11
RESPON SAKIT ATAU NYERI PASIEN
Respon adalah Setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan
(respon) terhadap rangsangan atau stimulus (Sarlito, 1995). Menurut Gulo (1996),
respon adalah suatu reaksi atau jawaban yang bergantung pada stimulus atau merupakan
hasil stimulus tersebut. Respon berasal dari kata “response” yang berarti jawaban, balasan
atau tanggapan. Jadi, respons adalah setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan
tanggapan/balasan (respons) terhadap rangsangan/stimulus (Sarlito, 1995). Menurut
Steven M. Caffe, respons dibagi menjadi (3) bagian yaitu :
1. Kognitif à dalah berkaitan dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang
terhadap sesuatu. Respons ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang
dipahami atau dipersepsi oleh banyak orang.
2. Afektif à dalah berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap
sesuatu. Respons ini timbul ketika ada perubahan yang disenangi oleh banyak orang.
3. Konatif à dalah berhubungan dengan prilaku nyata yang meliputi tindakan atau
perbuatan, oleh karena itu proses perubahan sikap tersebut tergantung pada
keselarasan.
Jadi Respon Sakit merupakan suatu tanggapan atau reaksi dari tubuh terhadap
rangsangan atau stimulus dari microorganisme asing atau penyakit.
Menurut Sri Kusmiyati dan Desmaniarti (1990), terdapat 7 perilaku orang sakit yang dapat
diamati, yaitu:
B. DEFINISI SAKIT
Sakit adalah sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang
sehingga seseorang menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari baik itu dalam
aktivitas jasmani, rohani dan sosial. (Menurut Perkins. 1982). Sakit sebagai suatu keadaan
dari badan atau sebagian dari organ badan dimana fungsinya terganggu atau menyimpang.
(Menurut Oxford English Dictionary).
Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, atau
seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses penyakit.
Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit. Sebagai contoh klien dengan Leukemia
yang sedang menjalani pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti biasanya,
sedangkan klien lain dengan kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri untuk
menjalanaio operasi mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain, selain dimensi
fisik.
Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang
memantau tubuhnya; mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami;
melakukan upaya penyembuhan; dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.
Respon Alergi
Definisi Respon alergi (allergic response) adalah situasi di mana tubuh
membentuk antibodi terhadap obat, makanan atau alergen tertentu, menyebabkan
reaksi fisik yang mungkin parah atau tidak parah.
Respon Kekebalan
Definisi Respon kekebalan adalah aktivitas sistem kekebalan tubuh untuk melawan
penyusup luar (misalnya, bakteri, virus), sel-sel kanker, atau jaringan tubuh sendiri
(respon autoimun). Respon kekebalan dapat dilakukan melalui sel-sel atau antibodi.
Respon Stress
Respons stres adalah alamiah, protektif, dan adaktif.
Respon Nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan respon fisioligis dan perilaku yang terjadi
setelah mempersepsikan nyeri.
Ketika mengalami rasa sakit, tubuh akan merespon dengan refleks yang cepat. Sistem saraf
dalam tubuh memang bisa merespon rasa sakit dengan kecepatan yang tinggi. Reaksi cepat ini
tentunya penting bagi manusia, untuk mencegah luka yang lebih parah. Namun tahukah Anda
bahwa dalam kecepatan refleks tersebut, tubuh manusia sebenarnya melakukan proses yang
sangat rumit dan hebat. Inilah proses yang terjadi dalam tubuh ketika merespon rasa sakit.
D. DEFINISI NYERI
Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang
mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut (Hidayat,
2012). Secara umum,nyeri dapat didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman,baik ringan
maupun berat (Priharjo,1992 dalam Hidayat 2012).
Berikut adalah pendapat beberapa ahli rnengenai pengertian nyeri:
1. Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang memengaruhi
seseorang yang keberadaanya diketahui hanya jika orang tersebut pernah
mengalaminya.
2. Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan
menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.
3. Artur C Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme bagi
tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak, dan menyebabkan individu tersebut
bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.
4. Scrumum mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat
terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti
oleh reaksi fisik, fisiologis maupun emosional.
E. ETIOLOGI
Trauma ini juga terbagi menjadi beberapa macam, penyebab trauma ini terbagi
menjadi :
a) Mekanik
Rasa nyeri yang di akibatkan oleh mekanik ini timbul akibat ujung-ujung saraf bebas
mengalami kerusakan. contoh dari nyeri akibat trauma mekanik ini adalah akibat
adanya benturan,gesekan, luka dan lain-lain.
b) Termis.
Nyeri karena hal ini timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat
panas.dingin,missal karena api dan air.
c) Khemis.
Nyeri yang di timbulkan karena adanya kontak dengan zat kimia yang bersifat asam
ataupun basa kuat.
d) Elektrik.
Nyeri yang di timbulkan karena adanya pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai
reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
F. FISIOLOGI NYERI
Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor
nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi
tersebut dapat berupa kimiawi, termal, listrik, atau mekanis. Stimulasi oleh zat
kimiawi diantaranya seperti histamine, bradikmin, prostaglandin, dan macam-macam
asam seperti adanya asam lambung yang meningkat pada gastritis atau stimulasi yang
dilepaskan apabila terdapat kerusakan pada jaringan. (Hidayat, 2012), Selanjutnya,
stimulus yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan berupa impuls-impuls nyeri
ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut, yaitu serabut A (delta) yang
bermielin rapat dan serabut ramban (serabut C). Impuls-impuls yang ditransmisikan
oleh serabut delta A, mempunyai sifat inhibitor yang ditransmisikan ke serabut C.
(Hidayat, 2012).
G. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri akut
a) Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
b) Menunjukan kerusakan
c) Posisi untuk mengurangi nyeri
d) Muka dengan ekspresi nyeri
e) Gangguan tidur
f) Respon otonom (penurunann tekanan darah,suhu,nadi)
g) Tingka laku ekspresif (gelisah,merintih,nafas panjang,mengeluh)
2. Nyeri Kronis
a) Perubahan berat badan
b) Melaporkan secara verbal dan non verbal
c) Menunjukan gerakan melindungi,gelisah,depresi,focus pada diri sendiri
d) Kelelahan
e) Perubahan pola tidur
f) Takut cedera
g) Interaksi dengan orang lain menurun.
H. Komplikasi
a) Nyeri jangka panjang dapat menyebabkan beberapa komplikasi antara lain:
1. Nyeri kronis
2. Kegelisaan
3. Depresi
4. Menghindari sesuatu hal /kegiatan yang menyebabkan rasa sakit
5. Trauma terkait dengan penyebab rasa sakit
6. Ketergantungan pada obat penghilang rasa sakit
7. Kesulitan mencari pekerjaan
8. Stres dengan keuangan karena tidak bekerja atau tagihan medis yang belum
dibayar
9. Kurang tidur
10. Konsentrasi yang buruk memori jangka pendek
11. Masalah kesehatan yang berhubungan dengan stress seperti sakit kepala,
gangguan pencernaan,diare,tekanan darah meningkat.
12. Orang-orang mengabaikan atau tidak percaya bahwa anda sedang sakit
13. Menurunya partisipasi dalam keluarga karena sakit atau karena akan
menyebabkan rasa sakit.
14. Tidak mampu untuk membantu dan orang lain tidak memahami.
15. Kurangya jadwal teratur harian & merasa tanpa tujuan.
16. Perasaan kehilangan dalam hidup,tidak memiliki arah.
2. Nyeri Akut
a. Ganguan pola istirahat tidur
b. Syok neurogenic
1. Faktor internal :
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi rasa nyeri adalah sebagai berikut:
a. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji
respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika
sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi.
b. Jenis kelamin
Gill (2000) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan
dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas
kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).
c. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat
dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi
dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided
imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
d. Anxietas (Kecemasan)
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan
seseorang cemas.
e. Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri
yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah
tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa
lalu dalam mengatasi nyeri.
f. Pengetahuan Nyeri
Dirasakan dan disadari otak, tetapi berlum tentu penderita akan tergangggu
misalnya karrna ia punya pengetahuan tentang nyeri sehingga ia menerimanya
secara wajar.
g. Kelelahan
Kelelahan dapat meningkatkan nyeri karena banyak orang merasa lebih
nyaman waktu istirahat.
2. Faktor eksternal :
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi rasa nyeri dan respon terhadap
nyeri adalah sebagai berikut:
a. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya
pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri
b. Support keluarga dan social
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga
atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan.
c. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap
nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah
akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak
mengeluh jika ada nyeri.
d. Lingkungan
Nyeri dapat diperberat dengan adanya rangsanggan dari lingkungan seperti
kebisingan, cahaya yang sangat terang.
e. Pengobatan
Pengobatan analgesik yang diberikan sesuai dosis yang mermakai akan
mempercepat penurunan nyeri
S. EFEK RELAKSASI
Teknik relaksasi yang baik dan benar akan memberi efek yang berharga bagi tubuh, efek
tersebut sebagai berikut :
1. Penurunan nadi, tekanan darah dan pernafasan
2. Penurunan konsumsi oksigen
3. Penurunan ketegangan otot
4. Penurunan kecepatan metabolism
5. Peningkatan kesadaran global
6. Kurang perhatian terhadap stimulasi lingkungan
7. Tidak ada perubahan posisi yang volunteer
8. Perasaan damai dan sejahtera
9. Periode kewaspadaan yang santai, terjaga dan dalam (Sulistyo, 2013).
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan :
secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang :
Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat :
secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih
respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan
distraksi.
10 : Nyeri sangat berat :
Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul ( Smeltzer, S.C bare
B.G, 2002) .
Karakteristik paling subyektif pada nyeri adlah tingkat keparahan atau intensitas nyeri
tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang
atau parah. Namun, makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke
waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan. Skala deskritif merupakan alat
pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih obyektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal
Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata
pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini
diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat
menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri trbaru
yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling
menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini
memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri. Skala penilaian
numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi
kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif
digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila
digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm (Potter, 2005
Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS adalah suatu
garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada
setiap ujungnya.
Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri.
VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat
mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu
angka (Potter, 2005).
Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak
mengkomsumsi banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien dapat membaca dan
memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala deskritif bermanfaat bukan
saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga, mengevaluasi perubahan
kondisi klien. Perawat dapat menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih
memburuk atau menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan (Potter,
2005).
DAFTAR PUSTAKA