Anda di halaman 1dari 29

TUGAS MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

" ASUHAN KEPERAWATAN LEUKEMIA "

Disusun Oleh :

Nama : Maya Nandasari


Nim : 2019121005
Kelas : A25

Dosen Pengampu
Widiyono, S.Kep., Ns., M.Kep.

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb

      Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang mana berkat rahmat dan
karunia-Nya lah penulis dapat menyesaikan penulisan Makalah “Asuhan
Keperawatan Leukemia” yang penulis susun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. Tak lupa shalawat dan
salam semoga tetap tercurah pada Nabi akhir zaman Muhammad SAW,
kepada keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya.

Penulis mengakui dalam makalah ini mungkin masih banyak terjadi


kekurangan sehingga hasilnya jauh dari kesempurnaan. Penulis sangat
berharap kepada semua pihak kiranya memberikan kritik dan saran yang
sifatnya membangun.

Besar harapan penulis dengan terselesaikannya makalah ini dapat


menjadi bahan tambahan bagi penilaian dosen mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah dan mudah-mudahan isi dari makalah ini dapat di ambil
manfaatnya oleh semua pihak yang membaca makalah ini. Ucapan
terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu


pengetahuan khususnya Keperawatan.

Terima Kasih

Sukoharjo, 28 Desember 2020

Maya Nandasari

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………......5


1.2 Rumuasan Masalah…………………………………………………………………………...6
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………………...7
1.4 Manfaat Penulisan……………………………………………………………………………7

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Leukemia……………………………………………………………………………..9


2.2 Klasifikasi Leukemia………………………………………………………………………...11
2.3 Ciri-ciri dan gejala leukemia………………………………………………………………....12
2.4 Penyebab penyakit leukemia…………………………………………………………………13
2.5 Patofisiologi penyakit leukemia……………………………………………………………...14
2.6 Manifestasi klinis penyakit leukemia…………………………………………………….…..14
2.7 Komplikasi penyakit leukemia………………………………………………………............15
2.8 Pemeriksaan diagnostik penyakit leukemia……………………………………………….....15
2.9 Penatalaksanaan penyakit leukemia……………………………………………………….....16
2.10 Pengobatan penyakit leukemia…………………………………………………………..17
2.11 Cara pencegahan penyakit leukemia……………………………………………………..18
2.12 Asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose penyakit leukemia…………………18

3
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………..27

3.2 Saran…………………………………………………………………………………………27

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...28

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Leukemia merupakan keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang, ditandai
oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi penambahan sel-sel abnormal dalam
darah tepi. Berdasarkan National Academy of Sciences, terdapat lebih dari 100.000 bayi di
seluruh dunia yang lahir dengan keadaan dan kondisi yang berat dari Leukemia (Cooley’s
Anemia Foundation, 2006). Jumlah penderita di Indonesia pada tahun 2008 sudah mencapai
20.000 orang penderita dari jumlah 200 juta orang penduduk Indonesia secara keseluruhan
(Robert, 2009).
Leukemia limfositik akut atau biasa di sebut ALL adalah bentuk leukemia yang paling
lazim dijumpai pada anak, insiden tertinggi terdapat pada usia 3-7 tahun. Leukemia akut
ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk.
Apabila tidak diobati segera, maka penderita dapat meninggal dalam hitungan minggu
hingga hari. Sedangkan leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu
cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun bahkan
ada yang mencapai 5 tahun (Hoffbrand, 2005).
Yayasan Onkologi Anak Indonesia menyatakan bahwa pada tahun 2013 sebanyak 30-
40% dari insiden kanker pada anak merupakan penderita leukemia yaitu sekitar 3.850 anak.
RSUD Arifin Achmad pada tahun 2013-2015 penderita leukemia meningkat menjadi 106
anak, dan pada tahun 2016 menurun menjadi 86 anak penderita leukemia (Maria, Indriati, &
Rahmalia, 2013). Data registrasi kanker di Departemen Ilmu Kesehatan anak FKUI RSCM
mencatat leukemia akut mencapai 426 dari 741 (57,5%) kasus keganasan yang didiagnosis
dari tahun 2011-2014. Pengobatan yang telah diberikan pada kasus tersebut umumnya yaitu
pemberian kemoterapi dan transplansi sumsum tulang pada bagian kasus yang te rindikasi
(Hikari Ambara sjakti, Djajadiman Gatot, 2012).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSUP Sanglah pada tahun
2017 sebanyak 230 pasien dengan leukemia. Yaitu laki-laki sebanyak 124 pasien, sebanyak

5
64 pasien dengan usia 3-15 tahun, dan sebanyak 60 pasien dengan usia 50-70 tahun,
sedangkan pasien perempuan sebanyak 106 pasien, sebanyak 55 pasien dengan usia 3-15
tahun, dan sebanyak 52 pasien dengan usia 50-70 tahun. Pasien Leukemia Myeloid Akut
(LMA) di RSUP Sanglah pada tahun 2018 sebanyak 400 pasien dengan leukemia. Yaitu
laki-laki sebanyak 249 pasien, sebanyak 123 pasien dengan usia 3-15 tahun, dan sebanyak
126 pasien dengan usia 50-70 tahun, sedangkan pasien perempuan sebanyak 151 pasien,
sebanyak 70 pasien dengan usia 3-15 tahun, dan sebanyak 81 pasien dengan usia 50-70
tahun. Jadi dari hasil survei data di RSUP Sanglah terdapat 630 pasien yang mengalami
Leukemia Myeloid Akut (LMA) pada tahun 2017-2018, dengan presentase laki-laki
sebanyak 59,20%, dan perempuan sebanyak 40,80%. Dapat dibuktikan bahwa penyakit
Leukemia Myeloid Akut (LMA) setaip tahunnya mengalami peningkatan.
Pengobatan kanker pada anak meliputi kemoterapi, terapi radiasi, transplantasi sumsum
tulang, cryotherapy dan transplantasi sel darah perifer. (Rhida Ranailla, Ai Mardhiyah,
2016). Kemoterapi menjadi salah satu intervensi yang banyak digunakan hingga saat ini
pada pasien kanker, dimana kemoterapi bertujuan untuk menghancurkan sel-sel yang
menyerang tubuh penderita kanker (Handayani, 2008). Pengobatan kemoterapi yang
dilakukan menimbulkan rasa ketidaknyamanan pada anak seperti masalah fisik yaitu mual,
muntah, luka pada rongga mulut, rambut rontok, demam, diare serta gangguan saraf tepi
seperti kebas dan kesemutan pada jari tangan dan kaki. Mual dan muntah merupakan yang
paling sering dirasakan pada anak yang sedang menjalani kemoterapi (Nurhidayah,
Hendrawati, Mediani, & Adistie, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari leukemia ?
2. Apa saja klasifikasi penyakit leukemia ?
3. Apa saja ciri - ciri dan gejala leukemia ?
4. Apa saja penyebab penyakit leukemia ?
5. Apa saja patofisiologi penyakit leukemia ?
6. Apa saja manifestasi klinis penyakit leukemia ?
7. Apa saja komplikasi penyakit leukemia ?

6
8. Apa saja pemeriksaan diagnostik penyakit leukemia ?
9. Bagaimana penatalaksanaan penyakit leukemia ?
10. Apa saja pengobatan penyakit leukemia ?
11. Bagaimana cara pencegahan penyakit leukemia ?
12. Asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa penyakit leukemia !

1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Akut
Myeloid Leukemia meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan
evaluasi keperawatan.
2. Tujuan khusus
a. Mengobservasi pengkajian keperawatan pada pasien dengan penyakit leukemia
myeoloid akut.
b. Mengobservasi perumusan diagnosa keperawatan pada pasien leukemia myeoloid
akut.
c. Mengobservasi intervensi keperawatan pada pasien leukemia myeloid akut.
d. Mengobservasi implementasi keperawatan pada pasien leukemia myeloid akut.
e. Mengobservasi evaluasi keperawatan pada pasien leukemia myeloid akut.

1.4 Manfaat Penulisan


a. Bagi Pasien
Memberikan pengetahuan tambahan pada pasien dan keluarga sehingga dapat lebih
mengetahui tentang penyakit Leukemia Myeloid Akut dan dapat mengetahui cara
merawat anggota keluarga yang mengalami Leukemia Myeloid Akut.
b. Bagi Pelayanan Kesehatan
1) Dapat menambah wawasan dalam ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan
pada pasien leukemia myeloid akut
2) Dapat membantu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien leukemia myeloid
akut.

7
c. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang.

8
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Leukemia


Leukemia dalam bahasa Yunani leukos (“putih”) aima (“darah”), atau lebih dikenal
sebagai kanker darah merupakan penyakit dalam klasifikasi kanker (istilah medis :
neoplasma) pada darah atau sumsum tulang yang ditandai oleh perbanyakan secara tak
normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan
jaringan limfoid, umumnya terjadi pada leukosit (sel darah putih).
Penyakit leukemia adalah kanker darah akibat tubuh terlalu banyak memproduksi sel
darah putih abnormal. Leukemia dapat terjadi pada orang dewasa dan anak-anak. Leukimia
terjadi apabila adanya gangguan pematangan pada sel darah putih yang berubah menjadi
pertumbuhan yang ganas. Pertumbuhan itu berkaitan dengan unsur materi genetik yaitu
kromossom. Translokasi kromossom mengganggu pembelahan sel, sehingga tidak
terkontrol dan menjadi ganas. Akhirnya sel-sel ini menggrogoti sumsum tulang belakang
dan mengganti tempat sel normal menjadi tempat pertumbuhan sel abnormal.
Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah (Suriadi, 2001). Leukemia adalah suatu keganasan pada pembuatan sel darah berupa
proliferasi patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum
tulang belakang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh
lain (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).

9
Gambar darah normal dan Leukemia

10
2.2 Klasifikasi Leukimia

Leukemia dapat bersifat kronis dan akut. Pada leukemia kronis, sel kanker berkembang
secara perlahan dan gejala awal yang muncul biasanya tergolong sangat ringan. Sementara pada
leukemia akut, perkembangan sel kanker terjadi sangat cepat dan gejala yang muncul dapat
memburuk dalam waktu singkat. Leukemia akut lebih berbahaya dibandingkan leukemia kronis.

11
Berdasarkan jenis sel darah putih yang terlibat, leukemia terbagi menjadi empat jenis utama,
yaitu:

 Leukemia limfoblastik akut

Acute lymphoblastic leukemia (ALL) atau leukemia limfoblastik akut terjadi ketika
sumsum tulang terlalu banyak memproduksi sel darah putih jenis limfosit yang belum matang
atau limfoblas.

 Leukemia limfositik kronis

Chronic lymphocytic leukemia (CLL) atau leukemia limfositik kronis terjadi ketika
sumsum tulang terlalu banyak memproduksi limfosit yang tidak normal dan secara perlahan
menyebabkan kanker.

 Leukemia mieloblastik akut

Acute myeloblastic leukemia (AML) atau leukemia mieloblastik akut terjadi ketika
sumsum tulang terlalu banyak memproduksi sel mieloid yang tidak matang atau mieloblas.

 Leukemia mielositik kronis

12
Chronic myelocytic leukemia (CML) atau leukemia mielositik kronis terjadi ketika
sumsum tulang tidak mampu memproduksi sel mieloid yang matang.

Selain keempat jenis leukemia di atas, ada beberapa jenis leukemia lain yang jarang terjadi, di
antaranya:

 Leukemia sel rambut (hairy cell leukemia).


 Leukemia mielomonositik kronis (chronic myelomonocytic leukemia).
 Leukemia promielositik akut (promyelocytic acute leukemia).
 Leukemia limfositik granular besar (large granular lymphocytic leukemia).
 Juvenile myelomonocytic leukemia, yaitu jenis leukemia mielomonositik yang menyerang
anak usia di bawah 6 tahun.

2.3 Ciri – ciri dan gejala leukemia

Pada awalnya, leukemia sering kali tidak menimbulkan tanda-tanda. Gejala baru muncul
ketika sel kanker sudah semakin banyak dan mulai menyerang sel tubuh. Gejala yang muncul
pun bervariasi, tergantung jenis leukemia yang diderita. Namun, secara umum ciri-ciri penderita
leukemia adalah:

 Demam dan menggigil.


 Tubuh terasa lelah dan rasa lelah tidak hilang meski sudah beristirahat.
 Berat badan turun drastis.
 Gejala anemia.
 Bintik merah pada kulit.
 Mimisan.
 Tubuh mudah memar.
 Keringan berlebihan (terutama pada malam hari).
 Mudah terkena infeksi.
 Muncul benjolan di leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening.

13
 Perut terasa tidak nyaman akibat organ hati dan limpa membengkak.

Gejala yang lebih berat dapat dialami penderita apabila sel kanker menyumbat pembuluh darah
organ tertentu. Gejala yang dapat muncul meliputi:

 Sakit kepala hebat


 Mual dan muntah
 Otot hilang kendali
 Nyeri tulang
 Linglung
 Kejang

2.4 Penyebab penyakit leukemia

Penyakit leukemia disebabkan oleh kelainan sel darah putih di dalam tubuh dan tumbuh
secara tidak terkendali. Belum diketahui penyebab pasti dari perubahan yang terjadi, namun
beberapa faktor berikut ini diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia. Faktor
risiko yang dimaksud meliputi:

 Memiliki anggota keluarga yang pernah menderita leukemia.


 Menderita kelainan genetika, seperti Down Syndrome.
 Menderita kelainan darah, seperti sindrom mielodisplasia.
 Memiliki kebiasaan merokok.
 Pernah menjalani pengobatan kanker dengan kemoterapi atau radioterapi.
 Bekerja di lingkungan yang terpapar bahan kimia, misalnya benzena.

2.5 Patofisiologi penyakit leukemia

14
• Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast.
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositopenia.
• Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem
pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
• Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ,
sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang
yang akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan
peningkatan tekanan jaringan.
• Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesan hati, limfe
dan nodus limfe dan nyeri persendian.

2.6 Manifestasi klinis penyakit leukemia

• Pilek tidak sembuh- sembuh.


• Pucat, lesu, mudah terstimulasi.
• Demam dan anorexia.
• Berat badan menurun Ptechiae, memar tanpa sebab.
• Nyeri pada tulang dan persendian.
• Nyeri abdomen.
• Lymphedenopathy.
• Hepatosplenomegaly.
• Abnormal WBC

2.7 Komplikasi penyakit leukemia

Leukemia dapat menyebabkan komplikasi jika penanganan tidak segera dilakukan.


Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah:

15
 Perdarahan pada organ tubuh, seperti otak atau paru-paru.
 Tubuh rentan terhadap infeksi.
 Risiko munculnya jenis kanker darah lain, misalnya limfoma.

Komplikasi juga dapat terjadi akibat tindakan pengobatan yang dilakukan. Berikut ini
beberapa komplikasi akibat pengobatan leukemia:

 Graft versus host disease, yaitu komplikasi dari transplantasi sumsum tulang.
 Anemia hemolitik.
 Tumor lysis syndrome (sindrom lisis tumor).
 Gangguan fungsi ginjal.
 Infertilitas.
 Sel kanker muncul kembali setelah penderita menjalani pengobatan.

Anak-anak penderita leukemia juga berisiko mengalami komplikasi akibat pengobatan


yang dilakukan. Jenis komplikasi yang dapat terjadi meliputi gangguan sistem saraf
pusat, gangguan tumbuh kembang, dan katarak.

2.8 Pemeriksaan diagnostik penyakit leukemia

Dokter akan menanyakan gejala yang dialami penderita dan melakukan pemeriksaan
fisik. Melalui pemeriksaan fisik, dokter dapat mendeteksi tanda-tanda leukemia yang
muncul, seperti memar pada kulit, kulit pucat akibat anemia, serta pembengkakan kelenjar
getah bening, hati, dan limpa.
Meski demikian, diagnosis leukemia belum dapat dipastikan hanya dengan pemeriksaan
fisik. Karena itu, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis
dan jenis leukemia yang dialami penderita. Jenis pemeriksaan yang dilakukan, meliputi:

 Tes darah

16
Tes hitung darah lengkap dilakukan untuk mengetahui jumlah sel darah merah, sel
darah putih, dan trombosit. Dokter dapat menduga penderita mengalami leukemia
jika jumlah sel darah merah atau trombosit rendah dan bentuk sel darah tidak
normal.

 Aspirasi sumsum tulang

Prosedur aspirasi sumsum tulang dilakukan melalui pengambilan sampel jaringan


sumsum tulang belakang dari tulang pinggul dengan menggunakan jarum panjang
dan tipis. Sampel ini kemudian diperiksa di laboratorium untuk mendeteksi sel-sel
kanker.

Selain tes diagnosis di atas, dokter juga akan melakukan pemeriksaan lanjutan lain untuk
memeriksa kelainan organ akibat leukemia. Jenis tes yang dapat dilakukan adalah:

 Tes pemindaian, misalnya USG, CT scan, dan MRI.


 Lumbal pungsi.
 Tes fungsi hati.
 Biopsi limpa.

2.9 Penatalaksanaan penyakit leukemia

Menurut Desmawati (2013) terapi pengobatan yang dapat diberikan pada pasien leukemia
akut adalah :

a.Tranfusi darahBiasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6%. Pada trombositopenia
yang berat dan perdarahan masih, dapat diberikan tranfusi trombosit dan bila terdapat
tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.

17
b. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya)Setelah dicapai remisi
dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.

c. Sitostatika Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau
MTX) pada waktu ini dipakai pula yangbaru dan lebih paten seperti vinkristin (oncovin),
rubidomisin (daunorubycine) dan berbagai nama obat lainnya. Umumnya sistostatika
diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat-obatan
ini sering terdapat akibat samping berupa alopsia (botak), stomatitis, leukopenia, infeksi
sekunder atau kandidiasis.

d. Imunoterapi Merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan
jumlah sel leukemia cukup rendah (105-106), imunoterapi mulai diberikan (mengenai cara
pengobatan yang terbaru masih dalam pengembangan).

2.10 Pengobatan penyakit leukemia

Dokter spesialis hematologi onkologi (dokter spesialis darah dan kanker) akan
menentukan jenis pengobatan yang dilakukan berdasarkan jenis leukemia dan kondisi
pasien secara keseluruhan. Berikut ini beberapa metode pengobatan untuk mengatasi
leukemia:

 Kemoterapi, yaitu metode pengobatan dengan menggunakan obat-obatan untuk


membunuh sel kanker. Obat dapat berbentuk tablet minum atau suntik infus.
 Terapi imun atau imunoterapi, yaitu pemberian obat-obatan untuk meningkatkan
sistem kekebalan tubuh dan membantu tubuh melawan sel kanker. Jenis obat yang
digunakan, misalnya interferon.
 Terapi target, yaitu penggunaan obat-obatan untuk menghambat produksi protein
yang digunakan sel kanker untuk berkembang. Contoh jenis obat yang bisa
digunakan adalah penghambat protein kinase, seperti imatinib.
 Radioterapi, yaitu metode pengobatan untuk menghancurkan dan menghentikan
pertumbuhan sel kanker dengan menggunakan sinar radiasi berkekuatan tinggi.

18
 Transplantasi sumsum tulang, yaitu prosedur penggantian sumsum tulang yang
rusak dengan sumsum tulang yang sehat.

Terkadang, prosedur operasi juga dilakukan untuk mengangkat organ limpa


(splenectomy) yang membesar. Organ limpa yang membesar dapat memperburuk gejala
leukemia yang dialami penderita.

2.11 Cara pencegahan penyakit leukemia

Belum ada cara yang efektif untuk mencegah leukemia hingga saat ini. Namun,
ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko Anda terkena
leukemia, di antaranya:

 Melakukan olahraga secara teratur.


 Menghentikan kebiasaan merokok.
 Menggunakan alat pelindung diri, terutama jika Anda bekerja di lingkungan yang
rentan terpapar bahan kimia, seperti benzena.

Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk mendeteksi kanker sejak dini,
terutama jika Anda memiliki riwayat kanker dalam keluarga.

2.12 Asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa penyakit leukemia


A. Pengkajian Keperawatan
Identitas Pasien :
• Acute lymphoblastic leukemia (LLA) sering terdapat pada anak-anak usia di bawah
15 tahun (85%) , puncaknya berada pada usia 2 – 4 tahun.
• Rasio lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

 Keluhan Utama

19
Pada anak pra sekolah keluhan yang sering muncul tiba-tiba adalah demam, lesu dan
malas makan atau nafsu makan berkurang, pucat (anemia) dan kecenderungan terjadi
perdarahan.

 Riwayat Kesehatan Masa Lalu

• Pada penderita sering ditemukan riwayat keluarga yang terpapar oleh chemical
toxins (benzene dan arsen), infeksi virus (epstein barr, htlv-1), kelainan
kromosom dan penggunaan obat-obatann seperti phenylbutazone dan
khloramphenicol, terapi radiasi maupun kemoterapi.

 Pola persepsi mempertahankan kesehatan

1. Pola Latihan dan Aktivitas


• Mengalami penurunan kordinasi dalam pergerakan,didapatkan penurunan
tonus otot dan nyeri pada sendi atau tulang.
• Keadaan umum lemah, rewel, dan ketidakmampuan melaksnakan aktivitas
rutin seperti berpakaian, mandi, makan, toileting secara mandiri.
• Kesadaran somnolen. penurunan fungsi saraf kranial dengan atau disertai
tanda-tanda perdarahan serebral.
• Keluhan jantung berdebar-debar (palpitasi), adanya murmur, kulit pucat,
membran mukosa pucat.
• Adanya dyspnea, tachipnea, batuk, crackles, ronchi dan penurunan suara
nafas.
• Penderita mudah mengalami perdarahan spontan yang tak terkontrol dengan
trauma minimal, gangguan visual akibat perdarahan retina, lebam, purpura,
perdarahan gusi, epistaksis.

2. Pola Nutrisi
• Mengalami penurunan nafsu makan, anorexia, muntah, perubahan sensasi rasa,
penurunan berat badan dan gangguan menelan, serta pharingitis.

20
• Dari pemerksaan fisik ditemukan adanya distensi abdomen, penurunan bowel
sounds, pembesaran limfa, pembesaran hepar akibat invasi sel-sel darah putih
yang berproliferasi secara abnormal, ikterus, stomatitis, ulserasi oal, dan
adanya pmbesaran gusi (bisa menjadi indikasi terhadap acute monolytic
leukemia)

3. Pola Eliminasi
Anak kadang mengalami diare, penegangan pada perianal, nyeri abdomen,
dan ditemukan darah segar dan faeces berwarna hitam, darah dalam urin, serta
penurunan urin output. Pada inspeksi didapatkan adanya abses perianal, serta
adanya hematuria.

4. Pola Tidur dan Istirahat


Anak memperlihatkan penurunan aktifitas dan lebih banyak waktu yang
dihabiskan untuk tidur /istrahat karena mudah mengalami kelelahan.

5. Pola Kognitif dan Persepsi


Anak penderita sering ditemukan mengalami penurunan kesadaran
(somnolence) , iritabilits otot dan "seizure activity", adanya keluhan sakit
kepala, disorientasi, karena sel darah putih yang abnormal berinfiltrasi ke
susunan saraf pusat.

6. Pola Mekanisme Koping dan Stress


Anak berada dalam kondisi yang lemah dengan pertahan tubuh yang sangat
jelek. Dalam pengkajian dapat ditemukan adanya depresi, withdrawal, cemas,
takut, marah, dan iritabilitas. Juga ditemukan peerubahan suasana hati, dan
bingung.

7. Pola Hubungan Peran


Pasien anak-anak usia pra sekolah merasa kehilangan kesempatan bermain
dan berkumpul bersama teman-teman serta belajar.

21
8. Pola Keyakinan dan Nilai
Anak pra sekolah mengalami kelemahan umum dan ketidakberdayaan
melakukan ibadah.

B. Diagnosa Keperawatan
• Risiko infeksi b.d menurunnya sistem pertahanan tubuh.
• Risiko injury ; perdarahan b.d perubahan faktor pembekuan.
• Risiko kurangnya volume cairan b.d mual dan muntah.
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d cancer cahexia.
• Kerusakan integritas kulit b.d pemberian kemoterapi, radiotherapi.
• Nyeri b.d dilakukannya pemeriksaan diagnostik, efek fisiologis neoplasma.
• Perubahan proses keluarga b.d memiliki anak dengan kondisi yang mengancam
kehidupan.
• Berduka b.d kehilangan aktual/potensial.

 Tujuan
• Anak tidak akan mengalami gejala-gejala infeksi.
• Anak tidak akan menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan dan dilindungi
terhadap kernungkinan terjadinya perdarahan.
• Anak tidak akan mengalami mual atau muntah.
• Anak akan menerima suplai nutrisi yang adekuat untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal.
• Anak akan mempertahankan keutuhan kulit dan menunjukkan efek negatif
kemoterapi yang minimal.
• Anak tidak akan mengalami rasa nyeri atau dapat mengurangi rasa nyeri sesuai
dengan tingkat adaptasi anak.
• Keluarga akan mendapatkan dukungan yang adekuat.
• Anak / keluarga akan mengekspresikan perasaannya / ketakutannya terhadap
proses penyakit dan kemungkinan meninggal.

22
C. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
Risiko infeksi b.d menurunnya sistem pertahanan tubuh.

Intervensi Keperawatan
• Ruangan khusus (ISOLASI) untuk meminimalkan terpaparnya anak dari
sumber infeksi.
• Gunakan teknik aseptik utnuk seluruh prosedur invasif.
• Monitor tanda vital anak. Berikan diet nutrisi secara lengkap.
• Berikan vaksinasi dari virus yang tidak diaktifkan (misalnya varicella, polio
salk, influenza).
• Monitor jumlah lukosit yang menunjukkan anak memiliki risiko yang besar
untuk terkena infeksi.
• Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.

2. Diagnosa Keperawatan
Risiko injury ; perdarahan b.d perubahan faktor pembekuan.

Intervensi Keperawatan
• Evaluasi kulit dan membran mukosa setiap hari.
• Observasi setiap tanda-tanda terjadi perdarahan (Melena, hematuri,
hematemisis, purpure,ptechie, pucat dll ).
• Periksa setiap urin atau tinja terhadap adanya tanda-tanda perdarahan.
• Gunakan sikat gigi yang lembut atau lunak dan oral hygiene.
• Hindari untuk pemberian aspirin.
• Kaji adanya tanda-tanda terlibatnya sistem saraf pusat (sakit kepala,
penglihatan kabur).

3. Diagnosa Keperawatan
Risiko kurangnya volume cairan b.d mual dan muntah.

23
Intervensi Keperawatan
• Berikan antiemetik awal sebelum dilakukan kemoterapi.
• Berikan antiemetik secara beraturan pada waktu program kemoterapi.
• Kaji respon anak terhadap antiemetic.
• Hindari memberikan makanan yang memiliki aroma yang merang- sang mual
atau muntah.
• Anjurkan makan dengan porsi kecil tapi sering.
• Kolaborasi untuk pemberiancairan infus untuk mempertahankan hidrasi.

4. Diagnosa Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d cancer cahexia.

Intervensi Keperawatan
• Berikan dorongan pada orang hia untuk tetap rileks pada saat anak makan.
• Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak,
rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak
meningkat.
• Berikan makanan yang disertai dengan suplernen nutrisi untuk meningkatkan
kualitas intake nutrisi.
• Ijinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan.

5. Diagnosa Keperawatan
Kerusakan integritas kulit b.d pemberian kemoterapi, radiotherapi.

Intervensi Keperawatan
• Kaji secara dini tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
• Berikan perawatan kulit khususnya daerah perianal dan mulut.
• Ganti posisi dengan sering.
• Anjurkan intake dengan kalori dan protein yang adekuat.

6. Diagnosa Keperawatan

24
Nyeri b.d dilakukannya pemeriksaan diagnostik, efek fisiologis neoplasma.

Intervensi Keperawatan
• Kaji tingkat nyeri dengan skala nyeri.
• Kaji adanya kebutuhan klien untuk mengurangi rasa nyeri.
• Evaluasi efektivitas terapi pengurangan rasa nyeri dengan melihat derajat
kesadaran dan sedasi.
• Berikan teknik mengurangi rasa nyeri nonfarmakologi.
• Berikan pengobatan anti nyeri secara teratur untuk mencegah timbulnya nyeri
yang berulang.

7. Diagnosa Keperawatan
Perubahan proses keluarga b.d memiliki anak dengan kondisi yang mengancam
kehidupan.

Intervensi Keperawatan
• Jelaskan alasan dilakukannya setiap tindakan.
• Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang
ada.
• Jelaskan orang tua tentang proses penyakit.
• Jelaskan seluruh tindakan yang dapat dilakukan oleh anak.
• Jadwalkan waktu bagi keluarga dan anak bersama-sama tanpa diganggu oleh
staf RS.
• Diskusikan dengan keluarga bagaimana mereka akan mengatakan kepada
anak tentang pengobatan anak.

8. Diagnosa Keperawatan
Berduka b.d kehilangan aktual/potensial.

Intervensi Keperawatan

25
• Kaji tahapan berduka pada anak / keluarga.
• Berikan dukungan pada respon adaptif yang diberikan klien, rubah respon
maladatif.
• Luangkan waktu bersama anak untuk memberikan dukungan pada anak agar
mengekspresikan perasaannya atau ketakutannya.
• Fasilitasi anak untuk mengekspresikan perasaannya melalui bermain.

D. Implementasi

Proses implementasi yang dilakukan menyesuaikan dengan kebutuhan pasien,


adapun implementasi yang sudah dilakukan meliputi observasi keadaan pasien,
pemberian tindakan keperawatan mandiri, pemberian edukasi kepada pasien dan
keluarga serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam pemberian terapi yang
tepat dapat mengurangi masalah yang muncul.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana


keperawatan untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan klien. H asil yang
diharapkan pada klien dengan leukemia adalah

a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi


b. Berpartisipasi dalam aktivitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan,
adanya laporan peningkatan toleransi aktivitas.
c. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
d. Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak merasa mual dan muntah
e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus tidak menunjukkan adanya rasa tidak
nyaman
f. Masukan nutrisi adekuat
g. Anak beristirahat dengan tenang, tidak menunjukkan adanya
ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman
h. Kulit tetap bersih dan utuh

26
 Perencanaan Pemulangan
Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, efek samping.
Berikan support lingkungan yang aman.
Instruksikan untuk menginformasikan jika terdapat gejala-gejala kekambuhan dan
hal yang harus dilakukan jika terjadi kekambuhan.
Jelaskan hal-hal perawatan yang diperlukan oleh anak di rumah.
Kontrol ke pelayanan kesehatan sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

BAB III
PENUTUP

27
3.1 Kesimpulan
Leukemia adalah suatu jenis kanker darah, gangguan ini disebabkan oleh sel
darah putih yang diproduksi melebihi jumlah yang seharusnya ada. Leukemia akut pada
anak adalah suatu kelainan atau mutasi pembentukan sel darah putih oleh sumsum tulang
anak maupun gangguan pematangan sel-sel tersebut selanjutnya. Gangguan ini sekitar
25-20% jumlahnya dari seluruh keadaan keganasan yang didapat pada anak.
Leukemia ada 4 jenis yaitu, Leukemia Mieloblastik Akut (LMA), Leukemia
Mielositik Kronik (LMK), Leukemia Limfoblastik Akut (LLA), dan Leukemia
Limfositik Kronik (LLK)

3.2 Saran
1. Bagi perawat
Sebagai perawatharus memberikan pelayanan yang baik kepada pasien, sesuai
norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku, perawat harus memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien dengan benar, melakukan pengkajian yang teliti pada pasien
untuk menentukan ketepatan diagnosa, menentukan prioritas masalah, perawat harusnya
mendokumentasikan hasil tindakan pada status pasien setelah selesai melakukan tindakan
keperawatan.
2. Bagi pembaca
Pembaca disarankanbanyak mencari informasi tentang penyakit yang dialami,
harus menjaga pola hidup sehat dengan makan makanan sehat sesuai kebutuhan,
melakukan olah raga yang teratur, selalu memeriksakan keadaan kesehatan ke pusat
pelayanan kesehatan terdekat seperti puskesmas untuk mengetahui status kesehatan.
Memperbanyak koleksi buku-buku tentang asuhan keperawatan pada AML dengan
pengarang buku-buku yang berkualitas. Sehingga akan memperbanyak litelatur bagi
pembaca untuk meningkatkan pengetahuannya tentang perawatan pasien AML (Akut
Myeloid Leukimia).

DAFTAR PUSTAKA

28
• https://www.alomedika.com/penyakit/hematologi/leukemia/patofisiologi
• https://www.researchgate.net/publication/331092412_Patofisiologi_dan_Diagnosis_I
nfiltrasi_Leukemia_Limfoblastik_Akut_ke_Sistem_Saraf_Pusat
• https://slideplayer.info/slide/12641624/
• file:///C:/Users/MAYANA~1/AppData/Local/Temp/262-783-1-PB-1.pdf
• http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/52373/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
• http://eprints.ums.ac.id/25925/11/naskah_publikasi.pdf
• https://www.academia.edu/23897329/Asuhan_Keperawatan_Leukimia
• http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2361/2/BAB%20I.pdf
• https://slideplayer.info/slide/13112904/
• http://repo.stikesperintis.ac.id/125/1/04%20FARID%20MUHAMMAD%20DZAKI
%2C%20LEUKEMIA.pdf

29

Anda mungkin juga menyukai