Corresponding author:nurlailahdahlan3@gmail.com
Abstrak
Di dunia setiap 7 detik satu orang meninggal akibat diabetes, 4.9 juta meninggal tiap tahun dan 50 %
meninggal kurang 60 tahun. DM tergolong penyakit kronik, meski tidak dapat disembuhkan, namun
dapat di kontrol dengan mengenali gejala secara dini dan penanganan lebih mudah, untuk
menghindari komplikasi. Salah satu pencegahan komplikasi yaitu menjaga gula darah terkontrol.
Upaya PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) diharapkan dapat menurunkan morbiditas
dan mortalitas akibat Diabetes Melitus melalui promotif, preventif, dan kuratif DM di sarana
Pelayanan Dasar seperti Puskesmas. Tujuan penelitian, untuk mengetahui pengaruh PROLANIS
terhadap pengendalian gula darah terkontrol pada penderita DM di Puskesmas Sudiang Kota
Makassar, menggunakan desain Quasy Experimental dengan metode one group pretest-posttest.
Pengambilan sampel secara teknik total sampling penderita DM, pada 96 responden sesuai kriteria
inklusi. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, observasi kepatuhan Aktifitas Fisik dan
kepatuhan Mengecek kadar GDS selama intervensi (6 minggu), kemudian dianalisis secara univariat
untuk distribusi frekuensi dari variabel independen dan dependen diawali dengan uji normalitas dan
dilanjutkan dengan analisis bivariat dengan uji Wilcoxon dengan taraf signifikan α= 0,05 dan analisis
multivariat dengan uji Regresi linier berganda.
Terdapat korelasi kuat sebesar 0,913 atau 91,3% pengaruh Prolanis dalam pengendalian gula
darah terkontrol di Puskesmas Sudiang. Hasil penelitian terdapat pengaruh pengetahuan dengan nilai
β=0,013 merupakan model pada PROLANIS, sedang kepatuhan aktifitas fisik dengan nilai β=0,753
dan mengecek gula darah sebesar β =0,371 signifikan mendukung Prolanis terhadap pengendalian
Gula Darah terkontrol di Puskesmas Sudiang. Disarankan untuk memodifikasi penyuluhan melalui
spot media dan konsultasi gizi berkala serta pendampingan minum obat sesuai 4 pilar PROLANIS.
Kata Kunci : PROLANIS, pengetahuan, aktifitas fisik dan cek gula darah.
PROLANIS
Pretest (Intervensi)
Jenis Komplikasi
2) Variabel Independen
Tabel 5.4 Perbedaan Pre -Test dan Post -Test berdasarkan Pengetahun, Aktifitas
fisik, dan Mengecek GDS Penderita DM Di Puskesmas Sudiang
Kota Makassar
Kolmogorov-
Variabel independen Smirnova Mean Ket
Stat. df Sig.
Pengetahuan pre-test ,146 96 ,000 70,3
Meningkat
Pengetahuan post-test ,138 96 ,000 81,3
Aktifitas fisik pre-test ,243 96 ,000 4,5
Meningkat
Aktifitas fisik post-test ,350 96 ,000 5,5
Mengecek GDS pre-test ,252 96 ,000 5,0
Meningkat
Mengecek GDS post-test ,540 96 ,000 5,9
Sumber: Data Primer 2017
a) Pengetahuan
Tabel 5.5. Uji Wilcoxon pre-tes dan post-tes Berdasarkan Pengetahuan Penderita DM
Di Puskesmas Sudiang Kota Makassar tahun 2017
Pre-Test Post-Test
Variabel Independen p
(n) (%) (n) (%)
Pengetahuan <0,001
AktifitasFisik
Patuh 47 49,0 91 94,8
< 0,001
Tidak Patuh 49 51,0 5 5,2
Tabel 5.8 Uji Regresi linear berganda pengaruh tingkat pengetahuan terhadap nilai Gula
Darah Terkontrol Penderita DM Di Puskesmas Sudiang Kota Makassar
tahun 2017
GDS Pre-test GDS Post-test
Pengetahuan Tidak Terkontrol Terkontrol Tidak Terkontrol p
n % N % n %
Baik 14 14,6 64 78 18 22
Cukup 71 74 9 64,3 5 35,7 0,013
Kurang 11 11,5 0 0 0 0
Total 96 100 73 76 23 24
Sumber: Data Primer 2017
Tingkat Pengetahuan sebelum intervensi yang signifikan dengan adanya perbedaan nilai
penyuluhan tentang DM terhadap nilai gula GDS awal dan akhir dengan p < α = 0,05.
darah terkontrol pada penderita DM di b. Uji Regresi linear berganda post-test
Puskesmas Sudiang, dan setelah posttest pengaruh aktifitas fisik terhadap Pengendalian
intervensi Penyuluhan tentang penyakit Gula Darah Terkontrol pada penderita DM di
diabetes meniltus dengan nilai p = < 0,013 Puskesmas Sudiang Kota Makassar.
Tabel 5.9 Uji Regresi linear berganda pengaruh kepatuhan aktifitas fisik terhadap nilai
Gula Darah terkontrol Penderita DM Di Puskesmas Sudiang Kota
Makassar tahun 2017
GDS Pre-test GDS Post-test
Aktifitas fisik Tidak Terkontrol Terkontrol Tidak Terkontrol p
n % N % n %
Patuh 47 48,9 70 76,9 21 23,1
0,731
Tidak Patuh 49 51,1 3 60 2 40
Total 96 100 73 76 23 24
Sumber: Data Primer 2017
Hasil Uji Regresi linear berganda Aktifitas c. Uji Regresi linear berganda
Fisik sebelum intervensi Senam DM terhadap posttest pengaruh Mengecek kadar Gula Darah
nilai Gula Darah terkontrol pada penderita DM terhadap Pengendalian Gula Darah Terkontrol
di Puskesmas Sudiang, dan sesudah posttest pada penderita DM di Puskesmas Sudiang
dengan nilai p sebesar 0,731 > α = 0,05. Kota Makassar.
Tabel 5.10 Uji Regresi linear berganda post-test pengaruh kepatuhan mengecek gula
darah terhadap nilai Gula Darah terkontrol Penderita DM Di
Puskesmas Sudiang Kota Makassar
GDS Pre-test GDS Post-test
Mengecek gula
Tidak Terkontrol Terkontrol Tidak Terkontrol p
darah
n % n % n %
Patuh 77 80,2 73 76 23 24
0,371
Tidak Patuh 19 19,8 0 0 0 0
Total 96 100 73 76 23 24
Sumber: Data Primer 2017
Hasil uji regresi linear berganda post-test Sudiang, dari hasil pre test dan setelah
kepatuhan mengecek kadar gula darah intervensi dari observasi kepatuhan memeriksa
sebelum intervensi observasi memeriksa kadar kadar Gula Darah pada post test dengan nilai p
gula darah terhadap nilai gula darah terkontrol sebesar 0,371 > α = 0,05.
pada penderita DM di Puskesmas 2. Analisis Multivariabel
Pada analisis tingkat multivariabel digunakan Sudiang Kota Makassar, serta mengetahui
Uji regresi linear berganda pembacaan pada seberapa besar pengaruh paparan secara
test statistik coefisien untuk mengetahui bersama-sama dari masing-masing variabel
pengaruh PROLANIS (pengetahuan, aktifitas independen (Program PROLANIS) untuk
fisik dan mengecek kadar gula darah) terhadap dijadikan model intervensi dapat diketahui
pengendalian gula darah terkontrol pada pada tabel statistik berikut:
penderita dibetes mellitus di Puskesmas
Tabel 5.11 Uji Regresi linear berganda variabel pengetahuan, kepatuhan aktifitas fisik
dan kepatuhan mengecek gula darah terhadap nilai Gula Darah
terkontrol Penderita DM di Puskesmas Sudiang Kota Makassar tahun
2017
Std Coef
Model Variabel B SE t Sig SD Max Min
β
Pengetahuan 0,893 0,352 0,253 -2,535 0,013 5,6 94% 69%
Kepatuhan
-1,168 3,382 0,320 -2,287 0,731 0,059 6x 4x
aktifitas fisik
Kepatuhan
mengecek gula 8,105 9,016 0,090 0,899 0,371 0,22 6x 3x
darah
Sumber: Data Primer 2017
Untuk mengetahui nilai paparan pengendalian Gula Darah terkontrol pada DM
dengan menggunakan rumus :
P(x) = β0 + (β1x1+… βixi)
Diketahui:
Px = Peluang terjadinya efek (Kegiatan Prolanis)
βo = Nilai Konstanta (0,25)
βixi = Jumlah nilai variable bebas (X1,X2,X3...)
jika : X1 = nilai β (Pengetahuan)
X2 = nilai β (Aktifitas Fisik)
X3 = nilai β (Mengecek/memeriksa kadar Gula Darah)
maka :
P (x) = 0,25 + ( 0,253) + ( 0,320) + ( 0,090)
= 0,25 + (0,663)
= 0,913
Melihat nilai persamaan diatas setelah gula darah terkontrol pada penderita DM di
dilakukan intervensi, berarti terdapat korelasi Puskesmas Sudiang dan untuk pembahasan
kuat dan searah pada kedua Variabel pada masing-masing variabel sebagai berikut :
independen dan dependen sebesar 0,913 atau 1. Pengaruh pengetahuan terhadap
91,3% pengaruh Prolanis dalam pengendalian pengendalian gula darah terkontrol pada
gula darah terkontrol di Puskesmas Sudiang. penderita DM di Puskesmas Sudiang Kota
Bila koefisien korelasi β antara -1 = : =1, Makassar.
maka masing-masing variabel independen Pengetahuan dalam penelitian ini adalah hasil
dengan urutan variabel efektif dan termasuk dari kegiatan aktifitas penyuluhan dan
model dalam prolanis adalah aktifitas fisik konsultasi kesehatan berupa pengetahun dari
(senam DM) dengan nilai β =0.320, individu dalam menerima dan memahami serta
pengetahuan dengan β =0,253 dan mengecek menerapkan (aplikasi) pada penderita DM
kadar gula darah dengan nilai β =0,09. tentang gejala tanda penyakit, jenis diabetes
melitus, faktor risiko pemicu terjadinya
PEMBAHASAN diabetes melitus, pencegahan diabetes Melitus,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta cara mengendalikan kadar nilai gula
pengaruh PROLANIS terhadap pengendalian
Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT), 45
9-10 April 2018
Prosiding Seminar Nasional 2018
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 1, 2018, ISSN:2622-0520
darah, komplikasi akibat penyakit diabetes sebagai kebiasaan pendamping minum teh
melitus, dan pengobatan. pagi dan sore hari.
Sebelum diberikan intervensi terlebih dahulu Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan akan
dilakukan pre-test melalui pengisian kuesioner selalu mendukung kondisi kesehatan dan hal
tentang pengetahuan yang berhubungan ini merupakan momok dan senjata bagi
dengan penyakit diabetes mellitus oleh masyarakat untuk dapat hidup terbebas dari
responden yang hasilnya dihitung dengan penyakit yang bersifat kronik, sebagai contoh
menggunakan persentase jawaban responden bahwa penderita DM semakin sering
yang benar dan salah. Kemudian diberikan diberikan penyuluhan semakin acuh dengan
intervensi berupa pemberian penyuluhan kondisi kesehatan yang mereka alami. Hal ini
tentang diabetes mellitus selama 6 minggu juga dapat dipengaruhi karena penderita sangat
dengan frekuensi sekali seminggu baik secara berharap dan tergantung dengan konsumsi
langsung melalui penyuluhan kelompok, obat-obatan dan merupakan alternatif utama.
maupun melalui pemberian leafled atau lembar Dengan ketersedian obat yang dapat
balik informasi tentang seluk beluk DM. menurunkan nilai gula darah sebagai variabel
Setelah masa 6 minggu dilakukan kembali kontrol, dimana sekitar 58,3% menggunakan
post-test dengan pengisian kuesioner yang obat hipoglikemik oral dan 41% dengan
sama saat pre-test. injeksi insulin. Pencegahan sekunder
Hasil uji perbedaan tingkat pengetahuan sebenarnya dapat dilakukan, tergantung dari
sebelum pre-test dan post-test dengan nilai p < pemahaman individu penderita tentang
0,001 untuk uji wilcoxon berarti terdapat pengobatan Diabetes Melitus yang dilakukan
perbedaan yang signifikan pada pengetahuan terhadap penderita tersebut. Pengobatan
pretest dan post tes atau p < α 0,05 dan hasil penyakit ini bergantung kepada cara diet dan
uji regresi linear berganda diperoleh nilai p = pengobatan bila diperlukan. Apabila penderita
0.013 < α (0,05) maka dapat disimpulkan dapat disembuhkan tanpa obat, maka cukup
bahwa pengetahuan dalam program dengan menurunkan berat badan hingga
PROLANIS berpengaruh signifikan dan mencapai berat badan ideal.
searah negatif terhadap pengendalian gula Responden dari segi usia lebih dominan
darah terkontrol penderita diabetes melitus di pada usia diatas 50 – 60 tahun sekitar 45,8%.
Puskesmas Sudiang Kota Makassar. Diketahui kadar gula darah yang normal
Hasil wawancara melalui kuesioner, responden cenderung meningkat secara ringan tetapi
yang mengetahui penyebab meningkatnya progresif (bertahap) setelah usia 50 tahun,
nilai gula darah akibat mengkonsumsi jenis terutama pada orang yang tidak aktif bergerak.
makanan dan minuman yang banyak Peningkatan kadar gula darah setelah makan
mengandung zat gula sekitar 26%, responden atau minum merangsang pankreas untuk
yang mengikuti anjuran atau saran kesehatan menghasilkan insulin sehingga mencegah
melalui penyuluhan kelompok dan kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut
menerapkannya sekitar 21%, dan responden dan menyebabkan kadar gula darah menurun
yang menyadari adanya sedang menderita secara perlahan (Rosmiati, 2016).
gejala umum DM hanya sekitar 7%. Penelitian ini didukung oleh Aditya Primahuda
Sementara responden yang acuh dengan (2016) dari hasil penelitian tentang hubungan
kondisi kesehatan mereka tidak menyadari antara kepatuhan mengikuti Program
kalau penyakit DM lebih banyak diakibatkan Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) BPJS
dengan pola gaya hidup serba instan. dengan Stabilitas Gula Darah penderita DM di
Hasil post-test masih terdapat nilai gula darah Puskesmas Babat Kabupaten Lamongan
tidak terkontrol sekitar 24 % dapat ditinjau terdapat hubungan signifikan antara kepatuhan
dari minimnya pengetahuan tentang 3J (jenis pengikuti PROLANIS dengan stabilitas gula
makanan, jumlah makanan dan jarak waktu darah pada penderita diabetes melitus tipe 2
makan) semasa dalam pengobatan mereka dengan nilai p=0,000 < α (0,05). Diharapkan
tidak menerapkan pola 3J dalam kehidupan diabetisi patuh terhadap semua pilar
sehari-hari. Ditinjau dari suku tertinggi pada pengelolaan DM, (edukasi, aktivitas fisik dan
suku bugis 47,9% dan suku makassar 33% pengobatan agar mendapatkan gula darah yang
dengan pola hidup senang makanan manis stabil.
2. Pengaruh kepatuhan mengecek GDS mengetahui nilai gula darah sewaktu maupun
berkala terhadap Pengendalian Gula Darah gula darah puasa (26%), dan 31% responden
Terkontrol pada penderita DM di yang mewaspadai peningkatan gula darah
Puskesmas Sudiang Kota Makassar. dengan cara patuh memeriksa GDS setelah
Kepatuhan mengecek atau memeriksakan munculnya gejala DM. Ditinjau jenis kelamin
kadar gula darah adalah suatu prosedur dominan perempuan (70,8%), sehingga
tindakan yang dilakukan dengan terdapat kepekaan memeriksakan kadar GDS.
memeriksakan nilai gula darah penderita DM Asumsi peneliti bahwa semakin diketahui nilai
secara berkala, dengan frekuensi sekali dalam GDS semakin sadar untuk melakukan
minggu dengan menggunakan alat bantu yang pencegahan, dan akan mempengaruhi
valid dengan metode strip pemeriksaan GDS penurunan kadar gula darah sebagaimana
dengan menggunakan alat Easy Touch GCU. dapat dilihat dari nilai gula darah terkontrol
Sebelum diberikan intervensi kepatuhan pada posttest meningkat hingga 76%. Adapun
mengecek gula darah untuk mengetahui nilai gula darah tidak terkontrol pada posttest masih
GDS terlebih dahulu dilakukan pre-test sekitar 24%, hal ini dapat dipengaruhi dengan
melalui pengisian kuesioner tentang informasi adanya penyakit komplikasi seperti hipertensi,
yang berhubungan dengan cara mengontrol cholesterol, asam urat dan penyakit jantung
atau menjaga nilai gula darah responden koroner dengan total sekitar 36,5% sebagai
selama ini oleh responden, kemudian di variable pengganggu.
sinkronkan dalam seminggu apakah selalu Pemantauan nilai glukosa darah dapat juga
memeriksakan nilai GDS baik di sarana dilakukan secara mandiri, misalnya di sarana
pelayanan kesehatan, maupun ditempat lain penyedia pemeriksaan GDS yang terampil dan
yang menyediakan pemeriksaan GDS. ahli, maupun praktek mandiri di lingkungan
Jawaban responden dapat mencerminkan seperti dokter praktek atau tenaga kesehatan
kepatuhan memeriksakan nilai GDS sebagai yang menyediakan pemeriksaan GDS setelah
kegiatan pengawasan nilai gula darah mendapat pelatihan khusus (PERKENI, 2011).
penderita DM. Kemudian diberikan intervensi Penelitian yang sama oleh Arifin, tentang
pemeriksaan GDS dengan metode strip Pengobatan pada program PROLANIS
pemeriksaan GDS dengan menggunakan alat bertujuan mengendalikan glukosa darah, pada
Easy Touch GCU selama 6 minggu dengan pasien DM perlu juga diperhatikan koreksi
frekuensi sekali seminggu dan dipantau berbagai faktor risiko penyakit pembuluh
dengan isian daftar nilai GDS dengan kriteria darah yang sering terjadi pada resistensi
patuh mengecek GDS dan tidak patuh insulin, hiperinsulinemia dan diabetes mellitus
mengecek GDS. Setelah masa 6 minggu tipe 2 misalnya pengobatan hipertensi, koreksi
dilakukan kembali post-test dengan pengisian dislipidemia (Arifin, 2011).
kuesioner yang sama saat pre-test, dan Pelayanan yang diberikan oleh PROLANIS di
menghitung jumlah kepatuhan mengecek gula puskesmas Sudiang selain pengobatan hanya
darah sewaktu. Digunakan indikator nilai GDS mencakup 3 pilar diantaranya; penyuluhan
oleh karena hanya 2% penderita dengan kelompok, senam DM, dan mengecek GDS
kondisi puasa saat mengecek nilai gula darah. setiap minggu, namun dalam pelayanan
Kepatuhan untuk mengecek nilai gula darah PROLANIS yang komprehensif masih
selama 6 minggu dengan frekuensi sekali terdapat kegiatan seperti kegiatan kunjungan
seminggu dengan nilai p < 0,001 untuk uji rumah (home visit) bagi peserta yang belum
wilcoxon berarti terdapat perbedaan yang terlaksana.
signifikan pretest dan post tes atau p<α 0,05. Pelayanan pengobatan untuk penyakit diabetes
Hasil uji regresi linear menunjukkan nilai p = pasien selama satu bulan, mengingatkan
0.037 > α (0,05) maka mengecek gula darah jadwal konsultasi dan pengambilan obat,
berkorelasi searah positif dalam program memberi informasi dan pengetahuan tentang
PROLANIS dengan pengendalian gula darah penyakit diabetes secara teratur dan terstruktur
terkontrol penderita Diabetes Melitus di pemantauan status kesehatan secara intensif
Puskesmas Sudiang Kota Makassar. serta adanya kegiatan kunjungan rumah (home
Responden yang patuh memeriksakan kadar visit) bagi peserta (PROLANIS, 2010).
gula darah tiap minggu meningkat 47%, KESIMPULAN dan SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh Universitas Sebelas Maret, Gajah Mada
PROLANIS terhadap pengendalian gula darah University Press, Yogyakarta, 1997
terkontrol pada penderita DM di Puskesmas BPJS Kesehatan, 2015: Panduan Praktis
Sudiang yang telah dilakukan, maka dapat PROLANIS, (Badan Penyelenggaraan
disimpulkan bahwa : Jaminan Sosial), 2015
1. Terdapat pengaruh tingkat pengetahuan Damayanti, S. 2015. Diabetes Melitus &
terhadap pengendalian gula darah Penatalaksanaan Keperawatan. Nuha
terkontrol pada penderita DM di Puskesmas Medika : Yogyakarta.
Sudiang tahun 2017. Derek, M. I., Rottie, J., & Kallo, V. (2017).
2. Tidak ada pengaruh signifikan pada Hubungan tingkat stress dengan kadar gula
kepatuhan mengecek kadar gula darah darah pada pasien DM tipe 2 di RS Pancaran
terhadap pengendalian gula darah Kasih DMIM Menado, Jurnal Keperawatan,
terkontrol pada penderita DM di Puskesmas (5) 2017
Sudiang Dengan Hasil uji anova diperoleh. Hastono Sutanto Prinyo,2001 Analisis data,
3. Terdapat korelasi kuat dan searah pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
kedua Variabel independen dan dependen Indonesia, Jakarta, 2001
sebesar 0,913 atau 91,3% pengaruh Hotma Rumahorbo. (2014) Mencegah
Prolanis dalam pengendalian gula darah Diabetes Melitus dengan Gaya Hidup. In
terkontrol di Puskesmas Sudiang. Dengan Media: Bogor
koefisien korelasi (β antara -1 dan β =1), Hidayat, AA. 2014. Metode Penelitian
maka masing-masing variabel independen Keperawatan dan Teknis Analisis Data.
dengan urutan variabel efektif dan Salemba Medika: Jakarta.
termasuk model dalam prolanis adalah Kapriana, 2012, Kepatuhan berolahraga secara
aktifitas fisik (senam DM) dengan nilai teratur dapat menyerap atau menghilangkan
β=0.320, pengetahuan dengan β =0,253 endapan kolesterol pada pembuluh nadi,
dan mengecek kadar gula darah dengan Surabaya.
nilai β =0,09. Lapau Buchari, 2012, Prinsip dan Metodologi
UCAPAN TERIMAH KASIH Epidemiologi, Fakultas Kedokteran,
Terima kasih peneliti sampaikan kepada Universitas Indonesia, Jakarta 2012.
kedua orang tua, suami dan kedua ananda, McDonald SD, Yusuf S, Sheridan P, et al.
dosen pembimbing, dosen Pasca UMI Prodi Dysglycemia and a history of reproductive
Kesehatan Masyarakat Peminatan risk factors. Diabetes Care. 2008 Aug;
Epidemiologi, seluruh civitas akademik 31:1635-8.
kampus PPS UMI Makassar, sahabat krew Nicholson WK, Asao K, Brancati F, et al.
Nani Hasanuddin, Krew Puskesmas Parity and Risk of Type 2 Diabetes: The
Sudiang, responden serta semua pihak yang Atherosclerosis Risk in Communities Study.
telah membantu penyusunan penelitian ini. Diabetes Care. 2006 Nov; 29:2349-54.
DAFTAR PUSTAKA Priyoto. 2014. Teori Sikap dan Perilaku dalam
Aditama, T.Y. (2015) Tahun 2030 Prevalensi Kesehatan. Nuha Medika : Yogyakarta.
Diabetes Melitus di Indonesia mencapai Perkeni 2011. Konsensus pengelolaan dan
21,3 juta Orang. Pusat Komunikasi Publik, pencegahan diabetes melitus tipe 2 di
Sekretariat Jendral Departemen Kesehatan, Indonesia. Kementrian Kesehatan Republik
1-2 Indonesia : Jakarta.
Amrina Rosyada, Indang Trihandini; Kesmas, Putri N H K, dan Isfandiari M A. 2013.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. Hubungan 4 pilar pengendalian DM tipe 2
7, No. 9, April 2013 Determinan Komplikasi dengan rerata kadar gula darah. JBE ; vol.
Kronik Diabetes Melitus pada Lanjut Usia 1(2).
Arisman, MB. (2014) Obesitas, Diabetes Retno Novita Sari, Diabetes Melitus dan
Melitus dan Dislipidemia Buku Kedokteran, Senam DM, Nuha Medika, Yogyakarta,
ECG, IKAPI, 2014. 2012.
Bhisma Murti, Prinsip dan Metode Riset Rahmawati, F., Setiawati, E. P., & Solehati, T.
Epidemiologi, Fakultas Kedokteran (2015). Pengaruh Dukungan Keluarga
Terhadap Kualitas Hidup Pasien Diabetes