Anda di halaman 1dari 19

PROGRAM STUDI MAGISTER EPIDEMIOLOGI

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

Efektifitas salep minyak buah merah (pandanus conoideus oil) terhadap proses
penyembuhan luka sayatan pada tikus galur wistar (rattus novergicus) luka
diabetik stadium II
Daud Yusuf Rumbrawer¹, Ari Suwando², Arwani²

ABSTRAK

Latar belakang: Luka diabetik sampai saat ini menjadi masalah kesehatan utama di
seluruh dunia, terutama di Indonesia karena kasus yang semakin meningkat, luka bersifat
kronis dan sulit sembuh, mengalami infeksi dan iskemia tungkai dengan risiko
amputasi bahkan mengancam jiwa. Minyak buah merah mengandung berbagai
komponen aktif yaitu α-karoten, β-karoten, β-kriptosantin, dan α-tokoferol, serta asam
lemak tidak jenuh, terutama asam oleat, linoleat dan palmitoleat yang) berkhasiat
mengobati mata rabun, gatal-gatal, luka tergores, pegal dancapek, menyuburkan rambut,
mengobati kanker dan penyakit degeneratif (jantung, kolesterol, diabetes, darah tinggi).
Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan efektifitas salep minyak buah merah
(pandanus conoideus oil) terhadap proses penyembuhan luka sayatan pada tikus galur
wistar (rattus novergicus) luka diabetik stadium II.
Metode: Jenis penelitian ini adalah True Experimental Design, dengan rancangan
penelitian Pretest – Posttest Control Group Design. Subjek penelitian yaitu 27 ekor
tikus galur wistar (rattus novergicus) jantan galur wistar yang terbagi menjadi tiga
kelompok yaitu Kontrol (kasa Nacl 0,9%), kelompok perlakuan I (PCO 15%),
kelompok perlakuan II (PCO 30%), selama 21 hari dilakuakan pengamatan dan
pengukuran. Analisis data dilakukan dengan One Way ANOVA dan Post Hoc Tukey
HSD.
Hasil: Hasil uji statristik kontrol kasa Nacl 0,9% dan kelompok perlakuan II salep PCO
30% efektif pada hari ke 7, 14 dan 21 uji Post Hoc Tukey HSD didapatkan nilai p 0,032,
mengalami penyembuhan. Sedangkan kelompok kontrol kasa Nacl 0,9% dan kelompok
perlakuan I PCO 15 % didapatkan nilai p 0,935 pada hari ke 7 dan pada hari ke 14 dan
21 efektif, didapatkan nilai p 0,000
Simpulan: Pemberian salep minyak buah merah (pandanus conoideus oil) 30% selama
7 hari efektifitas terhadap proses penyembuhan luka sayatan pada tikus galur wistar
(rattus novergicus) luka diabetik stadium II.
Kata kunci: Salep PCO 30%, proses penyembuhan luka diabetik stadium II.
Kepustakaan: 57 (1963 – 2013).

1
PROGRAM STUDI MAGISTER EPIDEMIOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

The effectiveness of an ointment oil fruit red (pandanus conoideus oil) against the
process of healing wounds incision in mouse galur wistar (rattus novergicus) wound
retinopathy stage two
Daud Yusuf Rumbrawer¹, Ari Suwando², Arwani²

ABSTRACT

Background: Wound retinopathy until now is the main health problems of around the
world, especially in indonesia because the case with the increasing, wound is chronic
and difficult recover, a sinus infection and ischemia a limb with the risk amputation
even life-threatening. Oil red fruit containing various active component namely α-
karoten, β-karoten, β-kriptosantin and α-tokoferol, and fatty acids not saturated,
especially oleic acid, linoleic and palmitoleat who efficacious treat eyes shortsighted,
itching, wound scratched, sore and tired, drains hair, treat cancer and degenerative
diseases (the heart, cholesterol, diabetes, high blood).The study is done to prove the
effectiveness of an ointment oil fruit red (pandanus conoideus oil) of the healing process
wound incision in mouse galur wistar (rattus novergicus) wound retinopathy stage two.
Method: The kind of research this is true experimental design, to the research pretest -
posttest control group design. The subject of study that is 27 the tail of a mouse galur
wistar (rattus novergicus) given that is divided into three group that is control (gauze
Nacl 0.9 %), the treatment group one (PCO 15%), the treatment group two (PCO 30%),
during the 21-day observation and measurement. Data analysis was performed by One
way ANOVA and Post Hoc Tukey HSD.
Results: The results of statristik test control gauze Nacl 0.9 % and the treatment group
two ointment PCO 30% effective in day to 7, 14 and 21 test Post Hoc Tukey HSD
obtained value p 0,032, experienced healing.While the control gauze Nacl 0.9 % and
the treatment group one PCO 15% obtained value p 0,935 on the day 7th and on the
day to the 14th and 21 effective, obtained value p 0,000.
Conclusions: The provision of an ointment oil fruit red (pandanus conoideus oil) 30%
during 7 days the effectiveness of the process of healing of a wound incision in mouse
galur wistar (rattus novergicus) wound retinopathy stage two.
Keywords: PCO 30% ointment, wound healing, diabetic stage two.
References: 57 (1963 -2013).

2
Pendahuluhan menjadi 44,1 juta, biaya perawatan per
tahun meningkat sebanyak 223 miliar
Luka diabetik sampai saat ini dolar dari 113 menjadi 336 miliar dolar.
menjadi masalah kesehatan utama di Amerika Serikat biaya pengobatan DM
seluruh dunia, karena kasus yang semakin dan komplikasinya pada tahun 2007 di
meningkat, luka bersifat kronis dan sulit Amerika Serikat mencapai 116 miliar
sembuh, mengalami infeksi dan iskemia dolar, dimana 33% dari biaya tersebut
tungkai dengan risiko amputasi bahkan berkaitan dengan pengobatan luka diabetik
mengancam jiwa, membutuhkan sumber (Driver, 2010).
daya kesehatan yang besar, sehingga Di Indonesia, berdasarkan
memberi beban sosio-ekonomi bagi laporan Riskesdas tahun 2013
pasien, masyarakat, dan negara. Berbagai menyebutkan terjadi peningkatan
metode pengobatan telah dikembangkan prevalensi pada penderita diabetes
namun sampai saat ini belum memberikan melitus yang diperoleh berdasarkan
hasil yang memuaskan. wawancara yaitu 1,1% pada tahun 2007
Peningkatan populasi penderita diabetes menjadi 1,5% pada tahun 2013 prevalensi
mellitus (DM), berdampak pada diabetes melitus berdasarkan diagnosis
peningkatan kejadian luka diabetik dokter atau gejala pada tahun 2013
sebagai komplikasi kronis DM, dimana sebesar 2,1% dengan prevalensi
sebanyak 15-25% penderita DM akan terdiagnosis dokter tertinggi pada daerah
mengalami luka diabetik di dalam hidup Sulawesi Tengah (3,7%) dan paling
mereka (Singh,2005). rendah pada daerah Jawa Barat (0,5%).
Organisasi Kesehatan Dunia Masih dari data tersebut menyebutkan
(World Health Organisation, WHO) prevalensi dari penderita DM cenderung
memprediksi kenaikan jumlah meningkat pada perempuan dibandingkan
penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta dengan laki-laki dan terjadi peningkatan
pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta prevalensi penyakit diabetes melitus
pada tahun 2030 (Pusat Data dan Informasi sesuai dengan pertambahan umur namun
PERSI, 2012). Risiko infeksi dan mulai umur ≥ 65 tahun cenderung
amputasi masih cukup tinggi, yaitu 40- menurun dan tersebut cenderung lebih
80% luka diabetic mengalami infeksi tinggi bagi penderita yang tinggal di
(Bernard, 2007) 14-20% memerlukan perkotaan dibandingkan dengan di
amputasi (Frykberg, 2000) 66% pedesaan.
mengalami kekambuhan dan 12% Berdasarkan data dari Badan
memiliki risiko amputasi dalam 5 tahun Pusat Statistik (BPS) jumlah penyandang
setelah sembuh. Di Amerika Serikat, diabetes pada tahun 2003 sebanyak 13,7
Huang (2009), memproyeksikan jumlah juta orang dan berdasarkan pola
penyandang DM dalam 25 tahun ke pertambahan penduduk diperkirakan
depan (antara tahun 2009-2034) akan pada 2030 akan ada 20,1 juta
meningkat 2 kali lipat dari 23,7 juta penyandang DM dengan tingkat

3
prevalensi 14,7 persen untuk daerah – SP sebesar 20 %. Dalam studi vitro
urban dan 7,2 persen di rural. menggunakan sel melanoma B16 garis
Keadaan ini sangat berkaitan dengan mengungkapkan bahwa minyak buah
keterlambatan diagnosis dan konsultasi, merah tidak cyto – beracun sampai
penanganan yang tidak adekuat, serta konsentrasi 400 mg/ mL dan ditekan
luasnya kerusakan jaringan (Van Baal, melanogenesis dan tirosinase aktivitas
2004). Amputasi kaki lebih sering dengan cara yang tergantung dosis.
dilakukan atas dasar infeksi jaringan Disarankan dari studi tambahan yang
lunak yang luas atau kombinasi dengan penekanan melanogenesis mungkin
osteomielitis, disamping faktor-faktor terkait dengan degradasi dirangsang
lain seperti iskemia oleh karena tirosinase melalui sistem ubiquitin –
Peripheral Artery Disease (PAD), dan proteasome. Beta – cryptoxanthin
neuropati (Van Baal, 2004, Widatalla, menekan pertumbuhan sel kanker paru-
2009). Dengan program pelayanan paru sel manusia non – kecil , sel A549 in
kesehatan yang terstruktur, dimana semua vitro dengan perkiraan 50 % pada
disiplin ilmu yang terkait bekerja secara konsentrasi 20 umol/L. Sebaliknya , 500
koordinatif tercapai penurunan bermakna mg/ mL (setara dengan 0,05 umol/L dari
angka amputasi mayor luka diabetik beta – cryptoxanthin) minyak buah merah
lebih dari 75% dibandingkan dengan menekan pertumbuhan sel kanker A549
pelayanan standar (Weck, 2013). dengan 97,5 %.M Hatai , H Yoshitomi ,
Gangguan penyembuhan luka diabetik T Nishigaki dan M GaoTokyo , (2011).
menurut Tellechea, (2010)terjadi karena Analisis lengkap berkualitas
empat faktor yaitu adanya hiperglikemia tinggi minyak buah merah dilakukan di
yang berlangsung secara terus menerus, laboratorium terkemuka di Jepang ,
lingkungan pro-inflamasi, penyakit outsourcing oleh M & K Laboratories Inc
arteri perifir, dan neuropati perifir, Metode analisis kuantitatif karotenoid
keempat keadaan di atas secara bersama- dalam minyak Buah Merah telah
sama menyebabkan gangguan fungsi sel dikembangkan dan dianalisis oleh tim co
imun, respon inflamasi menjadi tidak – kerja Fakultas Farmasi , Universitas
efektif, disfungsi sel endotel, dan gangguan Nagasaki , dipimpin oleh mantan wakil
neovaskularisasi. presiden Universitas , Prof Dr K.
Di Jepang, telah dilaporkan Nakashima (dia sekarang Profesor
bahwa minyak buah merah menghambat Nagasaki International University)
proliferasi sel kanker seperti kanker paru- Nishigaki dan K Nakashima, M Hatai , H
paru S – 180, Lewis, A549 kanker paru- Yoshitomi , T Nishigaki dan M Gao
paru non – kecil manusia dan kanker K – (2012).
MK – 6 jalur sel manusia. Lambung pada Universitas Indonesia dan Institut
tikus (23, 24) Ketika minyak buah merah Teknologi Bandung , Indonesia berjanji
diberikan kepada tikus SHR – SP, itu bahwa dosis minyak buah merah dari 3 x
meningkat pada umur panjang tikus SHR 1 sendok makan per hari (15 mL x 3 =

4
45 mL/hari) aman. Keamanan beta – dengan ketinggian antara 2-2.300 m di
cryptoxanthin belum ditetapkan, sejauh atas permukaan laut (dpl), (Budi, 2005;
ini kami diperiksa. Beta – cryptoxanthin Paimin, 2005).
secara alami terkandung pada isi dari 3,6 Buah merah sendiri panjang
mg dan 0,4 mg per 1 cup (200 mL) dalam buahnya mencapai 55 cm, diameter 10-15
labu dimasak dan jus jeruk segar , cm, dan bobot 3-6 kg. Warnanya saat
masing-masing minyak buah merah matang berwarna merah marun terang,
sebanding dengan buah alami dan hasil walau sebenarnya ada jenis tanaman ini
analisisnya mengungkapkan bahwa isi yang berbuah berwarna coklat dan coklat
dari beta – karoten dan beta – kekuningan. Bagi masyarakat di wamena
cryptoxanthin sekitar 5 mg/100g (0,05 disajikan untuk makanan pada pesta adat
mg/g) masing-masing. Satu (1) mL/kg bakar batu. Namun, banyak pula yang
berat badan tikus/hari (60 mL atau 54 memanfaatkannya sebagai obat. Secara
g/60 kg berat badan manusia) dalam 28 tradisional, buah merah dari zaman
hari berturut-turut administrasi tidak dahulu secara turun-temurun sudah
menunjukkan efek samping toksik. Studi dikonsumsi karena berkhasiat banyak
farmakokinetik Awal bentuk kapsul buah dalam menyembuhkan berbagai macam
merah minyak menunjukkan bahwa beta– penyakit seperti mencegah penyakit mata,
karoten dan beta– cryptoxanthin yang cacingan, kulit, dan meningkatkan
relatif cepat diserap ke dalam darah stamina.
subyek manusia. Adapun penelitian tentang khasiat
Di Papua Buah Merah merupakan pengobatan buah merah pertama kali
salah satu makanan tradisional oleh dilakukan oleh peneliti dosen Universitas
masyarakat Wamena, Papua, buah ini Cendrawasih (UNCEN) di Jayapuraya itu
disebut kuansu. Nama ilmiahnya Drs.I Made Budi M.S. sebagai ahli gizi
Pandanus Conoideus karena tanaman dan dosen Universitas Cendrawasih
Buah Merah termasuk tanaman keluarga (UNCEN) sempat mengamati secara
pandan-pandanan dengan pohon seksama kebiasaan masyarakat
menyerupai pandan, namun tinggi tradisional di Wamena, Timika dan desa-
tanaman dapat mencapai 16 meter dengan desa kawasan pegunungan Jayawijaya
tinggi batang bebas cabang sendiri yang mengonsumsi buah merah.
setinggi 5-8 m yang diperkokoh akar-akar Pengamatan atas masyarakat lokal
tunjang pada batang sebelah bawah, buah berbadan lebih kekar dan berstamina
merah termasuk tanaman endemik, secara tinggi, padahal hidup sehari-hari secara
umum habitat asal tanaman ini adalah asli tradisional yang serba terbatas dan
hutan sekunder dengan kondisi tanah terbuka dalam berbusana dalam kondisi
lembab, tanaman ini ditemukan tumbuh alam yang keras serta kadang-kadang
liar di wilayah Papua dan Papua New bercuaca cukup dingin di ketinggian
Guinea di wilayah Papua, tanaman buah pegunungan. Keistimewaan fisik
merah ditemukan tumbuh di daerah penduduk lain yakni jarang yang terkena

5
penyakit degeneratif seperti: hipertensi, meningkatkan sel imun (Sukandar, 2005;
diabetes, penyakit jantung dan kanker, Khiong, 2009) serta meningkatkan
dll. Dengan meneliti kandungan fertilitas (Rifki, 2009). Limbongan dan
komposisi gizinya, ternyata dalam ujud Uhi (2005) melaporkan, buah merah
sari buah merah itu banyak mengandung (pandanus conoideus lam) berkhasiat
antioksidan (kandungan rata-rata): mengobati matarabun, gatal-gatal, luka
Karoten (12.000 ppm), Betakaroten (700 tergores, pegal dancapek, menyuburkan
ppm), Tokoferol (11.000 ppm).I Made rambut, mengobati kanker dan penyakit
Budi. 2006. degeneratif (jantung, kolesterol, diabetes,
Strategi baru yang dikembangkan darah tinggi), serta untuk kesehatan
oleh penulis sendiri dengan membuat salep ternak.
minyak buah merah yang pertama di Pengembangan dan penelitian tentang
Indonesia dan akan diimplementasikan metode perawatan luka telah mengalami
pada pasien luka diabetik, sehingga banyak perubahan dari konsep tradisional
diperlukan segera perubahan dalam berkembang mengalami perbaikan
perawatan luka diabetik, dengan penambahan secara luas secara trial and
memperhatikan gangguan vaskuler error. Penerapan prinsip utama dalam
karena semua luka kronis menunjukkan perawatan luka utama dalam perawatan
hipoksia jaringan, dan tekanan oksigen yang dari zaman Mesir sampai sekarang
lokal pada luka kronis. tetap digunakan yaitu perawatan luka
Obat tradisional tersebut salah (wound care), pembersihan luka (wound
satunya berasal dari tanaman buah merah cleansing), penutupan luka (wound
sebagai salah satu tanaman obat memiliki closure), dan perlindungan luka (wound
prospek yang baik untuk dikembangkan. coverage). Pengetahuan tentang
Salah satu alasan pengembangannya perawatan luka terutama dari pengalaman
adalah kandungan bahan aktifnya yang empiris, membawa perubahan
beragam dan cukup tinggi sehingga perkembangan dari konsep tradisional
mampu mencegah dan mengobati menjadi modern dengan tidak
berbagai penyakit. Buah merah meninggalkan fungsinya terus digali
mengandung berbagai komponen aktif alternatip penggunaan produk untuk
yaitu α-karoten, β-karoten, β-kriptosantin, pengelolaan luka meliputi topical agent
dan α-tokoferol, serta asam lemak tidak dan pembalut (dressing).
jenuh, terutama asam oleat, linoleat dan Pengembangan Topical agen
palmitoleat (Murtiningrum, 2005; melalui penelitian terutama yang berasal
Surono, 2008). Disamping itu dilaporkan dari bahan alami (herbal) sebagai terapi
pula bahwa minyak buah merah alternatif terus dilakukan yang
menguntungkan kesehatan secara invivo berhubungan dengan material perawatan
seperti menghambat tumor dan luka yang tersedia. Material perawatan
membunuh sel kanker (Mun’im, 2006; luka meliputi pembersihan, penutupan
Surono, 2008), antiinflamasi dan dan perlindungan terhadap luka. Hal

6
tersebut mengupayakan terjadinya mengandung jaringan nekrotik, slough,
kondisi ideal luka supaya proses eksudat dan sebagainya akan lebih cepat
penyembuhan luka tidak mengalami membaik dan ditumbuhi jaringan sel baru
gangguan (Asmussen & Sollner, 1995) (granulasi dan epitelisasi) yang akan
dalam Perdana Kusuma DS (2008), mempercepat proses sembuhnya luka.
Westaby, (1985) dalam buku Carville, Alasan peniliti memilih meneliti
(2007) membagi proses penyembuhan salep minyak buah merah (pandanus
luka menjadi tiga tahap, yaitu inflamasi, conoideus oil) secara topical untuk
rekonstruksi/proliferasi, dan maturasi. penyembuhan luka, belum pernah
Salep merupakan sedian untuk dilakukan sebelumnya, padahal sebagian
pemakaian luar tetapi berbeda dengan masyarakat Papua turun-temurun telah
krim, yaitu salep memiliki basis minyak. mengkonsumsi dan menggunakannya
Basis biasanya bersifat anhidrat (tidak secara tradisional, dan hanya dengan
mengandung air) sehingga hampir semua bahan minyak murni buah merah sebagai
sedian salep tidak dapat bercampur obat luka terbuka, yang dapat diolesi
dengan sekresi kulit. Salep biasanya pada luka dan masyarakat lebih menyukai
mengandung obat atau campuran obat pemakaian tradisional yang bisa langsung
terlarut atau terdispersi dalam basis, (Tri diaplikasikan kejaringan luka karena
Rahayu Ningsih, 2013). lebih praktis.
Salep Minyak Buah Merah adalah Penelitian lebih lanjut dengan
sediaan topikal setengah padat berupa, melihat perbandingan salep PCO 15%
massa lunak yang mudah dioleskan dan (pandanus conoideus oil) yang
digunakan untuk pemakaian epidermis formulasinya adalah Vaselin Album
dan dermis terutama melindungi luka, Putih 5.1 gram, Paraffin Cair 0,1 ml,
melembabkan luka dan membuang Minyak Buah Merah 10 gram sehingga
jaringan nekrosis/ slough (support dalam 15 gram minyak buah merah
autolysis) serta kontrol terhadap dalam sedian 100 gram sedian salep.
infeksi/terhindar dari kontaminasi, Sedangkan sebagai kontrol positif
nyaman digunakan dan menurunkan rasa menggunakan perawatan dengan kasa
nyeri saat mengganti balutan. Nacl 0,9%, Natrium klorida 0,9%
Autolytic debridement dilakukan dengan merupakan larutan isotonik aman untuk
menggunakan salep minyak buah merah tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi
(pandanus conoideus oil) yang dapat jaringan kondisi kering, menjaga
menciptakan suasana lembab, salep kelembaban sekitar luka dan membantu
minyak buah merah tersebut luka menjalani proses penyembuhan serta
memungkinkan cairan natural luka dan mudah didapat dan harga relatif lebih
enzim-enzim endogen melunakkan dan murah.
mengencerkan nekrosis/slough sehingga Salep PCO (pandanus conoideus
jaringan nekrotik dapat terlepas dari dasar oil) memiliki efektivitas dalam proses
luka sehingga luka-luka infeksi yang penyembuhan luka terbuka, untuk

7
efektivitas penggunaan nya maka salep Laboratorium Biologi Fakultas MIPA
minyak buah merah perlu dikembangkan Universitas Negeri Semarang selama 21
oleh penulis menjadi suatu sediaan hari (3 hari adaptasi, 1 hari rendomisasi,
topical dalam bentuk salep PCO 30%, 1 hari di injeksi obat aloxan 125
dengan formulasi: Vaselin Album Putih mg/kg/bb untuk mematikan insulin, 1
10.100 gram, Paraffin Cair 0.10000 ml, hari perlakuan/dibuat luka insisi 2 cm
Minyak Buah Merah20 gram sehingga 30 luka diabetik stadium II. Penelitian ini
gram minyak buah merah dalam sedian merupakan penelitian True Eksperimental
100 gram sedian salep. Dan salep 30% dengan desain Pretest – Posttest Control
sudah dilakukan atau diuji ektifitasnya Group Design. Subjek penilitian adalah
terhadap penyembuhan luka pada tikus galur wistar (rattus novergicus)
manusia di lapangan oleh penulis sendiri jantan berumur 2-3 bulan dengan berat
dan dkk. badan 250-300 gram sebanyak 27 ekor
Salep PCO (pandanus conoideus yang terbagi menjadi 3 kelompok yaitu:
oil) 15% dan 30% dipilih sebagai bentuk kelompok kontrol kasa Nacl 0,9%,
sediaan oleh penulis, yang digunakan kelompok perlakuan I salep PCO 15%
dalam penelitian ini, yang mampu dan kelompok perlakuan II salep PCO
menjaga kelembapan kulit, tidak 30% Sediaan salep yang dibuat oleh
mengiritasi kulit dan mempunyai peniliti sendiri dalam penelitian ini
tampilan yang menarik dan merupakan memiliki konsentrasi ekstrak salep
salep pertama dari minyak buah merah minyak buah merah yang berbeda-beda,
(pandanus conoideus oil) yang di yaitu 15% dan 30% sebanyak 100 gram
kembangkan sebagai bahan topical/herbal untuk 7 kali pemakaian selama 21 hari
yang dapat mengobati luka diabetic pengamatan. Formulasi salep minyak
dengan baik. buah merah 15% . R/ Vaselin Album
Atas dasar itu maka perlu dikaji Putih 5,1 gram. Paraffin Cair 0,1 ml.
lebih lanjut oleh penulis dan dilakukan Minyak Buah Merah 10 gram. 15 gram
penelitian tentang efektivitas salep minyak buah merah dalam sedian 100
minyak buah merah (pandanus conoideus gram sedian salep. Formulasi salep salep
oil) terhadap proses penyembuhan luka minyak buah merah 30%. R/ Vaselin
sayatan pada tikus galur wistar (rattus Album Putih 10,1 gram. Paraffin Cair 0,1
novergicus) luka diabetik stadium II, dan ml. Minyak Buah Merah 20 gram. 30
merupakan salep pertama dari penulis gram minyak buah merah dalam sedian
tentang salep minyak buah merah yang 100 gram sedian salep. Sedangkan kasa
dikembangkan dalam penelitian ini Nacl 0,9% sebagai kontrol dari salep
sebagai bahan topical/herbal yang dapat PCO 15% dan Salep PCO 30% dalam
mengobati luka diabetik. penilitian ini.
Metode penilitian
Tikus galur wistar (rattus
Pemeliharaan dan perlakuan novergicus) jantan di peroleh dari
terhadap hewan coba dilaksanakan di Fakultas MIPA UNNES yang

8
sebelumnya di adaptasi selama 3 hari, Tabel 1.1 Uji One Way ANOVA Pretest
satu hari kemudian tikus galur wistar dan Postest pada kelompok kontrol
(rattus novergicus) di acak untuk kasa Nacl 0,9%, kelompok perlakuan I
menentukan kelompok kontrol kasa Nacl salep PCO 15% dan perlakuan II salep
0,9%, kelompok perlakuan I salep PCO PCO 30%.
15% dan kelompok perlakuan ke II salep
PCO 30%. Masing-masing kelompok Skor
Kel Mean ± SD p
terdiri dari 9 ekor tikus galur wistar Total
(rattus novergicus), satu hari diinjeksi Kontrol 26,44 ± 0,88
obat aloxan 125 mg/kg/bb untuk Hari 1 PCO 15% 26,56 ± 1,01 0,888
PCO 30% 26,67 ± 1
mematikan insulin, 1 hari
Kontrol 31 ± 2,96
perlakuan/dibuat luka insisi 2 cm luka Hari 7 PCO 15% 29,89 ± 1,54 0,032*
diabetik stadium II, kemudian masing- PCO 30% 28 ± 2,12
masing tikus galur wistar (rattus Kontrol 27,33 ± 1,94
novergicus) per kelompok di rawat luka Hari 14 PCO 15% 24,67 ± 1,8 0,000*
nya selama 21 hari dengan menggunakan PCO 30% 22,11 ± 2,09
salep PCO 15% dan salep PCO 30% Kontrol 26,33 ± 1,8
kemudian Nacl 0,9 sebagai kontrol. Dan Hari 21 PCO 15% 20,56 ± 1,01 0,000*
PCO 30% 18,11 ± 1,62
alat untuk mengukur proses
penyembuhan luka pada ketiga kelompok
Diagram 1.1 Pretest dan Postest pada
menggunakan lembar observasi Bates
kelompok kontrol kasa Nacl 0,9%,
Jansen Wound Assesment Tools Scor.
kelompok perlakuan I salep PCO 15%
Hasil penilitian dan perlakuan II salep PCO 30% pada
hari I, 7, 14 dan 21.
A. Analisis bivariat
Hasil penilitian yang dilakuan 40
mulai hari 1 sampai ke 21 dimana pretest 30
dilakuakn pada hari 1 dan postest
Rerata

Kontrol
dilakuakan pada hari ke 7, 14 dan 21 20
pada penelitian ini untuk menguji PCO 15%
10
hipotesis, hipotesis tersebut diuji dengan PCO 30%
teknik antar kelompok kontrol dan 0
kelompok perlakuan (One Way Hari Hari Hari Hari
ANOVA). ke 1 ke 7 ke 14 ke 21
1. Uji One Way ANOVA terhadap
kelompok kontrol kasa Nacl 0,9% a. Total Skor Hari ke 1 Pretest.
kelompok perlakuan pertama salep Kontrol Kasa Nacl 0,9 %,
PCO 15% dan perlakuan kedua salep kelompok perlakuan I Salep PCO
PCO 30% masing-masing kelompok 15% dan kelompok perlakuan ke II
disajikan pada tabel 1.1 berikut:
Salep PCO 30%. Tabel 1.1

9
menunjukkan hasil uji One Way p < 0,05 atau p 0,000, signifikan
ANOVA dimana kelompok kontrol sehingga dapat di simpulkan bahwa
kasa Nacl 0,9%, Mean ± SD 26,44 terdapat perbedaan yang bermakna.
± 0,88 perlakuan I salep PCO 15%
Mean ± SD 26,56 ± 1,01 dan d. Total Skor Hari ke 21 Postest.
perlakuan II salep PCO 30% Mean Kontrol Kasa Nacl 0,9 %,
± SD 26,67 ± 1 didapatkan nilai p > kelompok perlakuan I Salep PCO
0,05 atau p 0,888, tidak signifikan 15% dan kelompok perlakuan ke II
sehingga dapat di simpulkan bahwa Salep PCO 30%. Tabel 1.1
tidak terdapat perbedaan yang menunjukkan hasil uji One Way
bermakna. ANOVA dimana kelompok kontrol
kasa Nacl 0,9%, Mean ± SD 26,33
b. Total Skor Hari ke 7 Postest. ± 1,8 perlakuan I salep PCO 15%
Kontrol Kasa Nacl 0,9 %, Mean ± SD 20,56 ± 1,01 dan
kelompok perlakuan I Salep PCO perlakuan II salep PCO 30% Mean
15% dan kelompok perlakuan ke II ± SD 18,11 ± 1,62 didapatkan nilai
Salep PCO 30%. Tabel 1.1 p < 0,05 atau p 0,000, signifikan
menunjukkan hasil uji One Way sehingga dapat di simpulkan bahwa
ANOVA dimana kelompok kontrol terdapat perbedaan yang bermakna.
kasa Nacl 0,9%, Mean ± SD 31 ±
2,96 perlakuan I salep PCO 15% 2. Uji Post Hoc Tukey HSD untuk
Mean ± SD 29,89 ± 1,54 dan mengetahui kelompok perlakuan mana
perlakuan II salep PCO 30% Mean yang paling signifikan diantara
± SD 28 ± 2,12 didapatkan nilai p < kelompok control kasa Nacl 0,9%,
0,05 atau p 0,032, signifikan kelompok perlakuan I salep PCO 15%
sehingga dapat disimpulkan bahwa dan kelompok perlakuan II Salep PCO
terdapat perbedaan yang bermakna. 30%.

c. Total Skor Hari ke 14 Postest. Tabel 1.2 Uji Post Hoc Tukey HSD
Kontrol Kasa Nacl 0,9 %, kelompok kontrol kasa Nacl 0,9%,
kelompok perlakuan I Salep PCO kelompok perlakuan pertama salep
15% dan kelompok perlakuan ke II PCO 15%dan perlakuan kedua
Salep PCO 30%. Tabel 1.1 salep PCO 30%. Hari ke.1, 7, 14 dan
menunjukkan hasil uji One Way 21.
ANOVA dimana kelompok kontrol
kasa Nacl 0,9%, Mean ± SD 27,33
± 1,94 perlakuan I salep PCO 15%
Mean ± SD 24,67 ± 1,8 dan
perlakuan II salep PCO 30% Mean
± SD 22,11 ± 2,09 didapatkan nilai

10
Skor PCO PCO perlakuan kontrol kasa Nacl 0,9%
Kel
Total 15% 30% terhadap kelompok perlakuan I PCO
Kontrol 0,935 0,032* 15% dan kelompok perlakuan ke II
Hari 7
PCO 15% – 0,275 salep PCO 30% terdapat perbedaan
Kontrol 0,023* 0,000* yang bermakna,
Hari 14
PCO 15% – 0,031* Skor total hari ke 21. Kontrol
Kontrol 0,000* 0,000* kasa Nacl 0,9% terhadap salep PCO
Hari 21
PCO 15% – 0,007* 15% di dapatkan nilai p < 0.05 atau
(0,000) signifikan. Sedangkan kontrol
Tabel 1.2 menunjukkan hasil uji kasa Nacl 0,9% terhadap salep PCO
Post Hoc Tukey HSD pada masing- 30% di dapatkan nilai p < 0,05 atau
masing kelompok perlakuan (0,000) signifikan. Kemudian salep
menunjukkan: PCO 15% terhadap salep PCO 30% di
dapatkan nilai p < 0,05 (0,007)
Skor total hari ke 7. Kontrol kasa signifikan, sehingga dapat
Nacl 0,9% terhadap salep PCO 15% disimpulkan bahwa kelompok
didapatkan nilai p > 0.05 atau (0,935 ) perlakuan kontrol kasa Nacl 0,9%
tidak signifikan. Sedangkan kontrol kasa terhadap kelompok perlakuan I PCO
Nacl 0,9% terhadap salep PCO 30% di 15% dan kelompok perlakuan ke II
dapatkan nilai p < 0,05 atau (0,032) salep PCO 30% terdapat perbedaan
signifikan. Kemudian salep PCO 15% yang bermakna.
terhadap salep PCO 30% di dapatkan
nilai p > 0,05 (0,275), tidak signifikan, Pembahasan
sehingga dapat disimpulkan bahwa
kelompok perlakuan control kasa Nacl A. Mengidentifikasi efektifitas proses
0,9% terhadap kelompok perlakuan ke II perkembangan perawatan luka
salep PCO 30% terdapat perbedaan yang secara topikal Pre dan Post
bermakna, pemberian salep minyak buah
merah (pandanus conoideus oil)
Skor total hari ke 14. Kontrol dengan perbandingan 15%
kasa Nacl 0,9% terhadap salep PCO terhadap proses penyembuhan luka
15% di dapatkan nilai p < 0.05 atau sayatan pada tikus galur wistar
(0,023) signifikan. Sedangkan kontrol (rattus novergicus) luka diabetik
kasa Nacl 0,9% terhadap salep PCO stadium II.
30% di dapatkan nilai p < 0,05 atau
(0,000) signifikan. Kemudian salep Analisis Pre dan Post pemberian
PCO 15% terhadap salep PCO 30% di salep minyak buah merah (pandanus
dapatkan nilai p < 0,05 (0,031) conoideus oil) dengan perbandingan
signifikan, sehingga dapat 15% terhadap proses penyembuhan
disimpulkan bahwa kelompok luka sayatan pada tikus galur wistar
(rattus novergicus) luka diabetik

11
stadium II dengan hasil uji statistik dengan air dan dasar salep yang dapat
pada Pre hari ke 1 kelompok larut dalam air. Setiap salep obat
perlakuan I PCO 15% didapatkan menggunakan salah satu dasar salep
nilai p > 0,05 (Tabel 4.6) Statistik tersebut.
bivariat, tidak terdapat perbedaan yang
signifikan. Sedangkan pada Post hari B. Mengidentifikasi efektifitas proses
ke 7, 14 dan 21 didapatkan nilai p < perkembangan perawatan luka
0,05 signifikan, sehingga dapat secara topikal Pre dan Post
disimpulkan bahwa tidak terdapat pemberian salep minyak buah
perbedaan yang signifikan pada pre merah (pandanus conoideus oil)
hari ke 1. Sedangkan pada post hari ke dengan perbandingan 30%
7,14 dan 21 terdapat perbedaan yang terhadap proses penyembuhan luka
bermakna. sayatan pada tikus galur wistar
Hasil analisis rerate perbedaan (rattus novergicus) luka diabetik
efektifitas pre dan post hari I dan 7 stadium II.
pada kelompok perlakuan I salep PCO
15% menunjukkan bahwa terdapat Analisis Pre dan Post pemberian
peningkatan rerata 26,56 dan 29,89. salep minyak buah merah (pandanus
Hal ini disebabkan karena insulin tidak conoideus oil) dengan perbandingan
dapat bekerja efektif karena terjadi 30% terhadap proses penyembuhan
resistensi insulin dalam tubuh luka sayatan pada tikus galur wistar
sedangkan salep PCO 15% kandungan (rattus novergicus) luka diabetik
senyawa aktifnya relatif lebih rendah, stadium II dengan hasil uji statistik
terutama kandungan karoten, pada Pre pada Kelompok perlakuan I
betakaroten, dan tokoferol yang PCO 30% didapatkan nilai p > 0,05
terdapat dalam salep PCO 15%. (Tabel 4.6) Statistik bivariat, tidak
Hasil analisis ini mendukung terdapat perbedaan yang signifikan.
penelitian yang pernah dilaporkan oleh Sedangkan pada Post hari ke 7, 14 dan
(Anonim, 1995). Faktor-faktor yang 21 didapatkan nilai p < 0,05
memegang peranan di dalam proses signifikan, sehingga dapat
absorpsi melalui kulit antara lain adalah disimpulkan bahwa tidak terdapat
koefisien partisi dari pada obat, perbedaan yang signifikan pada pre
kelembaban dan suhu kulit, jenis atau hari ke 1. Sedangkan post pada
penyakit yang terdapat pada kulit, hari ke 7,14 dan 21 terdapat perbedaan
konsentrasi bahan berkhasiat, dasar yang bermakna.
salep yang dipakai, dasar salep yang Hasil analisis rerate perbedaan
digunakan sebagai pembawa dibagi efektifitas pre dan post hari I dan 7
dalam 4 kelompok: dasar salep pada kelompok perlakuan I salep PCO
senyawa hidrokarbon, dasar salep 30% menunjukkan bahwa terdapat
serap, dasar salep yang dapat dicuci peningkatan rerata 26,67 dan 28,

12
(Tabel 4.6). Hal ini disebabkan karena perlakuan I salep PCO 15% dan
salep PCO 30% kandungan senyawa kelompok perlakuan ke II salep PCO
aktifnya relatif lebih tinggi, terutama 30%. Pada kelompok perlakuan I salep
kandungan karoten, betakaroten, dan PCO 15% didapat perbedaan yang
tokoferol yang terdapat dalam salep tidak signifikan pada hari ke 7 dengan
30%. hasil uji statistic p > 0,05 atau p 0,275,
Hasil penelitian ini mendukung (Tabel 4.7) sedangkan pada hari ke 14,
penelitian yang pernah dilaporkan oleh dan 21 didapat perbedaan yang
(Anief, 2005). Pemilihan dasar salep signifikan dengan hasil uji statistic p <
tergantung pada beberapa faktor 0,05 atau 0,023 dan 0,000. Kemudian
seperti khasiat yang diinginkan, sifat pada kelompok perlakuan ke II salep
bahan obat yang dicampurkan, PCO 30% di dapat perbedaan yang
ketersediaan hayati, serta stabilitas dan signifikan pada hari ke 7, 14 dan 21
ketahanan sediaan jadi. Dalam (0.031. 0,000.0,000) (Tabel 4.7)
beberapa hal perlu menggunakan dasar sehingga dapat disimpulkan bahwa
salep yang kurang ideal untuk kelompok perlakuan ke II salep PCO
mendapatkan stabilitas yang 30% pada hari ke 7, 14, dan 21 didapat
diinginkan. Misalnya obat-obat yang perbedaan yang signifikan.
dapat terhidrolisis, lebih stabil dalam Hasil analisis rerate perbedaan
dasar salep hidrokarbon daripada dasar skor gambaran penyembuhan luka
salep yang mengandung air meskipun sayatan pada pemberian secara topikal
obat tersebut bekerja lebih efektif dengan salep minyak buah merah
dalam dasar salep yang mengandung (pandanus conoideus oil) dengan
air. perbandingan kelompok perlakuan I
salep PCO 15% dan kelompok
C. Menganalisa perbedaan skor perlakuan ke II salep PCO 30% (Tabel
gambaran penyembuhan luka 4.6) menunjukkan bahwa didapat
sayatan pada tikus galur wistar peningkatan pada kelompok perlakuan
(rattus novergicus) pada pemberian I salep PCO 15% rerata 29,89 dan
secara topikal dengan salep PCO kelompok perlakuan ke II salep PCO
(pandanus conoideus oil) dengan 30% didapat rerata 28.
perbandingan 15% dan 30 % luka
diabetik stadium II. Hasil penelitian ini mendukung
penilitian yang pernah dilaporkan oleh
Analisis efektifitas perbedaan Limbongan dan Uhi (2005)
skor gambaran penyembuhan luka melaporkan, buah merah berkhasiat
sayatan luka pada pemberian secara mengobati mata rabun, gatal-gatal,
topikal dengan salep minyak buah luka tergores, pegal dan capek,
merah (pandanus conoideus oil) menyuburkan rambut, mengobati
dengan perbandingan kelompok kanker dan penyakit degeneratif

13
(jantung, kolesterol, diabetes, darah signifikan pada hari ke 7 dengan hasil
tinggi), serta untuk kesehatan ternak, uji statistic p > 0,05 atau p 0,275,
khususnya babi. Sutarno (2001) telah (Tabel 4.7) sedangkan pada hari ke 14,
melakukan pengujian beberapa jenis dan 21 didapat perbedaan yang
tumbuhan penghasil zat pewarna signifikan dengan hasil uji statistik p <
alami, termasuk buah merah, dan 0,05 atau 0,023 dan 0,000. Kemudian
menyimpulkan bahwa minyak buah pada kelompok perlakuan ke II salep
merah dapat digunakan sebagai PCO 30% didapat perbedaan yang
pewarna alami untuk warna merah signifikan pada hari ke 7 (0.031), hari
kosmetik dan kuning sedikit (1.460 ke 14 (0,000) dan hari ke 21 (0,000)
μg/100g sampel), secara invitro dapat (Tabel 4.7)sehingga dapat disimpulkan
menghambat pertumbuhan sel kanker bahwa kelompok perlakuan ke II salep
A 549 (Surono et al. 2006; Waspodo PCO 30% pada hari ke 7, 14, dan 21
dan Nishigaki 2007). Hasil pengujian didapat perbedaan yang signifikan.
pada 110 ekor tikus putih betina Hasil analisis rerate
(Rattus novergicus) menunjukkan, perbandingan efektifitas proses
persentase tikus yang memperlihatkan penyembuhan luka sayatan pada tikus
gejala tumor menurun setelah diberi galur wistar (rattus novergicus) yang
minyak buah merah (Munim et al. dirawat dengan salep PCO (pandanus
2006). conoideus oil) dengan perbandingan
15% dan 30% (Tabel 4.6)
D. Membandingkan efektifitas proses menunjukkan bahwa didapat pada
penyembuhan luka sayatan pada kelompok perlakuan I salep PCO 15%
tikus galur wistar (rattus novergicus) terdapat peningkatan rerata 29,89.
yang dirawat dengan salep PCO 24,67 dan 20,56 kemudian kelompok
(pandanus conoideus oil) dengan perlakuan ke II salep PCO 30%
perbandingan 15% dan 30% luka didapat rerata 28, 22, 11 dan 18,11.
diabetik stadium II. Hasil penelitian ini mendukung
penilitian yang pernah dilaporkan oleh
Analisis efektifitas proses Hadad et al. (2006) menyatakan, buah
perbedaan penyembuhan luka sayatan merah mengandung asam lemak
pada tikus galur wistar (rattus terutama asam oleat sekitar 30%,
novergicus) luka diabetik stadium II sehingga bermanfaat untuk
yang dirawat dengan salep minyak meningkatkan status gizi masyarakat.
buah merah (pandanus conoideus oil) Buah merah juga mengandung
dengan perbandingan 15% dan 30% antioksidan yang cukup tinggi, di
dasar salep minyak buah merah pada antaranya karotenoid dan tokoferol.
tikus galur wistar (rattus novergicus). Antioksidan bermanfaat mencegah
Pada kelompok perlakuan I salep PCO penyakit gondok, kebutaan, dan
15% didapat perbedaan yang tidak sebagai antikanker. Buah merah juga

14
mengandung mineral Fe, Ca, dan Zn perbandingan 15% dan 30 %luka
(Budi 2003). Daya tarik buah merah diabetik stadium II.
adalah kandungan kimianya, yaitu zat d) Hasil penelitian menunjukkan bahwa
gizi penting untuk ketahanan tubuh. terdapat efektifitas proses
Oleh karena itu, tanaman ini penyembuhan luka sayatan pada tikus
berpotensi dikembangkan sebagai galur wistar (rattus novergicus) yang
bahan baku obat degeneratif untuk dirawat dengan salep PCO (pandanus
mengobati penyakit HIV, di samping conoideus oil) dengan perbandingan
sebagai penunjang makanan pokok 15% dan 30% luka diabetik stadium II.
sehari-hari. Tulisan ini
menginformasikan peluang Saran
pengembangan buah merah, termasuk
karakteristik botani, varietas, cara budi 1. Dari hasil penelitian yang dilakukan
daya, panen, pascapanen, dan disarankan untuk dilakukan penelitian
kegunaannya sebagai sumber pangan, lebih lanjut dengan melakukan
pakan, pewarna alami maupun bahan pengujian lebih lanjut terhadap
baku obat-obatan. kandungan senyawa aktif salep
minyak buah merah (pandanus
Simpulan conoideus oil) yang berperan sebagai
antibakteri.
a) Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2. Mengetahui pengukuran pH salep
tidak terdapat perbedaan efektifitas minyak buah merah (pandanus
salep minyak buah merah (pandanus conoideus oil) sesuai dengan kulit atau
conoideus oil) 15% terhadap proses tidak, karena akan terjadi kontak
penyembuhan luka sayatan pada tikus langsung dengan kulit sehingga akan
galur wistar (rattus novergicus) luka mempengaruhi kondisi kulit. Serta
diabetik stadium II. sebagai obat topikal herbal terstandar
b) Hasil penelitian menunjukkan bahwa atau fitofarmaka.
terdapat perbedaan efektifitas salep 3. Mengetahui pengukuran perbedaan
minyak buah merah (pandanus skor gambaran histology luka pada
conoideus oil) 30% terhadap proses pemberian secara topikal dengan salap
penyembuhan luka sayatan pada tikus PCO 30% terhadap proses
galur wistar (rattus novergicus) luka penyembuhan luka sayatan pada tikus
diabetik stadium II. galur wistar (ratus novergicus) luka
c) Hasil penelitian menunjukkan bahwa diabetik stadium II.
terdapat perbedaan skor gambaran 4. Diharapkan pada penelitian
penyembuhan luka sayatan pada tikus selanjutnya salep minyak buah merah
galur wistar (rattus novergicus) pada (pandanu conoideus Oil) bisa
pemberian secara topikal dengan salep diterapkan terhadap manusia.
PCO (pandanus conoideus oil)dengan

15
5. Pada penilitian selajutnya diharapkan 13. Carries Susan dan Barbara. M. Bates -
dapat melakukan luka sayatan yang Jensen Wound care a collaborative
berbeda (Luka Melingkar). praktice manual for health
professionals, 2012;
14. Dewi, Arlina. Hubungan Aspek-Aspek
DAFTAR PUSTAKA Perawatan Kaki Diabetes dengan.
Kejadian Ulkus Kaki Diabetes pada
1. Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pasien Diabetes Melitus. Mutiara
Pendekatan Praktik Edisi. Jakarta: Medika Volume 7 No.1, 13-18.
Rineka Cipta; 2006. Availableat:http://jurnal.pdii.lipi.go.id
2. Ansel, H, C. Pengantar Bentuk /admin/jurnal/71071321.pdf. 2007;
Sediaan Farmasi, Ed 4, UI Press, 15. Driver, V. R, Fabbi, M., Lavery, L.,
Jakarta, 2005; A., Gibbons, G. The costs of diabetic
3. Anief, Ilmu Meracik Obat, Gadjah foot: the economic case for the limb
Mada, University Press, Yogyakarta, salvage team. J Am Podiatr Med
2005; Assoc.; 100 (5): 335-41, 2010;
4. Aswandi,Teknik prosedural keperawat 16. Dowsett.Moisture in Wound Healing:
an: Konsep dan aplikasi kebutuhan Exudates Management_Journalof _wo
dasar klien. Jakarta; Salemba, und Care. 8-12, 2011;
Medika, 2008; 17. Effendi AT, Hardinsyah, Effendi YH,
5. Anonim. Farmakope Indonesia III, Dewi M, Nurdin NM. Nutrigenomik
Departemen Kesehatan RI.Jakarta, Resistensi Insulin Sindrom Metabolik
1979; Prediabetes. Bogor: IPB Press, 2013;
6. Anonim. Farmakope Indonesia IV, 18. Federer. Exprimental Design: Theory
Departemen Kesehatan RI., 1995; and Application. New York. Mac
7. Azwar, S. Metodologi penelitian. Milan, 1963;
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009; 19. Fletcher Wound Bed Preparation and
8. Batros M, Kozody LL, Orsted HL. the TIME principles Nursing
Preventative Foot Care. Wound Care
Standard.Vol 20 (12).57-65, 2005;
Canada Volume 6 Number, 2008;
20. Frykberg, R.G., Armstrong,. D.G.,
9. Bernard, L. (Chairman Working
Giurini, J., Edwards, A., Kravette, M.,
Group). Clinical practice guidelines:
Kravitz,S., Ross, C., Stavosky, J.,
Management of diabetic foot
Stuck, R., Vanore, J. Diabetic Foot
infections. Medicine et maladies
Disorders : A Clinical Practice
infectieuses, 37:14-25, 2007;
Guideline. Journal of Foot & Ankle
10. Besselsen, D. G. Biology of laboratory
Surgery, 39:S1-S60, 2000;
rodent [terhubung berkala].
21. Gitarja.Perawatan Luka Diabetes. Bog
http://www.ahsc.arizona.edu/ 2004.
Diakses, 23 Maret, 2015; or: Wocare Publishing, 2008;
11. Carville, K. Wound Care Manual. 3rd 22. H Yoshitomi, T Nishigaki. I Surono
Edition. Western Australia: Silver dan M Gao. Umur panjang Spontan
Chain Foundation, 2007; hipertensi Rat – Stroke Tikus Rawan (
12. Carville. Wound Care Manual. (6th SHR – SP ) oleh Morinda citrifolia (
ed). Western Australia: Silver Chain Noni ) jus buah , Cocos nucifera (
Foundatio, 2012; Extra Virgin Coconut Oil ) dan
Pandanus conoideus ( Buah Merah )
minyak .Konferensi Internasional ,

16
Pameran dan Short Course pada Edisi 5/ Dahlan_Jakarta: Selemba
Nutraceuticals dan Makanan Medika, Cetakan Ketiga, 2013;
Fungsional di Indonesia , 11-15 31. M Hatai, H Yoshitomi, T Nishigaki
Oktober 2010. dan M Gao . Efek Hambat dan
23. Halim, Khoo, Saat.Wound Bed Prepar Mekanisme Buah Merah (Pandanus
ation from aClinical Perspective. India conoideus) Minyak di Melanogenesis .
n Jurnal of Plastic Surgery, Jepang Farmasi Conference, Shizuoka
Vol 45(2).193-202, 2012; April 2011. Pertemuan Buah Merah di
24. Huang, E.S., Basu, A., O’Grady, M., Tokyo, 15 Mei 2011,
Capreta, J.C. Projecting the Future 32. M Hatai, H Yoshitomi, T Nishigaki
Diabetes Population Size and Related dan M Gao. Aksi stimulasi dari
Costs for the U.S. Diabetes Care, 32: tirosinase Degradasi oleh Buah Merah
2225-9, 2009; Oil. Konferensi Jepang Farmasi, Maret
25. I Made Budi. 2006. Buah Merah. 2012.
http://buahmerah.baliwae.com. 20 33. Maryani, A, Gitarja, W.S., dan
Maret, 2015; Ekaputra, E. Metode Perawatan
26. Khiong, K., Adhika, O.A. dan Luka; 2013.
Chakravitha, M. Inhibition of NF-κB 34. Maloledan Pramono. Penggunaan
pathway as the therapeutic potential of Hewan-hewan Percobaan
red fruit (pandanus conoideus lam) in diLaboratorium. Jawa Barat: Institut
the treatment of inflammatory bowel Pertanian Bogor. Hal: 104 – 112,
disease. JKM (Jurnal Kedokteran 1989;
Maranatha) 9 (1): 69-75, 2009; 35. Notoatmodjo, Metodologi penelitian
27. Lepantalo, M., Apelqvist, J., Setacci, kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta;
C., Ricco, J.B., de Donato, G., 2010.
Becker, F., Robert-Ebadi, H., Cao, P., 36. Poerwantoro, Dasar-
Eckstein, H.H., De Rango, P., dasar Perawatan Luka Modern dan
Diehm, N., Schmidli, J., Teraa, M., Pemilihan Dressing untuk Berbagai
Moll, F.L., Dick, F., Davies, A.H. Jenis Luka, Jakarta Timur;
Diabetic foot. Error! Hyperlink Pancar Gradia, 2013.
reference not valid.42 Suppl 2:S60-74, 37. Pujasari H. Efek pemberian minyak
2011; buah merah (Pandanus conoideus
28. Mun‘im, A. Retnosari dan S. Heni.Uji lam) terhadap pertumbuhan in vivo
Hambatan Tumorigenesis Sari Buah tumor kelenjar susu mencit C3H:
Merah (Pandanus conoideus Lam.) tinjauan khusus aktivitas proliferasi
terhadap Tikus Putih Betina yang dan apoptosis (tesis). Jakarta:
Diinduksi 7,12 Dimetilbenz (a) Universitas Indonesia, 2006;
Antrasen (DMBA).Majalah Ilmu 38. Pusat., Data dan Informasi Persi.
Kefarmasian. 3(3): 153 – 161, 2006; Availablerom:http://www.pdpersi.co.id/
29. Maryunani, Anik. Perawatan Luka conten/m news. Diakses pada Mei,
(Modern Wound care) Terlengkap dan 2015;
Terkini.Jakarta: In Media, 2013; 39. Prasetyo. Metode Penelitian
30. Muhamad Sopiyudin, Statistik untuk Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Raja
Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Grafindo Persada: Jakarta, 2006;
Bivariat, dan Multivariat, Dilengkapi 40. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Aplikasi dengan Menggunakan SPSS Laporan Badan Penelitian dan

17
Pengembangan Kesehatan Departemen 51. Voight,. Buku Pelajaran Teknologi
Kesehatan, Republik Indonesia, 2007; Farmasi. Edisi V. Diterjemahkan oleh:
41. Setiadi.Konsep dan Penulisan Riset Soendani dan Soewardji. Yogyakarta:
Keperawatan. Yogyakarta: Graha Gadjah Mada University Press, 1984;
Ilmu, 2007; 52. Van Baal,. J.G. Surgical treatment
42. Sudigdo. Dasar-dasar Metodologi of the Infected Diabetic Foot.
Penelitian Klinis Edisi Ke-4. Jakarta: Clinical Infectious Diseases, 39: S
Sagung Seto, 2011; 123-8, 2004;
43. Sugiyono. Metode Penelitian 53. Velazquez O,C. Angiogenesis and
Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif vasculogenesis: Inducing the growth
dan Pendekatan Kualitatifdan R & of new blood vessels and wound
D) Bandung: ALFABET, 2009; healing by stimulation of bone
44. Slater, M.Does Moist Wound Healing I marrow- derived progenitor cell
nfluence the Rate of Infection.British J mobilization and homing. JVasc Surg,
ournal of Nursing.Vol 17(20).4-15, 45: 39A- 47A, 2007;
2008; 54. Waspodo, I.S., dan Nishigaki, T.,
45. Schulitz, G., Mozingo, D., Romanelli, Novel Chemopreventive Herbal Plant
M., & Claxton, K. Wound healing Buah Merah (Pandanus conoideus) for
and TIM Lung Cancers, PATPI Conference
new concepts and scientific application Bandung, 17 – 18 Juli, 2007;
55. _______Cara Uji Cemaran Mikroba
s wound repair andregeneration. Vol 13
(SNI 19-2897-1992), BSN, Jakarta;
(4): 1-11, 2005;
1998.
46. Singh, N, Armstrong, D.G., Lipsky,
56. _______Panduan Praktis Buah Merah,
B.A. Preventing foot ulcers in patients
Bukti Empiris dan Ilmiah, Jakarta:
with diabetes. Jama, 293: 217-28,
Penebar Swadaya, Halaman: 58-
2005;
61, 2005;
47. Soedibyo, Alam Sumber Kesehatan,
57. _______Mengenai Buah Merah.
“Manfaat dan Kegunaan“Cetakan ke I
http//www.buah-merah.com, 2005;
Jakarta : Balai Pustaka, 1998;
58. Weck, M, Slesaczeck, T, Paetzold, H.,
48. The Australian Wound Management A Muench, D, Nanning, T, von Gagern,
ssociationStandards for woundmanage G, Brechow, A., Dietrich, U., Holfert,
ment(2nd ed). Australia: The Australia M., Bornstein, S, Barthel, A., Thomas,
n Wound Management A, Koehler, C., Hanefeld, M.
Association Inc, 2010; Structured health care for subjects
49. Templeton.S,& Rice, J.Wound Care N with diabetic foot ulcers results in a
ursing: A Guide to practice.(1sted).Mel reduction of major amputation rates.
bourn Seattle: Ausmed Publications, Cardiovascular Diabetology 2013, 12:
2005; 45, 2013;
50. Tellechea, A., Leal, E., Veves, A., 59. Widatalla, A.H., Mahadi, S., Shawer,
Carvalho, E. Inflammatory and M.A., Elsayem, H.A., Ahmed, M.E.
Angiogenic abnormalities in Diabetic Implementation of diabetic foot ulcer
Wound Healing: Role of classification system for research
Neuropeptides and Therapeutic purposes to predict lower extremity
Perspectives. The Open Circulation amputation. Int J Diabetes Dev Ctries,
and Vascular Journal, 3: 43-55, 2010; 29:1–5, 2009;

18
19

Anda mungkin juga menyukai