Anda di halaman 1dari 9

JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN : 1979-9292

Research of Applied Science and Education V14.i1 (12-18) E-ISSN : 2460-5611

PENGGUNAAN PRIMARY DRESSING PADA PENDERITA LUKA


DIABETES MELLITUS DI ETN CENTRE KOTA MAKASSAR
Rizaldi1, Sudarman 2
1
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim
Indonesia Jl. Urip Sumoharjo Km.05, Makassar, 90231
Email : rizaldi2215@gmail.com
2
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim
Indonesia Jl. Urip Sumoharjo Km.05, Makassar, 90231
Email : sudarman.sudarman@umi.ac.id

Submission: 14-01-2020, Reviewed: 13-2-2020, Accepted: 28-04-2020


https://doi.org/ 10.22216/jit.2020.v14i1.5082

ABSTRAK
Diabetes mellitus adalah kadar glukosa darah melebihi normal disebabkan oleh kekurangan hormon
insulin secara relatif maupun absolut. Penyakit ini dapat terjadi komplikasi metabolik akut maupun
komplikasi vaskuler jangka panjang jika tidak ditangani. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh
penggunaan primary dressing terhadap proses penyembuhan luka pada penderita luka diabetes
mellitus di ETN Centre Kota Makassar. Desain penelitian yang digunakan adalah metode
observasional analitik dengan pendekatan pre test and post test without control. Penentuan sampel
dilakukan dengan teknik accidental sampling dengan besar sampel sebanyak 10 responden, hasil
perolehan pairet sampel t-test dengan tingkat kemaknaan . Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan primary dressing terhadap karakteristik penyembuhan
luka pada penderita luka diabetes mellitus Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh
penggunaan primary dressing terhadap karakteristik penyembuhan luka pada penderita luka diabetes
mellitus di ETN Centre Kota Makassar. Diharapkan tenaga perawat memberikan perawatan luka
dengan menggunakan primary dressing bagi penderita luka diabetes mellitus.

Kata Kunci: Primary Dressing; Penyembuhan Luka; Diabetes Mellitus

ABSTRACT
Diabetes mellitus is a blood glucose level that exceeds normal caused by a relative or absolute lack of
the hormone insulin. This disease can occur acute metabolic complications as well as long-term
vascular complications if left untreated. This study aims to determine the effect of the use of primary
dressing on the wound healing process in patients with diabetes mellitus in the Makassar City ETN
Center. The research design used was an observational analytic method with a pre-test and post-test
approach without control. Determination of the sample is done by accidental sampling technique with
a sample size of 10 respondents, the results of pairing t-test samples with significance level ρ <α =
0.05. The results showed that there was an influence of the use of primary dressing on wound healing
characteristics in patients with diabetes mellitus wounds ρ = 0.001. The conclusion of this study is that
there is an influence of the use of primary dressing on wound healing characteristics in patients with
diabetes mellitus in the Makassar City ETN Center. It is expected that nurses provide wound care by
using primary dressing for patients with diabetes mellitus.

Keywords: Primary Dressing; Wound healing; Diabetes mellitus

LLDIKTI Wilayah X 12
JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V14.i1 (12-18) E-ISSN : 2460-5611

PENDAHULUAN Prevalensi penderita luka diabetikum


sekitar 15% yang beresiko amputasi 30%,
Diabetes mellitus adalah kadar glukosa angka mortalitas 32%, dan di Indonesia luka
darah yang melebihi batas normal dan diabetikum merupakan penyebab paling
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak besar dengan presentasi 80% dirawat di
maupun protein yang disebabkan oleh defisit rumah sakit [3]..
hormon insuin. Penyakit ini dapat terjadi Modern dressing memiliki kandungan
komplikasi metabolik akut maupun antimikroba seperti polimer chitosan, sodium
komplikasi vaskuler jangka panjang jika alginate dan gelatin yang efektif
tidak ditangani [1]. menghambat pertumbuhan bakteri gram –
Menurut World Health Organization positif dan gram – negatif. Hal ini dapat
(WHO) prevalensi global diabetes pada mempercepat proses penyembuhan luka pada
tahun 2016 diperkirakan 1,6 juta kematian. penderita luka diabetik. Bakteri
Hampir setengah dari semua kematian yang Staphylococcus Aureus dan Pseudomonas
disebabkan oleh glukosa darah tinggi terjadi aeruginosa dapat dihambat dengan modern
sebelum usia 70 tahun. WHO wound dressing yang mengandung polimer
memperkirakan bahwa diabetes menempati chitosan, sodium alginat maupun gelatin [4].
urutan ke tujuh penyebab kematian pada Penelitian yang dilakukan oleh [5]. bahwa
tahun 2016 [2]. perawatan luka pada ulkus diabetik dengan
International Diabetes Federation (IDF) teknik moist healing lebih cepat proses
Atlas tahun 2017 melaporkan bahwa penyembuhannya dibandingkan wet dry.
epidemic diabetes di Indonesia mengalami Saat ini, > 500 jenis modern wound
peningkatan. Indonesia masuk peringkat dressing seperti hidrogel, film dressing,
kesebelas di wilayah pasifik barat dengan hydrocolloid, calcium alginate,
jumlah penderita diabetes yang berusia18-99 foam/absorbant dressing, dressing
tahun dan sekitar > 10.276.100 kasus. antimicrobial dan hydrophobic
Prevalensi diabetes pada orang dewasa antimikrobial dianggap mampu menangani
sebanyak 6,7% (IDF, 2017) luka kronis. Kondisi luka yang lembap
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar seimbang (moisture balance) dapat
(Riskesdas) bahwa prevalensi diabetes mempengaruhi keberhasilan proses
mellitus di Indonesia pada tahun 2013 penyembuhan luka karena akan membantu
sebesar 1,5% sedangkan pada tahun 2018 pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen
mengalami peningkatan sebesar 2,0%. (Kartika, 2015).
Prevalensi diabetes mellitus di provinsi Menurut hasil penelitian [7] yang
Sulawesi Selatan pada tahun 2013 sebesar melakukan perawatan luka kaki diabetik
1,6% dan pada tahun 2018 mengalmi (LKD) dilakukan 2 kali seminggu yaitu
penigkatan sebesar 1,8% [3]. setiap hari Senin dan Kamis dimulai sejak
Diabetes mellitus dapat menyebabkan tanggal 19 April 2018. Kondisi luka pada
beberapa komplikasi, salah satu diantaranya perawatan minggu pertama berwarna tampak
neuropati (kerusakan syaraf) pada kaki slough dengan masalah luka yang ditemukan
sehingga dapat meningkatkan kejadian ulkus yaitu nekrotik, slough/infeksi, mudah
pada kaki. Luka yang tergolong kecil dan berdarah, dan maserasi sehingga dilakukan
seperti pada umumnya tetapi jika luka yang perawatan menggunakan salep epitel wound
ada pada penderita DM ini salah dalam zalf sebagai primary dressing. Balutan
penanganan dan perawatan akan menjadi sekunder menggunakan kassa serta cohesive
terinfeksi. Luka kronis dapat menjadi luka bandage sebagai balutan tersier. Pemilihan
gangren yang berakibat fatal serta berujung jenis dressing secara tepat dapat membantu
pada amputasi [6]. mempercepat penyembuhan LKD.

LLDIKTI Wilayah X 13
JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V14.i1 (12-18) E-ISSN : 2460-5611

Hasil studi pendahuluan di ETN Centre Diabetes Foot Ulcer Assesment tools
Kota Makassar pada tanggal 20 Maret 2019, (DFUAS). Interpestasi penilaian apabila skor
dalam 3 bulan terahir didapatkan 32 pasien luka 13 dikatakan sembuh dan apabila
yang mengalami luka diabetes mellitus.
nilainya > 13 dikatakan belum sembuh.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
rujukan perawat dalam memilih balutan yang HASIL DAN PEMBAHASAN
tepat dala melakukan perawatan luka kaki
diabetik. Tabel 1 Distribusi Frekuensi
Karakteristik Responden di ETN Centre
METODE PENELITIAN Kota Makassar

Dalam penelitian ini desain yang digunakan Karakteristik


n (%)
responden
adalah metode observasional analitik dengan Umur
pendekatan pre and post test without 45-59 9 90.0
kontrol. Penelitian pre and post test without 60-74 1 10.0
kontrol adalah suatu penelitian hanya Jenis Kelamin
Laki-laki 5 50.0
melakukan intervensi pada satu kelompok Perempuan 5 50.0
tanpa pembanding. Efektivitas perlakuan Riwayat Merokok
dinilai dengan cara membandingkan nilai pre Merokok 1 10.0
test dengan post test yakni melihat Tidak merokok 9 90.0
Pendidikan
karakteristik luka sebelum dan setelah SMP 3 30.0
diberikan perlakuan. Penelitian dilaksanakan SMA 3 30.0
pada tanggal 18 April – 20 Mei 2019 dengan S1 4 40.0
lokasi penelitian yakni klinik perawatan luka Kadar Gula Darah
Normal 3 30.0
ETN Centre Kota Makassar. Penelitian Tinggi 7 70.0
terhadap 10 penderita luka diabetes mellitus Grade Luka
yang menggunakan primary dressing. Derajat 0 0 00.0
sampel penelitian diambil mengunakan Derajat 1 3 30.0
Derajat 2 3 30.0
tehnik Accidental Sampling yaitu Derajat 3 4 40.0
pengambilan sampel dilakukan dengan Derajat 4 0 00.0
mengambil kasus atau responden yang ada Derajat 5 0 00.0
atau yang tersedia di suatu tempat sesuai Total 10 100
Sumber : Data Primer 2019
dengan konteks penelitian. Instrumen atau
alat pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah lembar observasi

Tabel 1. Menunjukkan distribusi frekuensi sama yaitu masing-masing 5 pasien (50%),


karakteristik sebanyak 10 pasien. sedangkan pada riwayat merokok jumlah
Berdasarkan umur jumlah pasien terbanyak terbanyak yaitu pasien dengan tidak merokok
yaitu pada usia 45-59 tahun sebanyak 9 sebanyak 9 pasien (90%).
pasien (90%) dan selebihnya pada usia 60-74 Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan
tahun sebanyak 1 pasien (10%), dilihat dari jumlah tertinggi yaitu kelompok S1 sebanyak
jenis kelamin dimana laki-laki dan 4 pasien (40%), pada pemeriksaan kadar gula
perempuan memiliki jumlah pasien yang darah jumlah pasien terbanyak yaitu dengan

LLDIKTI Wilayah X 14
JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V14.i1 (12-18) E-ISSN : 2460-5611

kadar gula darah tinggi sebanyak 7 pasien adalah 16,00 dimana terjadi penurunan nilai
(70%), untuk grade luka jumlah pasien pada tingkat penyembuhan luka akan tetapi
terbanyak yaitu pada derajat 3 dengan berada pada rentang tingkat penyembuhan
jumlah 4 pasien (40%), sedangkan pada luka sedang. Hasil uji statistik paired t-test di
pemakaian primary dressing terdapat jumlah dapatkan nilai = 0,001 atau < 0,05 maka
tertingi yaitu sebanyak 3 pasien (30%). dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
Tabel 2. Distribusi frekuensi pre test dan post penggunaan primary dressing terhadap
test penggunaan primary dressing terhadap proses penyembuhan luka pada penderita
proses penyembuhan luka pada penderita luka diabetes mellitus.
luka diabetes mellitus di ETN Centre Kota
Makassar Pembahasan

pre test post test 1. Karakteristik Penyembuhan Luka


Penyembuhan
Responden
Luka (Skor)
n (%) n (%) Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Baik (1-13) 0 0 3 30 di ETN Centre Kota Makassar diketahui
Sedang (14-60) 10 100 7 70.0 jumlah sampel sebanyak 10 pasien.
Berat (61-70) 0 0 0 0 Tn. H (55 tahun) dengan derajat luka 2,
kadar gula darah 214, tidak merokok,
Total 10 100 0 100
Sumber : Data Primer 2019 pendidikan S1, dengan pemilihan jenis
Tabel 2. Menunjukkan sebelum diberikan balutan primary dressing mectovazin +
primary dressing terhadap proses hidrovobik. Dari hasil penilaian pengkajian
penyembuhan luka pada penderita luka diabetes foot ulcer assesment tools
diabetes mellitus pada tahap pre test jumlah (DFUAS), kedalaman luka dari jaringan
pasien tertinggi yaitu pada tingkat skor fesica otot dan tulang menjadi subkutan
sedang (14-60) sebanyak 10 pasien (100%). dermis, didapatkan ukuran luka tetap berada
Adapun pada tahap post test pasien dengan pada 16 cm, peradangan/infeksi mengalami
tingkat skor baik (1-13) sebanyak 3 pasien perubahan dari ostemiolitis dan tanda infeksi
(30%). local menjadi tanda-tanda peradangan
Tabel 3. Analisis pengaruh penggunaan adanya kemerahan, bengkak dan nyeri.
primary dressing terhadap proses Perbandingan jaringan granulasi mengalami
penyembuhan luka pada penderita luka perubahan dari 25% menjadi 51%,
diabetes mellitus di ETN Centre Kota perbandingan jenis jaringan nekrotik dari
Makassar jaringan nekrotik berwarna hitam menjadi
jaringan nekrotik berwarna putih, kuning dan
abu-abu, maserasi mengalami perubahan dari
Penyembuhan P sedang hanya sekitar area luka menjadi berat
n Mean SD
Luka Value melebihi luka yang ada disekitar area kulit,
Sebelum 24,80 4,131 tipe tepi luka tidak mengalami perubahan
10 0,001 tetap berada pada tepi luka berwarna merah
Sesudah 16,00 4,570
Sumber: Data Primer 2019 muda, terdapat rongga 4 cm dan tidak
mengalami perubahan.
Tabel 3. Nilai rata-rata pada penyembuhan Tn. M (59 tahun) dengan derajat luka 2,
luka sebelum diberikan primary dressing kadar gula darah 220, tidak merokok,
yaitu 24,80 yang berarti mengalami tingkat pendidikan SMA, dengan pemilihan jenis
penyembuhan luka sedang dengan skor 14- balutan primary dressing mectovazin +
60. Untuk nilai rata-rata pada penyembuhan hidrovobik. Dari hasil penilaian pengkajian
luka sesudah diberikan primary dressing diabetes foot ulcer assesment tools
(DFUAS), kedalaman luka dari jaringan

LLDIKTI Wilayah X 13
JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V14.i1 (12-18) E-ISSN : 2460-5611

fesica otot dan tulang menjadi subkutan luar/epidermis, didapatkan ukuran luka tetap
dermis, didapatkan ukuran luka tetap berada berada pada 4 cm, peradangan/infeksi
pada 9 cm, peradangan/infeksi tidak tidak mengalami perubahan berada pada
mengalami perubahan tetap berada pada tanda tanda peradangan hangat, kemerahan,
infeksi sistemik bengkak dan nyeri, perbandingan jaringan
(demam, sepsis), perbandingan jaringan granulasi tetap berada pada 75%, jenis
granulasi mengalami perubahan dari 25% jaringan nekrotik mengalami perubahan dari
menjadi 51%, jenis jaringan nekrotik tetap jaringan nekrotik berwarna hitam menjadi
berada pada jaringan nekrotik berwarna tidak ada jaringan nekrotik, maserasi
putih, kuning dan abu-abu, maserasi mengalami perubahan dari sedikit hanya
megalami perubahan dari sedang hanya pada pada sekitar tepi luka saja menjadi tidak ada
sekitar tepi luka saja menjadi tingkat berat maserasi, tipe tepi luka mengalami
melebihi luka yang ada disekitar kulit, tipe perubahan dari tepi luka yang menyatu
tepi luka tetap berada pada tepi luka menjadi tidak ada tepi luka, terdapat rongga
berwarna merah muda, terdapat rongga dari dari 2 cm menjadi 4 cm.
ukuran 2 cm menjadi 4 cm. Tn. A (55 tahun) dengan derajat luka 3,
Tn. AM (66 tahun) dengan derajat luka kadar gula darah 231, merokok, pendidikan
2, kadar gula darah 210, tidak merokok, SMA, dengan pemilihan jenis balutan
pendidikan S1, dengan pemilihan jenis primary dressing mectovazin + cadexomer
batuan primary dressing mectovazin + lodine powder + prontosan. Dari hasil
hidrovobik. Dari hasil penilaian pengkajian penilaian pengkajian diabetes foot ulcer
diabetes foot ulcer assesment tools assesment tools (DFUAS), kedalaman luka
(DFUAS), kedalaman luka dari jaringan dari jaringan fesica, otot dan tulang menjadi
fesica otot dan tulang menjadi subkutan subkutan dermis, didapatkan ukuran luka
dermis, didapaatkan perubahan ukuran luka 4 cm menjadi 1 cm, peradangan/infeksi
dari 4 cm menjadi 16 cm, tidak mengalami perubahan berada pada
peradangan/infeksi mengalami perubahan tanda-tanda infeksi local indurasi, pus dan
dari infeksi sistemik (demam, sepsis) bau busuk, perbandingan jaringan granulasi
menjadi tidak ada peradangan, perbandingan didapatkan perubahan dari 10% menjadi
jaringan granulasi mengalami perubahan dari 76%, jenis jaringan nekrotik tetap berada
10% menjadi 76%, jenis jaringan nekrotik pada jaringan nekrotik berwarna putih,
didapatkan perubahan dari jaringan nekrotik kuning, dan abu-abu, maserasi tidak
berwarna putih, kuning dan abu-abu menjadi mengalami perubahan tetap berada pada
tidak ada jaringan nekrotik, maserasi sekitar tepi luka saja, tipe tepi luka tidak
didapatkan perubahan dari sedikit hanya mengalami perubahan tetap berada pada tepi
pada sekitar tepi luka saja menjadi tidak ada luka yang menyatu, terdapat rongga 4 cm
maserasi, tipe tepi luka tetap berada pada menjadi 2 cm.
tepi luka berwarna merah muda, ditemukan Ny. F (56 tahun) dengan derajat luka 3,
rongga 4 cm dan tidak mengalami kadar gula darah 222, tidak merokok,
perubahan. pendidikan S1, dengan pemilihan jenis
Tn. HA (45 tahun) dengan derajat luka balutan primary dressing salep epitel wound
1, kadar gula darah 130, tidak merokok, zalf + AG silver. Dari hasil penilaian
pendidikan S1, dengan pemilihan jenis pengkajian diabetes foot ulcer assesment
balutan primary dressing salep epitel wound tools (DFUAS), kedalaman luka subkutan
zalf + hidrovobik. Dari hasil penilaian dermis menjadi lapisan luar/epidermis,
pengkajian diabetes foot ulcer assesment didapatkan ukuran luka dari 9 cm menjadi
tools (DFUAS), kedalaman luka dari 4 cm, peradangan infeksi tidak mengalami
subkutan dermis menjadi lapisan perubahan tetap berada pada tanda-tanda

LLDIKTI Wilayah X 14
JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V14.i1 (12-18) E-ISSN : 2460-5611

peradangan hangat, kemerahan, bengkak dan berada pada jaringan nekrotik berwarna
nyeri, perbandingan jaringan granulasi dari putih, kuning dan abu-abu, maserasi tetap
50 % menjadi 76%, jenis jaringan nekrotik berada pada sedikit hanya sekitar tepi luka
didapatkan perubahan dari jaringan nekrotik saja, tipe tepi luka mengalami perubahan dari
berwarna putih, kuning dan abu-abu menjadi tepi luka berwarna merah muda menjadi
tidak ada jaringan nekrotik, maserasi tidak ada tepi luka, terdapat rongga 4cm
didapatkan perubahan dari sedikit hanya menjadi 2 cm.Ny. M (53 tahun) dengan
pada sekitar tepi luka saja menjadi tidak ada derajat luka 1, kadar gula darah 176, tidak
maserasi, tipe tepi luka didaptkan tepi luka merokok, pendidikan SMP, dengan pemilhan
berwarna merah menjadi tepi luka yang jenis balutan primary dressing mectovazin +
menyatu, terdapat rongga 2 cm menjadi AG silver. Dari hasil penilaian pengkajian
4 cm. diabetes foot ulcer assesment tools
Ny. S (59 tahun) dengan derajat luka 1, (DFUAS), kedalaman luka jaringan fesica,
kadar gula darah 180, tidak merokok, otot dan tulang menjadi lapisan
pendidikan SMA, dengan pemilihan jenis luar/epidermis, didapatkan ukuran luka 9
balutan primary dressing hidroaktive gel + cm menjadi 1 cm, peradangan/infeksi
salep epitel wound zalf + AG silver. Dari mengalami perubahan dari infeksi sistemik
hasil penilaian pengkajian diabetes foot ulcer (demam, sepsis) menjadi tanda-tanda
assesment tools (DFUAS), kedalaman luka peradangan hangat, kemerahan, bengkak dan
jaringan fesica, otot dan tulang menjadi nyeri, perbandingan jaringan granulasi 25%
subkutan/dermis, didapatkan ukuran luka menjadi 75%, jenis jaringan nekrotik
4 cm menjadi 1 cm, peradangan/infeksi mengalami perubahan dari jaringan nekrotik
tidak ada perubahan tanda peradangan yang berwarna putih, kuning dan abu-abu
berdada pada tanda-tanda peradagan hangat, menjadi tidak ada jaringan nekrotik,
kemerahan, bengkak dan nyeri, maserasi mengalami perubahan dari yang
perbandingan jaringan granulasi 25% berat melebihi luka yang ada disekitar kulit
menjadi 75%, jenis jaringan nekrotik tetap menjadi tidak ada maserasi, tipe tepi luka
berada pada jaringan nekrotik berwarna mengalami perubahan dari hyperkeratosis
putih, kuning dan abu-abu, maserasi tetap menjadi tepi luka yang menyatu, terdapat
berada pada sedikit hanya pada sekitar tepi rongga dari 4 cm menjadi 2 cm.
luka saja, tipe tepi luka tetap berada pada Ny. N (46 tahun) dengan derajat luka 3,
tepi luka yang menyatu, terdapat rongga 4 kadar gula darah 241, tidak merokok,
cm menjadi 2 cm. pendidikan SMP, dengan jenis pemilihan
Ny. J (45 tahun) dengan derajat luka 3, balutan primary dressing salep epitel wound
kadar gula darah 215, tidak merokok, zalf + hidrovobik. Dari hasil penilaian
pendidikan SMP, dengan pemilihan jenis pengkajian diabetes foot ulcer assesment
balutan primary dressing hidroaktive gel + tools (DFUAS), kedalaman luka jaringan
mectovazin + hidrovobik. Dari hasil fesica, otot dan tulang menjadi
penilaian pengkajian diabetes foot ulcer subkutan/dermis, didapatkan ukuran luka
assesment tools (DFUAS), kedalaman luka 4 cm menjadi 16 cm, peradangan/infeksi
jaringan fesica, otot dan tulang menjadi tetap berada pada tanda-tanda peradangan
subkutan/dermis, didapatkan ukuran luka hangat, kemerahan, bengkak dan nyeri,
9 cm menjadi 4 cm, peradangan/infeksi perbandingan jaringan granulasi 25%
mengalami perubahan dari infeksi sistemik menjadi 50%, jenis jaringan nekrotik tetap
(demam, sepsis) menjadi tanda-tanda berada pada jaringan nekrotik berwarna
peradangan hangat, kemerahan, bengkak dan putih, kuning dan abu-abu, maserasi tetap
nyeri, perbandingan jaringan granulasi 50% berada pada tingkat sedang sekitar area luka,
menjadi 76%, jenis jaringan nekrotik tetap tipe tepi luka tetap berada pada luka

LLDIKTI Wilayah X 15
JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V14.i1 (12-18) E-ISSN : 2460-5611

berwarna merah muda, terdapat rongga 4 positif tanda infeksi (64,7%). Setelah
cm menajdi 2 cm. dilakukan perawatan modern dressing
2. Pre Test Dan Post Test Penggunaan karakteristik luka derajat 2 mengalami
Primary Dressing Terhadap Proses peningkatan yakni sebesar (58,8%),
Penyembuhan Luka Pada Penderita Luka demikian halnya dengan dasar luka yang
Diabetes Mellitus berwarna merah/granulasi sebanyak (88,2%),
Berdasarkan hasil penelitian skor eksudat sedang (58,8%) dan tidak ditemukan
penyembuhan luka dengan menggunakan adanya tanda infeksi pada semua penderita
pengkajian Diabetes Foot Ulcer Asessment ulkus diabetikum.
Tools (DFUAS) diperoleh data bahwa terjadi Menurut (Usiska, 2015) menyatakan
perbaikan kondisi luka yang dapat dilihat bahwa luka modern dengan terapi hiperbarik
dari penurunan skor luka pada DFUAS. berpengaruh terhadap proses penyembuhan
Semakin keci skor DFUAS, semakin baik luka diabetes mellitus memiliki. Hal ini
pula keadaan luka sementara dari penelitian sejalan dengan penelitian (Adriani &
ini dilihat bahwa pada tahap pre test sebelum Mardianti, 2016) bahwa hasil uji statistik
diberikan primary dressing berada pada didapatkan sebelum diberikan balutan
rentang skor sedang 14-60 sebanyak 10 modern (hydrocolloid) adalah 37,40 sesudah
pasien dan pada tahap post test sesudah diberikan balutan modern adalah 33,53
diberikan primary dressing menjadi dengan P-Value =0,000 yang berarti terdapat
penurunan pada rentang skor baik 1-13 pengaruh balutan modern (hydrocolloid)
sebanyak 3 pasien. terhadap penyembuhan luka diabetes
3. Pengaruh Penggunaan Primary Dressing mellitus tipe II. Regenerasi penyembuhan
Terhadap Proses Penyembuhan Luka luka disebabkan konsep balutan modern
Pada Penderita Luka Diabetes Mellitus yang memberikan kehangatan dan
Berdasarkan uji statistik paired lingkungan yang lembab pada luka.
sampel t-test dengan tingkat kemaknaan < Hasil penelitian (Aminanto, 2015)
0,05) didapatkan nilai rata-rata pada tentang efektifitas gel aloe vera sebagai
penyembuhan luka sebelum diberikan primary dressing pada luka diabetes mellitus
primary dressing yaitu 24,80 dengan dengan hasil penelitian menggunakan uji
(SD=4,131) yang berarti mengalami tingkat wilcoxon dengan hasil uji statistik
penyembuhan luka sedang. Untuk nilai rata- menunjukkan pada pelompok perlakuan
rata pada penyembuhan luka sesudah dengan gel aloe vera di dapatkan P-Value
diberikan primary dressing yaitu 16,00 =0,028 dengan tarif signifikan 0,05 jika nilai
dengan (SD=4,570) dimana mengalami P lebih besar dari 0,05 maka hipotesis nol
penurunan pada tingkat peyembuhan luka diterima dan jika lebih kecil dari 0,05 maka
diabetes mellitus dengan nilai P-Value = hipotesis nol ditolak, hasil uji wilcoxon
0,001. Sehingga dapat disimpulkan bahawa menunjukkan P-Value lebih kecil dari 0,05
ada pengaruh penggunaan primary dressing (0,017 < 0,05). Pemberian gel aloe vera
terhadap proses penyembuhan luka pada berpengaruh terhadap status luka diabetes
penderita luka diabetes mellitus. mellitus.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Dari hasil penelitian (Hidayat, 2017)
penelitian (Rukmi & Hidayat, 2018) bahwa tentang pengaruh perawatan luka dengan
karakteristik luka pada penderita ulkus modern dressing terhadap kualitas hidup
diabetikum semakin baik setelah dilakukan pasien ulkus diabetikum dengan hasil uji
perawatan modern dressing, dimana sebelum normalitas shapiro-wilk dengan hasil
dilakukan perawatan modern dressing adalah sebelum dan sesudah dilakukan perawatan
derajat 2 (58,8%), dengan dasar kuning luka dengan nilai P-Value=0,000 (p=0,05).
(41,2%), jumlah eksudat banyak (70,8%) dan Disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang

LLDIKTI Wilayah X 16
JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V14.i1 (12-18) E-ISSN : 2460-5611

bermakna terhadap peningkatan kualitas diabetik agar penyembuhan luka lebih cepat.
hidup sebelum dan setelah diberikan Penderita luka diabetik rutin ke tempat
perawatan luka dengan menggunakan pelayanan kesehatan yang menyediakan
modern dressing. praktik mandiri keperawatan luka,
Asumsi peneliti, dilihat dari mengontrol gula darah dan menjaga pola
karakteristik penyembuhan luka terdapat hidup yang sehat sehingga tidak terjadi
perbedaan antara pre dan post dimana komplikasi.
penderita luka diabetes mellitus sebelum
diberikan primary dressing mengalami
tingkat penyembuhan luka sedang dan DAFTAR PUSTAKA
setelah diberikan primary dressing [1] Adriani, & Mardianti, T. (2016).
mengalami tingkat penyembuhan luka baik. Penggunaan Balutan Modern
Penggunaan primary dressing secara tepat (Hydrocoloid) Untuk Penyembuhan
dalam memberikan perawatan luka kaki Luka Diabetes Mellitus Tipe II.
diabetik efektif terhadap penyembuhan luka. JURNAL IPTEKS TERAPAN, 10(1),
Kondisi luka lembab secara seimbang dan 18–23.
pemilihan balutan primer yang tepat https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22
mendukung pertumbuhan granulasi maupun 216/jit.2016.v10i1.392 Abstract
pembentukan epitalisasi serta mampu [2] Aminanto, S. (2015). Efektivitas Gel
menghilangkan jaringan nekrosis. Selain itu, Aloe Vera Sebagai Primary Dressing
juga dapat mencegah terjadinya infeksi pada Pada Luka Diabetes Melitus Di
luka karena luka dalam keadaan tertutup Praktik Perawatan Luka Indaryati
sehingga tidak terkontaminasi Sleman Yogyakarta (Universitas
mikroorganisme. Proses penggunaan Aisyiyah Yogyakarta). Retrieved
primary dressing dalam memberikan luka from
diabetik akan maksimal jika dilakukan secara http://digilib.unisayogya.ac.id/231/1/
rutin oleh pasien agar mendapatkan hasil Naskah Publikasidocx.pdf
yang optimal. [3] Dewi, N. L. P. R. A., & Madjid, S.
(2018). Perawatan Luka Kaki
Diabetes Akibat Penggunaan Sepatu
Yang Sempit. Jurnal Luka Indonesia,
SIMPULAN 4(2), 72. Retrieved from
https://www.scribd.com/document/41
Karakteristik penyembuhan luka 1503645/117-Article-Text-382-1-10-
dengan skor sedang (14-60) sebanyak 10 20180531
pasien (100%) sebelum diberikan perawatan [4] Gito, & Rochmawati, E. (2018).
luka menggunakan primary dressing. Efektifitas Kandungan Modern
Sedangkan sesudah diberikan primary Wound Dressing Terhadap
dressing mengalami tingkat penyembuhan Perkembangan Bakteri
dengan skor baik sebanyak 3 pasien 30%. Staphylococcus Aureus Effectiveness
Disimpulkan bahwa penggunaan primary of Modern Wound Dressing on the
dressing efektif terhadap karakteristik Growth of Staphylococcus Aureus
penyembuhan luka pada pederita luka Bacteria. Jurnal Keperawatan UMM,
diabetes mellitus di ETN Centre Kota 9(2), 88–99.
Makassar dengan nilai = 0,001 atau < https://doi.org/https://doi.org/10.2221
0,05. Diharapkan perawat mampu 9/jk.v9i2.5160
menggunakan primary dressing secara tepat [5] Hasdianah, H. R. (2012). Mengenal
dalam memberikan perawatan luka kaki Diabetes Mellitus Pada Orang

LLDIKTI Wilayah X 17
JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V14.i1 (12-18) E-ISSN : 2460-5611

Dewasa Dan Anak-Anak Dengan (2018). Pengaruh Implementasi


Solusi Herbal. Yogyakarta: Nuha Modern Dressing Terhadap Kualitas
Medika. Hidup Pasien Ulkus Diabetikum.
[6] Hidayat, A. (2017). Pengaruh Jurnal Keperawatan Respati
Perawatan Luka Dengan Modern Yogyakarta, 5(Suppl 1), 19–23.
Dressing Terhadap Kualitas Hidup https://doi.org/https://doi.org/10.3584
Pasien Ulkus Diabetikum Di Griya 2/jkry.v5i0.281
Pusat Perawatan Luka Caturharjo [13] Sulistyowati, D. A. (2015).
(Stikes Jendral Achmad Yani Proses Penyembuhan Ulkus Diabetik
Yogyakarta). Retrieved from Di Ruang Melati RSUD Dr .
http://repository.unjaya.ac.id/2164/2/ Moewardi Tahun 2014. Jurnal Ilmu
ARIP Kesehatan Kosala, 3(1), 83–88.
HIDAYAT_2213104_pisah.pdf Retrieved from
[7] IDF. (2017). IDF DIABETES ATLAS http://ejurnal.akperpantikosala.ac.id/i
Eighth edition 2017 (S. Karuranga, J. ndex.php/jik/article/view/47
da R. Fernandes, Y. Huang, & B. [14] Usiska, Y. S. (2015).
Malanda, Eds.). Retrieved from Pengaruh Metode Rawat Luka
https://diabetesatlas.org/en/resources/ Modern Dengan Terapi Hiperbarik
[8] INFODATIN. (2014). Waspada Terhadap Proses Penyembuhan Luka
Diabetes Eat Well Live Well. Ulkus Diabetik Pada Pasien Diabetes
Retrieved from Mellitus Di Jember Wound Center ( J
https://www.depkes.go.id/resources/d W C ) Rumah Sakit Paru Jember
ownload/pusdatin/infodatin/infodatin (Universitas Jember). Retrieved from
-diabetes.pdf https://repository.unej.ac.id/bitstream
[9] Kartika, R. W. (2015). Perawatan /handle/123456789/65566/10231010
Luka Kronis dengan Modern 1066.pdf?sequence=1
Dressing. Jurnal Keperawatan Akper [15] WHO. (2018). The top 10
Pemkab Purworejo, 42(7), 546–550. causes of death. World Health
Retrieved from Organization. Retrieved from
http://journal.akperkabpurworejo.ac.i https://www.who.int/news-room/fact-
d/index.php/luka/issue/view/1/Moder sheets/detail/the-top-10-causes-of-
n Dressing death
[10] Ose, M. I., Utami, P. A., &
Damayanti, A. (2018). Efektivitas
Perawatan Luka Teknik Balutan Wet-
Dry Dan Moist Wound Healing Pada
Penyembuhan Ulkus Diabetik.
Journal of Borneo Holistic Health,
1(1), 101–112.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.35
334/borticalth.v1i1.401
[11] RISKESDAS. (2018). Hasil
Utama Riskesdas 2018. Retrieved
from
https://www.depkes.go.id/resources/d
ownload/info-terkini/hasil-riskesdas-
2018.pdf
[12] Rukmi, D. K., & Hidayat, A.

LLDIKTI Wilayah X 18

Anda mungkin juga menyukai