Anda di halaman 1dari 24

Asuhan berpusat pada

pasien
patient centered care

Kartika Sari S.Si.T.,M.Keb


•     The Institute of Medicine (IOM) mendefinisikan Patient-
Centered Care adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
menciptakan hubungan kerjasama yang baik diantara praktisi
kesehatan, pasien, dan keluarganya (jika diperlukan) untuk
menjamin bahwa keputusan yang dibuat menghormati keinginan
pasien, kebutuhan pasien, pilihan pasien, menjamin pasien
mendapatkan pengetahuan serta mendukung pasien untuk
mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam perawatan mereka
sendiri (Shaller, D, 2007).
Konsep Inti Patient Centered Care
(PCC)

Ada 4 konsep inti yang ada dalam konsep PCC (patient centered
care) dalam PFCC 2012, Benchmarking Project, Executive Summary
and Strategy Map yaitu :
1. martabat dan respek,
2.berbagi informasi,
3.partisipasi, dan
4.kolaborasi.
1.Martabat dan Respek

• Dalam aspek ini, sikap seorang tenaga kesehatan mendengarkan, peduli dan menghormati
pilihan pasien. Pengetahuan, nilai-nilai yang dianut, dan background budaya pasien ikut
berperan penting selama perawatan pasien dan mementukan outcome pelayanan
kesehatan kepada pasien.
• Kultur (kebudayaan) adalah determinan paling fundamental dari keinginan dan perilaku
seseorang. Seorang anak memperoleh serangkaian nilai, persepsi, preferensi dan perilaku
melalui keluarganya (Thamrin, 2012).
• Aspek martabat dan respek dalam konsep patient centered care adalah perilaku seorang
perawat yang mencerminkan sikap caring saat melaksanakan pelayanan kesehatan.
• Perilaku caring mengandung 3 hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu perhatian, tanggung
jawab dan dilakukan dengan ikhlas (Dwiyanto, 2007). Perilaku caring memiliki inti yang
sama yaitu sikap peduli, menghargai dan menghormati orang lain, memberi perhatian dan
mempelajari kesukaan seseorang serta cara berpikir dan bertindak.
2. Berbagi Informasi
• Komunikasi dalam menginformasikan sesuatu kepada konsumen
layaknya dilakukan dengan efektif. Tanpa komunikasi yang efektif di
berbagai pihak, pola hubungan yang kita sebut organisasi tidak akan
melayani kebutuhan seorang konsumen dengan baik (Nugroho J.
Setiadi, 2013).
• Dalam hal ini, mengkomunikasikan dan menginformasikan secara
lengkap mengenai kondisi pasien dan hal-hal yang berkaitan dengan
pasien, maupun program perawatan dan intervensi yang akan
diberikan kepada pasien. Memberikan informasi secara lengkap dan
membantu perawatan pasien, meningkatkan pengetahuan pasien dan
pembuatan keputusan (PFCC, 2012).
3.Partisipasi

• Pasien dan keluarga dilibatkan dan di-support untuk ikut serta


dalam perawatan dan pembuatan keputusan (PFCC, 2012).
Partisipasi adalah hal yang dapat mendorong peran serta pasien
dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan dengan
memperhatikan aspirasi, dan  harapan pasien. Keterlibatan atau
partisipasi adalah status motivasi yang menggerakkan serta
mengarahkan proses kognitif dan perilaku konsumen pada saat
mereka mengambil keputusan (Nugroho J. setiadi, 2013).
4.Kolaborasi

• Tenaga kesehatan mengajak pasien dan keluarga


pasien dalam membuat kebijaksanaan,
perencanaan dan pengembangan program,
implementasi dan evaluasi program yang akan
didapatkan oleh pasien (Kusumaningrum, 2009)
Pengambilan Keputusan

• Pengertian
• Proses pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan
integral dalam praktik suatu profesi dan keberadaanya sangat
penting karena akan menentukan tindakan selanjutnya.
Keterlibatan bidan dalam proses pengambilan keputusan
sangat penting karena dipengaruhi oleh – hal
Pelayanan “one to one” : Bidan dan klien yang bersifat
sangat pribadi dan bidan bisa memenuhi kebutuhan. 
Meningkatkan sensitivitas terhadap klien bidan berusaha
keras untuk memenuhi kebutuhan. 
Perawatan berfokus pada ibu (women centered care)
dan asuhan total ( total care)
• Pengambilan keputusan yang etis Ciri 2nya:
Mempunyai pertimbangan yang benar atau salaH
Sering menyangkut pilihan yang sukar
Tidak mungkin dielakkan
Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman, lingkungan social

Tips pengambilan keputusan dalam keadaan kritis :


Identifikasi dan tegaskan apa masalahnya, baik oleh sendiri atau dengan orang
lain
Tetapkan hasil apa yang diinginkan
Uji kesesuaian dari setiap solusi yang ada
Pilih solusi yang lebih baik.
Laksanakan tindakan tanpa ada keterlambatan
Informed consent

• TUJUAN : MELINDUNGI PASIEN DARI TINDAKAN MEDIS YANG TIDAK


DISETUJUI / TIDAK DIIZINKAN • MELINDUNGI DOKTER SECARA
HUKUM TERHADAP KEMUNGKINAN AKIBAT TIDAK TERDUGA DAN
BERSIFAT NEGATIF.
• INFORMASI DIBERIKAN SEBELUM TINDAKAN MEDIK HARUS DIBERIKAN
KEPADA PASIEN BAIK DIMINTA / TIDAK KECUALI INFORMASI
TERSEBUT DAPAT MERUGIKAN KEPENTINGAN PASIEN/PASIEN
MENOLAK INFORMASI DIBERIKAN KEPADA KELUARGA TERDEKAT
DENGAN DIDAMPINGI SAKSI (PERAWAT/PARAMEDIK) (PS.4
PERMENKES 585 – 1989)
• informed consent atau persetujuan Medik adalah persetujuan yang
diberikan olehpasien sesuai dengan pasal 1 (a) Permenkes RI
Nomor 585/MEN.KES/PER/X/1989 Di mana pasal 1 (a) menyatakan
bahwa persetujuan tindakan medik (informed consent) adalah
persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas
dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan
terhadap pasien tersebut. Informed consent mencakup peraturan
yang mengatur perilaku dokter dalam berinteraksi dengan pasien.
Interaksi tersebut melahirkan suatu hubungan yang disebut
hubungan dokter-pasien.
• Informed consent secara harfiah terdiri dari dua kata yaitu
informed dan consent. Informed berarti telah mendapat
penjelasan atau informasi; sedangkan consent berarti memberi
persetujuan atau mengizinkan.
• Dengan demikian informed consent berarti suatu persetujuan yang
diberikan setelah mendapat informasi atau dapat juga dikatakan
informed consent adalah pernyataan setuju dari pasien yang
diberikan dengan bebas dan rasional, sesudah mendapatkan
informasi dari dokter dan sudah dimengerti olehnya
• Informed consent ialah persetujuan bebas yang diberikan oleh pasien
terhadapsuatu tindakan medis, setelah ia memperoleh semua
informasi yang penting mengenai sifat serta konsekuensi tindakan
tersebut.
• Informed consent dibuat berdasarkan prinsip autonomi, beneficentia
dan nonmaleficentia, yang berakar pada martabat manusia dimana
otonomi dan integritas pribadi pasien dilindungi dan dihormati.
• Jika pasien tidak kompeten, maka persetujuan diberikan oleh
keluarga atau wali sah. Jika keluarga/wali hadir tetapi tidak
kompeten juga, maka tenaga medis harus memutuskan sendiri untuk
melakukan tindakanmedis tertentu sesuai keadaan pasien. Informed
consent terutama dibutuhkan dalam kasus-kasus luar biasa
(exraordinary means). Namun untuk pasien kritis atau darurat yang
harus segera diambil tindakan medis untuk menyelamatkannya, proxy
consent tidak dibutuhkan.
• Informasi/keterangan yang wajib diberikan sebelum suatu
tindakan kedokteran dilaksanakan adalah:
• 1. Diagnosa yang telah ditegakkan.
• 2. Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan.
• 3. Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut.
• 4. Resiko resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi daripada
tindakan kedokterantersebut.
• 5. Konsekwensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan
adakah alternatif cara pengobatan yang lain.
• 6. Kadangkala biaya yang menyangkut tindakan kedokteran
tersebut.
• Suatu persetujuan dianggap sah apabila:
• (1)Pasien telah diberi penjelasan/ informasi
• (2) Pasien atau yang sah mewakilinya dalam keadaan
cakap (kompeten)untuk memberikan
keputusan/persetujuan
• (3) Persetujuan harus diberikan secara sukarela.
Yang berhak memberikan persetujuan :
Pasien yang bersangkutan: dewasa usia > 21 tahun/ menikah, sehat mental.
Keluarga pasien bila usia pasien < 21 tahun, gangguan jiwa.

•• Tanpa persetujuan  gawat darurat, pasien tidak sadar, keluarga tidak ada.

•Saksi • Pihak keluarga • Pihak rumah sakit

•Situasi Khusus
Gawat darurat
Pembiusan
Hospital by Law
Operasi tambahan
 tergantung situasi kondisi.
CONTOH KASUS
• Permasalahan mengenai persetujuan tindakan kedokteran atau informed consent
yang terjadi di Indonesia diantaranya yaitu kasus Nina Dwi Jayanti yang merupakan
pasien Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta yang telah dioperasi tanpa
persetujuan dari keluarga. Awalnya, gadis berusia 22 tahun ini mengeluh tidak bisa
buang air besar, lalu datang ke rumah sakit pada 15 febuari 2009. Kemudian, dokter
memberikan obat untuk melancarkan buang air besar. Namun, obat tidak berfungsi.
Dokter kemudian memperkirakan keluhan Nina tersebut merupakan usus buntu.
Operasi pun dilakukan oleh dokter tanpa meminta persetujuan keluarga sesuai
dengan prosedur dalam melakukan tindakan operasi. Setelah dioperasi, ternyata
dugaan dokter tersebut salah. Nina tidak menderita usus buntu. Dokter lalu
membuat keputusan berdasarkan diagnosa, bahwa Nina menderita kebocoran
kandung kemih. Kemudian dokter melakukan tindakan operasi kembali, tanpa
meminta persetujuan keluarga seperti sebelumnya. Terlihat bekas operasi Nina
terdapat sekitar 10 jahitan di perut Nina. Keluarga hanya bisa pasrah dan meminta
pertanggungjawaban dari pihak rumah sakit. Ayah Nina yang bekerja di rumah sakit
tersebut akan mengadukan kasus ini ke Menteri Kesehatan dan siap kehilangan
pekerjaannya. Akhirnya, pengadilan memutuskan pihak rumah Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo membayar ganti rugi sebesar satu milyar rupiah.
Informed Choice

• Informed Choice berarti membuat pilihan setelah mendapatkan


penjelasan tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya, pilihan
(choice) harus dibedakan dari persetujuan (concent). Persetujuan
penting dari sudut pandang bidan, karena itu berkaitan dengan
aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur
yang dilakukan oleh bidan. Sedangkan pilihan (choice) lebih
penting dari sudut pandang wanita (pasien) sebagai konsumen
penerima jasa asuhan kebidanan.
Tujuan Informed Choice

• Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya.


Peran bidan tidak hanya membuat asuhan dalam manajemen
asuhan kebidanan tetapi juga menjamin bahwa hak wanita untuk
memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi. Hal ini sejalan
dengan kode etik internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM
1993, bahwa bidan harus menghormati hak wanita setelah
mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima
tanggung jawab untuk hasil dari pilihannya.
Rekomendasi

Bidan harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam


berbagai aspek agar dapat membuat keputusan klinis dan secara teoritis agar
dapat memberikan pelayanan yang aman dan dapat memuaskan kliennya.
Bidan wajib memberikan informasi secara rinci dan jujur dalam bentuk yang
dapat dimengerti oleh wanita dengan menggunakan media laternatif dan
penerjemah, kalau perlu dalam bentuk tatap muka secara langsung.
Bidan dan petugas kesehatan lainnya perlu belajar untuk membantu wanita
melatih diri dalam menggunakan haknya dan menerima tanggung jawab untuk
keputusan yang mereka ambil sendiri.
Dengan berfokus pada asuhan yang berpusat pada wanita dan berdasarkan
fakta, diharapkan bahwa konflik dapat ditekan serendah mungkin.
Tidak perlu takut akan konflik tapi menganggapnya sebagai suatu kesempatan
untuk saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang objektif, bermitra
dengan wanita dari sistem asuhan dan suatu tekanan positif.
Bentuk Pilihan (Choice) Pada Asuhan
Kebidanan
Ada beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih oleh pasien antara lain :
  Gaya, bentuk pemeriksaan antenatal dan pemeriksaan laboratorium/screaning
antenatal.
  Tempat bersalin (rumah, polindes, RB, RSB, atau RS) dan kelas perawatan di RS.
  Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan.
  Pendampingan waktu bersalin.
  Clisma dan cukur daerah pubis.
  Metode monitor denyut jantung janin.
  Percepatan persalinan.
  Diet selama proses persalinan.
  Mobilisasi selama proses persalinan..
  Pemakaian obat pengurang rasa sakit.
  Pemecahan ketuban secara rutin.
  Posisi ketika bersalin.
  Episiotomi.
  Penolong persalinan.
  Keterlibatan suami waktu bersalin, misalnya
pemotongan tali pusat.
  Cara memberikan minuman bayi.
  Metode pengontrolan kesuburan.
Perbedaan Pilihan (Choice) Dengan
Persetujuan (Consent)

  Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan, karena
berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua
prosedur yang akan dilakukan bidan.
  Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima
jasa asuhan kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah
yang sesungguhnya dan merupakan aspek otonomi pribadi menentukan
pilihannya sendiri.
  Choice berarti ada alternatif lain, ada lebih dari satu pilihan dan klien
mengerti perbedaannya sehinggga dia dapat menentukan mana yang
disukai atau sesuai dengan kebutuhannya.

Anda mungkin juga menyukai