Anda di halaman 1dari 10

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN 2580-2194

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PERAWATAN LUKA MODERN “MOIST


WOUND HEALING” DAN TERAPI KOMPLEMENTER “NaCl 0,9% +
MADU ASLI” TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA KAKI
DIABETIK DERAJAT II DI RSUD BANGKINANG

Ns. Riani, S.Kep., M.Kes¹, Fitri Handayani, SST., M.Kes²


Dosen Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai¹²
ani.ria2227@gmail.com
fitrihandayani@gmail.com

ABSTRAK
Masalah pada kaki diabetik misalnya ulserasi, infeksi dan gangren merupakan penyebab
umum perawatan di rumah sakit bagi para penderita diabetes. Perawatan rutin ulkus,
pengobatan infeksi, amputasi dan perawatan dirumah sakit membutuhkan biaya yang sangat
besar tiap tahun dan menjadi beban yang sangat besar dalam sistem pemeliharan kesehatan.
(Smeltzer dan Bare, 2002). Berbagai cara digunakan untuk mempercepat penyembuhan luka
kaki diabetik diantaranya perawatan luka modern dan terapi komplementer. Perawatan luka
modern menggunakan metode moist wound healing dan terapi komplementer menggunakan
Nacl 0,9% + madu asli. Saat ini seluruh rumah sakit di Bangkinang hanya berpusat pada Nacl
0,9% + kasa saja dalam perwatan luka kaki diabetik pasien, belum menggunakan metode
perawatan luka yang lain padahal sudah banyak perawatan luka yang sudah berkembang
dengan pesat di Indonesia. Basri (2015) menunjukan Perawatan luka kaki menggunakan
metode konvensional cukup banyak mengeluarkan biaya perawatan bagi pasien dibandingkan
dengan metode modern. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbandingan efektifitas
perawatan luka modern Moist Wwound Healing dan terapi komplementer Nacl 0,9% + madu
asli terhadap penyembuhan luka kaki diabetik derajat II di RSUD Bangkinang. Penelitian ini
bersifat eksperiment dengan rancangan pre post one group with control. Sampel dalam
penelitian ini adalah pasien yang menderita luka kaki diabetik derajat II di RSUD
Bangkinang. Hasil penelitian menunjukkan perawatan luka mengguankan MWH lebih efektif
dibandingkan NaCl0.9%+Madu asli. Dianjurkan untuk tenaga kesehatan untuk melakukan
teknik MWH pada luka diabetik pasien DM agar biaya perawata lebih murah.

Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 98


Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN 2580-2194

LATAR BELAKANG penderita DM untuk terkena luka


kaki DM sepanjang hidupnya
1.1 Pendahuluan
adalah sebesar 15% dan risiko
Penyakit degeneratif merupakan luka kaki DM dan amputasi
penyakit yang bisa meningkat 2-4 kali seiring
menurunankan fungsi organ dengan peningkatan usia dan
tubuh. Diantara penyakit lamanya menderita DM.
degeneratif atau penyakit tidak Masalah pada kaki diabetik
menular yang akan meningkat misalnya ulserasi, infeksi dan
jumlahnya di masa mendatang gangren merupakan penyebab
adalah diabetes mellitus. umum perawatan di rumah sakit
Diabetes Mellitus (DM) bagi para penderita diabetes.
merupakan sekelompok kelainan Perawatan rutin ulkus,
heterogen yang ditandai oleh pengobatan infeksi, amputasi dan
kenaikan kadar glukosa dalam perawatan dirumah sakit
darah atau hiperglikemia. membutuhkan biaya yang sangat
Dampak yang ditimbulkan sangat besar tiap tahun dan menjadi
luas yang akan mempengaruhi beban yang sangat besar dalam
kualitas hidup pasien, terutama sistem pemeliharan kesehatan.
pada pasien dengan komplikasi (Smeltzer dan Bare, 2002).
luka kaki diabetes (diabetic foot Perawatan luka kaki diabetes
ulser), salah satu penyebab memerlukan penanganan multi
komplikasi ini terjadi karena disiplin yang melibatkan dokter
kerusakan saraf (neuropaty), untuk mengontrol kadar gula
pada kondisi ini pasien tidak darah, ahli gizi dalam mengelola
dapat lagi membedakan suhu diet dan perawat yang melakukan
panas dan dingin, rasa sakit perawatan. Perawatan luka pada
berkurang. Kaki pasien yang pasien dengan berbagai stadium
mengalami neuropaty dua kali membutuhkan perawatan
lipat beresiko mengalami luka tersendiri, mulai stadium ringan
diabetisum (Sari, 2015). yang cukup menggunakan alat-
Luka kaki diabetik selalu alat sederhana sampai stadium
berhubungan dengan kejadian berat yang harus menggunakan
infeksi yang merupakan sarana dan prasarana dan seorang
penyebab terjadinya luka perawat khusus diabetes,
semakin luas, sehingga terjadinya perawatan secara langsung
ulkus dan ganggren, bahkan terhadap luka pasien menjadi
dilakukan amputasi bila tanggungjawab utama perawat.
pengobatan yang diberikan tidak Tehnik perawatan saat ini
secara baik. Luka diabetes juga mengalami perkembangan yang
memiliki dampak yang luas, sangat pesat, dimana perawatan
karena dapat mengakibatkan luka sudah menggunakan
kematian, morbiditas, perawatan modern “Moist
peningkatan biaya perawatan, Wound Healing (MWH)” seperti
dan penurunan kualitas hidup. alginate, metcovazin, foam,
Sari (2015 dalam Forozandeh, hydrocolloid, hydrogel, dan
2005) mengemukakan risiko terapi komplementer

Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 99


Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN 2580-2194

menggunakan madu asli pengobatan pilihan lain diluar


sedangkan perawatan pengobatan medis yang
konvensional masih konvensional.(Andriana, 2013)
menggunakan Nacl, betadhine Madu alami memiliki
dan kasa. kandungan yang dapat
MWH yaitu suatu metode menyembuhkan luka kaki
cara penyembuhan luka dengan diabetik. Sebagai contohnya
mempertahankan isolasi enzim katalase yang berfungsi
lingkungan luka yang tetap sebagai antibakteria dan
lembab dengan menggunakan kandungan air yang kurang 18%
balutan penahan kelembaban. memungkinkan madu untuk
Metode MWH ini secara klinis menarik pus (nanah) disekitar
memiliki keuntungan akan area luka yang di oles dengan
meningkatkan proliferasi dan madu alami tersebut
migrasi dari sel-sel epitel (Suranto,2007)
disekitar lapisan air yang tipis, Badan kesehatan dunia (Word
mengurangi resiko timbulnya Health Organization)
jaringan parut, dan lain-lain, memperkirakan jumlah penderita
keunggulan metode ini dapat diabetes melitus di Indonesia
meningkatkan epitelisasi 30– akan meningkat hingga dua
50%, meningkatkan sintesa sampai tiga kali lipat pada tahun
kolagen sebanyak 50%, rata-rata 2030 dari 8,4 juta mencapai 21,3
reepitelisasi dengan kelembaban juta orang. Sedangkan Indonesia
2–5 kali lebih cepat serta dapat menempati urutan keempat
mengurangi kehilangan cairan terbanyak penderita DM di dunia
dari atas permukaan luka. yaitu 8,4 juta setelah india 31,7
kualitas penyembuhan baik, luka juta, cina 20,8 juta, AS 17,7 juta
cepat sembuh sehinggta dapat jiwa. (http://www.WHO.
mengurangi biaya perawatan. Diperoleh tanggal 9 April 2015).
Beberapa penelitian sebelumnya Data RSUD Bangkinang
telah diketahui konsep perawatan tahun 2016 diketahui bahwa
luka modern lebih efektif dalam perawatan luka kaki
pengangkatan jaringan mati menggunakan moist wound
(nekrotik), peningkatan healing belum pernah dilakukan
perbaikan luka, dan penurunan pada pasien dengan luka kaki
nyeri saat penggantian balutan. diabetik derajat II, selama ini
Terapi komplementer perawatan luka hanya
merupakan pengobatan non menggunakan cairan Nacl 0,9%
konvensional yang bukan berasal saja. Dimana jumlah hari rawatan
dari negara yang bersangkutan pasien dan kemajuan luka pasien
(WHO, dalam Andriana 2013). belum bisa ditentukan secara
sedangkan menurut Indonesia spesifik tergantung kepada
terapi komplementer adalah kondisi pasien tersebut.
terapi cara penanggulanggan Perawatan luka dengan moist
penyakit yang dilakukan sebagai wound healing saat ini sudah
pendukung kepada pengobatan pernah dilakukan di klinik
medis konvensional atau sebagai perawatan luka di Kota

Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 100


Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN 2580-2194

Tembilahan, dimana hasil Luka Modern Moist Wound


observasi memperlihatkan bahwa Healingdan terapi komplementer
ada kemajuan jumlah hari Nacl 0,9% + Madu Asli terhadap
rawatan pasien dan kemajuan Penyembuhan Luka Diabetik
luka pasien sehingga pasien cepat Derajat II Di RSUD Bangkinang
pulang. Biaya yang dikeluarkan Tahun 2016?
untuk perawatan tersebut hanya b. Tujuan Khusus
50.000 ribu untuk setiap luka 1. Mengetahui karakteristik
pasien. Sedangkan perawatan responden yang mengalami
luka kaki diabetik menggunakan luka kaki diabetik derajat II
Nacl 0,9% + madu asli sudah di RSUD Bangkinang
dilakukan di klinik perawatan 2. Mengetahui degenerasi
luka di bangkinang, hasil luka kaki diabetik derajat II
penelitian menggunakan madu sebelum diberikan
asli menunjukkan kemajuan perawatan luka
dalam perbaikan jaringan dan menggunakan Moist
nanah cepat mengering. Wound Healing
Berdasarkan kondisi tersebut, 3. Mengetahui degenerasi
maka peneliti tertarik untuk luka kaki diabetik derajat II
meneliti tentang Perbadingan sesudah diberikan
Efektifitas Perawatan Luka perawatan luka
Modern Moist Wound menggunakan Moist
Healingdan terapi komplementer Wound Healing
Nacl 0,9% + Madu Asli terhadap 4. Mengetahui degenerasi
Penyembuhan Luka Diabetik luka kaki diabetik derajat II
Derajat II Di RSUD Bangkinang sebelum diberikan
Tahun 2016? perawatan luka
menggunakan Nacl 0,9 % +
1.2 Rumusan Masalah Madu Asli
Berdasarkan latar belakang yang 5. Mengetahui degenerasi
telah diuraikan diatas, maka luka kaki diabetik derajat II
yang menjadi rumusan masalah sesudah diberikan
dalam penelitian ini adalah perawatan luka
Perbadingan Efektifitas menggunakan Nacl 0,9 % +
Perawatan Luka Modern Moist Madu Asli
Wound Healingdan terapi 6. Mengetahui Perbadingan
komplementer Nacl 0,9% + Efektifitas Perawatan Luka
Madu Asli terhadap Modern Moist Wound
Penyembuhan Luka Diabetik Healingdan terapi
Derajat II Di RSUD Bangkinang komplementer Nacl 0,9% +
Tahun 2016? Madu Asli terhadap
Penyembuhan Luka
1.3 Tujuan Penelitian Diabetik Derajat II Di
a. Tujuan Umum RSUD Bangkinang Tahun
Tujuan umum penelitian ini 2016?
adalah untuk mengetahui
Perbadingan Efektifitas Perawatan 2. Metode Penelitian

Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 101


Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN 2580-2194

2.1 Metode Penelitian menilai degenerasi


Jenis penelitian ini adalah penyembuhan luka diabetik
penelitian kuantitatif dengan berdasarkan ukuran luka, jumlah
desain penelitian dalam jaringan yang mengalami
penelitian ini quasy nekrotik, dan epitelisasi.
eksperimental menggunakan
rancangan penelitian prepost test 2.5 Analisa Data
with control. Secara garis besar langkah
pengolahan / analisis data
2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian meliputi Editing, Coding,
Lokasi penelitian di RSUD Procesing dan Cleaning. Data
Bangkinang dengan waktu diolah dengan menggunakan uji
penelitian pada 24 – 30 Juli T test, yaitu pengujian yang
2017. dilakukan untuk menguji
hipotesis tentang hubungan
2.3 Populasi dan Sampel antara satu variabel independent
a. Populasi Penelitian dengan satu dependent (Sugiyono
Dalam penelitian ini : 2014).
populasinya adalah seluruh
pasien yang menderita luka 3. Hasil Penelitian
diabetik (grade II sesuai 3.1 Hasil Penelitian Bivariat
klasifikasi Wagner) di RSUD Penelitian ini bertujuan untuk
Bangkinang tahun 2017 menganalisis perbandingan
b. Sampel Penelitian perawatan luka kaki diabetik
Sampel pada penelitian ini dengan menggunakan MWH
semua pasien DM Tipe II dibanding perawatan luka kaki
dengan luka gangren derajat diabetik dengan menggunakan
II yang dirawat inap di RSUD NaCl 0,9% + Madu di RSUD
Bangkinang. Teknik Bangkinang Tahun 2017.
pengambilan sampel dalam Pengumpulan data pada
penelitian ini adalah penelitian ini dimulai dari 24 - 30
purposivesampling dengan Juli 2017.
jumlah sampel 20 orang
(Kelompok pasien luka Pada bab ini akan diuraikan hasil
diabetik dengan perawatan penelitian setiap variabel melalui
NaCl 0,9% + madu asli di analisis univariat dan bivariat.
ruang penyakit dalam
sebanyak 10 orang dan 1. Analisa Bivariat
kelompok pasien luka Analisis bivariat bertujuan
diabetik dengan perawatan untuk mengetahui kemaknaan
MWH di ruang perawatan perbandingan perawatan luka kaki
bedah sebanyak 10 orang). diabetik dengan menggunakan
MWH dibandingkan perawatan
2.4 Prosedur Pengumpulan Data luka kaki diabetik dengan
Pengumpulan data dilakukan menggunakan NaCl 0,9% + Madu
dengan menggunakan lembar di RSUD Bangkinang dengan uji
checklist (metode wagner) untuk T Test dengan α = 0,05

Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 102


Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN 2580-2194

Tabel 4.5 : Perbandingan Efektivitas


Perawatan Luka Diabetik
NaCl 0,9% + Madu
dengan MWH
Variabel
( NaCl Selisih P
SD CI 95%
0,9% + Mean Value
Madu) sebesar 0,1 sedangkan rata-rata skor
Luka 0.1 0,4 0,4 – 0,6 0,08
perkembangan luka pada kelompok
Jaringan 0,4 0,5 0,0 – 0,7 0,03
Epiteiassi 0,2 0,4 0,0 – 0,7 0,03 balutan Moist Wound Healing adalah
Variabel Selisih SD CI 95% P sebesar 1, 6
MWH Mean Value Uji T Test digunakan untuk
Luka 1,6 0,4 0,1 – 0,5 0,00 menganalisis efektifitas perawatan
Jaringan 0,7 0,4 0,1 – 0,5 0,01 luka kaki diabetik modern tehnik
Epiteiassi 0,4 0,4 0,1 – 0,5 0,03 Moist Wound Healing dengan tingkat
Tabel 4.5 di atas signifikansi p ≤ 0,05. Maka
menunjukkan selisih mean diperoleh nilai signifikansi (p)
peringkat tiap kelompok. yaitu sebesar 0,00 yang artinya < 0,05
pada kelompok responden dengan sehingga Ho ditolak. Hal ini
perawatan NaCl 0,9% + bermakna ada perbedaan efektifitas
Madurerata peringkatnya pada perawatan luka diantara kedua
luka 0,1, jaringan 0,4 dan kelompok yang diuji yaitu kelompok
epitelisasi 0,2. sedangkan pada responden yang menggunakan NaCl
kelompok MWH selisih rerata 0,9 % + Madu dan kelompok
pada luka 1,6, jaringan dan responden yang menggunakan
epitelisasi 0,4. untuk uji statistik, metode perawatan Moist Wound
perawatan luka dengan Healing.
menggunakan metode MWH lebih Pasien dengan luka kaki
efektif dibandingkan dengan diabetes membutuhkan perawatan
metode Madu + NaCl 0,9% jangka panjang untuk dapat sembuh
dengan P Value 0,00. kembali. Dalam penelitian Sheehan
(2007), dilaporkan perawatan
Perbandingan Perawatan Luka pasien dengan luka kaki diabetes
moist wound healing dan NaCl akan menunjukkan penutupan luas
0,9% + Madu terhadap area luka pada 4 minggu pertama dan
Penyembuhan Luka Diabetik di sembuh total 12 minggu.
Ruang Pejuang dan Ruang Ali Konsekuensi logis dari perawatan
RSUD Bangkinang. luka kaki diabetik tentunya adalah
beban biaya yang harus ditanggung
Penelitian yang dilakukan oleh pasien. Biaya perawatan yang
terhadap 10 responden, diperoleh mahal bukan berarti tidak efektif,
rata- rata skor perkembangan luka kondisi ini bisa dianalogikan dengan
pada kelompok perawatan luka yang suatu luka yang dirawat dengan
menggunakan NaCl 0,9 % + Madu metode konvensional akan

Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 103


Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN 2580-2194

memerlukan waktu yang lebih lama lembab untuk memfasilitasi proses


dalam perawatan, keadaan seperti penyembuhan luka, mempertahankan
adanya perdarahan atau trauma ulang kehilangan cairan jaringan dan
dapat memperpanjang masa kematian sel (De Laune, 1998
perawatan. Sehingga pembiayaan dalam Dewi, 2008). Lingkungan
sangat dipengaruhi oleh status luka yang lembab (moist) dapat
kesehatan sebagai tujuan utama mempercepat proses penyembuhan
perawatan. luka dengan cara membantu
Luka kaki diabetik adalah menghilangkan fibrin yang terbentuk
infeksi, ulkus dan/atau kerusakan pada luka kronis dengan cepat
jaringan yang lebih dalam yang (fibrinolitik) oleh netrofil dan sel
terkait dengan gangguan neurologis endotel dalam suasana lembab,
dan vaskuler pada tungkai (WHO, menurunkan angka kejadian infeksi
2006). Harman (2007), penggunaan dibandingkan dengan perawatan
balutan kassa merupakan standart kering, membantu mempercepat
dalam perawatan luka dan masih pembentukan growth factor yang
banyak digunakan secara luas dalam berperan dalam proses
proses perawatan luka. Produk penyembuhan, dan mempercepat
perawatan luka dengan invasi netrofil yang diikuti oleh
menggunakan cairan NaCl 0,9% + makrofag, monosit dan limfosit ke
Madu banyak keuntungan yang daerah luka (Gitarja, 2008).
didapat seperti lebih murah, mudah Berdasarkan hasil observasi
digunakan dan dapat dipakai pada terhadap pasien DM dengan luka
area yang sulit dijangkau serta tidak kaki diabetik yang mendapatkan
bersifat toksik terhadap jaringan. perawatan luka, diperoleh penurunan
Cairan NaCl 0,9 % bersifat isotonis, skor derajat luka yang cukup besar
yang artinya memiliki sifat yang pada kelompok dengan metode Moist
sama dengan cairan yang ada pada Wound Healing dibandingkan
tubuh manusia. Cairan NaCl 0,9 % menggunakan NaCl 0,9 % + Madu.
lebih dianjurkan sebagai cairan Selain itu, pada kelompok dengan
perawatan luka jika dibandingkan metode Moist Wound Healing
dengan cairan lain seperti H2O2, menunjukkan perbaikan kondisi luka
povidone Iodhine, rivanol dan cairan yakni ukuran luka berkurang, tipe
lainnya yang bersifat toksik terhadap dan jumlah jaringan nekrotik
jaringan. berkurang, jumlah eksudat pada luka
Saat ini, teknik perawatan luka berkurang, serta peningkatan
telah banyak mengalami epitelisasi pada permukaan luka.
perkembangan dimana perawatan Sedangkan perubahan kondisi luka
luka sudah mulai menggunakan yang terjadi pada kelompok yang
bahan modern. Produk bahan menggunakan cairan NaCl 0,9 % +
perawatan luka modern membawa Madu adalah pada penurunan jumlah
kontribusi yang besar dalam metode eksudat, untuk epitelisasi tidak ada
perawatan luka kronis salah satunya perubahan yang signifikan. Menurut
adalah luka diabetes. Prinsip dari Frank (2006), dalam manajemen
produk perawatan luka modern perawatan luka, hasil yang dapat
adalah mempertahankan dan digunakan untuk mengevaluasi
menjaga lingkungan luka tetap efektifitas suatu tindakan adalah : 1)

Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 104


Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN 2580-2194

perubahan area luka, 2) perbaikan 100% area luka.


keparahan luka, 3) perbaikan Observasi pada parameter
secara subyektif pada luka, 4)waktu epitelisasi jaringan sebelum
penyembuhan luka, 5) penyembuhan perawatan luka gambaran belum
luka secara total, sehingga terlihat adanya epitelisasi jaringan
perawatan luka kaki diabetik pada seluruh pasien. Jaringan
menggunakan metode Moist Wound granulasi adalah pertumbuhan
Healing dapat dikatakan lebih efektif pembuluh darah kecil dan jaringan
dalam menurunkan skor derajat luka penyambung untuk mengisi luka
dibandingkan dengan perawatan luka yang dalam. Jaringan granulasi akan
menggunakan NaCl 0,9%+Madu, sehat apabila warnanya terang,
walaupun rata-rata total biaya berwarna merah seperti daging,
perawatannya lebih mahal. Oleh berkilau dan bergranulasi dengan
karena itu, penggunaan metode Moist penampilan beludru. Vaskularisasi
Wound Healing dapat yang buruk akan terlihat seperti
direkomendasikan sebagai masukan merah muda pucat atau merah
dalam melakukan perawatan luka, kehitaman. Epitelisasi jaringan
khususnya di RSUD Bangkinang adalah proses pengembalian
sebagai rumah sakit rujukan di permukaan epidermal dan terlihat
Kabupaten Kampar. Penggunaan kulit berwarna merah muda atau
metode Moist Wound Healing juga merah (Jensen, 1990 dalam Potter
dirasa efisien karena tidak perlu dan Perry, 2005). Sebagian besar
terlalu sering mengganti balutan. pasien memiliki luka dengan jaringan
Hal ini tentu saja sangat membantu granulasi yang tidak sehat akibat
mengurangi risiko trauma berulang perawatan luka yang kurang tepat
pada luka yang dialami pasien. atau bahkan karena luka yang tidak
Dari seluruh parameter yang dirawat sehingga jaringan luka
peneliti observasi pada kelompok cenderung kering. Akibat lingkungan
Madu+NaCl 0.9%, bagian yang yang kering tersebut maka jaringan
paling sering dijumpai peneliti yaitu granulasi tidak dapat tumbuh optimal
jumlah eksudat pasien yang tampak karena jaringan granulasi dapat
semakin berkurang, pengukuran tumbuh optimal pada lingkungan
granulasi jaringan sebelum lembab. Luka belum mengalami
perawatan luka menunjukkan bahwa jaringan epitel karena pertumbuhan
sebagian besar (80%) pasien jaringan epitel mengikuti
memiliki jaringan granulasi berwarna pertumbuhan jaringan granulasi.
merah terang atau merah daging Menurut The National Honey
yang menutupi ≤ 25% luas luka. Board (2004), kandungan rata-rata
Sedangkan sebagian kecil (20%) fruktosa pada madu sebesar 38,50%,
pasien lainnya belum mengalami glukosa sebesar 31,00% dan protein
granulasi jaringan. Observasi dan total sebesar 0,30%. Teori lain
pengukuran granulasi jaringan menyebutkan bahwa angiopati pada
sesudah perawatan luka diabetes mellitus menyebabkan
menunjukkan bahwa seluruh (100%) terjadinya penurunan asupan nutrisi,
pasien memiliki jaringan granulasi oksigen (zat asam) dan antibiotika
berwarna merah terang atau merah sehingga menyebabkan luka sulit
daging yang menutupi 75% hingga sembuh (Setiawan dan Suhartono,

Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 105


Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN 2580-2194

2005). Sebagai agen pengobatan luka


topikal, madu mudah diserap kulit,
sehingga dapat menciptakan
kelembaban kulit dan memberi
nutirisi yang dibutuhkan kulit
(Jeffrey dan Echazaretta, 1997).
Apabila hasil analisa madu tersebut
dibandingkan dengan standar
kandungan madu atau teori yang ada,
hasilnya hampir mendekati standar
yang ada dan layak digunakan untuk
bahan perawatan luka.
Perawatan luka diabetik
menggunakan madu bertujuan untuk
membunuh kuman (antibakteri),
mengurangi inflamasi
(antiinflamasi), serta menstimulasi
dan mempercepat penyembuhan
luka. Fungsi madu sebagai anti
bakteri, antiinflamasi, menstimulasi
dan mempercepat penyembuhan luka
dapat dilihat dari perbedaan hasil
penilaian status luka pada seluruh
parameter penilaian.

Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 106


Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN 2580-2194

DAFTAR PUSTAKA

Azis. Alimul, 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Penerbit Salemba
http://www.wounds1.com/care/procedure20.cfm/35 , diakses tanggal 25 April 2016
http://www.google.co.id/search?q=moist+wound+healing&hl=id&start=90&sa=N, diakses
tanggal 25 April 2016
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=moist+wound+healing&btnG=Telusuri+dengan+G
oogle&meta= , diakses tanggal 25 April 2016
http://www.worldwidewounds.com/1999/june/Steve-Thomas/Meningococcal-
Meningitis.html, diakses tanggal 25 April 2016
http://www.clevelandclinic.org/health/healthinfo/docs/3800/3820.asp?index=12223&src=ne
wsp , diakses tanggal 25 April 2016
http://www.burnsurgery.org/Betaweb/Modules/moisthealing/part_2bc.htm, diakses tanggal
25 April 2016
http://www.worldwidewounds.com/2004/september/Ryan/Psychology-Pain-Wound-
Healing.html, diakses tanggal 25 April 2016
Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 2.
Salemba Medika, Jakarta.
Notoatmodjo. S, 2005. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Yogyakarta, Andy Offset.
Notoatmodjo. S, 2007. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta :
Jakarta.
Sugiyono, 2008. Statistik Untuk Penelitian Alfa Beta. Bandung
Sulystiawaty, 2009. Proses penyembuhan luka post operasi. Edisi 2. Salemba Medika,
Jakarta.

Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 107

Anda mungkin juga menyukai