Anda di halaman 1dari 6

PENERAPAN PERAWATAN LUKA MODERN PADA PASIEN

DENGAN DIABETIC FOOT ULCER DI MOISY HEAL CARE


LAMPUNG TIMUR TAHUN 2020
Apri Supanto
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Aisyah Pringsewu
Email : safirasdad@gmail.com

ABSTRAK

Salah satu komplikasi kronik dari penyakit DM yang paling ditakuti adalah Diabetic Foot Ulcer. DFU
dikategorikan sebagai luka kronis karena mengalami keterlambatan penyembuhan, luka yang proses
penyembuhannya lama membutuhkan perawatan yang berkualitas dan berkesinambungan untuk mencegah
komplikasi atau mungkin sembuh namun berdampak kecacatan. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya
penerapan perawatan luka modern pada proses penyembuhan pada pasien dengan DFU di Moisy Heal Care
Lampung Timur Tahun 2021.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian ini mengunakan design pre eksperimental design dengan
pendekatan time series one group pretest postest. Penelitian ini telah dilaksanakan di Moisy Heal Care Lampung
Timur Tahun 2020 pada bulan Desember 2020. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 10 pasien dengan DFU.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, analisa data yang digunakan
menggunakan uji repeated anova.
Hasil analisis didapatkan tidak ada pengaruh perawatan luka modern terhadap proses penyembuhan luka DFU
untuk perbedaan rata-rata pre test kunjungan pertama dengan post test kunjungan kedua dengan nilai p-value
sebesar 0,95 > 0,05 dan terdapat pengaruh perawatan luka modern terhadap proses penyembuhan luka DFU yang
signifikan untuk perbedaan rata-rata pre test kunjungan pertama dengan post test kunjungan ketiga dengan nilai p-
value sebesar 0,06 < 0,05 dan pre test dengan post test kunjungan keempat, dengan nilai p-value sebesar 0,000 <
0,05 Hal tersebut berarti dengan rutin melakukan perawatan luka moderen dapat meningkatkan proses
penyembuhan luka DFU.

Kata Kunci : Perawatan Luka Modern, Diabetic Foot Ulcer.

ABSTRACT

One of the most dreaded chronic complications of DM is Diabetic Foot Ulcer. DFU is categorized as a chronic
wound because it has delayed healing, wounds that have a long healing process require quality and continuous care
to prevent complications or may heal but have disability impacts. The research objective was to find out the
implication of modern wound care in the healing process of patients with DFU at Moisy Heal Care, East Lampung
2021.
This type of research is quantitative. This research used a pre-experimental design with a one-group pretest-
posttest time series approach. This research was conducted at Moisy Heal Care, East Lampung in 2020 in December
2020. The sample in this research were ten patients with DFU. The sampling technique used in this research was
purposive sampling, and the data were analyzed repeated annova tests.
The results of the analysis showed that there was no effect of modern wound care on the DFU wound healing
process for the average difference between the first visit as pre-test and the second visit post-test with a p-value of
0.95> 0.05 and there was an effect of modern wound care on the healing process. DFU injuries were significant for
the mean difference between the pre-test first visit and the third visit post-test with a p-value of 0.06 <0.05 and a
pre-test with the fourth visit post-test, with a p-value of 0.000 <0, 05 This means that routine treatment of modern
wounds can improve the healing process of DFU wounds.

Keywords: Modern Wound Care, Diabetic Foot Ulcer.


PENDAHULUAN sebagai luka kronis karena mengalami keterlambatan
penyembuhan, luka yang proses penyembuhannya
Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan lama membutuhkan perawatan yang berkualitas dan
suatu penyakit kronis yang ditandai dengan berkesinambungan karena jika tidak dilakukan
peningkatan kadar glukosa dalam darah dan selalu perawatan akan terjadi komplikasi atau mungkin
disertai dengan komplikasi (Waspadji, 2006 dalam sembuh namun berdampak kecacatan.
Supriyadi, 2017) dan menurut Rudijanto, et al (2015) Perawatan luka telah mengalami perkembangan
dikatakan bahwa penyakit DM merupakan suatu yang sangat pesat, sehingga perawat dituntut untuk
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. dimulai dari pengkajian yang komprehensif,
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan perencanaan yang tepat, tindakan dan evaluasi hasil
adanya kenaikan jumlah penyandang Diabetes yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi
Melitus (DM) di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun hasil yang sistematis (Agustina, 2009 dalam
2000 akan menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 Rohmayanti, et al, 2016).
dan kemungkinan akan terjadi peningkatan sebanyak Metode perawatan luka yang berkembang saat ini
2-3 kali lipat pada tahun 2035 (Decroli, 2019), adalah menggunakan prinsip moisture balance, yang
sedangkan International Diabetes Federation (IDF) disebutkan lebih efektif dibandingkan metode
memprediksi adanya kenaikan jumlah penyandang konvensional. Perawatan luka menggunakan prinsip
DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 moisture balance ini dikenal sebagai metode modern
menjadi 14,1 juta pada tahun 2035 (Rudijanto, et al, dressing (Kartika, 2015).
2015) dan data lebih lanjut dari hasil Riset Kesehatan Modern dressing dikatakan mampu untuk
Dasar tahun 2018 didapatkan data bahwa prevalensi mempertahankan lingkungan lembab yang seimbang
penderita DM di propinsi lampung pada tahun 2018 dengan permukaan luka dengan pemilihan dressing
sebesar 1,4% (Kemenkes RI, 2018). yang dapat menjaga kelembapan seperti films,
Data diatas menunjukkan bahwa jumlah hydrogels, hydrocolloids, foams, alginates, and
penyandang DM di Indonesia sangat besar, dengan hydrofibers (Broussard dan Powers, 2013 dalam
kemungkinan terjadi peningkatan jumlahnya di masa Rohmayanti, et al, 2016) dan lebih lanjut
mendatang dan akan menjadi beban yang sangat berat dikemukakan oleh Kartika (2015) bahwa pemahaman
untuk dapat ditangani sendiri oleh dokter mengenai konsep lembab dalam penyembuhan luka,
spesialis/subspesialis atau bahkan oleh semua tenaga pemilihan bahan balutan dan prinsip-prinsip
kesehatan yang ada (Rudijanto, et al, 2015). intervensi luka yang optimal merupakan konsep kunci
Decroli (2019) menyatakan bahwa salah satu untuk mendukung proses penyembuhan luka.
komplikasi kronik dari penyakit DM yang paling Pada studi pendahuluan yang dilakukan di Moisy
ditakuti adalah Diabetic Foot Ulcer (DFU). Heal Care Lampung Timur didapatkan data
Berdasarkan data dari International Diabetes kunjungan pasien dengan DM yang dirawat pada
Federation pada tahun 2015 bahwa prevalensi DFU tahun 2019 sebanyak 62 kasus baru dan 46 kasus
diperkirakan akan meningkat sebesar 9,1 juta hingga (74,2%) diantaranya merupakan penderita DFU dan
26,1 juta setiap tahunnya diseluruh dunia (Armstrong, diantara penderita DFU sebanyak 8 kasus (17,4%)
et al, 2017). merupakan pasien post amputasi. Dressing yang
DFU merupakan kelainan pada kaki penderita dipergunakan dalam proses perawatan menggunakan
diabetes (diabetisi) dengan karakteristik adanya modern wound dressing berjenis herbal dan non
neuropati sensorik, motorik, otonom dan atau herbal sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
gangguan pembuluh darah tungkai yaitu terdapatnya Sebagaimana uraian diatas bahwa perawatan luka
ulkus, infeksi, gangren, amputasi serta kematian. Data modern dengan prinsip kelembaban yang seimbang
menunjukkan bahwa sebanyak 14,3% diabetisi akan (moisture balance) mampu mendukung proses
meninggal dalam setahun setelah amputasi dan penyembuhan luka maka penelitian ini diadakan
sebanyak 37% diabetisi akan meninggal 3 tahun untuk mengetahui lebih mendalam mengenai
pasca amputasi (Decroli, 2019). penerapan perawatan luka modern pada proses
Kartika (2013, dalam Rohmayanti, et al, 2016) penyembuhan pasien dengan Diabetic Foot Ulcer dan
mengemukakan bahwa untuk mencegah komplikasi menilai efektifitasnya sesuai tahap perkembangan
luka diabetik yang berlangsung lama dan mencegah luka dengan parameter The Bates-Jensen Wound
ke arah yang lebih buruk maka perlu diperhatikan Assessment Tool (BWAT) yang berisikan 13
bagaimana perawatan lukanya. Selanjutnya karakteristik luka yang meliputi ukuran luka,
ditambahkan oleh Rachma & Andriany (2013) bahwa kedalaman, tepi luka, goa, tipe jaringan nekrosis,
luka yang dialami penderita diabetes dikategorikan jumlah jaringan nekrosis, tipe eksudat, jumlah
eksudat, warna kulit di sekitar luka, jaringan edema, postest. Sampel adalah pasien dengan DFU yang
pengerasan jaringan tepi, jaringan granulasi dan dirawat di Pusat Penyembuhan dan Perawatan Luka
epitelisasi. Moisy Heal Care Lampung Timur sebanyak 10
responden yang dipilih dengan teknik purposive
sampling. Data dikumpulkan menggunakan cara
METODE PENELITIAN observasi langsung dengan mengukur grade luka
menggunakan lembar check list pengkajian luka The
Jenis penelitian adalah kuantitatif melalui Bates-Jansen Wound Assessment Tool (BWAT). Data
pendekatan eksperiment (Experiment Research), dianalisis menggunakan Repeated Anova.
menggunakan rancangan pre eksperimental design
dengan pendekatan time series one group pretest

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1
Nilai Rata-Rata Hasil Pengukuran Perkembangan Luka Klien Dengan Skala The Bates-Jensen Wound Assessment
Tool (BWAT)

Rata-Rata
N Min-Max Std. Deviation Mean
Kondisi Luka
Pre Test 1 10 43-63 6,78 53,90
Post Test 2 10 33-63 9,79 48,20
Post Test 3 10 26-54 9,84 41,30
Post Test 4 10 17-46 9,68 32,80

Pada hasil analisis univariat sebagaimana tabel 1 63 dan yang terendah adalah 43 dan pada post test
didapatkan data bahwa rata-rata perbedaan kondisi keempat skor perkembangan luka tertinggi adalah 46
luka sebelum dan sesudah dilakukan perawatan luka dan yang terendah adalah 17, data ini menunjukkan
modern yang dilakukan selama empat kali kunjungan bahwa telah terjadi penurunan skor minimal dari pre
adalah bahwa rata-rata pre test 1 adalah 53,90 dengan test yang pertama dibandingkan dengan post test
standard deviasi 6,78. Pada post test 2 menunjukan keempat terdapat selisih 26 skor dan juga pada skor
bahwa rata-rata kondisi luka adalah 48,20 dengan maksimal pre test yang pertama dibandingkan dengan
standard deviasi 9,79, pada post test 3 menunjukan post test keempat terdapat selisih 17 skor. Hal ini
rata-rata kondisi luka 41,30, sedangkan pada post test berarti bahwa dengan penerapan modern wound care
4 menunjukan rata-rata kondisi luka 32,80 dengan secara umum dapat memberikan perubahan yang baik
standard deviasi 9,68. untuk kesembuhan luka.
Pada tabel 1 diatas juga tampak bahwa pada pre
test kesatu skor perkembangan luka tertinggi adalah

Tabel 2
Analisis Pengaruh Perawatan Luka Modern Terhadap Proses Penyembuhan Luka DFU

Variabel Rata-Rata Sig. Convidence Interval


Perbedaan
Pre Test 1 Post Test 2 5,70 0,95 -,762 12,162
Post Test 3 12.60 0,06 3,753 21,447
Post Test 4 21,100 0,00 12,122 30,078

Dari hasil uji Repeated Anova pada tabel 2 sebesar 5,70 dengan nilai p-value sebesar 0,95 > 0,05
tentang pengaruh perawatan luka modern terhadap yang artinya tidak ada perbedaan rata-rata
proses penyembuhan luka DFU, didapatkan hasil penyembuhan luka DFU yang signifikan, sedangkan
pairwise comparisons dengan selisih rata-rata pre test untuk perbedaan rata-rata pre test kunjungan pertama
kunjungan pertama dan post test kunjungan kedua dengan Post Test kunjungan ketiga didapatkan hasil
rata-rata 12,60 dengan nilai p-value sebesar 0,06 < kematian sel, akselerasi angiogenesis dan
0,05 dan untuk Pre Test dengan Post Test kunjungan memungkinkan interaksi antara faktor pertumbuhan
keempat, didapatkan rata-rata 21,10 dengan nilai p- dengan sel target (Parmet, 2005).
value sebesar 0,000< 0,05 yang artinya terdapat Pada penelitian ini rata-rata responden memiliki
pengaruh signifikan perawatan luka modern terhadap kategori DFU dengan grade 4 sesuai klasifikasi luka
penyembuhan luka DFU dari waktu kunjungan ke menurut sistem Wagner-Meggitt (Ghotaslou et al,
tiga dan ke empat. Hal tersebut berarti dengan rutin 2018). Dengan perawatan luka modern (modern
melakukan perawatan luka moderen dapat wound care) menggunakan prinsip moisture balance
meningkatkan proses penyembuhan luka DFU. mengalami kemajuan yang cukup baik dapat dilihat
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kartika pada perubahan skor berdasarkan skala The Bates-
(2015) bahwa metode perawatan luka yang Jensen Wound Assessment Tool (BWAT). Moisture
menggunakan prinsip moisture balance, yang Balance merupakan suatu metode perawatan luka
disebutkan lebih efektif dibandingkan metode dengan memberikan lingkungan yang tepat
konvensional. dibutuhkan oleh luka sehingga proses penyembuhan
Dari hasil uji Repeated Anova tabel 4.43 tentang luka sesuai dengan fase penyembuhan luka atau
pengaruh perawatan luka modern terhadap proses bahkan lebih cepat. Prinsip penyembuhan luka salah
penyembuhan luka DFU, didapatkan hasil pairwise satunya adalah kemampuan tubuh untuk menangani
comparisons dengan selisih rata-rata pre test trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya kerusakan
kunjungan pertama dan post test kunjungan kedua dan keadaan umum kesehatan tiap orang, maka
sebesar 5,70 dengan nilai p-value sebesar 0,95 > 0,05 perawatan dengan menggunakan metode Moisture
yang artinya tidak ada perbedaan rata-rata Balance yaitu menyesuaikan apa yang dibutuhkan
penyembuhan luka DFU yang signifikan, sedangkan oleh luka dalam setiap fase penyembuhannya.
untuk perbedaan rata-rata pre test kunjungan pertama Sehingga penyembuhan luka dapat menjadi lebih
dengan Post Test kunjungan ketiga didapatkan hasil optimal. beberapa penelitian yang pernah dilakukan
rata-rata 12,60 dengan nilai p-value sebesar 0,06 < terkait dengan dengan teknik Moist Wound Healing
0,05 dan untuk Pre Test dengan Post Test kunjungan tahun 1962 oleh prof. Dr George D. Winter pada
keempat, didapatkan rata-rata 21,10 dengan nilai p- hewan menjelaskan bahwa perawatan luka dengan
value sebesar 0,000 < 0,05 yang artinya terdapat menggunakan konsep tertutup atau lembab dua kali
pengaruh signifikan perawatan luka modern terhadap lebih cepat sembuh dibandingkan dengan perawatan
penyembuhan luka DFU dari waktu kunjungan ke yang dibiarkan dengan kering (Wahidin, 2013).
tiga dan ke empat. Hal tersebut berarti dengan rutin Tahap berikutnya pada penelitian ini dilakukan
melakukan perawatan luka modern dapat pencucian luka dengan menggunakan sabun luka
meningkatkan proses penyembuhan luka DFU. antiseptik dan dilakukan dua kali merupakan tindakan
Tujuan utama dalam merawat luka Diabetik Food kontrol infeksi, hal ini sesuai dengan yang
Ulcer adalah kesembuhan dengan terjadinya dikemukakan oleh Cutting (2010) dalam Makmuriana
penutupan luka. Penatalaksanaan DFU secara garis et al (2017) bahwa pencucian luka merupakan salah
besar ditentukan oleh derajat keparahan ulkus, satu langkah penting dalam perawatan ulkus
vaskularisasi dan adanya infeksi. Perawatan luka diabetikum untuk menghindari perluasan infeksi.
DFU pada dasarnya terdiri dari tiga kompenen utama Pembuangan jaringan mati pada luka pada
yaitu debridement, offloading dan penanganan infeksi penelitian ini menggunakan metode Conservative
sehingga pemilihan balutan yang efektif harus dapat Sharp Wound Debridement (CSWD) untuk
mempertahankan kondisi lembap, mengontrol menghilangkan necrosis dan mempercepat proses
kejadian infeksi, mempercepat penyembuhan luka autolysis debridement sebagaimana dikemukakan
mengabsorbsi cairan luka yang berlebihan, oleh Wesnawa (2013) bahwa debridement harus
membuang jaringan mati (support autolysis dilakukan pada semua luka kronis untuk membuang
debridement) nyaman digunakan steril dan cost jaringan nekrotik dan debris, Surgical debridement
effective. Konsep lain yang dikembangkan dalam adalah metode yang paling efisien dan langsung
perawatan luka dengan menggunakan konsep TIME. untuk membersihkan luka, yang dipertimbangkan
Konsep TIME merupakan kerangka kerja dalam sebagai gold standard, tindakan ini dilakukan
perawatan luka meliputi: tissue management, menggunakan blade scalpel, selanjutnya semua
infection /inflammation control, moisture balance dan jaringan nekrotik dibuang hingga jaringan dasar ulkus
ephtielial advancement (Arisanty, 2020). yang sehat.
Pemilihan balutan yang efektif dan tepat Dressing primer yang dipergunakan pada
merupakan hal yang penting dalam perawatan luka perawatan luka pada kunjungan ke-1 dan 2 rata-rata
DFU. Kondisi lingkungan luka yang bersih dan menggunakan zalf tribee yang merupakan racikan
lembab dapat mencegah dehidrasi jaringan dan herbal yang mengandung Melaleuca alternifolia 2%,
virgin coconut oil, D Alpha Tocopherol 400 iu, madu Saran
dan campuran lainnya, memiliki fungsi memberikan 1. Bagi Responden
kelembaban pada dasar luka yang berwarna hitam dan Diharapkan penderita DFU untuk lebih
kuning sehingga terjadi proses autolysis memperhatikan kondisi luka dan dapat rutin
deberidement, merangsang granulasi dan epitelisasi melakukan perawatan luka moderen untuk dapat
pada dasar luka berwarna merah, mencegah balutan meningkatkan proses penyembuhan luka DFU.
menempel pada luka, membunuh kuman, virus dan 2. Bagi Moisy Heal Care Lampung Timur
jamur, mempercepat proses inflamasi sehingga tanda- Diharapkan Moisy Heal Care Lampung
tanda inflamasi cepat teratasi (Arisanty, 2020). Timur untuk dapat mengembangkan tehnik
Dressing primer yang dipergunakan pada perawatan luka modern dan menerapkan tehnik
perawatan luka pada kunjungan ke2, 3 dan 4 perawatan luka moderen dengan melakukan
menggunakan dressing hydrophobic sorbact untuk pengkajian luka secara komprehensive dengan
untuk mengeliminasi bakteri sehingga tidak menggunakan The Bates-Jensen Wound
menghambat perkembangan luka, penggantian Assessment Tool (BWAT) dan melakukan
dressing dilakukan mengingat kondisi dasar luka yang perawatan luka sesuai dengan kondisi luka
sudah tidak tampak necrosis maupun slough Diabetic Foot Ulcer Pasien
sebagaimana yang dikemukakan oleh Arisanty (2020) 3. Bagi Universitas Aisyah Pringsewu
bahwa cara kerja balutan ini dengan menggunakan Diharapkan mahasiswa selanjutnya lebih
interaksi hydrophobic dapat mengikat mikroba secara mengembangkan tentang perawatan luka
fisika, molekul air yang berikatan saat menggunakan moderen baik d layanan kesehatan praktik
DACC membantu mencegah pertumbuhan bakteri. laboratorium mapun di pembelajaran kelas. Hasil
Beberapa referensi menunjukkan bahwa kuman- penelitian ini dapat memberikan nilai sumber
kuman yang dapat diatasi dengan menggunakan kepustakaan di Universitas Aisyah Pringsewu
balutan ini adalah bacteriodes fragilis, candida sebagai wacana kepustakaan baru mengenai
albicans, eschericia coli, clostridium perfringens, perawatan DFU dengan modern dressing.
staphilococcus, streptococcus dan lainnya. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya melakukan
penelitian dengan menunjang varibel yang lebih
SIMPULAN DAN SARAN kompleks yang akan dilakukan selanjutnya serta
dapat sebagai tolak ukur penentuan variabel yang
Kesimpulan berbeda guna meningkatkan penelitian yang
1. Rata-rata kondisi luka sebelum diberikan berkualitas dengan metodologi yang berbeda.
perawatan luka dengan menggunakan modern
dressing dengan nilai mean sebesar 53,90 dengan DAFTAR PUSTAKA
standar deviation sebesar 6,78. Anggraeni & Alfarisi, Hubungan Aktifitas Fisik
2. Rata-rata kondisi luka setelah diberikan perawatan Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada
luka post test 2 dengan menggunakan modern Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di Rumah
dressing dengan nilai mean sebesar 48,20, dengan Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek,
standar deviation sebesar 9.79. Jurnal Dunia Kesmas Volume 7. Nomor 3,
3. Tidak ada pengaruh perawatan luka modern Bandar Lampung, 2018.
terhadap proses penyembuhan luka DFU, nilai p- Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu
value sebesar 0,95 > 0,05 yang artinya tidak ada Pendekatan Praktek, Rineka Cipta; Jakarta,
perbedaan rata-rata penyembuhan luka DFU yang 2012.
signifikan, dan terdapat pengaruh perawatan luka Arisanty, Irma Puspita, Manajemen Perawatan
modern terhadap proses penyembuhan luka DFU Luka,EGC, Jakarta, 2020.
yang signifikan untuk perbedaan rata-rata pre test Asbaningsih & Gayatri, Uji Kesesuaian Instrumen
kunjungan pertama dengan post test kunjungan Skala Wagner dan Battes Jensen Wound
ketiga dengan nilai p-value sebesar 0,06 < 0,05 Assesment Tool Dalam Evaluasi Derajat
dan pre test dengan post test kunjungan keempat, Kesembuhan Luka Ulkus Diabetikum. Fakultas
dengan nilai p-value sebesar 0,000 < 0,05 yang Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014.
artinya terdapat pengaruh signifikan perawatan Armstrong, et al, Diabetic Foot Ulcers and Their
luka modern terhadap penyembuhan luka DFU Recurrence, The new england journal of
dari waktu kunjungan ke tiga dan ke empat. Hal medicine, 2017.
tersebut berarti dengan rutin melakukan perawatan Decroli, Eva, Diagnostic Of Diabetic Foot Ulcer,
luka moderen dapat meningkatkan proses Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
penyembuhan luka DFU. Kedokteran Universitas Andalas, Padang, 2019.
Ghotaslou et al, Classification, microbiology and
treatment of diabetic foot infections, Journal of
Wound Care Volume 27 nomor 7, 2018.
Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,
Elsevier, Singapura, 2016.
Hamzah, Amir, metode Penelitian Studi Kasus Single
Case, Instrumental Case, Multicase&
ultisite¸Literasi Nusantara, Malang, 2020.
Hastono, S. T, Analisis Data, Fakultas Kesehatan
Masyarakat UI, Jakarta, 2009.
Jensen et al, Reliability of the Bates-Jensen wound
assessment tool for pressure injury assessment:
The pressure ulcer detection study, Wound Rep
Reg (2019) 27 386–395. 2019.
Kartika, R.W, Perawatan Luka Kronis dengan
Modern Dressing, CDK-230/vol.42.No.7, 2015.
Kementerian Kesehatan RI, Laporan Nasional
RISKESDAS 2018, Jakarta, 2018.
Nontji et al, 2015, Teknik Perawatan Luka Modern
Dan Konvensional Terhadap Kadar Interleukin
1 Dan Interleukin 6 Pada Pasien Luka Diabetik,
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 133–137.
Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta, 2010.
Price. Patofisiologi, Konsep Penyakit-penyakit, EGC,
Jakarta, 2005.
Rachma & Andriany, studi kasus : penggunaan
pembalut herbal sebagai absorbed pada modern
dressing, Departemen Keperawatan Jiwa dan
Komunitas Program Studi Ilmu Keperawatan,
Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro,
Semarang, 2013.
Rohmayanti, et al, Aplikasi Modern Wound Care
Dalam Manajemen Luka Diabetes (Studi
Kasus), Universitas Muhammadiyah Magelang,
Magelang, 2016.
Rudijanto, et al, Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Indonesia 2015, Pengurus Besar
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB
PERKENI), Jakarta, 2015.
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta,
Bandung, 2015.
Supriyadi, Skrining Kaki Diabetes Melitus,
Deepublish, Yogyakarta, 2017.
Trisnawati & Setyorogo, Faktor risiko kejadian
diabetes melitus tipe II Di puskesmas kecamatan
cengkareng jakarta barat tahun 2012, Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 5 (1); Jan 2013.
Wesnawa, MAD, Debridement Sebagai Tatalaksana
Ulkus Kaki Diabetik, Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana Denpasar-Bali, 2013

Anda mungkin juga menyukai