilakukan di • Sampaikan informasi bertahap
tempat yang tenang • WARNING shot !
• Pendamping keluarga terdekat pasien
5. Berespon terhadap emosi pasien
2. Cari tahu apa yg pasien sudah tahu • Jangan memotong luapan emosi pasien
• Ketika gejala pertama muncul, apa yg baik itu berupa dia marah, nangis,
mungkin anda pikirkan ? mengeluh, dsb.
• Jadi, apa yg sudah anda ketahui dari • Amati selalu ekspresi dan emosi pasien
dokter sebelumnya ?
6. Negosiasikan langkah follow up yg
3. Tanyakan seberapa banyak yg pasien diperlukan pasien
ingin tahu
• Contoh : “Minggu depan, kita
- Apakah pasien ingin tahu
perkembangan penyakitnya ? konsultasi lagi ya bu”
- Apabila pasien menyatakan ingin tahu,
tanyakan sejauh mana ?
- Sejauh mana informasi yg pasien
ketahui tentang penyakitnya ?
Protokol SPIKES
• S-SETTING UP interview
dari lingkungannya, libatkan orang terdekat, duduk bersama dengan
mata sejajar, buat hubungan erat dengan pasien.
• P-Assessing the patient’s PERCEPTION
Sebelum memberitahu, tanya terlebih dahulu, “Apa yang Anda ketahui
sejauh ini tentang kondisi anda?” hal ini berguna untuk
mempersiapkan dokter akan kemungkinan respon yang diberikan
pasien nanti.
• I-Obtaining patient’s INVITATION
Sebagian besar pasien pasti ingin mendengar diagnosis serta harapan
hidupnya kelak. Ada juga sebagia kecil pasien yang justru tidak ingin
mendengar apapun tentang penyakitnya.
• K-Giving KNOWLEDGE and information to the patient
Pasien harus diberitahu diagnosis dan prognosis sejujurnya dalam
bahasa yang sederhana dan cara yang halus. Terkadang, kita perlu
juga memberikan semacam “warning shot” sebagai indikasi bahwa
akan menyampaikan berita buruk.
Jangan menggunakan “medical jargon” atau bahasa medis yang tdk
dimengerti pasien. Dan bila prognosis kurang baik, pasien harus
diyakinkan bahwa akan selalu mendapat dukungan yang sebesar-
besarnya.
• E-Adressing the patient’s EMOTIONS with emphatic responses
Amati emosi pasien dan cari tahu apa penyebab dari emosi pasien
tersebut. Beri waktu juga kepada pasien untuk mengekspresikan
perasaannya.
• S-STRATEGY and SUMMARY
Sampaikan tindakan apa yang harus dilakukan oleh pasien serta
sampaikan ringkasannya.
Summary BBN
• Akhir percakapan, review kembali keseluruhan
• Simpulkan dengan ringkas dan jelas
• Berikan pasien kesempatan bertanya atau menanggapi
• Tunjukkan bahwa dokter mendengarkan dan mengerti apa
yg disampaikan pasien
• Dokumentasikan dalam rekam medis pasien
• Evaluasi dan Monitor
MALPRAKTIK
Malpraktek
• Penegakan Hukum dan Perlindungan Hukum bagi Dokter yang diduga
melakukan Medikal Malpraktek (Dr. H. Syahrul Machmud, S.H., M.H.) (hal
23-24)
“Malpraktek adalah, setiap sikap tindak yang salah, kekurangan
keterampilan dalam ukuran tingkat yang tidak wajar. Istilah ini umumnya
dipergunakan terhadap sikap tindak dari para dokter, pengacara dan
akuntan. Kegagalan untuk memberikan pelayanan profesional dan
melakukan pada ukuran tingkat keterampilan dan kepandaian yang wajar di
dalam masyarakatnya oleh teman sejawat rata-rata dari profesi itu,
sehingga mengakibatkan luka, kehilangan atau kerugian pada penerima
pelayanan tersebut yang cenderung menaruh kepercayaan terhadap mereka
itu. Termasuk di dalamnya setiap sikap tindak profesional yang salah,
kekurangan keterampilan yang tidak wajar atau kurang kehati-hatian atau
kewajiban hukum, praktek buruk atau ilegal atau sikap immoral.”
Unsur – unsur dalam malpraktek
1. Dokter kurang menguasai ilmu pengetahuan kedokteran dan
keterampilan yang sudah berlaku umum di kalangan profesi
kedokteran
2. Dokter memberikan pelayanan medik di bawah standar (tidak
lege artis)
3. Dokter melakukan kelalaian berat atau kurang hati-hati, yang
dapat mencakup:
• Tidak melakukan sesuatu tindakan yang seharusnya dilakukan,
atau
• Melakukan sesuatu tindakan yang seharusnya tidak dilakukan
4. Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum
• UU No. 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan
Pasal 11
(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan didalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana dan Peraturan-peraturan perundang-undangan lain, maka terhadap
tenaga kesehatan dapat dilakukan tindakan-tindakan administratip dalam hal sebagai
berikut:
a. melalaikan kewajiban;
b. melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh
seorang tenaga kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya maupun
mengingat sumpah sebagai tenaga kesehatan;
c. mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan,
d. melanggar sesuatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang ini.
(2) Tindakan-tindakan yang dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) dapat diambil oleh
Pejabat Kesehatan Tertinggi di Daerah tingkat I dan/atau Menteri Kesehatan, setelah
diadakan pemeriksaan yang teliti.
KUHP
• Pasal 359
“ Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang mati, dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau hukuman kurungan selama-
lamanya satu tahun ”

• Pasal 360
(1) Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka berat dihukum
penjara selama-lamanya lima tahun atau hukuman kurungan selama-lamanya satu
tahun.
(2) Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka sedemikian rupa
sehingga orang itu menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan jabatan
atau pekerjaannya sementara, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya
sembilan bulan atau hukuman kurungan selama-lamanya enam bulan atau
hukuman denda setinggi-tingginya tiga ratus rupiah.
• Pasal 361
“ Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam menjalankan
suatu jabatan atau pencaharian, maka pidana ditambah dengan sepertiga dan yang
bersalah dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencarian dalam mana
dilakukan kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya putusannya
diumumkan. ”
Jenis – jenis Malpraktek
1. Ethical malpractice
Malpraktek etik  tenaga kesehatan melakukan tindakan yang bertentangan
dengan etika profesinya sebagai tenaga kesehatan
2. Yuridical malpractice
a. Malpraktek perdata (civil malpractice)  culpa levis
 Tidak terpenuhinya isi perjanjian (wanprestasi) didalam transaksi
terapeutik oleh tenaga kesehatan, atau terjadinya perbuatan melanggar
hukum (onrechtmatige daad), sehingga menimbulkan kerugian kepada
pasien
b. Malpraktek pidana (criminal malpractice)  culpa lata
 Pasien meninggal dunia atau mengalami cacat akibat tenaga kesehatan
kurang hati-hati atau kurang cermat
 3 bentuk : Intensional, Recklessness (tdk lege artis), Negligence
c. Malpraktek administratif (administrative malpractice)
 Pelanggaran terhadap hukum administrasi negara yang berlaku (surat
izin)
MALPRAKTEK
• “INTENTIONAL” (secara sadar)
• PROFESSIONAL MISCONDUCTS
• NEGLIGENCE
• MALFEASANCE, MISFEASANCE, NONFEASANCE
• LACK OF SKILL
• DI BAWAH STANDAR KOMPETENSI
• DI LUAR KOMPETENSI
Intentional
– Penahanan pasien
– Buka rahasia kedokteran tanpa hak
– Aborsi illegal
– Euthanasia
– Keterangan palsu
– Praktek tanpa ijin/tanpa kompetensi
– Sengaja tidak mematuhi standar
Neglicence
 Melakukan kelalaian sehingga mengakibatkan kerugian pada
pasien
 Misal
 Kesalahan pemeriksaan
 Kekeliruan dalam memberikan penilaian penyakit
 Salah menulis dosis resep
 Kesalahan tindakan  mis kesalahan operasi
Malfeasance (Pelanggaran jabatan)
 Melakukan tindakan yang melanggar hukum atau tindakan
yang tidak tepat & layak
 Misalnya
 Melakukan tindakan pengobatan tanpa indikasi yang jelas
 Mengobati pasien dengan coba-coba tanpa dasar yang jelas.
Misfeasance
 Melakukan pilihan tindakan medis yang tepat tetapi dilaksanakan
dengan tidak tepat (improper performance),
 Misalnya
 Melakukan tindakan medis dengan menyalahi prosedur
LACK OF SKILL
• Kompentensi kurang atau diluar kompetensi / kewenangan
• Sering menjadi penyebab eror
• Sering dikaitkan dengan kompetensi institusi / sarana
• Kadang dapat dibenarkan pada situasi kondisi lokal tertentu

 Melakukan tindakan diluar kemampuan atau kompetensi


seorang dokter, kecuali pada situasi kondisi sangat darurat.
 Misal
 Melakukan pembedahan yang bukan dokter bedah
 Mengobati pasien diluar spesialisasinya / keahliannya
Sengketa Medik
• Ketidak puasan pasien / keluarganya terhadap pelayanan dokter
• Penyebab umumnya
• Miskomunikasi
• Kurang Informed Consent
• Penyelesaian
• Tidak mesti diselesaikan lewat jalur hukum
• Penyelesaiannya bisa dengan perdamaian & penjelasan yang
memuaskan
Menurut Hubert W. Smith tindakan
malpraktek meliputi 4D, yaitu:
• Duty of Care (kewajiban perawatan)
• Dereliction of That Duty (penyimpangan kewajiban)
• Damage (kerugian)
• Direct Causal Relationship (harus ada kaitan kausal antara
tindakan yang dilakukan dengan kerugian yang diderita )
Duty (kewajiban)
• Dalam hubungan perjanjian dokter dengan pasien, dokter haruslah
bertindak berdasarkan:
• Adanya indikasi medis
• Bertindak secara hati-hati dan teliti
• Bekerja sesuai standar profesi
• Sudah ada informed consent.

• UU Praktek Kedokteran No. 29 tahun 2004 Bab IV tentang


Penyelenggaraan Praktik Kedokteran : bagian kesatu pasal 36,37 dan 38
bahwa seorang dokter harus memiliki surat izin praktek, dan bagian
kedua tentang pelaksanaan praktek yang diatur dalam pasal 39-43. Pada
bagian ketiga menegaskan tentang pemberian pelayanan.
Dereliction of Duty
(penyimpangan dari kewajiban)
• Apabila sudah ada kewajiban (duty), maka sang dokter atau
perawat rumah sakit harus bertindak sesuai dengan standar
profesi yang berlaku.

• Jika seorang dokter melakukan penyimpangan dari apa yang


seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan
menurut standard profesinya, maka dokter tersebut dapat
dipersalahkan.

• Bukti adanya suatu penyimpangan dapat diberikan melalui saksi


ahli, catatan-catatan pada rekam medik, kesaksian perawat dan
bukti-bukti lainnya.
Direct Causation (penyebab langsung)
• Penyebab langsung yang dimaksudkan dimana suatu
tindakan langsung yang terjadi, yang mengakibatkan
kecacatan pada pasien akibat kealpaan seorang dokter pada
diagnosis dan perawatan terhadap pasien.

• Secara hukum harus dapat dibuktikan secara medis yang


menjadi bukti penyebab langsung terjadinya malpraktik
dalam kasus manapun.
Damage (kerugian)
• Damage yang dimaksud adalah cedera atau kerugian yang
diakibatkan kepada pasien.

• Walaupun seorang dokter atau rumah sakit dituduh telah berlaku


lalai, tetapi jika tidak sampai menimbulkan luka/cedera/kerugian
(damage, injury, harm) kepada pasien, maka ia tidak dapat dituntut
ganti-kerugian.

• Istilah luka (injury) tidak saja dalam bentuk fisik, namun juga
termasuk dalam arti ini gangguan mental yang hebat (mental
anguish) serta tejadi pelanggaran terhadap hak privasi orang lain.
KRITERIA PIDANA
• Seorang dokter dapat dikenakan sanksi pidana, bilamana ia berbuat kriminal seperti:

TINDAKAN PELANGGARAN PASAL KUHP


Melakukan penipuan terhadap pasien Pasal 378 KUHP
Pembuatan surat keterangan palsu Pasal 263 dan 267 KUHP
Kesengajaan membiarkan penderita tidak tertolong Pasal 349 KUHP
Tidak memberikan pertolongan pada orang yang berada Pasal 304 KUHP
dalam bahaya
Euthanasia Pasal 344 KUHP
Melakukan pengguguran atau abortus provocatus Pasal 346-349 KUHP
Penganiayaan dan luka berat Pasal 351 KUHP & Pasal 90 KUHP
Kealpaan sehingga mengakibatkan kematian atau Pasal 359-361 KUHP
luka-luka berat pada diri orang lain
Pelanggaran wajib simpan rahasia kedokteran Pasal 322 KUHP
Penyerangan seksual Pasal 284-294 KUHP
Pelanggaran kesopanan Pasal 290 ayat 1, pasal 294 ayat 1, pasal
285 dan 286 KUHP
Memberikan atau menjual obat palsu Pasal 386 KUHP
KRITERIA PERDATA
PASAL KETERANGAN

Pasal 1365 KUHPdt Penimbul ganti rugi atas diri orang lain  pelakunya harus
membayar ganti rugi.

Pasal 1366 KUHPdt Selain penimbul / kesengajaan, juga akibat kelalaian atau
kurang berhati-hati.

Pasal 1367 KUHPdt Majikan ikut bertanggung-jawab atas perbuatan orang di


bawah pengawasannya.

Pasal 1338 KUHPdt Wanprestasi  ganti rugi.

Pasal 58 UU No. 36 Tahun 2009 Ganti rugi


Tentang Kesehatan

Pasal 66 UU No.29 Tahun 2004 Ganti rugi


Tentang Praktik Kedokteran

Doktrin perbuatan melawan hukum seperti tindakan tanpa informed consent, salah orang / salah
organ, product liability.
Kesimpulan & Saran
Kesimpulan
• Berdasarkan kasus, dokter tidak dapat dituduh malpraktik karena
menutupi informasi terhadap pasien, karena tidak ada landasan
hukum yang terkait. Untuk masalah pasien menuntut dokter dapat
diselesaikan dengan jalan damai.

Saran:
• Mengerjakan setiap tindakan medik sesuai dengan prosedur yang
ada
• Melakukan tindakan sesuai dengan hukum yang berlaku
• Bangun komunikasi dokter-pasien yang baik
• Tidak boleh wanprestasi (menjajikan sesuatu yang belum tentu
dapat terjadi)
DAFTAR PUSTAKA
• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.
• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran.
• Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI Tahun 2006.
• Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan. Edisi 4.
Jakarta: EGC; 2007.
• Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan hukum kedokteran:
pengantar bagi mahasiswa kedokteran dan hukum. Jakarta; 2005.
• Permenkes No. 36 Tahun 2012 tentang Rahasia Kedokteran.
• Peraturan Pemerintah RI No. 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan
Rahasia Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai