Anda di halaman 1dari 22

ETIKA DALAM PERAWATAN PALIATIF

Daud Yusuf Rumbrawer. S.ST.,M.Kes


ETIK DALAM PERAWATAN PALIATIF

Etik adalah Kesepakatan tentang praktik moral, keyakinan,

sistem nilai, standar perilaku individu dan atau kelompok

tentang penilaian terhadap apa yang benar dan apa yang salah,

mana yang baik dan mana yang buruk, apa yang merupakan

kejahatan, apa yang dikehendaki dan apa yang ditolak.

Etika Keperawatan adalah Kesepakatan/peraturan tentang

penerapan nilai moral dan keputusan-keputusan yang ditetapkan

untuk profesi keperawatan. (Wikipedia,2008).


DASAR HUKUM KEPERAWATAN PALIATIF
Persetujuan tindakan medis/infomed consent
untuk pasien paliatif Pasien harus memahami
1. Aspek pengertian, tujuan dan pelaksanaan perawatan
Medikolegal paliatif.
dalam Resusitasi/Tidak resisutasi pada pasien paliatif
perawatan Keputusan dilakukan atau tidak dilakukan
paliatif tindakan resusitasi dapat dibuat oleh perawat
(Kep. Menkes yang kompeten atau oleh Tim perawatan
NOMOR : paliatif.
812/Menkes/SK Perawatan pasien paliatif di ICU. Pada
/VII/2007) dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU
mengikuti ketentuan umum yang berlaku.
Masalah medikolegal lainnya pada perawatan
pasien paliatif. Tindakan yang bersifat
kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis,
Euthanasia adalah dengan sengaja tidak
melakukan sesuatu untuk memperpanjang
2. Medikolegal Euthanasia hidup seseorang pasien atau sengaja
melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup
atau mengakhiri hidup seorang pasien,
MEDIKOLEGAL…???

Medikolegal adalah suatu ilmu terapan yang melibatkan


dua aspek ilmu yaitu medico yang berarti ilmu kedokteran
dan - legal yang berarti ilmu hukum.

Medikolegal berpusat pada standar pelayanan medis dan


standar pelayanan operasional dalam bidang kedokteran
dan hukum – hukum yang berlaku pada umumnya dan
hukum – hukum yang bersifat khusus seperti kedokteran
dan kesehatan pada khususnya.
KAJIAN ETIK TENTANG PERAWATAN PALATIF
1. Sikap peduli terhadap pasien
2. Menganggap pasien sebagai seorang individu
3. Pertimbangan kebudayaan
4. Persetujuan
5. Memilih tempat dilakukannya perawatan
Prinsip dasar
perawatan 6. Komunikasi
paliatif : 7. Aspek klinis : perawatan yang sesuai
(Rasjidi,2010) 8. Perawatan komprehensif dan terkoordinasi
9. Kualitas perawatan yang sebaik mungkin
10. Perawatan yang berkelanjutan.

11. Mencegah terjadinya kegawatan

12. Bantuan kepada sang perawat


NEXT 13. Pemeriksaan ulang
1. Sikap Peduli Terhadap Pasien

Termasuk sensifitas dan empati. Perlu dipertimbangkan


segala aspek dari penderitaan pasien, bukan hanya masalah
kesehatan. Pendekatan yang dilakukan tidak boleh bersifat
menghakimi. Faktor karakteristik, kepandaian, suku, agama,
atau faktor induvidal lainnya tidak boleh mempengaruhi
perawatan.

2. Menganggap pasien sebagai seorang individu

Setiap pasien adalah unik. Meskipun memiliki penyakit


ataupun gejala-gejala yang sama, namun tidak ada satu
pasienpun yang sama persis dengan pasien lainnya.
Keunikan inilah yang harus dipertimbangkan dalam
merencanakan perawatan paliatif untuk tiap individu.

NEXT
3. Pertimbangan kebudayaan
Faktor etnis, ras, agama, dan faktor budaya lainnya bisa
jadi mempengaruhi penderitaan pasien. Perbedaan ini
harus diperhatikan dalam perencanaan perawatan.

4. Persetujuan

Mutlak diperlukan sebelum perawatan dimulai atau diakhiri.


Pasien yang telah diberi informasi dan setuju dengan
perawatan yang akan diberikan akan lebih patuh mengikuti
segala usaha perawatan.

5. Memilih tempat dilakukannya perawatan

Untuk menentukan tempat perawatan, baik pasien dan


keluarganya harus ikut serta dalam diskusi ini. Pasien
dengan penyakit terminal sebisa mungkin diberi perawatan
di rumah. NEXT
6. Komunikasi
Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien maupun
dengan keluarga adalah hal yang sangat penting dan
mendasar dalam pelaksanaan perawatan paliatif.
7. Aspek klinis : perawatan yang sesuai
Semua perawatan paliatif harus sesuai dengan stadium dan
prognosis dari penyakit yang diderita pasien. Hal ini penting
karena pemberian parawatan yang tidak sesuai, baik itu
lebih maupun kurang, hanya akan menambah penderitaan
pasien.
8. Perawatan komprehensif dan terkoordinasi
Dari berbagai bidang profesi perawatan palitif memberikan
perawatan yang bersifat holistik dan intergratif sehingga
dibutuhkan sebuah tim yang mencakup keseluruhan aspek
hidup pasien serta koordinasi yang baik dari masing masing
anggota tim tersebut untuk memberikan hasil yang
maksimal kepada pasien dan keluarga. NEXT
9. Kualitas perawatan yang sebaik mungkin

Perawatan medis secara konsisten, terkoordinasi dan


berkelanjutan. Perawatan medis yang konsisten akan
mengurangi kemungkinan terjadinya perubahan kondisi
yang tidak terduga, dimana hal ini akan sangat mengganggu
baik pasien maupun keluarga.
10. Perawatan yang berkelanjutan.
Pemberian perawatan simtomatis dan suportif dari awal
hingga akhir merupakan dasar tujuan dari parawatan
paliatif. Masalah yang sering terjadi adalah pasien
dipindahkan dari satu tempat ketempat lain sehingga sulit
untuk mempertahankan komunitas perawatan .
11. Mencegah terjadinya kegawatan
Perawatan paliatif yang baik mencakup perencanaan teliti
untuk mencegah terjadinya kegawatan fisik dan emosional
yang mungkin terjadi dalam perjalanan penyakit. NEXT
12. Bantuan kepada sang perawat

Keluarga pasien dengan penyakit lanjut sering kali rentan


terhadap stress fisik dan emosianal terutama apabila
pasien dirawat di rumah sehingga perlu diberikan
perhatian khusus kepada mereka, mengingat keberhasilan
dari perawatan paliatif tergantung dari pemberi perawatan.

13. Pemeriksaan ulang

Perlu dilakukan pemeriksaan mengenai kondisi pasien


secara terus menerus mengingat pasien dengan penyakit
lanjut karena kondisinya akan cenderung dari waktu ke
waktu.
1. Autonomy (otonomi )

2. Non maleficienci (tidak merugikan )

3. Veracity ( kejujuran )

Prinsip – Prisip
4. Beneficienec ( berbuat baik )
Etik
5. Justice ( keadilan )

6. Kerahasiaaan ( Confidentiality )

7. Akuntabilitas (accountability )

NEXT
1. Autonomy (otonomi )

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu


mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri.
prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang
atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan
bertindak secara rasional.

2. Non maleficienci (tidak merugikan )

Prinsip ini berati tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan


psikologis pada klien. Prinsip tidak merugikan, bahwa kita
berkewajiban jika melakukan suatu tindakan agar jangan
sampai merugikan orang lain.

NEXT
3. Veracity ( kejujuran )

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini


diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk
menyakinkan bahwa pasien sangat mengerti.

4. Beneficienec ( berbuat baik )

berarti, hanya melakukan sesuatu yang yang baik. Kebaikan


memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan
kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang dalam situsi
pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini
dengan otonomi.

NEXT
5. Justice ( keadilan )

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan


adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip–prinsip
moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam
praktek profesional ketika tim perawatan paliatif bekerja
untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan.

6. Kerahasiaaan ( Confidentiality )

Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa


informasi tentang pasien harus dijaga privasinya. Apa yang
terdapat dalam dokumen catatan kesehatan pasien hanya
boleh dibaca dalam rangka pengobatan pasien. Tak ada
satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali diijinkan oleh pasien dengan bukti pesetujuannya.
NEXT
7. Akuntabilitas (accountability )

Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti


bahwa tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat
digunakan untuk menilai orang lain. Akuntabilitas
merupakan standar yang pasti yang mana tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau
tanpa terkecuali.
HAK PASIEN
PMK RI NO. 4 TAHUN 2018
TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN

1. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban Pasien


2. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi;
3. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional;
4. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga Pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi;
5. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan;
6. Memilih
dokter, dokter gigi, dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
7. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada
dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di
dalam  maupun di luar Rumah Sakit
8. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data medisnya;
9. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko
dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
10. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh Tenaga Kesehatan
11. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
12. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit;
DILEMA ETIK
Kasus ini termasuk dalam isu etik Eutanasia. Eutanasia
berasal dari bahasa Yunani yaitu eun dan thansia yang
berarti “ mati yang tenang ” (said, 1989).
Oleh karena itu eutanasia sering disebut juga dengan mercy
killing, a good death atau enjoy death (mati dengan
tenang).
Bisa di artikan juga bahwa eutanasia merupakan sesuatu
tindakan yang mengakhiri kehidupan seseorang yang masih
hidup ataupun dalam keadaan sakit dan disuntik mati.
EUTHANASIA

 Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau


mencabut segala tindakan atau pengobatan yang perlu untuk
mempertahankan hidup manusia, sehingga pasien diperkirakan
akan meninggal setelah tindakan pertolongan dihentikan.
 Eutanasia yang terjadi pada kasus diatas, ditinjau dari
permintaan atau pemberian izin, termasuk ke dalam Euthanasia
involunter. Euthanasia involunter adalah jenis euthanasia
yang dilakukan pada pasien dalam keadaan tidak sadar
yang tidak mungkin untuk menyampaikan keinginannya.
PERAN PERAWAT DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1. Memberikan pengertian kepada keluarga klien bahwa


permintaannya (Euthanasia) adalah perbuatan yang melanggar
hukum dan dinegara Indonesia melarang tindakan tersebut.

2. Perawat harus memberikan semangat kepada klien agar tetap


tabah menjalani penyakitnya walau hasil akhirnya nanti ia
tetap meninggal dunia.

3. Tetap melaksanakan pengobatan atau terapi sebagaimana


mestinya tanpa mempercepat kematian klien dengan berbagai
alasan karena akan melanggar hukum.
HUKUM EUTHANASIA DI INDONESIA

Di Indonesia, euthanasia masih tergolong ilegal. Larangan tersebut


secara tidak langsung disebutkan dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) pasal 344 yang berbunyi, “Barang siapa
menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri,
yang disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh, dihukum
penjara selama-lamanya dua belas tahun.”

Adapun euthanasia jika ditinjau dari UUD 1945, maka hal ini sangat
berkaitan erat dengan hak untuk hidup yang diatur dalam Pasal 28A,
bahwa setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya. Berdasarkan hal tersebut
maka kematian yang dilakukan secara sengaja dalam bentuk
euthanasia dapat dinilai bertentangan dengan Pasal 28A. Oleh karena
itu tindakan euthanasia dapat dinilai sebagai pelanggaran terhadap
hak asasi manusia dan terdapat ancaman pidananya.
SEKIAN...

Anda mungkin juga menyukai