Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru
dunia. WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes
yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang. WHO memprediksi kenaikan
jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi
sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO, International
Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, Memprediksi kenaikan jumlah
penyandang DM dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun
2030. Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya
menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali
lipat pada tahun 2030. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun
2003, diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun
sebanyak 133 juta jiwa. Dengan prevalensi DM sebesar 14,7% pada daerah
urban dan 7,2%, pada daerah rural, maka diperkirakan pada tahun 2003
terdapat sejumlah 8,2 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 5,5 juta di
daerah rural. Selanjutnya, berdasarkan pola pertambahan penduduk,
Diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia
di atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM pada urban (14,7%) dan
rural (7,2%) maka diperkirakan terdapat 12 juta penyandang diabetes di
daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural.

Diabetes Mellitus Tipe 2 bisa dicegah, ditunda kedatangannya atau


dihilangkan dengan mengendalikan faktor resiko (Kemenkes, 2010). Faktor
resiko penyakit tidak menular, termasuk DM Tipe 2, dibedakan menjadi dua.
Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya jenis
kelamin, umur, dan faktor genetik. Yang kedua adalah faktor risiko yang
dapat diubah misalnya kebiasaan merokok (Bustan, 2000). Penelitian-

1
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyatakan bahwa demografi,
faktor perilaku dan gaya hidup, serta keadaan klinis atau mental berpengaruh
terhadap kejadian DM Tipe 2 (Irawan, 2010).

Ulkus dekubitus dan ulkus diabetikum merupakan ulkus kronis yang


disebabkan oleh tekanan dan diabetes melitus. Ulkus dekubitus adalah luka
pada kulit atau jaringan lunak yang terbentuk karena tekanan berkepanjangan
pada area tubuh tertentu (Zaidi Dan Sharma, 2021). Sedangkan ulkus
diabetikum adalah salah satu komplikasi diabetes mellitus yang menyebabkan
peningkatan morbiditas secara keseluruhan pada pasien. penderita diabetes
melitus (tipe 1 atau 2) memiliki risiko seumur hidup mengalami komplikasi
ulkus diabetikum sebesar 25% (Packer et al., 2021). Secara global, ulkus
dekubitus merupakan penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas di
pelayanan kesehatan. Hal ini menjadikan ulkus dekubitus masalah besar di
dunia kesehatan. Ulkus dekubitus bisa terjadi pada beberapa ribu orang setiap
tahun. Terapi yang dibutuhkan juga menelan biaya cukup tinggi setiap
tahunnya, sehingga membebani ekonomi kesehatan yang sudah langka. Pasien
dengan ulkus dekubitus harus menerima perawatan segera, karena jika tidak,
komplikasi yang terjadi bisa berakibat fatal (Zaidi dan Sharma, 2021). Pada
penderita diabetes melitus, ulkus diabetikum dapat dicegah untuk terjadi. Hal
ini dikarenakan faktor pemicu paling sering terjadinya ulkus diabetikum
adalah trauma ringan (Packer et al., 2021). Saat ini, terapi standar untuk ulkus
kronik, baik itu ulkus decubitus maupun ulkus diabetikum meliputi kompresi,
debridement dengan pembedahan, pengendalian infeksi, dan pembalut luka
yang memadai (Busch el al., 2017).

1.2 Ruang Lingkup Penulisan


Memberikan Asuhan Keperawatan yang meliputi Pengkajian, Diagnosa,
Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi kepada Tn.A dengan Diabetes mellitus
ulkus diabetikum di RSUD Indramayu.

2
1.3 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Penulisan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk memberikan Asuhan
Keperawatan kepada pasien Tn.A dengan Diabetes Mellitus ulkus
diabetikum, dan juga memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga
tentang penyembuhan penyakit.

b. Tujuan khusus
1. Melakukan Pengkajian keperawatan pada Tn.A dengan Diabetes
Mellitus Ulkus diabetikum di RSUD Indramayu
2. Merumuskan Diagnosa Keperawatan pada Tn.A dengan Diabetes
Mellitus Ulkus diabetikum di RSUD Indramayu
3. Menyusun Intervensi Keperawatan pada Tn.A dengan Diabetes
Mellitus Ulkus diabetikum di RSUD Indramayu
4. Melakukan Implementasi Keperawatanpada Tn.A dengan Diabetes
Mellitus Ulkus diabetikum di RSUD Indramayu
5. Melakukan Evaluasi Keperawatan pada Tn.A dengan Diabetes
Mellitus Ulkus diabetikum di RSUD Indramayu
6. Melakukan Dokumentasi tindakan Keperawatan pada Tn.A dengan
Diabetes Mellitus Ulkus diabetikum di RSUD Indramayu
7. Memberikan Edukasi terkait penyakit kepada pasien dan keluarga

1.4 Manfaat Penulisan


a. Rumah sakit
Sebagai bentuk kontribusi mahasiswa terhadap RSUD Indramayu selama
melakukan Praktek klinik juga sebagai acuan dalam melakukan proses
Asuhan Keperawatan penyakit Diabetes Mellitus.
b. Instansi
Manfaat Penulisan KTI bagi instansi Akademik adalah bisa dijadikan
bahan referensi terkait penyakit Diabetes Mellitus.
c. Penulis

3
Manfaat bagi penulis yaitu dapat meningkatkan rasa ingin tahu terkait
penyakit Diabetes Mellitus, Selain itu penulis juga dapat menentukan .
d. Pembaca
Manfaat bagi pembaca yaitu menambah wawasan terkait penyakit dan
bagaimana proses keperawatan pasien dengan Diabetes Melitus itu
dilakukan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Konsep Diabetes Mellitus


II.1.A Pengertian Diabetes
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengn
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan
neuropati (Yuliana dalam NANDA, 2015).

Sel khusus pankreas menghasilkan sebuah hormon yang disebut insulin


untuk mengatur metabolisme. Tanpa hormon ini, glukosa tidak dapat
masuk sel tubuh dan kadar glukosa darah meningkat. Akibatnya, individu
dapat dapat mulai mengalami gejala hiperglikemia. Secara sederhana,
proses ini dinyatakan sebagai pembentukan diabetes melitus. (Rosdahi,
2015).

II.2.B Klasifikasi
Klasifikasi DM berdasarkan American Diabetes Association (2016:13) ada
empat yaitu : Diabetes Mellitus tipe 1, Diabetes Mellitus tipe 2, Diabetes
Gestasional, Diabetes lainnya. DM tipe 1 merupakan DM dengan pankreas
sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi
insulin (Tandra, 2013). Menurut Perhimpunan Endokrinologi Indonesia
(PERKENI), DM tipe 2 adalah gangguan yang terjadi ditandai oleh
kenaikan kadar gula darah akibat gangguan produksi insulin, dan
gangguan fungsi insulin pada tubuh manusia. DM gestasional adalah DM
yang terjadi pada masa kehamilan (Tandra, 2013). DM yang lain adalah
DM yang tidak termasuk dalam kategori DM diatas yaitu DM sekunder
(secondary diabetes) (Tandra, 2013) Atau akibat penyakit lain yang

5
mengganggu produksi insulin atau mempengaruhi kerja insulin serta
kelainan pada fungsi sel beta (Garnita, 2012:15).

II.1.C Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), etiologi diabetes mellitus adalah:
1. Diabetes Mellitus tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel
beta pankreas yang disebabkan oleh :
a. Faktor genetik
Penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya
diabetes tipe I.
b. Faktor imunologi
Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal
dimana antibodi terarah padaaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing.
c. Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autonium yang
menimbulkan ekstruksi sel beta.
2. Diabetes Mellitus tipe 2
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.
Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes
mellitus tipe II antara lain :
a) Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun,
tetapi pada usia remaja pun diabetes mellitus dapat terjadi juga
pada umur 11 sampai 13 tahun karena sejak awal pankreas tidak
menghasilkan insulin.
b) Obesitas
Karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh akan membuat
hormon insulin tidak dapat bekerja secara maksimal dalam

6
menghantar glukosa yang ada dalam darah. Pengurangan berat
badan sering kali dikaitkan dengan perbaikan dalam sensitivitas
insulin dan pemulihan toleransi glukosa. Obesitas terjadi karena
tubuh kelebihan lemak minimal 20% dari berat badan ideal.
Menurut Adriani (2012)
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok
1) Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
2) Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
3) Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%

Klasifikasi IMT (Indeks Masa Tubuh) menurut Tjokoprawiro


(2015) :
1) IMT <18,5 : BB kurang
2) IMT 18,5-22,9 : BB normal
3) IMT > 23,0 : BB lebih
4) IMT 23,0-24,9 : dengan resiko
5) 25,0-29,9 : obesitas I
IMT >30 : obesitas II

II.1.D Manifestasi klinis


Manifestasi klinis diabetes mellitus menurut Tandra (2013) yaitu :

1) Banyak kencing (poliuri)


2) Rasa haus (polidipsi)
3) Berat badan menurun meski sudah banyak makan (polifagi)
4) Rasa seperti flu dan lemah
5) Pandangan kabur
6) Luka yang sukar sembuh
7) Gusi merah dan bengkak
8) Kesemutan
9) Kulit kering dan gatal
10) Mudah terkena infeksi

7
11) Gatal pada kemaluan

II.1.E Patofisiologi
Terjadi pada kaki diawali dengan adanya hiperglikemia pada penyandang
DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh
darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik
akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang
kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada
telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya
kerentanan terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi
infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut
menambah rumitnya pengelolaan kaki diabetes (Askandar, 2001 dalam
Andra Safer, 2013). Ulkus diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya
lebih besar dibanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal.
Awalnya pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia yang
berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin, dan suplai vaskuler.
Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki
yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan
terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan
area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya
ruptur sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan
penyembuhan luka abnormal menghalangi resolusi. Mikrooranisme yang
masuk mengadakan kolonasi di daerah ini. Drainase yang inadekuat
menimbulkan closed space infectiom. Akhirnya sebagai konsekuensi
sistem imun yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi
menyebar ke jaringan sekitarnya.

II.1.F Komplikasi
Menurut Riyadi & Sukarmin (2008), beberapa komplikasi diabetes
mellitus adalah:

1. Komplikasi akut
a. Koma hipoglikemia

8
Koma hipoglikemis terjadi karena pemakaian obat-obatan diabetic
yang melebihi dosis yang dianjurkan singga terjadi penurunan
glukosa dalam darah. Glukosa yang ada sebagian besar difasilitasi
untuk masuk ke dalam sel.
b. Ketoasidosis
Minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari
sumber alternatif untuk dapat memperoleh energi sel. Kalau tidak
ada glukosa maka benda-benda keton akan dipakai sel. Kondisi ini
akan mengakibatkan penumpukan residu pembongkaran benda-
benda keton yang berlebih dapat mengakibatkan asidosis.
c. Koma hipersmolar non ketotik
Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan
ekstras karena banyak diekresi lewat urine.
2. Komplikasi kronik
a. Makroangiopati
Makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh
darah jantung, pembuluh darah otak. Pembuluh darah pada
pembuluh darah besar dapat mengalami atherosklerosis sering
terjadi pada DMTTI/ NIDDM. Komplikasi magroangiopati adalah
penyakit vaskuler otak, penyakit arteri koronaria dan penyakit
vaskuler parifer.
b. Mikroangiopati
Mikroangiopati yang mengalami pembuluh darah kecil, retinopati
diabetika, nefropati diabetik. Perubahan- perubahan mikrovaskuler
yang ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran diantara
jaringan dan pembuluh darah sekitar. Terjadi pada penderita
DMTTI/IDDM yang terjadi neuropati, nefropati, dan retinopati.
c. Neuropati diabetika
Akumulasi orbital didalam jaringan dan perubahan metabolik
mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun
kehilangan sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.

9
d. Infeksi
Retensi infeksi seperti tuberculusis paru, gingivitis, dan infeksi
saluran kemih.
e. Kaki diabetik
Pembuluh mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati
menyebabkan perubahan pada ekstermitas bawah. Komplikasinya
dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi, ganggren,
penurunan sensasi dan hilangnya fungsi saraf sensorik dapat
menunjang terjadi trauma atau tidak terkontrolnya infeksi yang
mengakibatkan ganggren.

II.1.G Penatalaksanaan
1) Terapi Farmakologi
2) Non farmakologis

II.2 Konsep Ulkus Dianetikum


II 2.A Definisi
Luka diabetik adalah luka yang terjadi pada pasien diabetik yang
melibatkan gangguan pada syaraf peripheral dan autonomic. Luka diabetik
terjadi karena adanya kelainan pada syaraf, kelainan pembuluh darah dan
kemudian adanya infeksi. Bila infeksi tidak diatasi dengan baik, hal ini
akan berlanjut menjadi pembusukan bahkan amputasi (Andra, 2013).

Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan
ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasive kuman
saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menebabkan ulkus berbau, ulkus
diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan
penyakit DM dengan neuropati perifer (Andra, 2013). Ulkus diabetik
dikenal dengan istilah ganggren didefinisikan sebagai jaringan nekrosis
atau jaringan mati yang disebabkan oleh adanya emboli pembuluh darah
besar arteri pada bagian tubuh sehingga suplai darah terhenti (Andra
2013). Ganggren diabetik adalah nekrosis jaringan pada bagian tubuh

10
perifer akibat diabetes mellitus. Biasanya ganggren terjadi pada daerah
tungkai. Keadaan ini ditandai dengan pertukaran sekulitis dan timbulnya
vesikula atau bula yang hemoragik kuman yang biasa menginfeksi pada
ganggren diabetik adalah streptococcus (Andra 2013)

II.2.B Etiologi
Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetikum dibagi
menjadi faktor endogen dan eksogen:

a. Faktor endogen: genetik metabolik, angiopati diabetik, neuropati


diabetik.
b. Faktor eksogen: trauma, infeksi, obat.
Faktor utama yang berperan timbulnya ulkus diabetikum adalah
angiopati, neuropati, dan infeksi. Adanya neuropati perifer akan
menyebabkan hilang atau menurunnya trauma tanpa terasa yang
mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik saja akan
mengakibatkan terjadi atrofi pada otot kaki sehingga merubah titik
tumpu yang menyebabkan ulserasi pada kaki pasien. Apabila sumbatan
terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan
merasa sakit pada tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu.
Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan
asupan nutrisi, oksigen serta antibiotika sehingga menyebabkan
terjadinya luka yang sukar sembuh (Andra, 2013).

II.2.C Manifestasi Klinis


Ganggren diabetik akibat mikroangiopati disebut juga ganggren ganas
karena walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan teraba
hangat oleh peradangan dan biasanya teraba pulsar arteri di bagian distal.
Biasanya terdapat ulkus diabetik pada kaki. Proses mikroangiopati
menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli
akan memberikan gejala klinis 5P yaitu:

a. Pain (nyeri)

11
b. Palenes (kepucatan)
c. Paresthesia (kesemutan)
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
e. Paralysis (lumpuh)

Bila terjadi sumbatan kronik akan timbul gambaran klinis menurut pola
fontainse:

a. Stadium I : asimtomatis atau gejala tidak khas (kesemutan)


b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
c. Stadium III : timbul nyeri saat istirahat
d. Stadium IV : terjadi kerusakan jaringan karena ulkus (Brunner &
Suddarth, 2005).

II.2.D Penatalaksanaan
Penatalaksaan ganggren diabetik menurut Kristianto (2010) antara lain:
1. Evaluasi keadaan kaki dengan cermat, keadaan klinis luka, gambaran
luka radiologi (adakah benda asing, osteomielitis, gas subkutis), lokasi
luka, vaskularisasi luka.
2. Pengendalian keadaan metabolik sebaik-baiknya.
3. Debridement luka yang adekuat dan radikal, sampai bagian yang
hidup.
4. Antibiotik yang adekuat.
5. Perawatan luka yang baik, balutan yang memadai sesuai dengan
keadaaan luka.
6. Mengurangi edema.
7. Tirah baring, tongkat penyangga, kursi roda, alas kaki khusus, total
Contact casting.
8. Perbaikan sirkulasi-vakuler.
9. Tindakan bedah atau rehabilitatif untuk mempercepat proses
penyembuhan luka.
10. Senam kaki Diabetik

12
Berikut ini beberapa Gerakan Senam Kaki Diabetes yang dapat
dilakukan oleh pasien Diabetes Melitus, yaitu:
a. Posisikan pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki
menyentuh lantai
b. Dengan Meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki
diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti
cakar ayam sebanyak 10 kali
c. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak
kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai
dengan tumit kaki diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan
bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi
sebanyak 10 kali.
d. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas
dan buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan
kaki sebanyak 10 kali.
e. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan
memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10
kali. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari
kedepan turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan.
Ulangi sebanyak 10 kali.
f. Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki
tersebut dan gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan
kembali kelantai.
g. Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut.
Gerakan pergelangan kaki kedepan dan kebelakang
h. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan
kaki , tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10
lakukan secara bergantian.

II.3 Konsep Askep


II.3.A Pengkajian

13
Pengkajian menurut Riyadi (2008) adalah:

1. Anamnesa
Identittas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya
nyeri pada luka.
3. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasi
nya.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas,
gangguan penerimaan insulin, gangguan hormonal dan pemberian
obat-obatan. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap
diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tak
dapat menghasilkan insulin dengan baik akan disampaikan
informasi nya pada keturunan berikutnya.
4) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
Tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
4. Pemeriksaan Fisik

14
Pemeriksaan fisik menurut Tarwoto dalam Yunus (2015) yaitu
inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka atau ulkus pada kulit atau
jaringan tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasi/rasa berkurang
atau hilang, palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurun atau
hilang. Pemeriksaan doppler ultrasound adalah penggunaan alat untuk
memeriksa aliran darah arteri maupun vena.
Pemeriksaan ini untuk mengidentifikasi tingkat gangguan pada
pembuluh darah arteri maupun vena. Dengan pemeriksaan yang akurat
dapat membantu proses perawatan yang tepat. Pemeriksaan ini sering
disebut dengan Ankle Brachial Pressure Index. Pada kondisi normal,
tekanan sistolik pada kaki sama dengan di tangan atau lebih tinggi
sedikit. Pada kondisi terjadi gangguan di area kaki, vena ataupun
arteri, akan menghasilkan tekanan sistolik yang berbeda. Hasil
pemeriksaan yang akurat dapat membantu diagnostik ke arah
gangguan vena atau arteri sehingga manajemen perawatan juga
berbeda. Menurut Riyadi (2008) suhu tubuh demam pada penderita
dengan komplikasi infeksi pada luka atau pada jaringan lain. Warna
kulit mengalami perubahan melanin, kerotenemia (pada penderita yang
mengalami peningkatan trauma mekanik yang berakibat luka sehingga
menimbulkan gangren, tampak warna kehitaman disekitar luka).
5. Pemeriksaan Penunjang
X-Ray, EMG dan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apakah
ulkus diabetik menjadi infeksi dan menentukan kuman penyebab nya
(Tarwoto dalam Yunus, 2015).

II.3.B Diagnosa
Menurut Nanda (2015) diagnosa yang sering muncul antara lain:
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen
Menurun karena penyempitan pembuluh darah.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak cukupan insulin atau penurunan masukan oral.

15
c. Risiko tinggi infeksi/sepsis berhubungan dengan kadar glukosa tinggi ,
atau penurunan fungsi leukosit atau perubahan pada sirkulasi.
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen fisik.
e. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan gangguan metabolisme
(ulkus DM)
f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri yang dirasakan.
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri yang dirasakan.
h. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan bentuk jaringan.
i. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan klien tentang penyakitnya.

II.3.C Intervensi
Dx. 1 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen
menurun karena penyempitan pembuluh darah.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak
terjadi gangguan perfusi jaringan.
Kriteria Hasil :
a. Denyut nadi perifer teraba kuat dan regular
b. Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
c. Kulit sekitar luka teraba hangat
d. Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertabah parah
e. Sensorik dan motorik membaik
Rencana tindakan :
a. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
b. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah:
Atur kaki sedikit lebih rendah dari jantung (posisi elevasi pada waktu
istirahat), hindari penyilangan kaki, hindari balutan ketat, hindari
penggunaan bantal di belakang lutut dan sebagainya.
Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga
tidak terjadi oedema.

16
c. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor risiko berupa: hindari diet
lancarkan kolesterol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan
merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi
Rasional : kolesterol tinggi dapat mempercepat terjadinya
arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya vasokonstriksi
pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari stres.
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator,
pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi
pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan
pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui perkembangan
dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah
ulkus/gangren.
Dx. 2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin atau penurunan masukan oral.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil :
a. Pasien tidak lemah atau penurunan tingkat kelemahan
b. Peningkatan berat badan atau berat badan ideal atau normal
c. Lingkar lengan meningkat atau mendekati 10 cm
d. Nila laboratorium Hb untuk pria 13-16 gr/dl, untuk wanita 12-14 Gr/dl,
nilai laboratorium yang terkait diabetes melitus (terutama GDS 60-
100mg/dl, kolesterol total 150-250 mg/dl, protein total 6-7,0 Gr/dl)
e. Pasien habis 1 porsi makan setiap kali makan
f. Pasien tidak mengeluh mual lagi.
Rencana tindakan :
a. Timbang berat badan atau ukur lingkar lengan setiap hari sesuai
indikasi.
Rasional : Mengkaji indikasi terpenuhinya kebutuhan nutrisi dan
menentukan jumlah kalori yang harus dikonsumsi.

17
b. Tentukan program diet dan pola makan pasien sesuai dengan kadar
gula yang dimiliki (dengan memakai rumus kebutuhan kalori untuk
laki-laki= berat badan ideal x 30, sedangkan wanita berat badan ideal
X 25).
Rasional : Menyesuaikan antara kebutuhan kalori dan kemampuan sel
untuk mengambil glukosa.
c. Libatkan keluarga pasien dalam memantau waktu makan, jumlah
nutrisi.
Rasional : Meningkatkan partisipasi keluarga dan mengontrol masukan
nutrisi sesuai dengan kemampuan untuk menarik glukosa dalam sel.
d. Observasi tanda-tanda hipoglikemi (perubahan tingkat kesadaran, kulit
lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit
kepala, pusing, sempoyongan).
Rasional : Karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi, gula darah akan
berkurang dan sementara pasien tetap diberikan insulin maka hipoglikemi
dapat terjadi.
e. Pantau pemeriksaan laboratorium seperti glukosa darah, aseton, pH,
dan HCO3.
Rasional : Gula darah akan menurun perlahan dengan penggunaan terapi
insulin terkontrol. Dengan pemberian insulin dosis optimal glukosa dapat
masuk ke dalam sel dan digunakan untuk sumber kalori. Peningkatan
aseton, pH dan HCO3 sebagai indikasi kelebihan benda keton.
f. Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan teknik intravena
secara intermitten atau secara kontinyu.
Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan
cepat pula dapat membantu memindahkan ke dalam sel, pemberian
melalui intravena merupakan rute pilihan utama karena absorbsi dari
jaringan subkutan mungkin tidak menetu/sangat lambat.
g. Lakukan konsultasi dengan ahli diet
Rasional : kebutuhan diet penderita harus disesuaikan dengan jumlah
kalori karena kalau tidak terkontrol akan berisiko hiperglikemia.

18
h. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung,
mual, muntah.
Rasional : Peningkatan peristaltik usus sebab indikasi peningkatan
rangsang gaster.
i. Anjurkan pasien makan makanan sedikit dan sering (sesuai dengan
jumlah kalori yang boleh dikonsumsi).
Rasional : Menurunkan beban kerja gaster dan usus sehingga rangsangan
gastrointestinal menjadi berkurang.
Dx. 3 Risiko tinggi infeksi/sepsis berhubungan dengan kadar glukosa
tinggi, atau penurunan fungsi leukosit atau perubahan pada sirkulasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam sepsis
berkurang.
Kriteria Hasil :
a. Tidak terdapat tanda-tanda peradangan dan infeksi seperti rubor, kalor,
dolor, tumor, fungsiolesa, dan angka leukosit dalam batas 5000-11000
ul.
b. Suhu tubuh tidak tinggi (36,5oC-37oC).
c. Kadar GDS 60-100 mg/dl.
d. Glukosa urin negatif.
e. Leukosit dalam batas normal.
Rencana tindakan :
a. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
Rasional : memastikan kondisi pasien pada periode peradangan atau sudah
terjadi infeksi. Terjadinya sepsis dapat dicegah lebih awal.
b. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan,
memakai handscon, masker, kebersihan lingkungan.
Rasional : meminimalkan invasi mikroorganisme.
c. Pertahankan teknik aseptik dan sterilisasi alat pada prosedur invasif.
Rasional : Invasi alat dapat menjadi mediator masuknya mikroorganisme.
d. Anjurkan untuk makan sesuai jumlah kalori yang dianjurkan terutama
membatasi masuknya gula.

19
Rasional : Menurunkan risiko kadar gula darah tinggi yang merupakan
media terbaik untuk pertumbuhan mikroorganisme.
e. Bantu pasien untuk personal hygiene.
Rasional : Menurunkan risiko invasi mikroorganisme.
f. Berikan antibiotik yang sesuai.
Rasional : penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya
sepsis.
g. pemeriksaan kultur dan sensitivitas sesuai indikasi.
Rasional : Untuk mengidentifikasi organisme sehingga dapat memilih atau
memberikan terapi antibiotik yang terbaik.
h. Atur jadwal aktivitas dan istirahat pasien secara berimbang.
Rasional : Aktivitas meningkatkan sirkulasi darah dan memperkecil
pertumbuhan mikroorganisme. Istirahat akan meningkatkan perbaikan sel
dan meningkatkan produksi leukosit.
Dx. 4 Nyeri akut berhubungan dengan agen fisik (ulkus DM)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 7 jam
diharapkan nyeri klien berkurang
Kriteria Hasil:
a. Melaporkan nyeri berkurang
b. Mampu mengontrol nyeri
c. Menyatakan rasa nyaman
d. Ekspresi wajah pasien tidak terlihat meringis kesakitan
e. Nadi 80-84 x/menit
f. Skala nyeri 0 atau 1 atau 2 atau 3 atau 4
Rencana tindakan :
a. Kaji faktor yang mengakibatkan ketidak nyamanan
Rasional : Menetapkan dasar untuk mengkaji perbaikan/perubahan
nyeri.
b. Kaji nyeri secara komprehensif (penyebab, kualitas, lokasi, skala dan
waktu/durasi nyeri).

20
Rasional : Menetapkan dasar untuk mengkaji perbaikan/perubahan
nyeri.
c. Observasi tanda non verbal dari ketidaknyamanan
Rasional : Menetapkan kejadian nyeri masih terjadi atau tidak
d. Control faktor lingkungan yang mempengaruhi ketidaknyamanan
Rasional : Menentukan lingkungan yang mengurangi nyeri
e. Ajarkan klien dan keluarga manajemen nyeri non farmakologi dengan
nafas dalam
Rasional : Menurunkan skala nyeri
f. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesic
Rasional : Menurunkan ambang nyeri yang dialami pasien melalui
serabut syaraf.

Dx. 5 Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan gangguan


metabolisme (ulkus DM)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x30 menit
diharapkan kerusakan integritas jaringan dapat berkurang
Kriteria Hasil :
a. Menunjukkan proses penyembuhan luka.
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi (kemerahan, bengkak, teraba hangat, dan
tidak ada pus)

Rencana tindakan :
a. Observasi keadaan luka : lokasi, kedalaman, karakteristik, warna
cairan, granulasi, jaringan nekrotik, dan tanda-tanda infeksi lokal).
Rasional : Mengidentifikasi tingkat metabolisme jaringan dan tingkat
disintegritas.
b. Jaga kulit agar tetap bersih dan kering.
Rasional : Menjaga kebersihan luka/meminimalkan kontaminasi
silang.
c. Lakukan perawatan luka dengan teknik steril.

21
Rasional : Mencegah peningkatan prosentase mikroorganisme akibat
kelainan metabolik (glukosa tinggi) dan memberikan informasi tentang
efektifitas terapi.
d. Berikan posisi yang nyaman untuk mengurangi tekanan pada luka.
Rasional : Mencegah terjadinya perluasan trauma pada luka
e. Anjurkan klien dan keluarga untuk menjaga daerah luka agar tetap
bersih dan kering.
Rasional : Menjaga kebersihan luka/meminimalkan kontaminasi
silang.
f. Anjurkan klien untuk makan makanan yang tinggi protein
Rasional : Untuk mempercepat penyembuhan luka.
g. Beri terapi kolaborasi antibiotik jika perlu.
Rasional : Mengobati disfungsi metabolik yang mendasari
menurunkan hiperglikemia dan meningkatkan penyembuhan.
Intervensi tambahan untuk etiologi kerusakan sirkulasi:
a. Dapatkan kultur dari drainase luka saat masuk.
Rasional : Mengidentifikasi patogen penyebab disintegritas kulit dan
terapi pilihan
b. Berikan dilokasasilin 500 mg per awal setiap 6 jam, mulai jam 10.00
malam amati tanda-tanda hipersensitivitas.
Rasional : Pengobatan infeksi/pencegahan komplikasi.

II.3.D Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kegiatan mengkoordinasikan aktivitas
pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk mengawasi dan
mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan (Nettina, 2002).

II.3.E Evaluasi
Pentingnya evaluasi secara menyeluruh tidak dapat disampingkan.
Penemuan hasil pengkajian yang spesifik akan mempengaruhi secara
langsung tindakan yang akan dilakukan. Evaluasi awal dan deskripsi yang

22
detail menjadi penekanan menjadi penekanan meliputi lokasi, ukuran,
kedalaman, bentuk, inflamasi, edema, eksudat (kualitas dan kuantitas),
tindakan terdahulu, durasi, kalus, maserasi, eritema dan kualitas (Arisanti
dalam Yunus, 2015).

23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Desain Penelitian


Laporan kasus di Penulisan karya tulis ilmiah ini mengeksplorasi Asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami Diabetes Mellitus dengan ulkus
diabetikum di Ruang Flamboyan RSUD Indramayu.

III.2 Batasan Istilah


Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Diabetes Mellitus
dengan ulkus diabetikum di Ruang Flamboyan RSUD Indramayu. Klien
juga mengalami defisit pengetahuan dalam perawatan luka ulkus
diabetikum.

III.3 Lokasi dan Waktu


Melakukan Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Diabetes
Mellitus dengan ulkus diabetikum di Ruang Flamboyan RSUD Indramayu
selama 3 hari sejak klien MRS.
III.4 Subyek Penelitian/Partisipan
Partisipan dalam penyusunan Laporan Kasus ini adalah 1 klien dengan
diagnosa Diabetes Mellitus

III.5 Pengumpulan data


Pengumpulan data pada laporan kasus ini menggunakan metode
wawancara langsung kepada klien dan keluarga, juga menggunakan studi
dokumentasi terkait segala informasi mengenai penyakit klien. Informasi
dari Profesional Pemberi Asuhan (PPA) juga sangat dibutuhkan dalam
mengukur perkembangan kesehatan klien.

III.6 Uji Keabsahan Data


Triangulasi menurut Sugiyono (2011) diartikan sebagai teknik yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada. Triangulasi sumber data adalah menggali

24
kebenaran informasi tertentu dengan menggunakan berbagai sumber data
seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan
mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut
pandang yang berbeda

No Item Informan 1 Informan 2 Informan 3 Interpretasi


Pertanyaan (Pasien) (Keluarga) (Perawat)

1 Nutrisi Setiap hari Menolak Klien di Dari hasil


mengkonsumsi untuk makan- rumah sakit wawancara
makanan yang makanan mengikuti yang didapat
seharusnya yang sudah segala dari 3 informan
tidak dianjurkan, aturan, menyatakan
dikonsumsi daripada tidak memakan bahwa klien
menurut makan, lebih makanan hanya mau
anjuran dokter, baik di sesuai menuruti apa
Karena alasan berikan sesuai standar yang sudah
tidak nafsu keinginannya gizinya, tapi dianjurkan
makan dan sesekali ketika memang
terbatas dalam pasien ingin klien berada di
memilih mengganti Rumah Sakit,
makanan. menu artinya klien
kurang
memperhatikan
apa yang
dikonsumsi
ketika klien di
rumah.
2 Kepatuhan Jarang minum Menolak Klien patuh Klien hanya
dalam obat, dan untuk minum dalam mematuhi hal-
perawatan menganggap obat, dan menjalani hal yang

25
sudah sembuh melakukan masa dianjurkan
dari sakitnya kegiatan- perawatan dokter ketika
kegiatan nya, selalu klien berada di
seperti saat mengikuti Rumah sakit
belum sakit apa yang (dalam
dokter atau keadaan sakit)
perawat
anjurkan
3 Pengetahuan Klien tidak Keluarga juga Klien yang Klien dan
mengenai mengetahui tidak mengidap keluarga tidak
penyakit tentang mengetahui penyakit mengetahui
penyakit yang tentang diabetes hal-hal yang
dideritanya penyakit yang mellitus berkaitan
diderita klien dapat di dengan
dan tangani penyakit yang
menyerahkan sedini di derita
perawatan mungkin (kurang
pada tenaga sehingga pengetahuan)
medis. dapat
mencegah
komplikasi
yang lebih
parah.

III.7 Etika Penelitian


Dalam penelitian ini, peneliti perlu mendapat rekomendasi dari
institusinya dengan mengajukan permohonan ijin kepada institusi/
lembaga tempat penelitian. Setelah ada persetujuan maka dilakukanlah
penelitian dengan menekankan masalah etika meliputi :

26
III.7.1 Informed consent
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti dan
memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian bila subjek menolak
maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.
Sebelum penelitian di mulai, peneliti menjelaskan mengenai tujuan dan
manfaat dari penelitian yang akan dilakukan. Bila responden setuju setelah
diberikan penjelasan tentang tujuan penelitian ini, responden di minta
untuk menandatangani surat persetujuan responden. Kemudian peneliti
menjelaskan tentang pengisian kuesioner.

III.7.2 Anonimity (tanpa nama)


Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak mencantumkan
nama subjek pada lembar pengumpulan data (quesioner), yang diisi olch
subjek pada lembar tersebut hanya diberi kode tertentu. 3.8.3
confidentially (kerahasiaan)

27

Anda mungkin juga menyukai