Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PERAWATAN LUKA MODEREN TERHADAP


PROSES PENYEMBUHAN LUKA DM TIPE 2
DI PUSKESMAS KUTE SIANTAN
TAHUN 2022

Oleh:

HARNACALIS
162212012

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
2022

i
Kata pengantar

ii
Daftar isi

iii
Daftar tabel

iv
Daftra skema

v
Lampiran

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sebelum pandemi COVID-19, fenomena DM atau Diabetes Mellitus

sudah menjadi masalah kesehatan global yang cukup besar. Namun, dengan

adanya pandemi COVID-19, situasi kesehatan orang dengan DM menjadi

semakin kompleks dan berpotensi menimbulkan masalah yang lebih serius.

Berikut adalah perbandingan beberapa fenomena DM sebelum dan sesudah

COVID-19. Penyakit lebih sering terjadi pada orang dengan DM: Orang

dengan DM memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi

COVID-19 dan memerlukan perawatan medis yang lebih intensif. Perubahan

pola makan: Selama pandemi, kebanyakan orang menghabiskan lebih banyak

waktu di rumah dan lebih sering makan makanan yang tidak sehat, seperti

camilan dan makanan cepat saji. Hal ini dapat meningkatkan risiko DM dan

obesitas. Penurunan aktivitas fisik: Banyak orang mengurangi aktivitas fisik

mereka selama pandemi, karena terbatasnya aktivitas sosial dan pergerakan.

Ini dapat mengakibatkan peningkatan kadar gula darah dan risiko DM. Akses

ke layanan kesehatan yang terbatas: Selama pandemi, akses ke layanan

kesehatan dapat menjadi terbatas, sehingga orang dengan DM mungkin

mengalami kesulitan dalam mengelola kondisi mereka dengan benar.

Penggunaan telemedicine yang meningkat: Di sisi lain, pandemi COVID-19

juga telah memicu peningkatan penggunaan telemedicine, yang dapat

membantu orang dengan DM mengakses layanan kesehatan yang dibutuhkan

tanpa harus datang ke pusat kesehatan. Penekanan pada kesehatan: Pandemi

COVID-19 telah membuat orang lebih sadar akan kesehatan mereka dan

pentingnya menjaga kondisi tubuh yang sehat, termasuk mengelola DM


1
dengan baik. Sehingga dalam keseluruhan, pandemi COVID-19 telah

memberikan tantangan baru bagi orang dengan DM dan menyebabkan

perubahan dalam cara kita memandang dan mengelola kondisi tersebut.

Penting bagi orang dengan DM untuk terus mengambil tindakan yang

diperlukan untuk menjaga kesehatan mereka dan memperoleh perawatan

medis yang tepat (Panua et al., 2021).

Penderita DM dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dan

merupakan masalah serius bagi negera-negara berkembang dan negara maju di

dunia. WHO menyatakan bahwa pada tahun 2015, 415 juta orang dewasa

dengan diabetes, kenaikan 4 kali lipat dari 108 juta di 1980an. Pada tahun

2040 diperkirakan jumlah diabetes akan meningkat menjadi 642 juta. Hampir

80% diabetes ada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah dan

menengah. Pada tahun 2015 juga persentase orang dewasa sebanyak 8,5% (1

diantara 11 orang dewasa menyandang diabetes). Prevalensi data menurut

International Diabetes Federation (IDF) Atlas 2019, Indonesia menempati

peringkat ke-6 dunia dalam hal jumlah orang yang mengidap Diabetes

Mellitus (DM) dengan jumlah 10,6 juta orang pada tahun 2019. Data

Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 yang dilakukan oleh

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, angka kejadian Diabetes Mellitus

(DM) di Indonesia sebesar 6,9%. Artinya, dari 100 orang di Indonesia, 6-7

orang mengidap DM Tipe 2.

Data prevalensi di Kepulauan Riau penyakit DM Tipe 2 tercatat 1,3 %

pada tahun 2013 dan mengalami peningkatan 0,4 % pada tahun 2018 dengan

persentase sebanyak 1,7% (8060 orang) dari seluruh penderita DM Tipe 2 di

Indonesia (Kemenkes, 2018). Berdasarkan data angka kematian yang dise-

babkan diabetes mellitus dari tahun 1990 meningkat ditahun 2017 dari per-
2
ingkat 9 menjadi peringkat 3 dengan perubahan persentase 154,8%

(Kepulauan Riau, 2021). Berdasarkan usia 15-59 tahun 632 penderita DM

Tipe 2 dari jumlah penduduk 2190 dan dari 7 Puskesmas yang berada di Pulau

Anambas UPT Puskesmas Kute Tengah menepati peringkat pertama untuk

angka kejadian DM Tipe 2 yang berjumlah 42 penderita DM Tipe 2 (Dinkes

Pulau Anambas, 2022).

DM Tipe 2 merupakan gangguan metabolisme ditandai dengan

tingginya kadar gula dalam darah atau hiperglikemi yang ada kaitannya

dengan abnormalitas metabolisme terhadap kerbohidrat, lemak dan protein

yang disebabkan kerena tubuh tidak bisa mengsekresi insulin atau penurunan

sensitivitas insulin. DM tipe 2 merupakan penyakit kronis yang sering

ditemukan pada lanjut usia namun zaman sekarang deiabetes sendiri dapat

ditemukan pada usia ≥ 15 tahun, tetapi sampai saat ini diabetes kebanyakan

terjadi pada orang dewasa hingga lansia (Subandi et al., 2019).

Peningkatan angka insiden DM tipe 2 diikuti oleh peningkatan kejadian

komplikasi. Komplikasi diantaranya fisik, psikologi, sosial dan ekonomi.

Komplikasi fisik yang timbul berupa, kerusakan mata, kerusakan ginjal,

penyakit jantung, hipertensi, stroke bahkan sampai menyebabkan genggren.

Salah satu akibat dari DM yang tidak terkendali. Istilah ini mulai digunakan

sejak tahun 1971. Semua gangguan pada kaki pengidap diabetes disebut kaki

diabtes. Kerusakan kaki ini terjadi karea tiga keadaan yaitu: gangguan saraf,

mati rasa, hingga kerusakan jaringan sendi dan otot kaki. Lebih dari 10%

penderita diabetes akan mengalami gangguan saraf ini, mulai dari tingkat

ringan sampai sangat parah. Keadaan diperburuk oleh faktor kedua yaitu

kerusakan pembuluh darah, yang sangat ditentukan oleh kendali gula darah

dan gaya hidup penderita diabetes. Penyempitan pembuluh darah bukan


3
hanya berisiko terhadapa komplikasi ginjal dan jantung ataupun stroke

tetapi juga bisa mematikan jaringan kaki sampai harus menjalani

amputasi (Hi Djafar et al., 2021). Pernyataan lain yang mendukung yang

dilakukan oleh Khaeriyah (2019) di RSUD kabupaten Sindrap diperoleh hasil

DM tipe 2 dengan ulkus diabetik berisiko meningkat 9,846 kali Ulkus

diabetikum terjadi akibat kerusakan saraf dan pembuluh darah yang

disebabkan oleh tidak terkontrolnya kadar gula darah, sehingga memicu

munculnya luka. Luka paling sering terjadi di bagian bawah ibu jari atau

telapak kaki bagian depan.

Maka dari itu perlu adanya perawatan luka agar proses penyembuhan

luka menjadi lebih baik sehinnga terhindar dari infeksi. Perawatan luka bisa

dilakukukan secara konvensional maupun secara modern. Berdasarkan hasil

penelitian Vellyza Colin & Devi Listiana (2022) bahwa proses penyembuhan

luka ulkus diabetik dengan menggunakan metode modern dan konvensional

sama berefek. Tetapi dengan menggunakan perawatan luka modern lebih

cepat memperlihatkan hasil penyembuhannya. apalagi bila dilakukan secara

maksimal dan rutin oleh perawat atau pun pasien yang bisa dibantu dgn

perawatan di klinik ataupun home care agar mendapatkan hasil yang optimal.

Terutama dengan menggunakan metode modern karena effektivitas yang

terjadi peningkatan penyembuhannya yaitu ukuran luka, kedalaman luka, tepi

luka, terowongan/ gua, tipe jaringan nekrotik, jumlah jaringan nekrotik, tipe

eksudat, jumlah eksudat, warna kulit sekitar luka, edema tepi jaringan,

indurasi jaringan perifer, jaringan granulasi, epitalisasi. Pendapat lain tentang

teknik perrawat luka modern lebih efektif dari pada konvesional yang

dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Werna Nontji, Suni Hariati,

Rosydah Arafat (2018). Tentang “Teknik Perawatan Luka Modern Dan


4
Konvensional Terhadap Kadar Interleukin Dan Interleukin 6 Pada Pasien

Luka Diabetik”. Dengan (p value 0,00) dari 32 responden (16 sampel

perawatan luka konvesional dan 16 sampel perawatan luka modern dressing)

perawatan luka modern lebih efektif dari ekskresi sitokin interleukin 1 dan

interleukin 6, pada perawatan luka konvensional interleukin 1 mengalami

peningkatan yang menunjukan bahwa proses fase implamasi memanjang dan

proses penyembuhan luka lambat.

Penulis melihat berdasarkan fenomena di wilayah Puskesmas Kute

Siantan yang terjadi saat ini, bahwa perawatan luka yang dilakukan

menggunkan perawatan luka modern namun belum sepenuhnya dilaksanakan.

sebagian masyarakat memilih perawatan luka konvensional dikarenakan

mudah didapatkan alat dan bahan, bisa dilakukan secara mandiri, sedangkan

teknik ini memiliki dampak negatif yang cukup banyak seperti, resiko infeksi

tinggi, balutan cepat kering resiko menimbulkan luka baru dan balutan berbau.

Berbeda dengan modern dressing yang mengandalkan kelembaban untuk

proses penyembuhan luka dengan kelebihan menyerap eskudat dengan baik,

tidak bau, mengefektifitas perawatan pelayanan Kesehatan

Berdasarkan………..

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang diatas Rumusan Masalah dari penelitian

ini yaitu “Pengaruh Perawatan Luka Moderen Terhadap Proses Penyembuhan

Luka Dm Tipe 2 Di Puskesmas Kute Siantan Tahun 2022 ?”


5
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk “Pengaruh Perawatan Luka

Moderen Terhadap Proses Penyembuhan Luka Dm Tipe 2 Di Puskesmas

Kute Siantan Tahun 2022”

2. Tujuan khusus.

a. Mengetahui karaktersitik responden

b. Mengetahui Pengaruh Perawatan Luka Moderen Terhadap Proses

Penyembuhan Luka Dm Tipe 2 Di Puskesmas Kute Siantan sebelum

dilakukan intervensi Perawatan Luka Moderen

c. Mengetahui “Pengaruh Perawatan Luka Moderen Terhadap Proses

Penyembuhan Luka Dm Tipe 2 Di Puskesmas Kute Siantan sesudah

dilakukan intervensi Perawatan Luka Moderen

d. Mengetahui “Pengaruh Perawatan Luka Moderen Terhadap Proses

Penyembuhan Luka Dm Tipe 2 Di Puskesmas Kute Siantan

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikasi

a. Bagi Ilmu Keperawatan

Diharapkan penelitian ini berguna untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan sebagai sumber informasi Menambah pengalaman

dan pengetahuan bagi peneliti terkait dengan pengaruh Perawatan

Luka Moderen Terhadap Proses Penyembuhan Luka Dm Tipe 2

6
b. Bagi Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi Dinas

Kesehatan, dan Puskesmas setempat sebagai referensi tindakan atau

satuan operasional prosedur perawatan luka

c. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman dan meningkatkan wawasan ilmu

pengetahuan mengenai penelitian tentang efektifitas perawatan modren

terhadap proses peneymbuhan luka ulkus.

2. Manfaat Akademik

Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber pustaka dan referensi

untuk meningkatkan pengetahuan dalam melakukan asuhan keperawatan

tentang Pengaruh Perawatan Luka Moderen Terhadap Proses

Penyembuhan Luka Dm Tipe 2.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Konsep Diabetes Mellitus

a. Definisi

DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan

karakteristik gula darah melebihi nilai normal. Diabetes adalah suatu

penyakit dimana tubuh penderita tidak bisa secara otomatis

mengendalikan tingkat gula dalam darah. Pada tubuh yang sehat

pancreas melepas hormone insulin yang bertugas mengangkut gula

melalui darah ke otot-otot dan jaringan lain untuk memasok energi.

Penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang

cukup atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif,

sehingga terjadilah kelebihan gula didalam darah. Kelebihan gula yang

kronis di dalam darah ini menjadi racun bagi tubuh (Wirnasari, 2019)

b. Tanda dan Gejala

Penyakit diabetes ini pada awalnya sering kali tidak dirasakan

oleh penderita. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapatkan

perhatian (Wirnasari, 2019).

1) Keluhan Fisik

a) Penurunan berat badan dan rasa lemah

Penurunan berat badan yang berlangsung dalam waktu

yang relative singkat harus menimbulkan kecurigaan.

Rasa lemah yang menyebabkan penurunan prestasi disekolah

8
dan lapangan olahraga juga mencolok. Hal ini disebabkan

glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga

sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga.

Sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu lemak

dan otot. Dampaknya penderita kehilangan jaringan lemak dan

otot sehingga menjadi kurus.

b) Banyak kencing

Karena sifatnya kadar glukosa darah yang tinggi akan

menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan

banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada

waktu malam hari.

c) Banyak minum

Rasa haus amat sering dialami penderita karena

sebanyak cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini

justru sering disalah artikan, dikiranya sebab rasa haus yaitu

udara panas atau beban kerja berat. Jadi untuk menghilangkan

rasa haus itu penderita minum banyak.

d) Banyak makan

Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisme

menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat

dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.

e) Keluhan Lain

1) Gangguan saraf tepi atau kesemutan

Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama

pada kaki di waktu malam, sehingga mengganggu tidur.

2) Gangguan penglihatan
9
Pada fase awal penyakit Diabetes Mellitus sering dijumpai

gangguan penglihatan yang mendorong pendeita untuk

mengganti kacamatanya berulang kali agar tetap melihat

dengan baik.

3) Gatal atau bisul

Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah

kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan

dibawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul

atau luka lecet karena sepatu atau tertusuk benda tajam.

4) Gangguan ereksi

Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena

sering tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya.

Hal ini terkait dengan budaya masyarakat yang masih

merasa tabu membicarakan masalah seks, apalagi

menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang.

c. Kriteria diagnosis

Kriteria diagnosis diabetes mellitus menurut PERKENI (2018).

1) Pemeriksaan glukosa plasma puasa >126 mg/dl puasa adalah

kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam, atau

2) Pemeriksan glukosa plasma >200 mg/dl 2 jam setelah tes Toleransi

Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.

3) Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl dengan keluhan

klasik (poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan

yang tidak dapat dijelaskan sebabnya).

10
4) Pemeriksaan HbA1c >6,5% dengan menggunakan metode yang

terstandarisasi oleh National Glycohaemaglobin Standarization

Program (NGSP).

d. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2020.

Klasifikasi diabetes mellitus yaitu diabetes mellitus tipe 1, diabetes

mellitus tipe 2, diabetes mellitus gestasional, dan diabetes mellitus tipe

lain. Namun jenis diabetes mellitus yang paling umum yaitu diabetes

mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus tipe II.

1) Diabetes Melitus Tipe I

Diabetes mellitus tipe 1 merupakan proses autoimun atau

idiopatik dapat menyerang orang semua golongan umur, namun

lebih sering terjadi pada anak-anak. Penderita diabetes mellitus tipe

1 membutuhkan suntikan insulin setiap hari untuk mengontrol

glukosa darahnya (IDF, 2019). Diabetes mellitus tipe ini sering

disebut juga Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), yang

berhubungan dengan antibody berupa Islet Cell Antibodies (ICA),

Insulin Autoantibodies (IAA), dan Glutamic Acid Decarboxylase

Antibodies (GADA). 90% anak-anak penderita IDDM mempunyai

jenis antibodi ini.

2) Diabetes Melitus Tipe II

Diabetes Mellitus tipe II atau yang sering disebut dengan

Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) adalah jenis

diabetes mellitus yang paling sering terjadi, mencakup sekitar 85%


11
pasien diabetes mellitus Keadaan ini ditandai oleh resistensi insulin

disertai defisiensi insulin relatif. diabetes mellitus tipe ini lebih

sering terjadi pada usia diatas 40 tahun, tetapi dapat pula terjadi

pada orang dewasa muda dan anak-anak (Winasari, 2019)

3) Diabetes Melitus Gestational

Diabetes yang didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga

kehamilan dan tidak mempunyai riwayat diabetes sebelum

kehamilan (ADA, 2020).

4) Diabetes Melitus Tipe Lain

Contoh dari diabetes mellitus tipe lain (ADA, 2020), yaitu :

Sindrom diabetes monogenik (diabetes neonatal). Penyakit pada

pankreas, Diabetes yang diinduksi bahan kimia (penggunaan

glukortikoid pada HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ)

e. Faktor Faktor Penyebab Diabetes Mellitus

Menurut Utami (2003) dalam Jilao (2017). Menyebutkan faktor

faktor yang dapat menyebabkan terjadinya diabetes mellitus adalah;

1) Faktor genetic

Penyebab dari diabetes mellitus yang sering terjadi yaitu

faktor genetik, karena jika salah satu dari keluarga yang sudah

menderita Diabetes Melitus ada kemungkinan juga untuk

menderita Diabetes Melitus, juga tidak bisa menjaga kebersihan

serta kadar gula.

2) Bakteri atau Virus

Virus yang dapat menyababkan diabetes mellitus adalah

Rubela, Mump dan Human coxcackie virus B4. Pada hasil

penelitian menyebutkan bahwa virus akan menyebabkan diabetes


12
mellitus melalui mekanisme infeksi sitolitik di dalam sel beta yang

mengakibatkan perusakan pada sel beta akan melalui reaksi

autoimunitas dan akan menyebabkan hilangnya autoimun dalam

sel beta.

3) Bahan Toksik

Ada beberapa bahan toksik yang dapat merusak sel beta

yaitu alloxan, pyrinuron (rodentisida), atretozoticin (produk dari

sejenis jamur) dan glikosida sianogenetik yang dilepaskan akan

dapat menyebabkan kerusakan pankreas sehingga menimbulakan

gejala diabetes apabila disertai dengan kurangnya protein.

4) Nutrisi

Kelebihan nutrisi merupakan salah satu faktor resiko yang

dapat menyebabkan. Apabila semakin berat obesitas yang

diakibatkan oleh kelebihan nutrisi makan semakin berat

kemungkinan terkena diabetes mellitus.

f. Patofisiologi

Diabetes Melitus Dapat terjadi pada kaki awalnya ditandai

dengan adanya kelebihan gula dalam darah pada seorang penderita

diabetes mellitus yang akan menimbulkan suatu kelainan pada

neuropati dan adanya kelainan pada pembuluh darah. Neuropati

sensorik serta neuropati motorik akan mengakibatkan terjadinya

perubahan pada kulit serta otot, selanjutnya akan terjadi perubahan

distribusi tekanan pada telapak kaki sehingga mempermudah

timbulnya ulkus. Kerentanan pada infeksi akan menyebabkan infeksi

mudah menyebar menjadi infeksi yang luas atau menyeluruh. Aliran


13
darah yang kurang akan sulit di dalam pengelolaan ulkus diabetes.

Pada saat awal membantuknya ulkus ada hubungannya dengan

hiperglikemia yang akan menimbulkan suatu efek di dalam saraf

perifer. Dengan timbulnya suatu tekanan mekanik akan terbentuknya

keratin pada kaki yang mengalami beban yang cukup besar. Neuropati

sensori perifer kemungkinan yang akan terjadi trauma berulang

sehingga akan mengakibatkan kerusakan jaringan. Dan yang

selanjutnya membentuk kavitas yang bisa membesar dan terjadi

rupture hingga pada permukaan kulit yang akan menimbulkan ulkus.

Menurut Fatmawaty Desi, (2019). penyakit neuropati

merupakan salah satu faktor paling utama yang mengkontribusi

terjadinya luka. Pada pasien diabetik yang terjadi pada masalah luka

yang terkait dengan adanya pengaruh saraf yang ada pada kaki atau

disebut dengan neuropati perifer. Gangguan sirkulasi sering terjadi

pada pasien diabetic. Efek sirkulasi yang menyebabkan kerusakan pada

saraf terkait dengan diabetic neuropati yang akan berdampak pada

suatu sistem saraf autonom, yang akan mengontrol fungsi otot halus

dan kelenjar. Adanya suatu gangguan pada saraf autonom akan

mempengaruhi terjadinya perubahan pada tonus otot yang akan

menyebabkan kurang normal nya aliran darah.

g. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada penderita diabetes mellitus biasanya

tergantung dari tingkat hiperglikemia yang telah dialami oleh pasien.

Manifestasi klinis yang dapat muncul pada seluruh tipe diabetes adalah

poliuria, polidipsia serta poliphagia. Poliuria dan polidipsia dapat


14
terjadi sebagai akibat dari kehilangan cairan secara berlebihan. Pasien

akan mengalami poliphagia yang diakibatkan dari kondisi metabolic

yang telah diinduksi dengan adanya defesiensi insulin serta

memecahkan lemak serta protein. Gejala lain yang timbul adalah

lemah, lelah adanya perubahan pada penglihatan, rasa gatal pada

tungkai atau kaki, disertai dengan kulit kering, adanya luka yang dalam

penyembuhannya lama serta infeksi secara berulang (Damayanti et al.,

2017).

h. Komplikasi Diabetes Mellitus

Santi Damayanti (2017). Mengklasifikasikan komplikasi

diabetes mellitus menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi

kronis:

1) Komplikasi akut

Komplikasi ini dapat terjadi karena ketidak seimbangan akut kadar

glukosa yaitu hipoglikemia (Black & Hawks, 2005 dalam Santi

Damayanti, 2017). Hipoglikemia ialah komplikasi akut pada dia-

betes melitus yang terjadi berulang ulang dan bisa menyebabkan

kematian (Damayanti et al., 2017). Sedangakan hipoglikemia

diabetic dapat terjadi karena peningkatan pada insulin di dalam

darah dan menurunnya kadar gula dalam darah yang diakibatkan

oleh terapi pada insulin yang adekuat.

2) Komplikasi kronis

Komplikasi kronis di bagi menjadi 3;

a) Komplikasi Makrovaskuler

Komplikasi jenis ini diakibatkan karena perubahan ukuran

pembuluh darah. Pembuluh darah tersebut akan menabal dan


15
akan timbul sumbatan (occlusion). Komplikasi makro yang

sering terjadi pada penyakit : penyakit vaskuler perifer,

penyakit cerebrovaskuler, penyakit arteri koroner (Smeltzer, et

al, 2017).

b) Komplikasi Mikrovaskuler

Komplikasi mikrovaskuler akan melibatkan kelainan struktur

pada membran pembuluh darah kecil dan kapiler. Kelainan

yang terjadi pada pembuluh darah tersebut akan mengakibatkan

dinding pembuluh darah dapat menebal sehingga perfusi

jaringan mengalami penurunan (Sudoyo, et al 2006 dalam Santi

Damayanti, 2017)

c) Komplikasi Neuropati

Komplikasi neuropati perifer dan otonom menimbulkan

masalah pada kaki yaitu ulkus kaki diabetic, umumnya tidak

akan terjadi dalam 5-10 tahun pertama setelah didiagnosis,

akan tetapi tanda dari komplikasi ditemukan saat awal

terdiagnosis DM Tipe 2 karena DM yang dialami pasien tidak

terdiagnosa selama beberapa tahun (Smeltzer et al., 2017).

i. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Menurut Endang Subandi (2019). Penatalaksanaan pasien

diabetes mellitus dikenal empat pilar penting dalam mengontrol

perjalanan penyakit dan komplikasi. Empat pilar tersebut adalah

edukasi, terapi nutrisi, aktifitas fisik dan farmakologi.

1) Edukasi

Edukasi yang diberikan adalah pemahaman tentang perjalanan

penyakit, pentingnya pengendalian penyakit, komplikasi yang


16
timbul dan resikonya, pentingnya intervensi obat dan pemantauan

glukosa darah, cara mengatasi hipoglikemia, perlunya latihan fisik

yang teratur, dan cara mempergunakan fasilitas kesehatan.

Mendidik pasien bertujuan agar pasien dapat mengontrol gula

darah, mengurangi komplikasi dan meningkatkan kemampuan

merawat diri sendiri.

2) Terapi Nutrisi

Perencanaan makan yang baik merupakan bagian penting dari

penatalaksanaan diabetes secara total. Diet seimbang akan

mengurangi beban kerja insulin dengan meniadakan pekerjaan

insulin mengubah gula menjadi glikogen. Keberhasilan terapi ini

melibatkan dokter, perawat, ahli gizi, pasien itu sendiri dan

keluarganya.Intervensi gizi Intervensi gizi yang bertujuan untuk

menurunkan berat badan, perbaikan kadar glukosa dan lemak darah

pada pasien yang gemuk dengan Diabetes Mellitus tipe II

mempunyai resiko yang lebih besar dari pada mereka yang hanya

kegemukan metode sehat untuk mengendalikan berat badan, yaitu :

makanlah lebih sedikit kalori mengurangi makanan setiap 500

kalori setiap hari, akan menurunkan berat badan satu pon satu

pekan, atau lebih kurang 2 kg dalan sebulan.

3) Aktivitas fisik

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara

teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit),

merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan Diabetes Mellitus

tipe II. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar,

menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan latihan


17
jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan

berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan

memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang

dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobic seperti

jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan

jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran

jasmani. Untuk mereka yang relative sehat, intensitas latihan

jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat

komplikasi diabetes mellitus dapat dikurangi.

4) Terapi Farmakologi

Terapi farmakologi diberikan Bersama dengan pengaturan

makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis

terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan. Obat hipoglikemik oral,

berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi 5 golongan, pemicu

sekresi insulin sulfonylurea dan glinid. Peningkat sensitivitas

terhadap insulin methormin dan tiazolidindion. Penghambat

gluconeogenesis. Penghambat absorpsi glukosa, penghambat

glucosidase alfae. Keputihan Pada wanita, keputihan dan gatal

merupakan keluhan yang sering ditemukan dan kadang-kadang

merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.

2. Konsep Luka

Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis akibat

proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan

mengenai organ tertentu. Luka diartikan sebagai keadaan terputusnya

kontinuitas jaringan, dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur

anatomis, sifat, proses penyembuhan, dan lama penyembuhan


18
(Kartika, 2017). Menurut Sari (2017) fase penyembuhan luka secara

umum dibagi menjadi tiga fase antara lain fase inflamasi, proliferasi

dan maturasi yang dapat dirangkum dalam tabel sebagai berikut ini.

Tabel 2.1
Rangkuman Proses Penyembuhan Luka

Fase Inflamasi Fase Proliferasi Fase Maturasi


 Terjadi setelah injuri 2-  Hari ke 5 sampai 3 minggu  2 minggu sampai 2 tahun
5 hari  Pembentukan jaringan granu-  Hari ke 5 sampai 3
 Diawali dengan lasi: jaringan kolagen yang minggu
hemostasis atau baru terbentuk di dasar luka ke-  Kulit yang menyembuh
berhentinya perdarahan mudian juga terbentuknya kekuatannya 80% dari
- Keping darah mulai kapilerkapiler yang baru kekuatan kulit sebelum
menggumpal  Kontraksi: tepi-tepI luka saling terjadi luka
 Pembersihan luka bekontaksi
 Epitelialisasi: sel-sel epitel
bermigrasi diaas permukaan
yang lembab
Proses penyembuhan luka pada tiap orang bisa berbeda karena

ada banyak faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya proses

penyembuhan luka. Mulai dari usia, asupan nutrisi, sistem kekebalan

tubuh, obat yang dikonsumsi, obesitas, gaya hidup, maupun adanya

riwayat penyakit memyebabkan proses penyembuhan luka terhambat

seperti diabetes. Penyembuhan luka mengalami gangguan pada

penderita diabetes dan telah dikaitkan dengan berbagai macam

komplikasi, baik makro maupun mikrovaskuler, yang mengarah pada

hipoksia jaringan, neuropati perifer, dan jalur seluler dan inflamasi

yang abnormal, serta merupakan faktor predisposisi timbulnya infeksi

pada ulkus kaki diabetes. Beberapa kelainan mikrovaskuler seperti

penurunan respons pada kerusakan jaringan yang menyebabkan

penurunan perfusi, berkembangannya edema karena rusaknya refleks

19
venoarteriolar, dan meningkatnya permeabilitas kapiler juga

diperkirakan akan menunda penyembuhan luka diabetes (Wirnasari,

2019).

Menurut Anik Muryani dalam buku perawatan luka modern

(2015) mengatakan bahwa perawatan luka modern lebih efektif

dibandingkan dengan perawatan luka konvesional dan manfaat yang

didapat oleh pasien yaitu dapat mengurangi biaya perawatan, manfaat

yang didapat oleh perawat adalah menghemat jam perawatan di Rumah

Sakit dan meningkatkan kualitas pelayanan. Bisa dilihat kelebihan dan

kekurangan perawatan luka konvesional dan moderndressing.

Perawatan luka modern dressing menggunakan alat-alat modern

seperti ozon dan infrared. Ozon berguna untuk menghilangkan bakteri

dan mikroorganisme pada sekitar luka dan permukaan luka dan

infrared berguna untuk menghangatkan disekitar luka yang

mengkibatkan peredaran darah di sekitar luka menjadi lancar dan

kebutuhnan nutrisi pada luka tercukupi. Metode perawatan luka

modern dressing dirasaakan oleh psien dikarenakan setelah

membandingkan dengan perawatan luka konvensional semua pasien

percaya bahwa metode modern dressing lebih efektif dan hasil

maksimal dibandingkan perawatan luka secara konvensional. Hal itu

dapat dilihat dari hasil sebelum dan sesudah perawatan luka

menggunakan konvensional dan modern. Menggunakan balutan secara

modern dirasa nyaman, aman, dan melindung luka dari paparan

bakteridan mikroorganisme yang dapat mengenai luka. Dapat dilihat

dari pemaparan diatas bahwa metode modern dressing effektif untuk

proses penyembuhan luka dibandingkan dengan metode konvensional.


20
Terlihat pada saat pasien membandingkan hasil dari perawatan luka

konvensional yang sebelumnya pasien jalani serta setelah perawatan

luka menggunakan teknik perawatan luka modern dressing dan

hasilnya bahwa perawatan luka dengan metode modern dressinglebih

bagus dan efektif untuk proses penyembuhan luka.

3. Konsep Perawatan Luka Modern Dressing

Luka adalah terganggunya integritas normal dari kulit dan

jaringan dibawahnya, yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja,

tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial atau

dalam. Pasien dengan luka kaki diabetes membutuhkan perawatan

jangka panjang untuk dapat sembuh kembali. Konsekuensi logis dari

perawatan luka kaki diabetik tentunya adalah beban biaya yang harus

ditanggung oleh pasien. Perawatan luka yang diberikan pada pasien

harus dapat meningkatkan proses penyembuhan luka ( Arisanty et al.,

2017).

j. Tujuan Perawatan Luka

Tujuan perawatan luka yaitu;

1) Mempercepat proses pertumbuhan dan penyembuhan luka.

2) Mengurangi jumlah bakteri.

3) Mengurangi resiko infeksi

4) Nekrotomi jaringan nekrosis sampai debridement.

5) Mengurangi risiko bau pada luka

21
Penelitian yang dilakukan oleh Werna Nontji, Suni Hariati,

Rosydah Arafat Tahun 2018. Tentang “Teknik Perawatan Luka

Modern Dan Konvensional Terhadap Kadar Interleukin 1 Dan

Interleukin 6 Pada Pasien Luka Diabetik”. Dengan (p value 0,00) dari

32 responden (16 sampel perawatan luka konvesional dan 16 sampel

perawatan luka modern dressing) perawatan luka modern lebih efektif

dari ekskresi sitokin interleukin 1 dan interleukin 6, pada perawatan

luka konvensional interleukin 1 mengalami peningkatan yang

menunjukan bahwa proses fase implamasi memanjang dan proses

penyembuhan luka lambat.

Menurut (Mariyono, et al., 2018) tentang “Combination Of

Modern And Bagging Therapy For Speed Up The Process Wound

Healing Of Grade II Diabetic Ulcer Patient”. Dengan (p-value 0,018)

dari 25 responden dengan kontrol 11 responden yang tidak dilakukan

dengan cara modern dressing dan yang di intervensi 14 responden

menggunakan modern dressing dan dibantu dengan terapi ozon.

Bahwa terapi modern dressing dengan ozon lebih bagus untuk

mengurangi bakteri di sekitar luka dan kecepatan penyembuhan pada

pasien ulkus diabetikum pada masa inflamasi.

Menurut Maria Imaculata, Putri Ayu Utami, dan Ana

Damayanti. Dalam jurnal tahun 2018 tentang “Efektivitas Perawatan

Luka Teknik Balutan Wet-Dry Dan Moist Wound Healing Pada

Penyembuhan Ulkus Diabetik”. Dengan (p-value 0,004) dengan total

33 responden dibagi 18 responden menggunakan wet-dry dan 15

responden menggunakan perawatan luka moist wound healing.

Ternyata setelah dilakukan penelitian didapatkan bahwa dengan teknik


22
moist wound healinglebih cepat proses penyembuhan dari pada dengan

menggunakan wet-dry.

B. Kerangka Teoritik
komlikasi

DM Tipe 2
Ganguan
pandangan
Penurunan
Gangguan Insulin
metabolisme Saraf

Ulkus

Lama Menderita DM

1. Akut
Ulkus
2. Kronik

Perawatan luka Modern

Proses Penyembuhan

inflamsi poliferasi maturasi

Keterangan :
: Tidak di teliti

: Di teliti

Gambar 2.1 Karangka Teori


Sumber: PERKENI 2018,23
Sari 2017, Damayanti 2017.
C. Karangka Konseptual Penelitian

Karangka konseptual penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan dan kaitan antara variabel yang satu dengan yang lainnya

(Notoatmodjo, 2018). Pada konsep penelitian ini yang menjadi variabel

independen adalah perawatan luka modern, lama menderita Dm, Pengetahuan

variabel Dependen adalah Proses Penyembuhan luka dapun Kerangka

konseptual penelitian yang dilakukan adalah pengaruh antara 2 variabel

sebagai berikut :

Variable Independen ( Bebas) Variable Dependen (Terikat)

Perawatan Luka Proses Penyembuhan


Modern Luka DM

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Perawatan Luka


Modern Terhadap Penyembuhan Luka DM

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian.

Hipotesis berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian (Notoatmodjo,

2018). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha: Ada pengaruh Pengaruh Perawatan Luka Moderen Terhadap Proses

Penyembuhan Luka Dm Tipe 2 Di Puskesmas Kute Siantan Tahun 2022

H0: Tidak Ada pengaruh Pengaruh Perawatan Luka Moderen Terhadap Proses

Penyembuhan Luka Dm Tipe 2 Di Puskesmas Kute Siantan Tahun 2022

24
BAB III
METODO PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian atau rancangan penelitian adalah sesuatu yang sangat

penting dalam penelitian kemungkinan pengontrolan maksimal beberapa fak-

tor yang dapat mempengaruhi akurasi suatu nilai (Nursalam, 2017).

Rancangan penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu

dengan rancangan eksperimental semu. Desain yang digunakan dalam

penelitian ini adalah one group pre test and post test design, dimana pada

penelitian ini membandingkan hasil intervensi perawatan luka modern,

eksperimen yang sampelnya di observasi terlebih dahulu sebelum diberi

perlakuan kemudian setelah diberikan perlakuan sampel tersebut diobservasi

kembali. (Nursalam, 2017). Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui Ada pengaruh Pengaruh Perawatan Luka Moderen Terhadap

Proses Penyembuhan Luka Dm Tipe 2 Di Puskesmas Kute Siantan Tahun

2022

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan

tahap penyunanna laporan. Tahap persiapan dilakukan pada bulan

September-Desember 2022 Selama tahap ini penulis melakukan pengajuan

judul, pengurusan surat izin pengambilan data, studi pendahuluan, studi

kepustakaan, penyusunan proposal, konsultasi dengan pembimbing I dan

25
pembimbing II sampai proposal penelitian mendapatkan persetujuan dari

pembimbing untuk ujian proposal sidang proposal, dan revisi proposal.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kute Siantan

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah target unit dimana suatu hasil penelitian akan

diterapkan (digeneralisir). Idealnya penelitian dilakukan pada populasi,

karena dapat melihat gambaran seluruh populasi sebagai unit dimana hasil

penelitian akan diterapkan (Notoatmodjo, 2018). Populasi dalam peneli-

tian ini adalah pasien di Puskesmas Kute Siantan.

2. Sampel

a. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Syarat–

syarat sampel pada dasarnya harus dipenuhi saat menetapkan sampel

yaitu representative (mewakili) dan sampel harus cukup banyak

(Nursalam, 2017). Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2018).

Menurut (Arikunto, 2019) jika jumlah populasi kurang dari 100

orang, maka sebaiknya sampel diambil secara keseluruhan. Pada

peneitian ini menggunkan total sampling

b. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang

digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah

26
sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Nursalam,

2017).

1. Kriteria Inklusi dalam Penelitian:

a. Pasien yang dengan penyakit DM tipe 2

b. Usia 20-60 Tahun

c. Pasien yang berobat di puskesmas kute

d. Pasien mengalami luka ulkus diabetikum

2. Kriteria Eksklusi dalam Penelitian:

a. Pasien diabetes melitus tipe 1

b. Usia <20 tahun dan diatas >60 tahun

c. Pasien DM yang berobat di Puskesmas dengan adanya

komplikasi

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variable Penelitian

a. Variable independen adalah variable yang mempengaruhi atau nilainya

menetukan variable lain (Nursalam, 2017). Variabel independen dalam

penelitian adalah pengaruh perawatan luka moderen

b. Variable Dependen adalah variable yang diamati dan diukur untuk

menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari varibel bebas

(Nursalam, 2017). Variabel depende dalam penelitian ini adalah

proses penyembuhan luka diabetes melitus tipe 2

2. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu hal yang penting diperlukan

agar pengukuran variabel atau pengumpulan data (variabel) itu konsisten

antara sumber data (responden) yang satu dengan responden yang lain.
27
Disamping variabel harus di definisi operasional juga dijelaskan cara atau

metode pengukuran hasil ukur atau kategorinya, serta skala pengukuran

yang digunakan (Notoatmodjo, 2018b).

Adapun variabel dalam penelitian ini dijelaskan pada definisi

operasional adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1
Definisi Oprasional Pengaruh Perawatan Moderen Terhadap Peroses
Penyembuhan Luka DM Tipe 2

N Variable Definisi Alat Ukur Cara ukur Hasil Ukur skala


o Oprasional
1 Perawatan perawatan luka Lembar ob- spo 1. Diberikan Rasio
luka modern adalah tindakan servaSI 2. Tidak
merawat luka diberikan
dengan upaya
untuk mencegah
infeksi.

2 Proses penyembuhan observasi Observasi 1. Normal Interval


penyebuhan luka secara 2. Tidak nor-
luka mal
umum dibagi
menjadi tiga
fase antara lain
fase inflamasi,
proliferasi dan
maturasi

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam,

2017). Adapun rangkaian kegiatan selama penelitian ini adalah:

1. Mengajukan surat pengambilan data dari ketua stikes Hang Tuah

Tanjungpinang.
28
2. Surat pengambilan data diberikan kepada bagian TU Puskesmas Kute

3. Mengambil data angka kejadian pasien diabetes di Puskesmas Kute

4. Meminta izin dengan kepala puskesmas dengan tujuan untuk memberi

tahu bahwa akan dilakukan penelitian dengan judul pengaruh perawatan

luka moderen terhadap proses peyembuhan luka dm tipe 2

5. Memberikan inform consent kepada pasien, kemudian memberikan salam

terapeutik kepada pasien dan menjelaskan maksud dan tujuan yang akan

dilakukan penelitian.

6. Mendokumentasikan hasil dari penelitian yang telah dilakukan

F. Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan lembaran penelitian sebagai alat

pengumpulan data untuk mengumpulkan data tentang:

1. Demografi Responden

Demografi Responden meliputi Diketahui Karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin usia, riwayat diabetes melitus, dan pendidikan.

2. Kuesioner dan Lembar Observasi

Instrumen merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti

dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi

sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto, 2019). Alat yang digunakan

pada penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner

merupakan daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah

matang dan memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda- tanda

tertentu (Notoatmodjo, 2018). Instrumen yang digunakan pada penelitian

ini adalah dengan menggunakan lembar Kuesioner SOP perawatan luka

dan lembar observasi


29
G. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2018).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

mengukur dapat dipercayai atau dapat diandalkan. Uji Reliabilitas adalah

uji yang dilakukan untuk mengetahui sebuah instrumen yang digunakan

telaah reliabel. Suatu instrumen dianggap telah reliabel apabila instrumen

tersebut dapat dipercayai sebagai alat ukur data penelitian.

H. Teknik Analisis Data

1. Prosedur Pengolahan Data

Setelah mengumpulkan data, maka dilakukan pengolahan data

dengan komputerisasi dengan langkah-langkah pengolahan data antara

lain:

a. Editing

Pada tahap ini hasil dari kuesioner harus dilakukan penyuntingan

(editing) terlebih dahulu. Editing adalah kegiatan untuk pengecekan

dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut. Pada penelitian,

peneliti memeriksa kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

pengkodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat

atau huruf menjadi data angka atau bilangan

c. Entry Data
30
Entry data, yakni memasukkan jawaban-jawaban dari kuesioner yang

diisi responden dimasukkan ke dalam program pengolahan data agar

dapat dianalisis. Data yang telah dimasukkan diolah dengan

menggunakan program komputer ke dalam master tabel. Setelah

semua isian kuesioner terisi penuh dan benar serta sudah melewati

proses pengkodingan maka langkah selanjutnya peneliti memproses

data agar dapat dianalisis.

d. Scoring

Data yang diolah telah dimasukkan dan diberikan penilaian angka

masing-masing sehingga data tersebut dapat dianalisis.

e. Cleaning

Semua data yang telah dilakukan peneliti selesai dimasukkan perlu di

cek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan

kode, ketidaklengkapan dan sebagainya. Kemudian, dilakukan

pembetulan. Proses ini disebut pembersihan data (cleaning). Peneliti

mengoreksi uji univariate, uji bivariat dan uji normalitas. Kemudian

peneliti memasukan data SPSS dan dilanjutkan pengolahan data.

Peneliti memasukan uji SPSS yang sudah diolah ke bab iv dan

melakukan pengecekan kembali. Apabila semua data dari setiap

sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali

untuk melihat kemungkinan- kemungkinan adanya kesalahan-

kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoatmodjo, 2018b)

2. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan komputerisasi.


31
a. Uji Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi

frekuensi dan persentase dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2018).

Pada penelitian ini analisis univariat dilakukan untuk

mendeskripsikan karakteristik responden usia, jenis kelamin, lama

mengalami DM tipe 2, pendidikan riwayat merokok menggunakan

dan disajikan dalam bentuk jumlah dan persentase

b. Uji Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2018b).

Sebelum dilakukan analisis bivariat perlu dilakukan uji normalitas

untuk melihat distribusi data yang di uji. Uji normalitas

menggunakan shapiro- wilk test karena jumlah sampel kecil. Jika

interprestasi nilai p (> 0,05) , berarti data berdistribusi normal,

maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji Dependen T test,

namun bila interprestasi data dengan nilai p (<0,05), berarti data

tidak berdistribusi normal, maka uji hipotesis yang dilakukan

adalah uji wilcoxon.

Tambahkan hasil analisis dari uji bivariatnya dan bunyi

hipotesisnya

32
I. Pertimbangan Etik

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan

manusia. Penelitian ini menekankan pada masalah etika yang meliputi

informed consent, anonymity, confidentiality, dan justice (Nursalam, 2017).

1. Informed Consent

Informed Consent adalah lembar persetujuan yang diberikan kepada

subjek penelitian. Peneliti menjelaskan manfaat, tujuan, prosedur, dan

dampak dari penelitian yang akan dilakukan. Setelah dijelaskan, lembar

informed consent diberikan ke subjek penelitian, jika setuju maka

informed concent harus ditandatangani oleh subjek penelitian

2. Anonimity

Anonimity adalah tindakan menjaga kerahasiaan subjek penelitian

dengan tidak mencantumkan nama pada informed consent dan kuesioner,

cukup dengan inisial dan memberi nomor atau kode pada masing-masing

lembar tersebut.

3. Confidentiality

Confidentiality adalah menjaga semua kerahasiaan semua

informasi yang didapat dari subjek penelitian. Beberapa kelompok data

yang diperlukan akan dilaporkan dalam hasil penelitian. Data yang

dilaporkan berupa data yang menunjang hasil penelitian. Selain itu, semua

data dan informasi yang telah terkumpul dijamin kerahasiaanya oleh

peneliti

4. Justice

33
Justice adalah keadilan, peneliti akan memperlakukan semua

responden dengan baik dan adil, semua responden akan mendapatkan

perlakuan yang sama dari penelitian yang dilakukan peneliti.

Daftar pustaka

34

Anda mungkin juga menyukai