Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI

DEBRIDEMENT ULKUS DIABETES MELLITUS DI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN CIAMIS

KIAN
Karya Ilmiah Akhir Ners

Diajukan Untuk Melakukan KIAN Sebagai Syarat


Memperoleh Gelar Ners
Pada Program Studi Profesi Ners

Oleh :
ARINDRIANA BELLAPRILIA
NIM. 2006277069

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH CIAMIS
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus secara luas diartikan sebagai gangguan metabolisme
kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang
abnormal akibat kegagalan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya
komplikasi diabetes, diantaranya : pengendalian kadar glukosa yang adekuat,
timbulnya komplikasi diabetes jangka pendek akibat pengendalian kadar glukosa
yang tidak adekuat (Endriyanto, 2012). Diabetes melitus merupakan sekumpulan
gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya
(Smeltzel dan Bare, 2015). Cari refernsi yang terbaru … kemuadian ketik
terjemahkan dengan bahsa sendiri … agar mudah d baca dan d fahami …
Menurut American Diabetes Asociation (2015), DM dapat di klasifikasikan
menjadi beberapa tipe yakni, DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional. Beberapa
tipe yang ada, DM tipe 2 merupakan salah satu jenis yang paling banyak
ditemukan yaitu lebih dari 90-95%. Dimana faktor pencetus dari DM tipe 2 yakni
berupa obesitas, mengosumsi makanan instan,terlalu banyak makan karbohidrat,
merokok dan stres, kerusakan pada sel prankreas dan kelainan hormonal.
Faktor risiko terjadinya diabetes melitus diantaranya adalah berat badan
berlebih atau obesitas, aktivitas fisik yang rendah, riwayat orang tua diabetes,
etnik, diabetes gestasional, hipertensi, HDL rendah, trigliserida tinggi, dan
memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler (American Diabetes Association.
Standard of medical care in diabetes, 2015).
Global Status Report on Non Communicable Diseases tahun 2014 yang
dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa
prevalensi DM diseluruh dunia diperkirakan sebesar 9%. Proporsi akibat kematian
DM diseluruh kematian akibat penyakit tidak menular adalah sebesar 4%.
Kematian akibat DM terjadipada negara dan pendapatan rendah dan menengah
dengan proporsi sebesar 80%.
Menurut International Diabetes Federation (2015), kasus Diabetes Melitus
sebesar 8,3% dari seluruh penduduk dunia dan mengalami peningkatan 378 juta
kasus. Indonesia merupakan negara ke 7 penderita DM terbesar di dunia setelah
Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan Mexico dengan 8,5 juta penderita
pada kategori dewasa. Bahkan Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi
diabetes mencapai 14,7% di perkotaan dan 7,2 % di pedesaan dengan asumsi
penduduk berumur di atas 20 tahun pada 2010 mencapai 148 juta jiwa,
diperkirakan ada 21,8 juta warga kota dan 10,7 juta warga desa menderita diabetes
(Riskesdas, 2013).
Diabetes Mellitus sebagian besar disebabkan oleh faktor genetik perilaku
atau gaya hidup seseorang. Gejala yang dikeluhkan pada penderita Diabetes
Mellitus adalah “polidipsia” (banyak minum), “poliuria” (banyak kencing),
“polifagia” (banyak makan), penurunan berat badan, dan kesemutan. Diabetes
Mellitus juga dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai
macam keluhan. Keluhan yang akan ditimbulkan antara lain gangguan
penglihatan, penyakit jantung, katarak, impotensi seksual, infeksi paru, luka sulit
sembuh dan membusuk atau gangren, gangguan pembuluh darah, stroke dan
sebagainya (Maulana, 2009).
Diabetes Mellitus sering disebut sebagai The Great Imitator (menyerupai
penyakit lain) karena penyakit ini bisa mengenai semua organ tubuh dan
menimbulkan berbagai keluhan dan gejala yang sangat bervariasi. Diabetes
Mellitus jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya
beberapa komplikasi bersama-sama atau terdapat satu masalah yang medominasi
seperti kelainan ulkus kaki diabetik (Poerwanto, 2012).
Ulkus dibetikum merupakan adanya luka atau rusaknya barier kulit sampai
ke seluruh lapisan dari dermis dan proses penyembuhannya cenderung lambat.
Ulkus pada kulit dapat mengakibatkan hilangnya epidermis hingga dermis dan
bahkan lemak subkutan (Agale, 2013). Pada penderita diabetes dengan ulkus
relatif sulit diatasi karena rusaknya pembuluh darah menuju lokasi luka.
Akibatnya antibiotik, oksigen, zat makanan, perangkat kekebalan tubuh (sel darah
putih, dll) sulit mencapai lokasi tersebut. Keadaan ini akan menghambat proses
penyembuhan serta dapat membahayakan jiwa penderitanya (Purnomo, et al
2014).
Adanya luka terbuka pada kulit akan memudahkan invasi dari bakteri,
beberapa penelitian menunjukkan sekitar 40-80% ulkus diabetik mengalami
infeksi (Richard et al., 2011). Infeksi ulkus diabetik jika tidak ditangani dengan
serius akan menyebar secara cepat dan masuk kejaringan yang lebih dalam (Scott,
2013). Sehingga dapat menimbulkan masalah gangguan integritas kulit, perfusi
perifer tidak efektif, serta resiko infeksi. Infeksi yang berat pada jaringan lunak
dan tulang seringkali berakhir pada tindakan amputasi (McCallum & Tagoe,
2012). Menurut Sulisyowati (2015) memaparkan bahwa, di Indonesia ulkus kaki
diabetik merupakan penyebab paling besar untuk untuk dilakukan perawatan
dirumah sakit sebesar 80%. Kondisi pasien pasca amputasi pun tidak sepenuhnya
baik, sekitar 14,3% pasien akan meninggal dunia setelah satu tahun diamputasi
dan sekitar 37% pasien akan meninggal dunia setelah 3 tahun tindakan amputasi
(Waspadji, 2014).
Agar pasien DM tidak mengalami komplikasi lebih lanjut, maka harus
ditangani dengan dua cara yaitu dengan cara non-farmakologi dan dengan cara
farmakologi. Penanganan dengan cara non-farmakologi yaitu dengan cara
olahraga secara teratur dan pola makan hidup yg sehat. Sedangkan dengan cara
farmakologi salah satunya dengan cara perawatan pada luka yaitu preparasi bed
luka (Sari, 2012).
Aspek perawatan preparasi bed luka merupakan fokus utama dalam
perawatan luka terdiri dari debridement untuk mengatasi jaringan nekrotik,
kontrol bakteri dan mengatasi infeksi serta produk absortif untuk mengontrol
eksudat. Setelah luka terpreparasi dengan baik dilakukan penutupan pada luka.
Dampak dari ulkus kaki diabetik bila penanganannya dengan baik bisa
menghilangkan jaringan kalus dan infeksi lokal, mengangkat jaringan nekrotik
sehingga dapat mempercepat penyembuhan, mengurangi beban tekanan
(offloading), secara alami tubuh akan membuang sendiri jaringan nekrotik atau
slough yang menempel pada luka (Alexiadou & Doupis, 2012).
Menurut World Health Organization, International Diabetes Federation
(2006) ulkus diabetikum dapat ditangani melalui tindakan invasif debridement
luka, tatalaksana infeksi, dan off loading ulkus. Dikatakan juga dalam penelitian
Purwanti OS,2013 bahwa debridement harus dilakukan pada semua luka kronis
untuk membuang jaringan nekrotik dan debris. Bahkan tindakan debridement
dikatakan sebagai gold standard dalam terapi ulkus diabetic (Mc Intosh C,Kelly
L,2009). Namun setelah dilakukannya tindakan debridement dapat menimbulkan
masalah yaitu, terputusnya kontinuitas jaringan akibat prosedur tindakan invasive
mengakibatkan munculnya gangguan integritas kulit dan mengakibatkan kuman
atau bakteri mudah masuk kedalam jaringan kulit, sehingga ulkus beresiko untuk
terjadinya infeksi.
Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan adalah membantu
pasien untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas kehidupan secara
maksimal dengan memberikan intervensi asuhan keperawatan sehingga dapat
memperbaiki kondisi kesehatan. Pentingnya peran dalam melakukan perawatan
luka kepada pasien ulkus diabetikum post debridement untuk menjaga keadaan
ulkus tidak terinfeksi serta untuk melakukan follow up kepada pasien agar ulkus
dapat menunjukkan tanda tanda perbaikan. Penelitian Daniel Witanto et al (2008)
mengatakan bahwa perawatan luka ulkus diabetikum menunjukkan hasil yang
memuaskan yang dibarengi oleh diet yang tepat, menunjukkan keadaan perbaikan
saat pasien dipulangkan dari rumah sakit dan lama perawatan menjadi lebih
singkat. Salah satu intervensi perawat dalam penanganan ulkus diabetikum post
debridement adalah dengan meningkatkan pengetahuan pasien serta
pencegahannya dengan edukasi, nutrisi, aktivitas fisik, dan medikasi (Perkeni,
2011).
Berdasarkan pentingnya peran perawat dalam penanganan penyakit ulkus
diabetes mellitus, maka penulis memberikan asuhan keperawatan pada kasus
tersebut yang didokumentasikan kedalam karya tulis ilmiah akhir ners dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Debridement Ulkus
Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis”.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujaun Umum
Memperoleh pengalaman secara nyata dan mendokumentasikan dalam bentuk
karya tulis ilmiah akhir Ners serta mampu melaksanakan asuhan keperawatan
secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual
yang berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan dengan pendekatan proses
keperawatan guna meningkatkan status kesehatan.

Ganti jngan ammperoleh pengalaman … ini kan karya tulis ilmiahh… tujuan
nya harus realistic berdasar pada keilmuan ..
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian secara komprehensif terhadap individu
dengan post operasi ulkus diabetes mellitus.
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan terhadap terhadap individu
dengan post operasi ulkus diabetes mellitus.
c. Mampu membuat perencanaan asuhan keperawatan terhadap terhadap
individu dengan post operasi ulkus diabetes mellitus.
d. Mampu melaksanakan tindakan terhadap individu dengan post operasi
ulkus diabetes mellitus.
e. Mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan terhadap individu
dengan post operasi ulkus diabetes mellitus.
f. Mampu menganalisis pelaksanaan asuhan keperawatan pada kasus serta
menganaisis berdasarkan teori keperawatan
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta
mencari solusi/ alternatif pemecahan masalah
h. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien diabetes
mellitus.
Tujuan khusu nya persempit jangan terlalu bnyk …
Cari 4 saja asal yang dominan secara kajian keilmuan .,. apa saja yang
ingin di ketahui
C. Ruang Lingkup
Penulisan Karta Tulis Ilmiah Akhir Ners dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Post Operasi Debridement Ulkus Diabetes Mellitus Di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis” ini, sesuai dengan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien yang dilakukan selama 3 x 24 jam.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Bagi Mahasiswa
Memberikan pengalaman dan wawasan pribadi mengenai asuhan
keperawatan pada klien post operasi ulkus diabetes mellitus.
2. Manfaat Bagi Individu
Memberikan pengetahuan tentan ulkus diabetes mellitus dan motivasi untuk
meningkatkan kekuatan-kekuatan individu yang dimiliki dan dapat
mempertahankan segala sesuatu yang telah dicapai, agar memperoleh derajat
kesehatan yang optimal.
3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Pengetahuan yang dihasilkan dari penelitian ini khususnya bagi institusi
pendidikan diharapkan dapat menjadi salah satu referensi untuk proses
pembelajaran bagi institusi untuk penatalaksanaan asuhan keperawatan post
operasi ulkus diabetes mellitus bidang keperawatan.
4. Manfaat Bagi Profesi Keperawatan
Penatalaksanaan asuhan keperawatan post operasi ulkus diabetes mellitus
dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan dalam bidang keperawatan.
E. Metode Penulisan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah Akhir Ners ini menggunakan metode
deskriptif dan metode studi kepustakaan. Dalam metode deskriptif pendekatan
yang digunakan adalah studi kasus dengan mengelola satu klien dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan. Adapun teknik pengumpulan data
yang digunakan sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau tanya jawab secara langsung
yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan
suatu komunikasi yang direncanakan.
2. Observasi/Pengamatan
Observasi atau pengamatan adalah mengamati perilaku dari keadaan
klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan
klien.
3. Pemeriksaan Fisik
Adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan
masalah kesehatan klien yang dilakukan dengan cara inspeksi (melihat),
auskultasi (mendengar), perkusi (mengetuk), dan palpasi (meraba).
4. Studi Dokumentasi
Mempelajari data-data dari keluarga klien berhubungan dengan
asuhan keperawatan.
5. Studi Kepustakaan
Mendapatkan keterangan sebagai landasan dari berbagai literatur.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penyusunan karya tulis
ilmiah akhir Ners ini, maka penulis menguraikan sistematika sebaga berikut:
BAB I : Pendahuluan
Menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan
penulisan, ruang lingkup, manfaat penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teori
Menjelaskan tentang teori yang relevan sesuai judul karya
tulis ilmiah akhir Ners. Tinjauan pustaka merupakan hasil
telusuran bahan bacaan yang berkaitan dengan kasus gout
arthritis.
BAB III : Tinjauan Kasus
Menjelaskan tentang asuhan keperawatan yang telah
diberikan kepada klien sesuai dengan kasus post op
debridement Ulkus Diabetes Mellitus. Pada bab ini
menerangkan secara naratif gambaran pelaksanaan asuhan
keperawatan berdasarkan tahapan proses keperawatan
meuputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluai
keperawatan.
BAB IV : Critical Evidance Based Practice
Evidance Based Practice disusun untuk masalah utama
sesuai topik gout arthritis, minimal 3 artikel jurnal
bereputasi.
BAB V : Pembahasan
Menganalisis kasus dari berbagai teori yang telah
diperoleh. Analisis terhadap asuhan keperawatan yang
telah diberikan dikaitkan dengan teori dan manajemen
keperawatan.
BAB VI : Penutup
Menjelaskan tentang simpulan dan saran dari penulisan
karya tulis ilmiah akhir Ners.

Anda mungkin juga menyukai