Anda di halaman 1dari 27

GAMBARAN KEMANDIRIAN PERSOANAL HYGIENE

PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

CINDI LESTARI

2006004

Program Studi DIII Keperawatan

Politeknik Negeri Indramayu

Jl.Lohbener lama no.08, Legok, Kec.Lohbener, Jawa Barat 45252 TELEPON:


(0234)5746464

2022
i

HALAMAN JUDUL .............................................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv

DAFTAR ISI...........................................................................................................v

LAMPIRAN..........................................................................................................vi

BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................4

1.3 Tujuan ...............................................................................................................4

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................6

2.1 Kemandirian anak ..........................................................................................6

2.1.1 Pengertian kemandirian .................................................................................6

2.1.2 Bentuk kemandirian berdasarkan usia............................................................6

2.1.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian..............................7

2.2 Personal Hygiene..............................................................................................8

2.2.1 Pengertian Personal Hygiene.........................................................................8

2.2.2 Macam – Macam Tindakan Personal Hygiene...............................................8

2.2.2.1 Berdasarkan tempat ............................................................................8

2.2.3 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene..............................11

2.2.4 Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene..................12


2.3 Anak Usia Prasekolah....................................................................................13

2.3.1 Perkembangan Fisik......................................................................................13

2.3.2 Perkembangan Kognitif................................................................................13

2.3.3 Perkembangan Psikososial...........................................................................13

2.3.4.Perkembangan Motorik------------------------------------------------------------14

2.4 Kerangka Konseptual---------------------------------------------------------------15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN-------------------------------------------16

3.1 Desain Penelitian---------------------------------------------------------------------16

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian---------------------------------------------------16

3.2.1 Populasi Penelitian------------------------------------------------------------------16

3.2.2 Sampel Penelitian-------------------------------------------------------------------16

3.2.3 Kriteria Subyek Penelitian---------------------------------------------------------17

3.2.3.1 Kriteria Inklusi--------------------------------------------------------------------17

3.2.3.2 Kriteria Eksklusi------------------------------------------------------------------17

3.3 Variabel dan definisi operasional-------------------------------------------------17

3.3.1 Variable------------------------------------------------------------------------------17

3.3.2 Definisi operasional-----------------------------------------------------------------17

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian------------------------------------------------------18

3.5 Pengumpulan Data------------------------------------------------------------------18

3.7 pengolahan data ---------------------------------------------------------------------19

3.6.1Editing---------------------------------------------------------------------------------19
3.6.2 Coding---------------------------------------------------------------------------------19

3.6.3 Cleaning------------------------------------------------------------------------------19

3.7 Penyajian Data-----------------------------------------------------------------------19

3.8 Etika Penelitian----------------------------------------------------------------------19

3.8.1 Informed consent--------------------------------------------------------------------20

3.8.2 Anonimity (tanpa nama) ----------------------------------------------------------20

3.8.3 Confidentially ( kerahasiaan ) ----------------------------------------------------20

Daftar Pustaka----------------------------------------------------------------------------21

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan


perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain
atau toddler ( 1-2,5 tahun), usia prasekolah (3-6 tahun), usia sekolah (7-11 tahun),
hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berbeda antara anak yang satu dengan
yang lainnya mengingat latar belakang anak yang berbeda. Proses perkembangan
anak meliputi ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping, dan perilaku social
(Azis, 2002).
Anak usia prasekolah adalah anak yang berada pada tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang berada dalam rentang 3-6 tahun. Anak-anak usia prasekolah
harus banyak belajar pada tahap ini, khususnya dalam hal kemandirian. Erikson
(1963) menyatakan bahwa anak harus mulai dilatih kemandiriannya sejak usia
1,5-3 tahun. Tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada masa ini adalah
kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan raguragu.
Apabila dalam menjalin suatu hubungan antara anak dan orangtuanya terdapat
suatu sikap atau tindakan yang baik, maka dapat menghasilkan suatu kemandirian.
Masa prasekolah adalah masa dimana perkembangan kognitif sudah mulai
menunjukkan perkembangan, pada masa ini anak harus dilatih atau dibiasakan
mengenal bagaimana dia harus bertingkah laku, seperti mencuci tangan sebelum
makan, dan menggosok gigi sebelum tidur (Friedman,2001;Yusuf, 2005; Aziz,
2009).
Waktu yang paling tepat untuk melatih kemandirian anak adalah usia
prasekolah. Memasuki masa prasekolah ini sebenarnya anak sudah bisa
menangkap keinginan orang tua dan kemandirian lama – kelamaan akan
terbentuk. Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara
kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk
bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi dilingkungan sehingga
individu mampu berpikir dan bertindak sendiri (Mu’tadin dalam Koko Nata
Kusuma, 2002). Menurut Lie (2004) kemandirian merupakan kemampuan untuk
melakukan kegiatan atau tugas sehari – hari sesuai dengan tahap perkembangan.
Kemandirian anak dapat terlihat dalam berbagai hal seperti bersosialisasi, belajar,
dan berperilaku hidup bersih dan sehat (soetjiningsih, 1995).
Bentuk kemandirian personal hygiene pada anak usia prasekolah ini adalah
anak sudah bisa menggosok gigi sendiri meskipun belum sempurna, mandi sendiri
dengan arahan, buang air kecil di toilet, dan mencuci tangan tanpa bantuan.
Sebagian besar anak usia prasekolah sudah mampu melakukan toilet training
dengan mandiri pada akhir periode prasekolah meskipun beberapa anak mungkin
masih mengompol di celana bahkan ada yang lupa untuk mencuci tangannya dan
untuk membilas (cebok). Perubahan dalam kemandirian ini dapat mempengaruh
perasaan mereka mengenai kesehatan mereka sendiri (Hany, 2005; Potter &
Perry,2005).
Kebersihan diri atau personal hygiene bertujuan untuk mempertahankan
perawatan diri, Membuat rasa aman dan relaksasi, menghilangkan kelelahan,
mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah, mempertahankan
integritas pada jaringan dan untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Namun dalam
pemenuhan personal hygiene tersebut, setiap individu berbeda – beda (Alimul,
2006). Pemenuhan personal hygiene dipengaruhi bebagai faktor seperti budaya,
nilai sosial pada individu atau keluarga, pengetahuan terhadap personal hygiene
seta persepsi terhadap perawatan diri (Alimul, 2006).
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering
terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut,
infeksi pada mata, infeksi pada telinga, gangguan fisik pada kuku, gangguan
dalam pengeluaran urine yang involunter pada waktu siang atau malam hari pada
anak yang berumur lebih dari empat tahun tanpa adanya kelainan fisik maupun
penyakit organik serta enkopresis fungsional juga bisa terjadi pada anak yang
berumur lebih dari empat tahun yang disebabkan karena kondisi psikologis pada
anak karena kegagalan dalam melakukan buang air besar. Masalah sosial yang
berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman,
aktualisasi diri, kebutuhan dicintai, kebutuhan harga diri, dan gangguan interaksi
sosial (Tarwoto dan Wartonah, 2003; Azis, 2009).
Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi (2009), persentase rumah
tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat secara nasional sebesar 48,41%.
Provinsi yang mempunyai persentase tertinggi adalah Jawa Tengah dengan
88,57% dan Jawa Timur menempati urutan paling rendah diantara provinsi jawa
sekitar 32,9 %. Soetjiningsih, (1995) menyatakan bahwa kebersihan perorangan
maupun kebersihan lingkungan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang
anak. Kebersihan perorangan yang kurang akan memudahkan terjadinya
penyakitpenyakit kulit dan saluran pencernaan seperti diare, cacingan, scabies,
karies gigi, dll. Angka kesakitan diare pada balita secara nasional 143.696 dan
yang meninggal 1.747 orang. (Departemen Kesehatan RI, 2009).
Di Jawa Timur Sendiri masalah tentang personal higyene masih banayak di
temui misalnya scabies di Pasuruan mencapai 66,70% dan di Lamongan mencapai
64, 27%. Dan diare pada anak mencapai 413 kejadian. Hal ini membuktikan
bahwa personal hygiene harus di ajarkan pada anak usia dini agar mencapai
kemandirian dalaam perawatan dirinya sendiri. Peneliti sebelumnya meneliti di
kota jember dan mengambil 10 responden untuk diteliti dan hasilnya hanya 2 dari
10 anak pra sekolah yang sudah bisa melakukan cuci tangan sendiri dan untuk
personal hygiene lainnya seperti mandi, gosok gigi, potong kuku dan lain lain
masih dengan bantuan orang tua dan 1 orang sudah bisa membersihkan alat
genetalianya sendiri setelah BAB/BAK, dan masih ada anak yang menangis jika
di tinggal orangtuanya.
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai kemandirian personal hygiene pada anak prasekolah karena
pada usia tersebut, adalah waktu yang tepat untuk melatih kemandirian anak
dimana anak sudah bisa menangkap keinginan orang tua, namun pada
kenyataannya, orang tua tidak melatih anaknya untuk melakukan kemandirian.
Mereka masih selalu campur tangan dalam menghadapi masalah keseharian anak.
Peneliti memilih tempat di TK Samupahita di kota Malang untuk
mengetahui bagaimana kemandirian personal hygiene anak di usia pra sekolah di
TK tersebut
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran kemandirian personal hygiene pada anak usia pra
sekolah di TK Samupahita Malang ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan Umum :
Memaparkan kemandirian personal hygiene pada anak usia pra sekolah di TK
samupahita Malang.
Tujuan Khusus :
A. Menggambarkan pemahaman anak usia pra sekolah di TK Samupahita
Malang tentang kemandirian personal hygiene.
B. Memaparkan sikap anak usia pra sekolah di TK Samupahita Malang
tentang Kemandirian Personal Hygiene.
C. Mengidentifikasikan tindakan anak usia pra sekolah di TK samupahita
Malang dalam Kemandirian Personal Hygiene.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini, diharapkan memberi manfaat bagi :
1. Masyarakat : dapat mengerti dan memahami tentang perkembangan anak
masa pra sekolah tentang kemandiriannya dalam melakukan tindakan
personal hygiene, mengasuh dan mengajarkan anak – anaknya agar dapat
mandiri dalam melakukan perawatan tubuhnya sendiri, dan sebagai bahan
pertimbangan intuk meningkatkan pendidikan dalam kemandirian anak
tentang personal hygiene.
2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan
(a) Sebagai penelitian pendahuluan untuk mengawali penelitian lebih
lanjut tentang gambaran kemandirian personal hygiene pada anak usia
pra sekolah.
(b) Sebagai salah satu sumber informasi bagi pelaksanaan penelitian
bidang keperawatan tentang kemandirian personal hygiene pada anak
usia pra sekolah.
3. Penulis : memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang kemandirian
anak pada usia pra sekolah dalam melakukan perawatan dirinya nya
sendiri tanpa dibantu oleh orangtuanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemandirian
2.1.1 Pengertian kemandirian
Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara
komulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk
bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi dilingkungan sehingga
individu mampu berfikir dan bertindak sendiri( Mu’tadin, 2002), sedangkan
menurut (lie, 2004), Kemandirian merupakan kemampuan untuk melakukan
kegiatan atau tugas sehari – hari sesuai dengan tahapan perkembangan dan
kapasitasnya.
Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah kegiatan yang
telah dapat dilakukan oleh seorang anak sendiri tanpa bantuan orang lain. Anak
sudah mampu melakukan pekerjaannya sendiri dengan baik sesuai dengan tahap
perkembangannya.

2.1.2 Bentuk kemandirian berdasarkan usia


Orang tua sudah saatnya mengetahui tentang standart kompetensi anak,
yaitu kompetensi anak sesuai tahapan usia dari berbagai aspek perkembangan. Hal
ini perlu diketahui agar para orang tua mengetahui kompetensi apa yang
sepatutnya dimiliki oleh anaknya. Salah satu manfaatnya adalah untuk
menghindari orang tua menetapkan standart diatas kemampuan anak sebenarnya
1. Usia 3 – 4 tahun
Bentuk kemandirian pada anak usia prasekolah ini adalah sikat gigi sendiri
meski belum sempurna, membuka dan memakai pakaian kaos dan celana
berkaret, memakai sepatu berperekat, mandi sendiri dengan arahan, pipis
ditoilet, mencuci tangan tanpa bantuan, menuang air tanpa tumpah dan
minum sendiri dengan gelas tanpa gagang maupun cangkir bergagang,
membereskan mainan usai bermain, buka tutup pintu baik dengan pegangan
yang diputar maupun ditekan kebawah, anak juga dapat memutar anak
kursi.
2. Usia 4 – 6 tahun
Bentuk kemandirian pada usia ini adalah menggunakan pisau untuk
memotong makanan, membuka dan memakai baju berkancing depan,
membuka dan menutup celana beresleting,menalikan sepatu, mandi sendiri
tanpa arahan, cebok setelah buang air kecil/besar, menyisir rambut.

2.1.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian (Soetjiningsih,


1995)
1. Faktor internal
 faktor emosi ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi
dan tidak terganggunya kebutuhan emosi anak.
 faktor intelektual yang ditunjukkan dengan kemampuan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi anak.
2. Faktor eksternal
 Lingkungan merupakan faktor yang menentukan tercapai atau
tidaknya kemandirian anak pra sekolah. Pada usia ini anak
embutuhkan kebebasan untuk bergerak kesana – kemari dan
mempelajari lingkungan.
 Karakteristik sosial mempengaruhi kemandirian anak,
misalnyatingkat kemandirian anak dari keluarga miskin berbeda
dengan anak – anak dari keluarga kaya.
 Anak yang mendapat stimulus terarah dan teratur akan lebihcepat
mandiri dibanding dengan anak yang kurang mendapat stimulasi.
 Pola asuh, anak dapat mandiri dengan diberi kesempatan,
dukungan dan peran orang tua sebagai pengasuh.
 Cinta dan kasih sayang kepada anak hendaknya diberikan
sewajarnya karena jika diberikan berlebihan, anak menjadi kurang
mandiri. Hal ini dapat diatasi bila interaksi dua arah antara orang
tua dan anak berjalan lancar dan baik.
 Kualitas informasi anak dan orang tua yang dipengaruhi
pendidikan orang tua, dengan pendidikan yang baik, informasi
dapat diberikan pada anak karena orang tua dapat menerima
informasi dari luar terutama cara meningkatkan kemandirian anak.
 Status pekerjaan ibu, apabila ibu bekerja diluar rumah untuk
mencari nafkah maka ibu tidak bisa memantau kemandirian anak
sesuai perkembangan usianya. Sedangkan ibu yang tidak bekerja,
ibu dapat memantau langsung kemandirian anak dan bisa
memandirikan anaknya.

2.2 Personal Hygiene


Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan
dalam kehidupan sehari – hari karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan
dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu
dan kebiasaan. Hal yang sangat berpengaruh itu diantaranya kebudayaan, sosial,
keluarga, pendidikan dan persepsi orang terhadap kesehatan, serta tingkat
perkembangan.

2.2.1 Pengertian Personal Hygiene


Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang
artinya peroranagan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah
suatu tindakan yang dilakukan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahtaraan fisik dan psikis (Tarwoto dan Wartonah, 2004).
Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis (Aziz Alimul H,
2006).
Definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa personal hygiene
merupakan kegiatan atau tindakan membersihkan seluruh anggota tubuh yang
bertujuan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang.

2.2.2 Macam – Macam Tindakan Personal Hygiene


2.2.2.1 Berdasarkan tempat (Perry & Potter, 2005)
1) Perawatan kulit
Kotoran dan tumpukan sel-sel kulit mati yang menyumbat di pori – pori
dapat menyebabkan kulit tampak kusam, apabila kotoran dan sel – sel
kulit mati tersebut tidak dibersihkan, maka akan bertambah tebal
sehingga menganggu penyerapan vitamin & nutrisi bagi kulit, Oleh sebab
itu menjaga kebersihan kulit merupakan hal yang paling utama. Mandi
atau merawat kulit merupakan bagian keperawatan hygiene total. Mandi
dapat membersihkan kotoran dan sel – sel kulit mati yang menempel di
tubuh.
2) Perawatan rambut
Kebersihan rambut membantu lancarnya sirkulasi darah pada kulit
kepala. Rambut yang bersih juga membantu mengurangi stres dan
membantu jaringan metabolisme agar tetap tumbuh dan berkembang
secara normal. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa rambut atau
bulu bisa mengandung bakteri, ini sangat penting bagi perawat yang
merawat pasien yang lemah dengan luka terbuka dan mereka yang tugas
diruang persalinan. (Depkes RI, 1989).
3) Perawatan telinga dan Hidung
Perawatan telinga merupakan suatu tidakan yang dilakukan untuk
menghilangkan kotoran - kotoran yang menempel pada bagian disekitar
telinga. Adapun karakter kotoran pada telinga ada 2 yaitu kotoran yang
bertekstur lembek dan kotoran bertekstur keras. Pada kotoran yang
bertekstur keras lebih beresiko dari pada yang lembek.
Hidung sebagai salah satu dari pancaindra yaitu sebagai indra
penciuman. Kebersihan hidung perlu dijaga agar tetap berfungsi dengan
baik (tidak mampet) dan tetap memiliki daya penciuman yang
baik.Telinga sebagai salah satu dari pancaindera yaitu indra
pendengaran. Telinga perlu dijaga kebersihannya agar tetap memiliki
daya dengar yang baik.
4) Perawatan mulut dan gigI
Suatu tindakan membersihkan bagian mulut seperti rongga mulut, gigi
dan lidah untuk mempertahankan agar mulut tetap bersih dan sehat.
Tujuannya yaitu supaya mulut & gigi tetap bersih & tidak bau,
membersihkan sisa makanan, mencegah infeksi pada mulut serta
memberikan perasaan segar.
Menjaga kebersihan mulut dan gigi dapat dilakukan dengan melalui
berbagai cara. Menghindari kebiasaan buruk seperti menggigit-gigit
sesuatu tanpa sadar (menggigit-gigit jari/ kuku, pensil, mengerut-
ngerutkan gigi dan lain-lain), serta menghindari bernafas melalui
mulut. Menjaga kebersihan mulut dan gigi dilakukan dengan
menggosok gigi dengan air bersih atau matang dengan sikat gigi dan
pakai pasta atau odol secara teratur setiap selesai makan dan pada
waktu akan tidur.
Kebersihan mulut dan gigi yang kurang akan menimbulkan adanya
bakteribakteri yang akan mempermudah terjadinya peradangan pada
gusi, gigi berlubang, dan bau mulut yang tidak sedap.
5) Perawatan kuku kaki dan tangan
Perawatan kuku kaki dan kuku tangan sering kali memerlukan perhatian
khusus untuk mencegah infeksi, bau dan cidera pada jaringan.
Perawatan kuku kaki dan tangan atau biasa disebut dengan menicure
pedicure dapat digabungkan selama mandi / pada waktu yang terpisah.
Menjaga kebersihan tangan, kuku dan kaki merupakan salah satu aspek
penting dalam mempertahankan kesehatan badan perorangan.Oleh
karena itu, tangan, kuku dan kaki harus dijaga kebersihannya.Kuman
penyakit dapat terbawa melalui tangan, kuku dan kaki yang
kotor.Tangan, kaki dan kuku yang kotor membawa bibit penyakit.Bibit
penyakit dan telur cacing yang mungkin ada dalam tangan atau kuku
yang kotor ikut tertelan dan masuk ke dalam tubuh.
6) Perawatan genetalia
Suatu tindakan membersihkan bagian genetalia. Hal ini dilakukan untuk
mencegah dari infeksi ataupun jamur yang menempel pada bagian
genetalia.

2.2.3 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene


1) Citra tubuh
Penampilan umum seseorang dapat menggambarkan pentingnya
hygiene pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif
seseorang tentang penampilan fisiknya (Perry dan Potter, 2002).
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya karena ada perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
terhadap kebersihannya (tarwoto dan Wartonah, 2004).

1) Praktik sosial
Kelompok – kelompok sosial dapat mempengaruhi praktek hygiene
pribadi. Selama masa kanak – kanak, anak – anak mendapatkan praktik
hygiene dari orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang
dirumah, dan ketersediaan air panas atau air mengalir merupakan
beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan kebersihan (Perry dan
Potter, 2002). Pada anak – anak yang selalu dimanja dalam kebersihan
diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene
(Tarwoto dan Wartonah, 2004).
2) Status sosial ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat
praktik kebersihan yang digunakan (Perry dan Potter,2002). Personal
hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
sampo, alat – alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya (Tarwoto dan Wartonah,2004).
3) Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi
kesehatan mempengaruhi praktik hygiene, karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya
pada pasien penderita diabetus militus ia harus selalu menjaga
kebersihan kakinya (Tarwoto & Wartonah, 2004).
4) Variabel kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan
hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik
perawatan diri yang berbeda. Di sebagian masyarakat, apabila individu
sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.
5) Kebiasaan seseorang
Setiap individu mempunyai pilihan kapan untuk mandi, bercukur dan
melakukan perawatan rambut. Ada kebiasaan orang yang menggunakan
produk tertentu dalam perawatan diri, seperti
penggunaan sabun, sampo dll (Tarwoto & Wartonah, 2004).
6) Kondisi fisik
Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya (Perry & Potter, 2002).

2.2.4 Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene (Tarwoto &
Wartonah, 2004).
1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpelihara kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada
kuku.
1) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.

2.3 Anak UsiaPrasekolah


Anak usia prasekolah adalah anak yang berada pada rentang usia 3-6 tahun
(Wong, 2003). Anak usia prasekolah mempunyai beberapa karakteristik
perkembangan diantaranya :

2.3.1 Perkembangan Fisik


Pada perkembangan motorik kasar, diawali dengan kemampuan untuk
berdiri dengan1 kaki, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit,
membuat posisi merangkak, dan berjalan dengan bantuan.Perkembangan
motorik halus ditandai dengan mulai memiliki kemampuan
menggoyangkanjari-jari kaki, mampu menjepit benda, menggunakan
tangannya untuk bermain, makan sendiri, menggunakan sendok dengan
bantuan, makan dengan jari, dan membuat coretan diatas kertas.

2.3.2 Perkembangan Kognitif


Prasekolah terus untuk menguasai tahap pemikiran praoperasional. Tahap
pertama dari periode ini, dikenal sebagaipemikiran pra konseptual (usia 2
sampai 4 tahun), ditandai denganpemikiran perseptual yang terbatas,
dimana anak-anak menilai orang,benda, dan kejadian dari penampilan luar
mereka atau apa yangtampaknya terjadi.

2.3.3 Perkembangan Psikososial


Dunia prasekolah meluas diluar keluarga.Mereka mulai beradadalam
lingkungan tetangga dimana anak-anak bertemu dengan anak-anak lain dan
orang dewasa.Keingintahuan pada anak prasekolah tersebut dan inisiatif
yangberkembang mengarah pada eksplorasi aktif terhadap
lingkungan,perkembangan keterampilan baru, dan membuat teman
baru.Prasekolah memiliki kelebihan energi yang membolehkan
merekauntuk merencanakan dan mencoba banyak kegiatan yang
mungkinberada diluar kemampuan mereka.Menurut Erikson (1963) tahap
perkembangan psikososial anak pada Masa prasekolah ditandai adanya
kecenderungan initiative – guilty.
Pada tahap ini anak mempunyai Kemampuan untuk melakukan partisipasi
dalam berbagai kegiatan fisik dan mampu mengambil inisiatif untuk suatu
tindakan yang akan dilakukan.Apabila pada tahap ini anak diberi kebebasan
untuk menjelajahi dan bereksperimen dalam lingkungannya, dan apabila
orang tua dan guru memberikan waktu untuk menjawab pertanyaan anak,
maka anak cenderung akan lebih banyak mempunyai inisiatif dalam
menghadapi masalah yang ada di sekitarnya. Sebaliknya apabila anak selalu
dihalangi keinginannya, anak beranggapan apa saja yang dilakukan tidak
ada artinya, maka anak akan selalu merasa bersalah.
2.3.4.Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yangsangat penting
dalam perkembangan individu secara keseluruhan.Beberapa pengaruh
perkembangan motorik terhadap konstelasiperkembangan individu
dipaparkan oleh Hurlock (1996) :
1) Melalui ketrampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya
danmemperoleh perasaan senang.
2) Anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan –
bulanpertama dalam kehidupannya, kekondisi yang
independent.Anakdapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan
dapatberbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjangperasaan
perkembangan rasa percaya diri.
3) Anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Perkembanagan
motorik sangat penting bagi perkembanbangan kepribadian anak.
2.4 Kerangka Konseptual

Anak Usia Prasekolah

Tugas Perkembangan Anak


Usia Prasekolah

Kemandirian Dalam Personal Kurang Mandiri


Hygiene:

 Cuci tangan

 Kebersihan rambut Cukup Mandiri

 Toileting

 Kebersihan kulit
Mandiri
 Mandi

 Gosok gigi

Keterangan :

: Diteliti : Berhubungan, Diteliti

: Tidak Diteliti : Berhubungan, Tidak Diteliti


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang desain penelitian, populasi dan sampel, lokasi
penelitian, waktu penelitian, variabel dan definisi operasional, pengumpulan dan
pengolahanm data serta etika penelitian.
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
Peneliti ingin menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi
(Notoatmodjo, 2002). Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif
yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara sistematis dan akurat suatu
situasi atau area populasi tertentu yang bersifat factual dari variabel (kemandirian
personal hygiene). Rancangan ini diginakan untuk mendeskripsikan kemandirian
personal hygiene di setiap populasi yaitu anak usia 3 – 6 tahun. Hal ini berarti
bahwa pengumpulan data hanya dilakukan satu kali pada masing-masing
responden (Setiadi, 2007).
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat kriteria yang
ditentukan peneliti (Siswojo dalam Setiadi, 2007). Populasi yang diambil
dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia prasekolah yang berusia antara
3-6 tahun dan bersekolah di beberapa TK Samupahita Malang sebanyak 25
orang.
3.2.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002).
Besar sampel adalah banyaknya anggota yang dijadikan sampel (Setiadi,
2007). Untuk menentukan sampel digunakan teknik sampling yaitu
Probability sampling. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel .(Notoatmodjo, 2010). Sampel penelitian yang dipakai
adalah 25 anak usia 3 – 6 tahun di TK Samupahita Malang
3.2.3 Kriteria Subyek Penelitian
Adapun kriteria subyek penelitian yang diperlukan terdiri dari kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi
3.2.3.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri yang harus dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel
(Notoadmodjo,2010).
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini antara lain
1. Ibu atau wali yang anaknya bersekolah di beberapa TK Samupahita
yang berusia 3-6tahun
2. Ibu atau wali yang bersedia menjadi responden
3. Ibu atau wali yang tinggal dalam satu rumah.
3.2.3.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil
sebagai sampel (Notoadmodjo, 2010). Adapun kriteria eksklusi dalam
penelitian ini:
1. Ibu atau wali dan anak dalam keadaan cacat, kelemahan mental, dan fisik.
3.3 Variabel dan definisi operasional
3.3.1 Variable
variable penelitian adalah kajian utama dari masalah yang akan dijadikan
titik acuan penelitian.
Pada penelitian ini ada satu variabel penelitian yaitu kemandirian personal
hygiene.
3.3.2 Definisi operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan yang dibuat oleh peneliti tentang
variable penelitian.
Definisi operasional dari kemandirian personal hygiene adalah Kemampuan
anak dalam melakukan aktivitas dan menjaga kebersihan sesuai dengan
tahap tumbuh kembangnya tanpa adanya bantuan dari orang lain selama di
sekolah
Variabel Definisi Indikator Alat Skala Hasil
Operasional Ukur

Dependen, Kemampuan  Membiasaka Kuesioner Ordinal - skor 1 – 13


Kemandirian anak dalam n cuci Kurang Mandiri
personal melakukan tangan - skor 14 – 27
hygiene aktivitas dan sebelum dan Cukup Mandiri
menjaga sesudah - skor 27— 40
kebersihan makan Mandiri
sesuai dengan  Rambut
tahap tumbuh terlihat rapi
kembangnya dan bersih
tanpa adanya  Toileting
bantuan dari tanpa
orang lain bantuan
selama di  Kulit bersih
sekolah dan tidak
bersisik
 Mandi
 Gigi terlihat
bersih

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di TK Samupahita Malang
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Oktober 2015

3.5 Pengumpulan Data


Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner.
Kuesioner adalah pengumpulan data secara formal untuk menjawab
pertanyaan tertulis. yang semua pertanyaan dijawab sendiri dengan bimbingan
peneliti dengan cara √ atau X pada kolom yang sudah disediakan. Jumlah soal
kuesioner ada 20 soal dan bagian awal instrument berisi karakteristik
responden yaitu nama ibu, nama anak, umur anak, dan jenis kelamin anak.
Dan 20 soal kuesioner tersebut berisi sesuai dengan parameter yaitu
Membiasakan cuci tangan sebelum dan sesudah makan, Rambut terlihat rapi
dan bersih, Toileting tanpa bantuan, Kulit bersih dan tidak bersisik, Mandi,
dan Gigi terlihat bersih.
Pertanyaan-pertanyaan ini memiliki tiga skala jawaban. Nilai jawaban tidak
diberi skor 0, kadang-kadang diberi skor 1, dan selalu diberi skor 2. Semua
hasil penelitian tersebut kemudian dikategorikan menjadi kurang mandiri,
cukup mandiri, dan mandiri. Pengkategorian tersebut dibagi berdasarkan
pengkategorian jenjang (ordinal), yaitu menempatkan variabel ke dalam
kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum
berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2003).
3.6 pengolahan data
3.6.1 Editing
Editing merupakan pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah diisi oleh
responden. Pemeriksaan daftar pertanyaan ini dapat berupa kelengkapan
jawaban, keterbacaan tulisan dan relevansi jawaban dari responden (Setiadi,
2007). Dalam penelitian ini proses editing akan dilakukan oleh peneliti
sendiri.
3.6.2 Coding
Coding merupakan pengklasifikasian jawaban-jawaban dari responden
dalam
suatu kategori tertentu (Setiadi, 2007). Pemberian coding pada penelitian ini
meliputi:
Variabel kemandirian personal hygiene dengan kategori sebagai berikut :
- skor 1 – 13 Kurang Mandiri
- skor 14 – 27 Cukup Mandiri
- skor 27— 40 Mandiri

3.6.3 Cleaning
Cleaning merupakan teknik pembersihan data, data-data yang tidak sesuai
dengan kebutuhan akan terhapus (Setiadi, 2007). Pembersihan data
dilakukan
setelah semua data berhasil dimasukkan ke dalam tabel dengan mengecek
kembali apakah data telah benar atau tidak
3.7 Penyajian Data
Data yang diperoleh dari data kuesioner diolah dan didapatkan hasil berupa
skor. Dari hasil skor tersebut disajikan dalam bentuk table dan kemudian
dijadikan sebagai nafratif dan dideskriftifkan.
3.8 Etika Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti perlu mendapat rekomendasi dari institusinya
dengan mengajukan permohonan ijin kepada institusi/ lembaga tempat
penelitian. Setelah ada persetujuan maka dilakukanlah penelitian dengan
menekankan masalah etika meliputi :
3.8.1 Informed consent
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti dan
memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian bila subjek menolak
maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.
Sebelum penelitian di mulai, peneliti menjelaskan mengenai tujuan dan
manfaat dari penelitian yang akan dilakukan. Bila responden setuju setelah
diberikan penjelasan tentang tujuan penelitian ini, responden di minta
untuk menandatangani surat persetujuan responden. Kemudian peneliti
menjelaskan tentang pengisian kuesioner.
3.8.2 Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak mencantumkan
nama subjek pada lembar pengumpulan data (quesioner), yang diisi oleh
subjek pada lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.
3.8.3 Confidentially ( kerahasiaan )
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok tertentu
yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian :Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :


Rineka Cipta.

Ayuningsih, Diah. 2009. Psikologi Perkembangan Anak. Yogyakarta :Pustaka


Media.

Azis, Alimul, H.2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba


Medika

Budiarto, Eko. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC

Hidayat, A. A. 2004. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba


Medika

Hurlock, Elizabeth B. 1996. Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi 6. Jakarta:


Erlangga

Kannisius. 2006. Membuat Prioritas,Melatih Anak Mandiri. Yogyakarta: Pustaka


Media.

Lie, A & Prasati S. 2004. 101 Cara Membina Kemandirian Dan Tanggung Jawab
Anak. Jakarta : Elex Media Computindo

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Soetjiningsih, 2002. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Tarwoto & Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses


Keperawatan Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika
Lampiran

INSTRUMENT

KUESIONER
Nama Orangtua :
Nama anak :
Jenis kelamin :
Umur anak :
Kemandirian Personal Hygiene

Petunjuk pengisian :

Isi pertanyaan dibawah ini dengan tanda cek (√) atau silang (X) pada kolom yang
sudah tersedia

NO PERTANYAAN SELALU KADANG TIDA


KADANG PERN
2 1 0
1 Anak mandi dan membersihkan diri secara mandiri
2 Anak mandi minimal 2x dalam sehari
3 Anak mandi dengan menggunakan air bersih dan sabun
mandi
4 Orang tua mengajarkan anak buang air kecil dan buang air
besar (toilet training)
5 Anak bisa melakukan BAB dan BAK tanpa bantuan dari
orang tua
6 Anak BAB dan BAK dikamar mandi
7 Anak mencuci rambut dengan menggunakan air bersih
8 Anak mampu menyisir rambut tanpa bantuan orang tua

9 Anak dapat membuka dan memakai pakaian sendiri


10 Anak dapat memilih pakaian sesuai dengan yang
diinginkannya secara mandiri
11 Anak dapat memakai kaos sendiri tanpa bantuan orang tua
12 Kuku kaki anak pendek dan bersih
13 Kuku tangan anak pendek dan bersih
14 Anak cuci tangan dengan menggunakan sabun
15 Anak cuci tangan setelah memegang benda kotor
16 Anak bisa meletakkan pasta gigi diatas sikat gigi
17 Anak mau menggosok gigi setelah mandi
18 Anak mau menggosok gigi sendiri tanpa disuruh orang tua
19 Hidung dan telinga anak dibersihkan dengan sabun ketika
mandi
20 Anak dapat membuka dan mengenakan celana secara
mandiri
Sumber : Wening (2012)

Nilai maksimal 40

Nilai minimal 0

Anda mungkin juga menyukai