Anda di halaman 1dari 22

KONSEP TEORITIS ANTROPOLOGI KESEHATAN DALAM

PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN YANG PEKA


BUDAYA KEPADA PASIEN

RESPON SAKIT ATAU NYERI

Daud Yusuf Rumbrawer, S.ST., M.Kes


A.DEFINISI RESPON

Sarlito, (1995). Respon adalah Setiap tingkah laku


pada hakekatnya merupakan tanggapan/balasan
(respon) terhadap rangsangan atau stimulus.
Gulo (1996), Respon adalah suatu reaksi atau jawaban
yang bergantung pada stimulus atau merupakan hasil
stimulus tersebut. Respon berasal dari kata “response”
yang berarti jawaban, balasan atau tanggapan.
B. DEFINISI SAKIT

Sakit adalah sebagai suatu keadaan yang tidak


menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga
seseorang menimbulkan gangguan aktivitas sehari-
hari baik itu dalam aktivitas jasmani, rohani dan
sosial. (Perkins, 1982).

Sakit sebagai suatu keadaan dari badan atau sebagian


dari organ badan dimana fungsinya terganggu atau
menyimpang. (Oxford English Dictionary).
C. MACAM-MACAM RESPON SAKIT

Respon Alergi
 Definisi Respon alergi (allergic response) adalah situasi di mana tubuh
membentuk antibodi terhadap obat, makanan atau alergen tertentu, menyebabkan
reaksi fisik yang mungkin parah atau tidak parah.
Respon Kekebalan
 Definisi Respon kekebalan adalah aktivitas sistem kekebalan tubuh untuk
melawan penyusup luar (misalnya, bakteri, virus), sel-sel kanker, atau jaringan tubuh
sendiri (respon autoimun). Respon kekebalan dapat dilakukan melalui sel-sel
atau antibodi.
Respon Stress
 Respons stres adalah alamiah, protektif, dan adaptif.

Respon Nyeri
 Reaksi terhadap nyeri merupakan respon fisioligis dan perilaku yang terjadi
setelah mempersepsikan nyeri.
D. DEFINISI NYERI

1. PENGERTIAN NYERI

Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman


yang sangat subjektif dan hanya orang yang
mengalaminya yang dapat menjelaskan dan
mengevaluasi perasaan tersebut (Hidayat,
2012).
Berikut adalah pendapat beberapa ahli rnengenai
pengertian nyeri:
Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu
keadaan yang mempengaruhi seseorang yang keberadaanya
diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.

Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri merupakan


suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau
perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.

Artur C Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan


suatu mekanisme bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang
dirusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk
menghilangkan rangsangan nyeri.
E. ETIOLOGI
Trauma ini juga terbagi menjadi beberapa macam, yaitu :

 Mekanik
Rasa nyeri yang di akibatkan oleh mekanik ini timbul akibat ujung-ujung
saraf bebas mengalami kerusakan. contoh dari nyeri akibat trauma
mekanik ini adalah akibat adanya benturan,gesekan, luka dan lain-lain.
 Termis.
Nyeri karena hal ini timbul karena ujung saraf reseptor mendapat
rangsangan akibat panas, dingin, misalnya karena api dan air.
 Khemis.
Nyeri yang di timbulkan karena adanya kontak dengan zat kimia yang
bersifat asam ataupun basa kuat.
 Elektrik.
Nyeri yang di timbulkan karena adanya pengaruh aliran listrik yang kuat
mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka
bakar.
F. FISIOLOGI NYERI

Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya


stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa
kimiawi, termal, listrik, atau mekanis. Stimulasi oleh zat
kimiawi diantaranya seperti histamine, bradikmin,
prostaglandin, dan macam-macam asam seperti adanya asam
lambung yang meningkat pada gastritis atau stimulasi yang
dilepaskan apabila terdapat kerusakan pada jaringan.
Selanjutnya, stimulus yang diterima oleh reseptor tersebut
ditransmisikan berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang
belakang oleh dua jenis serabut, yaitu serabut A (delta) yang
bermielin rapat dan serabut ramban (serabut C). Impuls-impuls
yang ditransmisikan oleh serabut delta A, mempunyai sifat
inhibitor yang ditransmisikan ke serabut C.
G. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri akut
a) Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
b) Menunjukan kerusakan
c) Posisi untuk mengurangi nyeri
d) Muka dengan ekspresi nyeri
e) Gangguan tidur
f) Respon otonom (penurunann tekanan darah,suhu,nadi)
g) Tingka laku ekspresif (gelisah,merintih,nafas panjang,mengeluh)
1. Nyeri Kronis
a) Perubahan berat badan
b) Melaporkan secara verbal dan non verbal
c) Menunjukan gerakan melindungi,gelisah,depresi,focus pada diri sendiri
d) Kelelahan
e) Perubahan pola tidur
f) Takut cedera
g) Interaksi dengan orang lain menurun.
H. KOMPLIKASI
a) Nyeri jangka panjang dapat menyebabkan beberapa komplikasi antara lain:
1. Nyeri kronis
2. Kegelisaan
3. Depresi
4. Menghindari sesuatu hal /kegiatan yang menyebabkan rasa sakit
5. Trauma terkait dengan penyebab rasa sakit
6. Ketergantungan pada obat penghilang rasa sakit
7. Kesulitan mencari pekerjaan
8. Stres dengan keuangan karena tidak bekerja atau tagihan medis yang belum
dibayar
9. Kurang tidur
10. Konsentrasi yang buruk memori jangka pendek
11. Masalah kesehatan yang berhubungan dengan stress seperti sakit
kepala, gangguan pencernaan,diare,tekanan darah meningkat.
12. Orang-orang mengabaikan atau tidak percaya bahwa anda sedang sakit
13. Menurunya partisipasi dalam keluarga karena sakit atau karena akan
menyebabkan rasa sakit.
14. Tidak mampu untuk membantu dan orang lain tidak memahami.
15. Kurangya jadwal teratur harian & merasa tanpa tujuan.
16. Perasaan kehilangan dalam hidup,tidak memiliki arah.
I. JENIS DAN BENTUK RESPON NYERI
1. Jenis Respon Nyeri
Ada tiga klasifikasi nyeri :
1.) Nyeri perifer.
Nyeri ini ada tiga macam:
a. Nyeri superfisial,yakni rasa nyeri yang muncul akibat rangsangan pada
kulit dan mukosa;
b. Nyeri visceral, yaitu rasa nyeri yang muncul akibat stimulasi pada
reseptor nyeri di rongga abdomen, cranium, dan toraks;
c. Nyeri alih, yakni nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari
jaringan penyebab nyeri.
2. Nyeri sentral. Nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla spinalis,
batang otak, dan thalamus.
3. Nyeri psikogenik. Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya. Dengankata
lain, nyeri ini timbul akibat pemikiran si penderita itu sendiri. Seringkali, nyeri
ini muncul karena factor psikologi, bukan fisiologis
J. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON NYERI.
a. Arti nyeri, arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagian arti nyeri merupakan arti yang negative, seperti membahayakan,
merusak, dan lain- lain.
b. Persepsi nyeri, persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif
tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluative kognitif). Persepsi ini
dipengaruhi oleh factor yang dapat memicu stimulasi nociceptor.
c. Toleransi nyeri. Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang
dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Factor yang dapat
mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain: alcohol, obat-obatan,
hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat,
dan sebagainya. Sedangkan factor yang menurunkan toleransi antara lain
kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit dan
lain-lain.
d. Reaksi terhadap nyeri. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon
seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan
menjerit. Semua ini merupakan bentuk respon nyeri yang dapat dipengaruhi
oleh beberapa factor, seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa
lalu, nilai budaya, harapan social, kesehatan fisik dan mental dll..,
K. FAKTOR- FAKTOR RESIKO NYERI

Menurut (Hidayat, 2012). dapat dibedakan menjadi dua, yaitu


faktor Internal dan faktor eksternal.

1. Faktor internal :

a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Perhatian
d. Anxietas (Kecemasan)
e. Pengalaman masa lalu
f. Pengetahuan Nyeri
g. Kelelahan
2. Faktor eksternal :

a. Pola koping
b. Support keluarga dan social
c. Kultur
d. Lingkungan
e. Pengobatan
L. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Mengurangi factor yang dapat menambah nyeri, misalnya :


a. Ketidak percayaan
b. Kesalah pahaman
c. Ketakutan

d. Kelelahan
e. Kebosanan
Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan
teknik-teknik seperti :

1. Teknik latihan pengalihan


a. Menonton televisei
b. Berbincang-bincang dengan orang lain.
c. Mendengarkan musik.

2. Teknik relaksasi nafas dalam


Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi
paru- paru dengan udara, menghembuskannya secara
perlahan, melemaskan otot- otot tangan, kaki, perut, dan
punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus
berkonsentrasi hingga didapat rasa nyaman, tenang dan rileks.
Pengukuran Skala nyeri dengan metode sebagai berikut :
Keterangan :

0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan :
secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang :
Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat :
secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih
respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan
distraksi.
10 : Nyeri sangat berat :
Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul ( Smeltzer, S.C bare
B.G, 2002) .
SEKIAN DAN TERIMAH KASIAH

Anda mungkin juga menyukai