Anda di halaman 1dari 19

METODOLOGI PENELITIAN

SELA LESTARI

(16142014326092)

PROGRAM STUDI S1KEPERAWATAN 6A

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

PURWOKERTO

2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Karena telah
melimpahkan RahmatNya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga tuga sini bisa selesai tepat
waktu.

Terima kasih saya ucapkan kepada dosen pembimbing Mata kuliah Metodologi Penelitian dan juga
kepada teman-teman seperjuangan yang sudah membantu saya adalam menyelesaikan tugas ini
dengan baik dan rapi.

Saya berharap semoga susuna tugas penelitian ini bisa meningkatkan pengetahuan kitas emua dan
juga dapat bermanfaat untuk dibaca.

Saya Mohon maaf jika dalam penulisan ini terdapat banyak kalimat yang kurang tepat dan
penjabaran yang kurang tidak bisa dipahami dengan baik.
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR………………………………………………………………

DAFTAR ISI………………………………………………………………………

BAB I (jurnal penelitian)

A. Jurnal I……………………………………………………………………..

B. Jurnal II…………………………………………………………………….

BAB II (PEMBAHASAN)

A. Jurnal I…………………………………………………………………….

B. Jurnal II……………………………………………………………………

BAB III (PENUTUP)

A. Kesimpulan…………………………………………………………………

Daftar pustaka………………………………………………………………………
BAB I KONSEP DASAR PENELITIAN

JURNAL I

EFEKTIFITAS PERAWATAN LUKA DIABETIK METODE MODERN


DRESSING MENGGUNAKAN MADU TERHADAP PROSES
PENYEMBUHAN LUKA

Edy Siswantoro

Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Dian Husada Mojokerto

Email : edy.aryaboy@gmail.com

ABSTRAK
Diabetes melitus (DM) atau biasa yang disebut penyakit kencing manis
merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula
darah) melebihi nilai normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200
mg/dL, dan kadar gula darah puasa diatas atau sama dengan 126 mg/Dl. Gangren
diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk akibat
sumbatan yang terjadi pembuluh darah sedang atau besar di tungkai dan luka
gangren merupakan salah satu komplikasi kronik Diabetes Mellitus. Metode
penelitian pre-experimental dengan rancangan one group pretest-posttest design.
Didapatkan 30 pasien dengan luka gread II, III. IV, menggunakan teknik Purposive
Sampling. Instrumen perawatan luka metode modern dressing menggunakan madu
adalah SOP dan lembar observasi untuk penyembuhan luka. Data diolah dengan
proses editing, coding, skoring, tabulating. Berdasarkan analisa data menggunakan
uji Wilxocon yang didasarkan taraf kemaknaan yang ditetapkan α ≤ 0,05. Hasil
penelitian ini adalah proses penyembuhan luka sebelum dilakukan perawatan luka
metode modern dressing menggunakan madu yang diukur dari tingkat gread luka
yaitu gread II (23,3%), gread III (46,7%), gread IV (30,0%). Dan proses
penyembuhan luka sesudah dilakukan perawatan luka metode modern dressing
menggunakan madu yang diukur dari tingkat gread luka yaitu gread II (46,7%),
gread III (36,7%), gread IV (16,7%). Uji Wilxocon diketahui p= 0,001<0,05. Dapat
disimpulkan bahwa perawatan luka diabetik metode modern dressing menggunakan
madu berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka. Perawat bisa menggunakan
sarana madu sebagai alternatif lain dalam perawatan luka karena madu sebagai agen
perawatan luka memiliki efektifitas yang baik dalam proses penyembuhan luka.
Timur menyebutkan 3.622 jiwa penderita
Diabetes Mellitus tipe 2 dirawat di rumah
PENDAHULUAN sakit dan 161 jiwa meninggal dunia, jumlah
ini mengalami peningkatan pada tahun 2013
Gangren diabetik adalah luka pada kaki sejumlah 69.018 penderita dan 172 jiwa
yang merah kehitaman dan berbau busuk meninggal dunia. Berdasarkan data yang
akibat sumbatan yang terjadi pembuluh darah didapatkan di RSUD. Prof. Dr. Soekandar
sedang atau besar di tungkai. Luka gangren Mojosari tahun 2014 ada 237 pasien
merupakan salah satu kornplikasi kronik DM diabetes militus dan mengalami peningkatan
yang paling ditakuti oleh setiap penderita DM daripada tahun 2013 yang berjumlah 189
sering sertai dengan komplikasi dengan luka
diabetik.
(Tjokroprawiro, 2007). Luka diabetik
merupakan faktor yang menyebabkan masalah Salah satu komplikasi yang banyak
biologis, psikologis, sosial, spiritual dan ditakutkan oleh kebanyakan orang adalah
ekonomi sampai kematian karena sepsis. timbul nya luka pada daerah ekstermitas baik
Secara sosial, seorang pasien luka diabetic atas maupun bawah. Luka bisa teratasi secara
akan dikucilkan oleh orang lain karena optimal jika penanganan luka dilakukan
pengaruh kotor dan bau yang ditimbulkan dengan tepat. Jika penanganan luka tidak tepat
(Supriyatin, Saryono, dan Latifah, 2007). Luka bisa berakibat proses penyembuhan luka akan
diabetik mudah berkembang menjadi infeksi semakin lama dan sepsis akan menyebar ke
akibat masuknya kuman atau bakteri dan bagian yang lain bahkan bisa berujung pada
adanya gula darah yang tinggi menjadi tempat tindakan amputasi. Perawatan luka yang tepat
yang strategis untuk pertumbuhan kuman merupakan salah satu faktor yang mendukung
(Sudoyoet al, 2006). penyembuhan luka (Morison, 2004).
Lingkungan yang lembab akan memberikan
dukungan pergerakan epitel dan memfasilitasi
Estimasi terbaru dari Federasi Diabetes
penutupan luka. Pemilihan balutan yang baik
Internasional tahun 2014 negara dengan kasus
akan mendukung penyembuhan luka dengan
diabetes tertinggi adalah China, yang
memberikan lingkungan yang lembab dan
diperkirakan akan mencapai 142,7 juta pada
kontinu (Potter & Perry, 2010). Perawatan
2035 dari 98,4 juta pada saat ini. Namun
luka yang tertutup dengan modern dressing
prevalensi tertinggi ada di Pasifik Barat,
memiliki tingkat penyembuhan yang lebih
dengan lebih dari sepertiga orang dewasa di
cepat dibandingkan dengan yang ditutup
Tokelau, Mikronesia dan Kepulauan Marshall
dengan kasa. Modern dressing mampu untuk
mengidap penyakit tersebut. Populasi
mempertahankan lingkungan lembab yang
penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia
seimbang dengan permukaan luka, pemilihan
saat ini menduduki peringkat kelima terbanyak
dressing yang tepat dapat menjaga
di dunia. Indonesia menempati peringkat
kelembapanseperti films, hydrogels,
pertama di Asia tenggara, dengan Prevalensi
hydrocolloids, foams, alginates, and
DM sebanyak 8.426.000 jiwa di tahun 2000
hydrofibers (Broussard dan Powers, 2013).
dan di proyeksi meningkat 2,5 kali lipat
Yapucaet al (2007) menyebutkan bahwa madu
sebanyak 21.257.000 penberita pada tahun
dapat mempercepat proses penyembuhan luka.
2031 (WHO, dalam Prihanningtya, 2013).
Waktu penyembuhan luka yang dirawat
Berdasarkan data IDF Diabetes Atlas, pada
dengan madu lebih cepat sekitar empat kali
tahun 2013 penderita DM di Tanah Air
dari pada waktu penyembuhan luka yang
mencapai 8.554.155 orang. Bahkan angka
dirawat dengan obat lain.
tersebut semakin naik pada tahun 2014 hingga
mencapai 9,1 juta orang, kata Ketua Tindakan penanganan luka yang tidak
Perkumpulan Endrokologi Indonesia (Perkeni) tepat sering menghambat proses penyembuhan
Prof. Dr. Achmad Rudijanto di Jakarta. Tahun luka secara cepat. Salah satu cara untuk
2035 jumlah penderita DM diprediksi penanganan luka adalah dengan perawatan
melonjak hingga ke angka 14,1 juta orang luka dengan metode modern dressing
dengan tingkat prevalensi 6,67 persen untuk menggunakan madu. Dengan kandungan madu
populasi orang dewasa (suara.com, 2015). yang dapat mempercepat proses penyembuhan
Data Dinas Kesehatan (DINKES, 2013) Jawa luka dan di dukung menggunakan metode
modern dressing diharapkan dengan kolaborasi
kedua bahan tersebut proses penyembuhan luka
diabetik bisa lebih cepat dan optimal. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas
perawatan luka diabetic dengan metode modern
dressing menggunakan madu terhadap proses
penyembuhan luka di RSUD. Prof. Dr.
Soekandar Mojosari.
Jurnal Keperawatan & Kebidanan – Stikes Dian Husada Mojokerto
diterima artinya ada perbedaan pretest dan postest
perawatan luka metode modern dressing
METODE PENELITIAN menggunakan madu terhadap proses
penyembuhan luka diabetik. Penurunan grade
Desain penelitian yang dilakukan adalah
luka diabetic sesudah diberikan perawatan luka
penelitian pre-experimental dengan rancangan
metode modern
one group pretest-posttest. One group pretest-
posttest adalah rancangan yang tidak ada
kelompok pembanding (kontrol) namun sudah
dilakukan observasi pertama (pretest) yang
memungkinkan peneliti dapat menguji
perubahan yang terjadi setelah adanya
eksperimen (Notoatmodjo, 2010). Jenis
penelitian ini digunakan untuk mengetahui
adanya perbedaan efektivitas pemberian
intervensi berupa perawatan lukadiabetik
metode modern dressing
menggunakanterhadap proses penyembuhan
luka pasien diabetes mellitus. Data diperoleh
sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi.

Pengukuran yang dilakukan sebelum


eksperimen (P1) disebut pretest. Pada
penelitian ini pretest bertujuan untuk
mengobservasi kondisi luka sebelum
pemberian perlakuan (X). Perlakuan yang
diberikan berupa perawatan luka metode
modern dressing menggunakan madu. Setelah
dilakukan perawatan luka, peneliti
mengobservasi kembali kondisi luka tersebut
(P2) disebut posttest.

HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian proses
penyembuhan luka pada pasien diabetic
sebelum diberikan perawatan luka metode
modern dressing menggunakan madu RSUD.
Prof. Dr. Soekandar Mojosari menunjukan
bahwa dari 30 responden penelitian didapatkan
proses penyembuhan luka diabetic sebelum
diberikan perawatan luka metode modern
dressing menggunakan madu, yaitu sebagian
besar 14 responden (46,7%)mengalami luka
grade III. Kemudian setelah diberikan
perawatan luka metode modern dressing
menggunakan madu didapatkan sebagian besar
14 responden (46,7%) mengalami luka grade
II. Sedangkan uji hipotesis dengan tingkat nilai
kemaknaan p<α (α= 0,05) didapatkan dari
hasil uji Wilcoxon diketahui nilai p= 0,001<
0,05. Artinya bahwa Ho ditolak sedangkan Hi
SARAN
dressing menggunakan madu ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Saran yang dapat peneliti berikan
Situmorang (2009) bahwa madu mempunyai berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai
kadar osmolaritas tinggi sehingga dapat berikut; Bagi profesi keperawatan diharapkan
menghambat pertumbuhan bakteri dan terus meningkatakan skill dan inovasi –
mempercepat proses penyembuhan luka. inovasi dalam perawatan luka yang terus
Madu menciptakan kelembapan yang tidak
dipengaruhi oleh lingkungan hal ini yang berkembang untuk memperoleh hasil
menyebabkan bahwa madu sangat baik penyembuhan luka yang lebih efektif dan
diserap oleh kulit (Molan, 2006). Sebagai efisien. Bagi RSUD. Prof. Dr. Soekandar.
agen pengobatan topikal madu mudah
diserap oleh kulit sehingga dapat
menyebabkan kelembapan pada kulit dan
memberikan nutrisi yang dibutuhkan untuk
kulit (Jeffery dan Echazaretta, 2004).Dalam
penelitian ini dapat diketahui bahwa
perawatan luka metode modern dressing
menggunakan madu yang dilakukan efektif
untuk mempercepat proses penyembuhan
luka diabetik. Perawatan luka yang
dilakukan adalah menggunakan madu
sebagai bahan utama untuk mempercepat
pertumbuhan granulasi. Granulasi pada luka
yang dirawat menggunakan madu tumbuh
dengan baik, ketika luka dibalut
menggunakan balutan yang diolesi madu
dapat menciptakan kelembapan yang tidak
dipengaruhi oleh lingkungan. Hal ini
terbukti dari hasil penelitian pada pasien
diabetic yang mengalami luka setelah
dilakukan perawatan luka metode modern
dressing menggunakan madu didapatkan
seluruh pasien luka mengalami penurunan
grade luka dengan hasil sebagian besar
responden masuk klasifikasi luka grade II.
Dengan penurunan grade luka setelah
dilakukan perawatan luka metode modern
dressing menggunakan madu dapat
mempercepat proses penyembuhan luka.

SIMPULAN
Berdasarkan penelitian perawatan luka
diabetic metode modern dressing
menggunakan madu sangat efektif terhadap
proses penyembuhan luka di RSUD. Prof. Dr.
Soekandar Mojosari dengan uji validitas
Wilxocon diperoleh hasil p=0,001.
JURNAL II
Modern Dressing Improve the Healing Process in Diabetic Wound

Penggunaan Balutan Modern Memperbaiki Proses Penyembuhan Luka Diabetik

Dina Dewi Sartika Lestari Ismail*, Dewi Irawaty**, Tutik Sri Haryati**

* Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

** Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

***Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a chronic carbohydrate metabolism disturbance with many long term
complications. One of its complications is diabetic wound risk to amputation. Wound care is
nursing intervention aimed to prevent the risk of amputation. A cost effective evaluation is needed
to identify the most benefecial wound care. A quasi-experiment comparing modern and
conventional with pretest and post test with control group design was conducted with 16 selected
patients. The outcome measure is wound healing process score based on Bates-Jansen wound
assessment while the cost measured is wound care material cost. An independent t test with 95%
confidence interval was performed to evaluate the difference of healing process and cost
effectivity between modern and conventional dressing. The result showed a significant differences
of healing process score (p=0,002) and cost effectivity (p=0,031) between modern and
conventional dressing application for diabetic wound. It can be concluded that the application of
modern dressing significantly improve the healing process in diabetic wound but with higher
treatment cost.

Keywords : Diabetic wound, Modern Dressing, Healing Process, Cost Effectivity Care

Meningkatnya jumlah penderita diabetes


PENDAHULUAN mellitus menyebabkan peningkatan kejadian
komplikasi diabetes, diantaranya luka pada
Diabetes mellitus merupakan penyakit kaki. Menurut Peter Sheehan (2003) di
gangguan metabolisme karbohidrat yang Amerika Serikat sekitar 2,5 % dari penderita
berlangsung kronis, yang pada suatu saat dapat diabetes mellitus berkembang timbulnya luka
menyebabkan berbagai komplikasi yang kaki diabetes per tahun dan 15 % dari
bersifat kronis (1). Penyakit diabetes mellitus penderita luka kaki diabetes yang akhirnya
saat ini telah menjadi penyakit epidemik. menjalani amputasi (3). Rumah Sakit
Dalam 10 tahun terakhir terjadi peningkatan 2- Internasional Bintaro (RSIB) melaporkan
3 kali lipat yang disebabkan oleh pertambahan bahwa komplikasi yang paling sering dialami
umur, kelebihan berat badan dan gaya hidup. oleh penderita diabetes mellitus adalah
Hasil laporan dari World Health Organization komplikasi pada kaki sekitar 15 % yang
menunjukkan bahwa Indonesia menepati disebut luka kaki diabetes (4). Manifestasi
urutan ke-4 angka kesakitan diabetes melitus komplikasi luka diabetes dapat dijumpai
di dunia setelah India, Cina dan Amerika dalam b e r b a g a i s t a d i u m y a n g m a s
Serikat (2). i n g - m a s i n g membutuhkan perawatan
tersendiri, mulai dari stadium ringan yang McGukin (6). Hasil riset yang lain
cukup menggunakan alat-alat sederhana mengatakan dari beberapa jenis balutan
sampai stadium lebih berat yang harus modern memberikan hasil yang signifikan
mengunakan sarana prasarana dan seorang dalam perbaikan luka diabetes (7).
perawat khusus diabetes. Perawat mempunyai Penanganan luka diabetik secara efektif dapat
peran yang sangat menentukan dalam merawat mencegah terjadinya amputasi pada kaki itu
pasien diabetes mellitus dengan cara membuat sendiri, sehingga beban fisik dan psikologis
perencanaan untuk mencegah timbulnya luka pada pasien kaki diabetik dapat dikurangi.
kaki diabetes dengan cara melakukan
perawatan kaki; mengendalikan beban pada Perawatan luka yang diberikan pada pasien
kaki, memotong kuku, inspeksi kaki setiap harus dapat meningkatkan proses
hari, menjaga kelembaban, menggunakan alas penyembuhan luka. Perawatan yang diberikan
kaki yang sesuai, melakukan olah raga kaki bersifat memberikan kehangatan dan
(5). Pencegahan terhadap timbulnya luka lingkungan yang lembab pada luka
memberikan pengaruh positif terhadap
pencegahan amputasi pada kaki diabetik, (8). Telah menjadi kesepakatan umum bahwa
sehingga diperlukan program penanganan luka kronik seperti luka dibetik memerlukan
pasien diabetes mellitus yang lingkungan yang lembab untuk meningkatkan
komprehensif.Rumah Sakit di I n d o n e s i a
proses penyembuhan luka. Balutan yang
masihmenggunakanbalutan
konvensional, yaitu menggunakan kasa steril bersifat lembab dapat memberikan lingkungan
sebagai bahan utama balutan. Hasil riset yang mendukung sel untuk melakukan proses
mengatakan tingkat kejadian infeksi pada penyembuhan luka dan mencegah kerusakan
perawatan luka dengan cara konvensional atau trauma lebih lanjut. B a l u t a n m o d e r
lebih tinggi dibandingkan dengan
mengguanakn balutan modern Hutchinso dan nlebihdapatmemberikan
Ismail, Penggunaan Balut
Modern...33

lingkungan lembab dibanding balutan kasa HASIL


yang cenderung cepat kering (9). Konsekuensi
logis dari perawatan pasien luka kaki diabetes Karakteristik pasien dari sisi usia pada
adalah beban biaya yang harus ditanggung kelompok balutan moderen dan balutan
oleh pasien, hal ini disebabkan oleh proses konvensional tidak menunjukkan perbedaan
penyembuhan yang lama. Saat ini pengukuran yang signifikan yaitu 50,75 tahun dan 52,88
beban pembiayaan perawatan luka menjadi hal tahun. Meskipun pada kelompok balutan
yang sangat penting dalam membantu modern mempunyai usia yang lebih bervariasi
meringankan beban yang harus ditanggung yaitu 8,7 namun perbedaan tersebut tidak
oleh pasien. Frank (2006) mengatakan signifikan(p<0,05).
pembiayaan efektif sudah menjadi bagian dari Tabel 2 menunjukkan adanya perbedaan rerata
pelayanan kesehatan, sehingga produk selisih skor perkembangan perbaikan luka
perawatan h a r u s m e n j a d i k a n p e r t i m yang signifikan (p=0,031) pada kedua
b a n g a n d a l a m pengelolaan pasien (12). kelompok. K e l o m p o k b a l u t a n m o d e
Penelitian ini dilakukan untuk r n m e m p u n y a i perkembangan perbaikan
mengidentifikasi efektifitas pembiayaan dan luka yang lebih baik dibandingkan kelompok
perkembangan perbaikan luka kaki diabetes balutan konvensional, yaitu 16,00 dan 8,75.
dengan cara konvensional dan modern. Perbedaan efektifitas pembiayaan
diperhitungkan dari total biaya material
perawatan luka dibagi selisih skor proses
perkembangan luka. Hasil menunjukkan nilai
METODE rerata biaya pada kelompok balutan modern
lebih tinggi (Rp. 56.157,75, SD=25.257,122)
Penelitian dilakukan dengan desain quasi dibandingkan kelompok balutan konvensional
experiment with pre and post test rerata biaya sebesar Rp. 15.020,13 dengan
measurement. Kelompok perlakuan adalah standard deviasi 10.633,012. Biaya yang
pasien luka diabetik yang dirawat dengan dikeluarkan pada kelompok balutan modern
metode balutan modern. Sebagai pembanding lebih t i n g g i d i b a n d i n g k a n d e n g a n
adalah pasien luka diabetik yang dirawat k e l o m p o k konvensional, tetapi
dengan metode balutan konvensional. mempunyai tingkat perbaikan luka yang lebih
Penilaian luka dilakukan pada hari I perawatan cepat dibandingkan kelompok konvensional.
luka dan dievaluasi pada hari ke 10. Luka Hasil uji t menunjukkan perbedaan yang
dinilai dengan menggunakan instrumen signifikan (p=0,002) antara efektifitas
pengkajian luka Bates-Jensen dengan skor 1= pembiayaan pada perawatan luka diabetes
terdapat kerusakan jaringan, 2= terdapat menggunakan balutan modern dibandingkan
lubang superfisial, 3= kawah luka yang dalam balutan konvensional.
tanpa terowongan, 4= adanya lapisan jaringan DISKUSI
bukan nekrosis dan 5= tampak jaringan
penyokong tendon dan sendi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
perbedaan signifikan pada perkembangan luka
dan efektifitas pembiayaan antara balutan
Populasi pada penelitian ini adalah semua modern dibanding balutan konvensional. Luka
pasien luka diabetes yang dirawat di RS dr. diabetes merupakan luka kronik yang dapat
Saiful Anwar Malang (15 orang) dan RS disebabkan oleh kondisi lokal seperti infeksi
Ngudi Waluyo Blitar sejumlah 8 orang. juga kondisi sistemik seperti peningkatan
Kriteria inklusi yang digunakan dalam kadar glukosa dalam darah yang dapat
penelitian ini yaitu: 1) klien dengan luka menyebabkan penurunan sensitifitas sel
diabetes grade II sampai grade IV menurut terhadap insulin. Hal utama yang dapat
klasifikasi Wagner, 2) kadar gula darah stabil, menghambat proses perkembangan luka
3) bersedia menjadi subyek penelitian. adalah menurunnya faktor pertumbuhan (
Berdasarkan kriteria tersebut ditetapkan . 8 growth factors ) dan tidak seimbangnya antara
pasien dengan perlakuan balutan modern dan 8 enzim proteolitik dan inhibitornya (13).
pasien dengan balutan konvensional.
Perawatan luka yang diberikan pada pasien
harus dapat meningkatkan proses
perkembangan luka. Perawatan yang
diberikan bersifat memberikan kehangatan
dan lingkungan yang lembab pada luka
(8). Kondisi yang lembab pada permukaan
luka dapat meningkatkan proses
perkembangan perbaikan luka, mencegah
dehidrasi jaringan dan kematian sel. Kondisi
ini juga dapat meningkatkan interaksi antara
sel dan faktor pertumbuhan. Oleh karena itu
balutan harus bersifat menjaga kelembaban
dan mempertahankan kehangatan pada luka
(14).
Tabel 1. Karakteristik Pasien Berdasarkan Umur (N=16)

Kelompok Mean (tahun) SD Min-Maks 95% CI

Balutan Modern 50,75 8,681 35-60 43,49-58,01


Balutan
Konvensional 52,88 4,549 45-58 49,07-56,68

Tabel 2. Perbedaan Rerata Selisih Skor Perkembangan Perbaikan Luka yang Dirawat
Menggunakan Balutan Modern Dibandingkan Balutan Konvensional

Jenis Perawatan
Ulkus Mean SD SE p Value N
Balutan Modern 16,00 6,047 2,138 0,031 16
BalutanKonvensional 8,75 6,042 2,136

Tabel 3. Perbedaan Rerata Efektifitas Pembiayaan Perawatan Pada Luka


Diabetes yang Dirawat Menggunakan Balutan Modern Dibandingkan Balutan
Konvensional

Jenis Mean
Perawatan
Ulkus SD SE p value N
(rupiah)

56.157,7 25.257,1 8.929,74


Balutan Modern 5 22 1 0,002 16
Balutan 15.020,1 10.633,0 3.759,33
Konvensional 3 12 7
Balutan modern memiliki prinsip kerja dengan menjaga kelembaban dan kehangatan area
luka. Jenis balutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Alginet, Hidrofiber, Hidrogel. Pada
luka dengan exudasi sedang sampai tinggi dan luka basah dengan terowongan yang dalam
digunakan Alginet (Kaltostat®). Sedangkan pada luka yang basah dan luka yang cenderung kering
digunakan Hidrogel (Duoderm gel®). Gel yang terbentuk pada luka mudah dibersihkan dan dapat
memberikan lingkungan yang lembab pada luka. Kondisi ini dapat meningkatkan proses
angiogenesis, proliferasi sel, granulasi dan epitelisasi.
Balutan konvensional merupakan balutan luka yang menggunakan kasa sebagai balutan
utama. Balutan ini termasuk material pasif dengan fungsi utamanya sebagai pelindung, menjaga
kehangatan dan menutupi penampilan yang tidak meyenangkan. Disamping itu balutan kasa juga
dipakai untuk melindungi luka dari trauma, mempertahankan area luka, atau untuk penekanan luka
dan area sekitar luka dan mencegah kontaminasi bakteri. Pada penelitian ini didapatkan skor
perkembangan 0 pada kelompok kontrol responden 7 dan 8, hal ini dapat disebabkan karena
penggantian kasa hanya 1 kali sehari untuk luka yang eksudatnya minimal atau sedang. Hal ini
menyebabkan luka cenderung lebih kering sehingga proses penyembuhan luka terhambat.

Prinsip balutan modern dan konvensional sama yaitu menjaga kelembaban, kehangatan dan
mencegah dari trauma. Namun balutan tradisional kurang dapat menjaga kelembaban karena NaCl
akan menguap sehingga kasa menjadi kering. Kondisi kering menyebabkan kasa lengket pada luka
sehingga mudah terjadi trauma ulang. Kekurangan kasa dalam menjaga kelembaban lingkungan
luka menyebabkan masa perawatan luka yang memanjang. Balutan modern adalah pilihan yang
baik untuk meningkatkan proses perkembangan luka.
Biaya perawatan luka menggunakan balutan modern lebih mahal dibandingkan balutan
konvensional. Namun ini tidak berati balutan modern tidak efektif dalam pembiayaan, karena
efektifitas pembiayaan sendiri adalah metode yang digunakan untuk mengevaluasi hasil dan biaya
yang dikeluarkan pada suatu intervensi yang didesain untuk meningkatkan status kesehatan. Biaya
perawatan yang mahal bukan berarti tidak efektif, kondisi ini bisa dianalogikan dengan suatu luka
yang dirawat dengan metode konvensional akan memerlukan waktu yang lebih lama dalam
perawatan, keadaan seperti adanya perdarahan atau trauma ulang dapat memperlama masa
Perawatan. Sehingga efektifitas pembiayaan sangat dipengaruhi oleh status kesehatan sebagai
tujuan utama perawatan.

KESIMPULAN
Balutan modern mempunyai tingkat perkembangan perbaikan luka diabetik yang lebih baik
dibandingkan dengan menggunakan balutan konvensional. Semakin tinggi proses perbaikan luka
pasien, semakin tinggi biaya yang dikeluarkan untuk proses perbaikan luka.
Pada kondisi dimana balutan modern tidak dapat di lakukan, balutan konvensional masih
dapat dilakukan dengan tetap menjaga kelembaban luka yaitu dengan mengganti balutan 2 kali
sehari dan ditetapkan sebagai prosedur perawatan luka diabetik
BAB II

KRITISI PENELITIAN

JURNAL I

Berdasarkan jurnal ini didesain menggunakan metode penelitian pre-experimental


dengan rancangan one group pretest-posttest. Penelitian eksperimental ini biasanya dalam
bentuk metode kuantitatif. One group pretest-posttest adalah rancangan yang tidak ada
kelompok pembanding (kontrol) namun sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang
memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen.

Metode eksperimental adalah jenis metodologi yang menggunakan riset kuantitatif.


Penelitian menggunakan eksperimental ini dengan tujuan yang jelas seperti untuk melihat
efektivitas program yang akan diterapkan atau tidaknya. Peneliutian ini biasanya dilakukan
dengan cara menyebarkan kuisioner kepada para responden yang ada dilingkungan sekitar
untuk mendapatkan data yang lebih jelas dan juga valid sehingga tidak ada data yang
terlewat.

Dimana kuisioner itu diisi oleh responden yang mengalami Diabetes milletus yang
melakukan perawatan luka DM menggunakan teknik Modern Dressing Madu untuk proses
penyembuhan luka.

Berdasarkan hasil penelitian proses penyembuhan luka pada pasien diabetic sebelum
diberikan perawatan luka metode modern dressing menggunakan madu RSUD. Prof. Dr.
Soekandar Mojosari menunjukan bahwa dari 30 responden penelitian didapatkan proses
penyembuhan luka diabetic sebelum diberikan perawatan luka metode modern dressing
menggunakan madu, yaitu sebagian besar 14 responden (46,7%)mengalami luka grade III.

Madu itu sendiri dapat mengahmbat pertumbuhan bakteri yang ada pada luka dan
dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Madu sendiri masih sulit untuk dicari tapi
masih bisa untuk dibudidayakan oleh masyarakat Sekitar sehingga dapat lebih menghemat
pengeluaran.
JURNAL II

Penelitian dilakukan dengan desain menggunakan metode desain quasi experiment


with pre test and post test measurement. Quasi eksperimen adalah eksperimen yang memiliki
perlakuan, pengukuran, dampak, unit ekngsperimen namun tidak menggunakan penugasan
acak untuk menciptakan perbandingan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengukapkan hubung antara sebab akibat denga cara
melibatkan kelompok kontrol yang ada disamping kelompok eksperimen tetpi pemilihan
kedua kelompok ini tidak menggunakan teknik random.
BAB III

KESIMPULAN

Dari jurnal pertama dapat disimpulkan bahwa metode yang dipakai untuk penlitiann
adalah metode eksperimental dengan menggunakan desain pretest dan post test. Penelitian
eksperimental ini biasanya dalam bentuk metode kuantitatif. One group pretest-posttest
adalah rancangan yang tidak ada kelompok pembanding (kontrol) namun sudah dilakukan
observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan yang
terjadi setelah adanya eksperimen.

Berdasarkan hasil penelitian proses penyembuhan luka pada pasien diabetic sebelum
diberikan perawatan luka metode modern dressing menggunakan madu RSUD. Prof. Dr.
Soekandar Mojosari menunjukan bahwa dari 30 responden penelitian didapatkan proses
penyembuhan luka diabetic sebelum diberikan perawatan luka metode modern dressing
menggunakan madu, yaitu sebagian besar 14 responden (46,7%)mengalami luka grade III.

Dari jurnal kedua diteliti menggunakan Penelitian dilakukan dengan desain quasi
experiment with pre and post test measurement. Populasi pada penelitian ini adalah semua
pasien luka diabetes yang dirawat di RS dr. Saiful Anwar Malang (15 orang) dan RS Ngudi
Waluyo Blitar sejumlah 8 orang. Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1) klien dengan luka diabetes grade II sampai grade IV
DAFTAR PUSTAKA

Aden, R. 2010. Manfaat & Khasiat Madu Keajaiban Sang Arsitek Alam. Yogyakarta:
Hanggar Kreator Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2010. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
2010. Surabaya: Dinas Kesehatan Jawa Timur.
Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2012. Surabaya:
Dinas Kesehatan Jawa Timur.
Haviva, A.B. 2011. Dahsyatnya Mukjizat Madu untuk Kesehatan, Kecantikan, dan
Kecerdasan. Jogjakarta: DIVA Press Maryani, A., Gitarja, W.S., dan Ekaputra, E. 2011.
Metode Perawatan Luka. Dalam: Seminar Nasional Keperawatan, 13 November 2011. PSIK
Universitas Jember.
Maryuyani, A. 2013. Perawatan Luka Modern (Modern Wound care)Terkini dan Terlengkap.
Jakarta: IN MEDIA.
Smeltzer SC, Bare BG, Hinkle JL, & Cheever KH. Brunner and Suddarth's Texbook of
Medical-Surgical Nursing (9 th Ed) . Philadelpia; Lippincott; 2000

World Health Organization. DiabetesMellitus.Online[WW


W ] . 2 0 0 6 . http://www.who.int. [diakses 22 Juli 2008].

Sheehan P. Percent change in wound area of diabetic foot ulcer over a 4-week period is a
robust predictor of complete healing in a 12-week prospective trial. Online [WWW]. 2003. h
t t p : / / w w w. m e d s c a p e . c o m / [ d i a k s e s 1 4 Nopember 2007]

Nandavati. Perawatan optimal luka khaki diabetik, apakah efisien biaya. Online [WWW].
2002. http://:www.husada.co.id/. [diakses 20 Nopember 2007]
Anonim. Skills module : role of clinical nurse oe medical assistant in preventing foot ulcer
and amputation in persons with diabetes. Online [ W W W ] . 2 0 0 7 . H t t p : / / w w w .
Acponline.org/clinicalskill [diakses 22 Juli 2008]

Lee G. Wound care: what's really cost-effective. O n l i n e [ W W W ] . 2 0 0 1 . h t t p : / / w


w w . Ensiclopedia.com. [diakses 22 Nopember 2007]

Deodhar AK & Rana RE. Surgical physiology of wound healing: a review. Online [WWW].
1997. http://www.jpgmonline.com. [diakses 29 Januari 2008]

Torre J. Wound Healing, Chronic wounds. Online 2006. http://www.emedecine.com [diakses


4 Februari 2008].

Anda mungkin juga menyukai