PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3 setelah hipertensi. Penyakit tidak menular ini rentan dialami oleh seseorang
yang memiliki riwayat keluarga DM, usia ≥ 45 tahun, suka merokok, pola
makan tidak sehat, adanya riwayat darah tinggi, malas berolahraga, serta IMT
menular ini terbagi menjadi dua tipe yaitu tipe I dan tipe II. Pada penderita DM
tipe II, respon tubuh terhadap insulin mengalami penurunan dan bahkan
tipe II.
Berdasarkan data dari WHO (World Health Organization) penderita
DM di dunia mencapai 171 juta jiwa dan pada tahun 2030 akan terjadi
peningkatan sampai 2 kali lipat yaitu 366 juta penderita (Lestari et al., 2021).
Hal tersebut didukung oleh data IDF (International Diabetes Federation) Atlas
setelah Mexico dengan angka 10.7 juta jiwa, sedangkan posisi pertama diduduki
oleh China dengan jumlah 116.4 juta jiwa (Novita & Efrarianti, 2023).
pada diagnosa dokter untuk usia≥15 tahun dan jika dibandingkan dengan tahun
2013 telah terjadi peningkatan sejumlah 0.5% di tahun 2018. Sejalan dengan
hal tersebut, Profil Kesehatan Jawa Tengah menyatakan bahwa diabetes melitus
dengan proporsi 10.7% menduduki posisi kedua PTM setelah hipertensi dengan
capaian 107% sebagai terbaik kedua. Pada tahun 2021 pelayanan terhadap
(Br. Sidabutar dkk dalam Kartika & Sukesi, 2022) berpendapat bahwa
luka menggunakan normal saline atau NaCl 0.9% ditambah dengan povidone
factor.
luka kita bisa menggunakan alat yang digunakan sebagai instrument dalam
(BJAWT) dan Winner Scale. Pada bates jansen assessment wound tool terdapat
beberapa hal yang perlu dikaji antara lain ukuran luka, kedalaman, tepi luka,
GOA, tipe jaringan nekrosis, tipe eksudate, jumlah eksudate, warna kulit sekitar
luka, jaringan yang edema, pengerasan jaringan tepi, jaringan granulasi dan
metcovazine reguler sebagai balutan. Balutan ini diganti setiap 3 hari sekali dan
mendapatkan hasil bahwa terjadi perubahan pada kondisi luka. Rasa nyeri,
edema dan eritema mengalami penurunan dan lebih baiknya lagi jaringan baru
KTI berupa intervensi perawatan luka modern (metode moist wound healing)
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
II
diabetikum tipe II
diabetikum tipe II
diabetikum tipe II
diabetikum tipe II
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Puskesmas
b. Bagi Masyarakat
d. Bagi Peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
urogenital.
7) Simtom dan riwayat pengobatan komplikasi kronik pada
saraf).
d. Pemeriksaan fisik
serta pulse.
penyuntikan insulin.
3) Pemeriksaan mata : Nampak sayu, cekung,
katarak.
(akantosis nigricans),
akibat DM (necrobiosis
adanya deformitas.
nadi, lemah
2. Analisa Data
Prioritas Masalah
sirkulasi.
3. Diagnosa Keperawatan
keperawatan.
perubahan sirkulasi
Fisiologis
4. Intervensi Keperawatan
2020).
5. Implementasi Keperawatan
(Tampubolon, 2020).
6. Evaluasi Keperwatan
1. Definisi
tidak bisa dikompensasi oleh sekresi insulin yang meningkat dari sel
2. Etiologi
a. Resistensi insulin
kadar glukosa darah. Dalam hal ini, kinerja dari insulin kurang
c. Faktor lingkungan
hal ini ada tumor nekrosis factor alfa dan interlukin-6, resistensi
dari caput pankreas yang berada pada tepi kaudal antara caput
1) Depan
2) Belakang
c. Macam-macam sel
dan glucagon dari sekitar 𝑆𝑒𝑙 𝛽 dan 𝑆𝑒𝑙 𝛼. Kondisi ini mampu
d. Fungsi Pankreas
1) Fungsi eksokrin
saluran cerna.
Fungsi dari enzim tersebut diantaranya yaitu:
menjadi glukosa
2) Fungsi endokrin
sel-sel nya.
Pankreas mempunyai peranan penting pada sistem
glikogen.
4. Patofisiologi
sensitivitas sel beta terhadap kondisi gula darah yang tinggi. Hal ini
peningkatan
pemanfaatan protein
5. Pathway
DM Tipe II
Defisiensi Insulin
Liposis meningkat
Makrovaskuler Mikrovaskuler
Iskemik jaringan
Nekrosis luka
dalam tubuh dan berakibat mudah lelah dan mengantuk. Selain itu
a. Gejala akut
minggu).
b. Gejala kronik
mencapai 4 kg.
lambat
2) Peningkatan keinginan untuk minum (polyuria) sebagai
penyembuhan luka
yaitu:
al., 2021).
b. Pemeriksaan HbA1C
8. Penatalaksanaan
a. Farmakologis
DM:
a) Sulfonilurea
b) Glinid
a) Metformin
b) Tiazolidindion (TZD)
golongan ini.
C. ULKUS DIABETIKUM
1. Definisi
buruk. Rasa sakit, perih, dan nyeri pada kaki bahkan seringkali tidak
2021).
2. Etiologi
diabetes neuropati.
karena kerusakan saraf dan atrofi pada otot kaki mampu menjadi
yang lama.
3. Klasifikasi Ulkus
4. Manifestasi Klinis
a. Sering kesemutan
d. Terjadinya nekrosis
penurunan
f. Kaki menjadi atrofi, dingin dan terjadi penebalan pada kuku
g. Kulit kering
diamputasi.
5. Patofisiologi
kaki atau sering disebut dengan ulkus kaki diabetikum. Keadaan ini
dan nutrisi yang diangkut oleh darah. Selain itu, suplai nutrisi dari
6. Penatalaksanaan
seluler yang sehat. Pada luka akut, kondisi lembab ini mampu
tidak boleh kurang atau lebih karena jika terlalu lembab mampu
minimal.
efektif atau tidak dalam kasus ulkus kaki diabetic. Kondisi luka
pada pencucian luka ini yaitu larutan normal salin atau NaCl
et al., 2023).
a. Metcovazine Reguler
chitosan.
b. Metcovazine Red
chitosan.
c. Metcovazine Gold
Gambar 3. 2 Gambar 3. 1
Metcovazine Reguler Metcovazine Red
Sumber metcovazine.id Sumber metcovazine.id
Gambar 3. 3 Metcovazine Gold
Sumber mhomecare.co.id
7. Fase Penyembuhan
berlebih.
Tujuan
matrik baru.
mendekat)
evaluasi keperawatan.
balutan primer.
oleh peneliti.
b. Usia ≥ 45 tahun
2. Kriteria eksklusi
dari subyek studi kasus yang penulis ambil. Berikut ini kriteria
balutan primer.
menceritakan berbagai hal yang mampu diteliti dan mampu diuji serta
karya tulis ilmiah perawatan luka pada pasien ulkus diabetikum tipe Ii
diantaranya yaitu:
1. Lembar wawancara
2. Lembar observasi
perawatan.
F. Metode Pengumpulan Data
komprehensif.
1. Wawancara
(Lamonge, 2023).
diabetikum.
2. Observasi
3. Studi dokumentasi
1. Pengumpulan data
2. Mereduksi data
3. Penyajian data
dengan kode etik yang harus dijunjung tinggi oleh penulis dalam
1. Informed Consent
klien.
2. Anonimity
pada lembar alat ukur maupun lembar pendataan dan hasil penelitian
4. Benefience