Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI R USIA 8 MINGGU

DENGAN DIAPPER RASH DI PMB DEWI HERAWATI


TAHUN 2023

Disusun oleh:
Nama : Dewi Herawati
NPM : H522100

PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Bayi 8 minggu dengan Diapper Rash,


telah disahkan oleh Tim Pembimbing pada:
Hari :
Tanggal :
Tempat : PBM Bd Dewi Herawati

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Penanggung Jawab Prodi Pendidikan


Prodi Pendidikan Profesi Bidan Profesi Bidan
Fakultas Kebidanan Fakultas Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali Institut Kesehatan Rajawali

Nidya Ikha Putri, S.S.T, M.Biomed Lia Kamila, S.S.T., Bd.,M.Keb

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i


KATA PENGANTAR .........................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
1. Pendahuluan .................................................................................................1
2. Konsep Personal Hygine ..............................................................................2
2.1 Pengertian Personal Hygine ..................................................................2
2.2 Tujuan Perawatan Personal Hygine.......................................................2
2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi Personal Hygine..........................3
2.4 Jenis perawatan diri berdasarkan tempat................................................6
2.5 Langkah-Langkah Personal Hygine Pada Bayi....................................10
2.6 Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene...............11
3. Konsep Diaper Rash....................................................................................11
3.1 Pengertian Diaper Rash........................................................................11
3.2 Penyebab Terjadinya Diaper Rash........................................................12
3.3 Tanda dan Gejala...................................................................................13
3.4 Pencegahan............................................................................................13
3.5 Penatalaksanaan....................................................................................14
4. Konsep Bayi.................................................................................................16
4.1 Pengertian bayi......................................................................................16
4.2 Tumbuh Kembang.................................................................................16
4.3 Perkembangan Bayi...............................................................................16
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................18

iii
iv
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI R USIA 8 MINGGU DENGAN DIAPER RUSH
DI PMB DEWI HERAWATI TAHUN 2023

1. Pendahuluan
Kebersihan merupakan hal sangat penting yang harus diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, terutama apabila mempunyai bayi maka kita juga
harus ekstra dalam melindungi bayi kita, karena bayi mempunyai kulit yang
sangat sensitif. Kesehatan bayi sangat dipengaruhi oleh kebersihan (Ertiana,
2021).
Pemakaian popok disposibel saat ini merupakan pilihan perawatan bayi
yang banyak digunakan oleh ibu yang mempuyai bayi dan balita, karena
praktis, efektif dan higienis asalkan pemakaiannya sesuai cara pemakaian.
Popok disposibel dapat menampung urine dan feses sehingga tidak menyebar
saat buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB). Namun jika cara
pemakaian popok disposibel tidak sesuai aturan dan perawatannya salah maka
kulit bayi dan balita tidak siap untuk beradaptasi dengan keadaan yang dapat
timbul akibat kontak lama dengan urine dan feses yang disebabkan oleh
pemakaian popok sehingga menyebabkan ruam popok (Susanti, 2020).
Ruam popok (Diaper Rash) dapat dianggap sebagai salah satu jenis
dermatitis kontak iritasi. Sebagai reaksi terhadap kelembaban yang berlebihan
pada kulit, gesekan, maserasi dan kontak lama dengan urine dan tinja, sabun
popok yang tertahan dan sediaan topikal, kulit pada daerah popok dapat
menjadi eritema dan berskuama, sering kali dengan lesi populo vesikel dan
bula, fisula dan erosi (Susanti, 2020).
Ruam popok terjadi dikarenakan kurangnya perawatan personal hygiene
yang benar pada bayi seperti terlambat mengganti popok, terutama ketika
bayi buang air besar karena tinja bayi bersifat asam daripada air seni bayi.
Bakteri dan amonia pada tinja serta air seni bayi dapat menghasilkan zat yang
bisa membuat iritasi kulit, ruam popok juga disebabkan karena kualitas popok

1
tidak baik atau terlalu kecil. Ruam popok yang tidak segera diatasi segera bisa
menyebabkan kondisi yang semakin parah seperti bintik-bintik kecil yang

2
3

melepuh dan pecah, jika sudah pecah bayi akan rentan terkena infeksi
(Sitompul, 2014).
Insiden diaper dermatitis di Indonesia angkanya mencapai 7-35% yang
dialami oleh bayi laki-laki dan perempuan dengan usia <3 tahun dengan
prevalensi terbanyak dialami oleh bayi berusia 9-12 bulan (Ramba, 2015).
Upaya untuk mencegah dan menanggulangi ruam popok dengan segera
membersihkan dan mengeringkan jika bayi BAB atau BAK, membersihkan
kulit secara keseluruhan, dan memelihara kebersihan pakaian dan alat-alatnya
(Dwienda, 2014). Ganti popok 6 sampai 9 kali dalam kurun waktu 24 jam,
jangan gunakan tisu basah atau pembersih apapun yang mengandung alkohol
dan parfum ketika membersihkan daerah popok, sebaiknya gunakan saja air
hangat dan kapas atau handuk untuk membersihkannya (Sitompul, 2014).

2. Konsep Personal Hygiene


2.1 Pengertian personal hygiene
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Jadi personal hygiene
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Perawatan diri
adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya, kesehatan, kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatan
(Muhith, 2016).

2.2 Tujuan perawatan Personal Hygiene


a. Untuk mempertahankan perawatan diri baik secara sendiri maupun
dengan bantuan
b. Dapat melatih hidup sehat dan bersih
c. Menciptakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan
kesehatan
d. Membuat rasa nyaman dan relaksasi (Ardhiyanti, 2014).
4

2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene


Pemenuhan perawatan diri di pengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya:
a. Budaya
Budaya mempengaruhi kebersihan diri seseorang, sebagai contoh
orang Eropa, umumnya mandi sekali seminggu, karena cuaca di
Eropa yang memang dingin, dan perempuan di desa yang biasa
mandi disungai sehingga tergolong yang memiliki personal hygiene
yang buruk.
b. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan mempengaruhi bagaimana personal hygiene
seseorang. Bagi individu yang memiliki tingkat pengetahuan
personal hygiene yang baik, akan melakukan kebersihan diri yang
optimal (Saryono, 2010).
Menurut Mubarak (2012), Pengetahuan dipengaruhi beberapa faktor
yaitu:
1) Usia
Dengan bertambahnya usia seseorang maka tingkat
perkembangan akan berkembang sesuai dengan pengetahuan
yang pernah didapatkan dan juga dari pengalaman sendiri. Usia
mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya. Sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin membaik. Dilain sisi, pengalaman sebagai sumber
pengetahuan adalah salah satu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi masa lalu. Pengalaman merupakan suatu kejadian yang
pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
2) Intelegensia
5

Pengetahuan yang dipengaruhi oleh intelegensia adalah


6

pengetahuan intelegen dimana seseorang dapat bertindak secara


tepat, cepat, dan mudah dalam mengambil keputusan. Seseorang
yang memiliki intelegensi yang rendah akan bertingkah laku
lambat dalam mengambil keputusan.
3) Minat
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba
dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam
4) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada
orang lain agar dapat memahami suatu hal. Tidak dapat
dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin
mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya
pengetauan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya,
jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka
akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap
penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan
5) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun
tidak langsung
6) Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi yang dapat
mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
(immediate impact) sehingga mengahasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan. majunya teknologi akan tersedia
bermacam-macam media massa seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
7

terhadap
8

pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Adanya


informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal
tersebut.
7) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami
seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang
cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik.
Sebaliknya, jika pengalaman tersebut menyenangkan, maka
secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat
mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang.
8) Lingkungan pekerjaan, lingkungan keluarga
Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, ketersediaan air
panas dan lain-lain merupakan faktor yang mempengaruhi
personal hygiene keluarga. Suatu pekerjaan menuntut individu
lebih dalam melakukan personal hygiene. Perilaku anak
termasuk dalam hal kesehatan, sangat dipengaruhi oleh
lingkungan fisik dan sosial serta nilai-nilai yang ada pada
lingkungan mereka. Apabila anak berada pada lingkungan yang
positif, maka perilaku yang terbentuk adalah perilaku yang
positif pula, begitupun sebaliknya.
9) Ekonomi
Status ekonomi mempengaruhi tingkat personal hygiene yang
digunakan. Sebagai contoh, dalam membeli alat-alat mandi dan
fasilitas toilet yang lengkap.
10) Body image/ citra tubuh
Penilaian tentang penampilan orang berbeda-beda, apakah
individu tersebut ingin potong rambut atau tidak.
11) Pilihan pribadi
Tiap individu memiliki pilihan tersendiri kapan dia ingin
memotong rambut, menggunting kuku atau bahkan keinginan
9

untuk mandi 2 kali sehari atau tidak mandi.


12) Kondisi fisik
Orang sakit lebih banyak membutuhkan kebersihan diri dan
personal hygiene perlu lebih hati-hati pada orang dengan luka
terbuka (Saryono, 2010).

2.4 Jenis perawatan diri berdasarkan tempat


a. Perawatan diri pada kulit
1) Kulit
Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang
dapat melindungi tubuh dari berbagai kuman atau trauma,
sehingga diperlukan perawatan yang adekuat (cukup) dalam
mempertahankan fungsinya. Sebagai bagian dari organ
pelindung, kulit secara anatomis terdiri atas dua lapisan yaitu
lapisan epidermis (kutikula) dan lapisan dermis (korium). Kulit
secara umum mempunyai berbagai fungsi, diantaranya:
a) Melindungi tubuh dari masuknya berbagai kuman atau
trauma jaringan bagian dalam yang juga dapat menjaga
keutuhan kulit.
b) Mengatur keseimbangan suhu tubuh dan membantu
produksi keringat serta penguapan.
c) Sebagai alat peraba yang dapat membantu tubuh menerima
rangsangan dari luar melalui rasa sakit, sentuhan, tekanan,
atau suhu.
d) Sebagai alat ekskresi keringat melalui pengeluaran air,
garam, dan nitrogen.
e) Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang bertugas
mencegah pengeluaran cairan tubuh secara berlebihan.
f) Memproduksi dan menyerap vitamin D sebagai
penghubung atau pemberi vitamin D dari sinar ultraviolet
matahari.
10
11

2) Faktor yang mempengaruhi kulit


Perubahan dan keutuhan pada kulit dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya:
a) Usia. Perubahan kulit dapat ditentukan oleh usia seseorang.
Hal ini terlihat pada bayi yang usia relatif muda dengan
konsisi kulit yang sangat rawan terhadap berbagai trauma
atau masuknya kuman. Sebaiknya pada orang dewasa,
keutuhan kulit sudah memiliki kematangan sehingga
fungsinya sebagai pelindung sudah baik
b) Jaringan kulit. Perubahan dan keutuhan kulit dapat
dipengarui oleh struktur jaringan kulit. Apabila jaringan
kulit rusak, maka terjadi perubahan pada struktur kulit
c) Kondisi atau keadaan lingkungan. Beberapa kondisi atau
keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi keadaan
kulit secara utuh, antara lain keadaan panas, adanya nyeri
akibat sentuhan serta tekanan, dan lain-lain (Ardhiyanti,
2014).
3) Tipe Kulit Seiring Usia
a) Bayi
Bayi memiliki kulit yang lebih tipis, dalam cahaya yang
terang warna kulit bayi akan terlihat merah, dan menjadi
kemerahan saat menangis. Kelenjar keringat bayi mulai
berfungsi pada usia 1 tahun.
b) Anak
Pertumbuhan kulit pada anak lebih resisten terhadap cidera
dan infeksi. Karena kulit mulai menebal
c) Remaja
Kelenjar sebasea meningkat pada masa ini sebagai hasil dari
peningkatan kadar hormon androgen. Sehingga pada masa
ini banyak yang memiliki permasalahan pada kulitnya
seperti mudah timbulnya jerawat.
12
13

d) Lansia
Kulit lansia menjadi lebih tipis, kering, tidak elastis, dan
keriput. Kulit normal memiliki karakteristik berupa kulit
halus dan kering, kulit utuh tidak abrasi, terasa hangat
saat dipalpasi, perubahan yang terlokasasi dalam tekstur
dapat dipalpasi pada permukaan kulit, kulit lembut dan
fleksibel. Ada turgor yang baik. Warna kulit beragam dari
bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain dengan rentang
coklat tua ke merah muda ke merah muda yang terang.
4) Masalah pada Kulit
a) Kulit kering : disebabkan kurang cairam. Lebih terlihat
pada kulit tangan, lengan, kaki dan wajah
b) Jerawat : inflamatori, erupsi, kulit papulopostular.
Terlihat pada wajah, punggung, leher dan
bahu. Skarpermanen dapat terjadi jika
ditusuk atau ditekan.
c) Hirsutisme : pertumbuhan rambut badan dan muka yang
berlebih terutama ada wanita
d) Ruam Kulit : terjadi karena paparan matahari berlebih,
(eritema) pelembab atau reaksi alergi.
e) Dermatitis kontak: inflamasi kulit ditandai dengan letusan
eritema, pruritus, nyeri dan lesi bersisik.
f) Abrasi : lapisan epidermis yang hancur atau
terpotong sehingga terjadi perdarahan lokal
dan mengeluarkan cairan serosa (Saryono,
2010).
b. Perawatan diri pada kuku dan kaki
Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek
penting dalam mempertahankan perawatan diri karena
berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku.
Dengan demikian kuku seharusnya tetap dalam keadaan
14

sehat dan bersih. Secara anatomis kuku terdiri atas


dasar kuku, badan kuku, dinding kuku, kantong kuku,
akar kuku, dan lunula. Kondisi normal kuku ini dapat
terlihat halus, tebal ±0,5 mm, transparan, dan dasar kuku
berwarna merah muda. Tujuan perawatan kuku dan kaki
adalah menjaga kebersihan kuku dan mencegah timbulnya
luka atau infeksi akibat garukan dari kuku.
c. Perawatan diri pada rambut
Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki
fungsi proteksi dan mengatur suhu. Indikasi perubahan
status kesehatan diri juga dapat dilihat dari rambut mudah
rontok, sebagai akibat gizi kurang. Secara anatomis,
rambut terdiri atas bagian batang, akar rambut, folikel
rambut, serta kelenjar sebasea. Masalah atau gangguan
pada perawatan rambut. Berbagai masalah yang terjadi
pada rambut diantaranya:
1) Kutu
2) Ketombe
3) Alopecia (botak)
4) Saborrheic dermatitis (radang pada kulit di rambut)
d. Perawatan diri pada mulut dan gigi
Gigi dan mulut adalah bagian penting yang harus dipertahankan
kebersihannya, sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk
melalui organ ini. Masalah yang sering terjadi pada kebersihan gigi
dan mulut antara lain:
1) Halitosis, bau nafas tidak sedap yang dapat disebabkan adanya
kuman atau lainnya
2) Ginggivitis, radang pada daerah gusi
3) Caries, radang pada gigi
4) Stomatitis, radang daerah mukosa atau rongga mulut
5) Peridontal disease, gusi yang mudah berdarah dan bengkak
15

6) Glostitis, radang pada lidah


7) Chilosis, bibir yang pecah-pecah
Perawatan gigi dan mulut dengan membersihkan serta menyikat gigi
dan mulut secara teratur. Tujuannya untuk mencegah infeksi pada
mulut akibat kerusakan pada daerah gigi dan mulut, membantu
menambah nafsu makan, serta menjaga kebersihan gigi dan mulut.
e. Perawatan Diri pada Alat Kelamin
Merupakan perawatan diri pada organ eksterna yang terdiri atas
mons veneris, terletak didepan simfisis pubis, labia mayora, dua
lipatan besar yang membentuk vulva, labia minora, dua lipatan

kecil diantara atas labia mayora, klitoris, sebuah jaringan erektil


yang sempurna dengan penis laki-laki, kemudian juga bagian yang
terkait uretra, vagina, perinium, dan anus.
Perawatan diri pada alat kelamin perempuan dengan cara vulva
hygiene. Vulva hygiene merupakan tindakan pada pasien yang tidak
mampu membersihkan vulva tujuannya mencegah terjadinya infeksi
pada vulva dan menjaga kebersihan vulva (Ardhiyanti, 2014).

2.5 Langkah-Langkah Personal Hygine Pada Bayi


Langkah-langkah personal hygine pada bayi yaitu:
a. Memandikan bayi setelah 6 jam untuk mencegah hipotermi.
b. Memandikan bayi 2 kali setiap pagi dan sore.
c. Mengganti pakaian bayi tiap habis mandi dan tiap kali basah atau
kotor karena BAK/BAB.
d. Menjaga pantat dan daerah kelamin bayi agar selalu bersih dan
kering.
e. Menjaga tempat tidur bayi selalu bersih dan hangat.
f. Menjaga peralatan yang dipakai agar selalu bersih (Pitriyani, 2014).
Sedangkan menurut Rini (2016) yaitu:
a. Memandikan bayi.
Tujuan dari memandikan bayi adalah untuk menjaga kebersihan,
16

memberikan rasa segar, dan memberikan rangsangan pada kulit.


Yang
17

harus diperhatikan pada saat memandikan bayi adalah:


1) Mencegah kedinginan
2) Mencegah masuknya air kedalam mulut, hidung dan telinga
3) Memperhatikan adanya lecet pada pantat, lipatan-lipatan kulit
(keyiak bayi, lipatan paha, dan punggung bayi)
b. Memberikan pakaian pada bayi
Bahan pakaian yang akan dikenakan oleh bayi hendaknya yang
lembut dan mudah menyerap keringat.
c. Personal hygine pada bayi
Setiap kali buang air kecil dan besar, bersihkan pada perinealnya
dengan air dan sabun, serta keringkan dengan baik. Karena kotoran
bayi dapat menyebabkan infeksi sehingga harus dibersihkan.

2.6 Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene


Dampak yang bisa timbul adalah:
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik
yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan
mukosa mulut, gangguan pada mata dan telinga, gangguan pada
kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubunagan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan harga diri, aktualisasi
diri dan gangguan interaksi sosial (Rendy, 2010).

3. Konsep Diaper Rash


3.1 Pengertian Diaper Rash
Diaper rash adalah ruam popok yaitu akibat dari kontak yang terus
menerus dengan keadaan lingkungan yang tidak baik (Dwienda, 2014).
Diaper rash (Ruam popok) adalah ruam kemerahan, radang atau infeksi
18

kulit di sekitar area popok seperti paha dan pantat pada bayi, yang
19

umumnya disebabkan terpaparnya kulit bayi pada zat amonia yang


terkandung dalam urin atau fases bayi dalam jangka waktu lama
(Sitompul, 2014).
Diaper rash (Ruam popok) adalah iritasi yang terjadi pada kulit
bayi, ditandai dengan warna kemerahan didaerah yang tertutup popok
dan biasanya terasa gatal. Ruam ini juga bisa terinfeksi. Tempat yang
paling sering terjadi ruam adalah daerah pantat bayi, sekitar kemaluan
dan paha (Susanti, 2013).

3.2 Penyebab Terjadinya Diaper Rash


Penyebab ruam bisa muncul karena bayi terlalu lama memakai
popok yang sudah basah, sehingga bagian pantatnya menjadi lembab
dan memudahkan jamur tumbuh. Bisa juga disebabkan karena bahan
yang tidak cocok untuk kulit bayi (Susanti, 2013)
Penyebab ruam popok atau diaper rash pada bayi adalah terlambat
mengganti popok terutama ketika bayi buang air besar karena tinja
bayi bersifat lebih asam daripada air seni bayi. Bakteri dan amonia
pada tinja serta air seni bayi dapat menghasilkan zat yang bisa melukai
dan membuat iritasi kulit bayi. Dan ruam popok bisa karena kualitas
popok yang tidak baik atau terlalu kecil karena kemungkinan popok
atau diaper bayi yang selama ini digunakan kualitasnya tidak baik atau
ukurannya terlalu kecil, ruam popok yang tidak diatasi segera
menyebabkan kondisi semakin parah seperti bintil- bintil kecil yang
melepuh dan pecah, jika sudah pecah bayi akan rentan terkena infeksi
(Sitompul, 2014).
Penyebab terjadinya diaper rash:
a. Kebersihan kulit yang tidak terjaga
b. Jarang ganti popok setelah bayi kencing
c. Udara atau suhu lingkungan yang terlalu panas
d. Akibat mencret (Dwienda, 2014)
20
21

3.3 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala diaper rash dengan ciri-ciri klit diarea popok terlihat
merah, bengkak dan meradang pada bagian bokong, paha, dan alat
kelamin, pada kasus tertentu timbul jerawat. Ruam popok membuat
iritasi pada bayi dan jika tidak ditangani akan berkembang menjadi
sesuatu yang lebih serius, termasuk infeksi-infeksi tertentu. Beberapa
gejala ruam popok lainnya adalah bayi merasa tidak nyaman menangis
lebih sering dan keras, serta memperlihatkan ketidak senangan secara
umum.
a. Iritasi pada kulit yang terkena, muncul sebagai erythema.
b. Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti pantat, alat
kemaluan, perut bawah dan paha atas.
c. Keadaan lebih parah dapat terjadi papilla erythematosa vesicular,
ulcerasi (Sitompul, 2014).

3.4 Pencegahan
Pencegahan diaper rash:
a. Jagalah daerah popok agar tetap bersih dan kering. Ganti popok 6
sampai 9 kali dalam kurun waktu 24 jam
b. Jangan gunakan tisu basah atau pembersih apapun yang
mengandung alkohol dan parfum ketika membersihkan daerah
popok. Sebab, alkohol membuat kulit bayi menjadi kering dan
parfum memungkinkan terjadi alergi pada kulit bayi yang sensitif
c. Sedangkan kulit bayi yang kering dan sensitif akan mempermudah
terjadinya iritasi. Sebaiknya gunakan saja air hangat dan kapas atau
handuk untuk membersihkannya
d. Jangan menggosok kulit bayi ketika membersihkannya dengan air.
Lakukanlah gerakan menepuk untuk menghindari gesekan yang
dapat menimbulkan iritasi. Begitu juga ketika mengeringkannya,
gunakan lagi gerakan menepuk
e. Hindari produk orang dewasa untuk membersihkan daerah popok.
22

Produk kebersihan yang ditujukan untuk orang dewasa biasanya


mengandung bahan kimia yang keras
f. Sebelum memakai popok, oleskan krim atau petroleum jelly pada
daerah popok pada bayi (Arifudin, 2015).
Sedangkan menurut Dwienda (2014):
a. Gunakan popok kain dari bahan katun yang lembut
b. Jangan terlalu sering menggunakan diaper
c. Pasang diaper dengan benar dan tidak terlalu ketat sehingga kulit
bayi tidak tergesek
d. Ganti diaper segera bila terlihat sudah menggelembung
e. Bersihkan urin atau kotoran dengan baik, karena kulit yang tidak
bersih sangat mudah mengalami ruam popok.

3.5 Penatalaksanaan
Penanganan Diaper rash yaitu:
a. Rajin mengganti popok atau diaper sangat disarankan, terutama
segera ganti popok bayi ketika basah dan bayi selesai buang air
besar. Berikan krim anti ruam popok yang mengandung zinc atau
gunakan baby oil untuk melindungi air seni tidak mudah meresap
kedalam kulit. Bagian yang biasa tertutup oleh popok sebaiknya
diangin-anginkan agar kulit cukup kering atau tidak terlalu lembab.
b. Mengganti merek diapernya dengan yang memiliki kualitas lebih
bagus atau membeli popok yang ukurannya sesuai dengan
usianya. Cara pemakaiannya juga diperhatikan agar tidak terlalu
ketat agar kulit tidak tergesek (Sitompul, 2014).
Penanganan Diaper rash yaitu:
a. Daerah yang terkena diaper rash, tidak boleh terkena air dan
harus dibiarkan terbuka dan tetap kering.
b. Untuk membersihkan iritasi dengan menggunakan kapas halus
yang mengandung minyak.
c. Segera bersihkan dan keringkan bila bayi kencing atau berak.
23

d. Posisi tidur bayi diatur supaya tidak menekan kulit atau daerah
yang iritasi.
e. Usahakan memberikan makanan TKTP dengan posisi yang
benar
f. Memperhatikan kebersihan kulit dan bersihkan kulit secara
keseluruhan
g. Memelihara kebersihan pakaian dan alat-alatnya
h. Pakaian dan celana yang basah oleh air kencing harus direndam
dalam air yang dicampur acidum boricum
i. Kemudian dibersihkan dan tidak boleh menggunakan sabun
cuci langsung dibilas dengan bersih dan keringkan (Dwienda,
2014).
Penanganan Diaper rash yaitu:
a. Cepatlah mengganti popok bayi. Jangan tunggu hingga popok
penuh baru diganti.
b. Untuk ruam yang biasa saja berupa kulit kemerahan, dan bukan
yang meradang, bisa dilakukan dengan membersihkannya dengan
air.
c. Jangan mengusap rusam karena bisa menambah lecet. Juga jangan
memakai tisu basah.
d. Saat membersihkan kotoran bayi, gunakan air bersih, alat
menyemprot (bidet atau botol semprot seperti untuk menyemprot
tanaman) untuk menurunkan kotorannya. Cuci daerah pantat dan
kemaluan dengan air dan sabun.
e. Keringkan dengan menepuk pelan-pelan menggunakan handuk
lembut. Biarkan kulit bayi sebentar agar sentuhan dengan udara,
lalu lapisi tipis baby cream yang mengandung zync. Tujuan agar
kulit bayi tidak langsung kontak dengan bahan popok.
f. Jangan memakaikan bedak pada daerah kemaluan karena akan
menutupi saluran kencing dan akan menumpuk di daerah kemaluan
sehingga menjadi tempat tumbuhnya kuman (Susanti, 2013).
24
25

4. Konsep Bayi
4.1 Pengertian bayi
Bayi adalah anak kecil yang belum lama lahir. Masa bayi dimulai
dari usia 0-12 bulan (Sutomo, 2013).
Bayi mempunyai batasan usia yaitu antara 0 sampai 1 tahun,
kemudian dibagi lagi menjadi masa neonatal dini usia 0 sampai 7
hari, masa neonatal lanjut usia 8 sampai 28 hari, masa pasca neonatal
usia 29 hari sampai 1 tahun (Dwienda, 2014).
Satu tahun prtama adalah saat menakjubkan bagi perkembangan bayi
(Aditya, 2014).

4.2 Tumbuh kembang


Tumbuh kembang meliputi tiga hal yaitu:
a. Tumbuh kembang fisik
Misal: bertambahnya berat dan tinggi badan
b. Tumbuh kembang intelektual
Misal: kepandaian dalam berkomunikasi, keterampilan dalam
bermain, kemampuan berhitung dan membaca
c. Tumbuh kembang emosional
Misal: kemampuan mengelola kemarahan dan keinginan,
kemampuan membentuk ikatan batin, kemampuan mengelola rasa
gelisah, dll.

4.3 Perkembangan bayi


Tahap perkembangan yaitu:
a. Masa pra lahir
Terjadi pertumbuhan yang sangat cepat pada alat dan jaringan
tubuh.
b. Masa neonatus
Terjadi proses penyesuaian dengan kehidupan di luar rahim dan
hampir sedikit aspek pertumbuhan fisik dalam perubahan.
26

c. Masa bayi
27

Terjadi perkembangan sesuai dengan lingkungan yang


mempengaruhinya dan mempunyai kemampuan untuk melindungi
dan menghindari dari hal yang mengancam dirinya.
d. Masa anak
Terjadi perkembangan yang cepat dalam aspek sifat, sikap, minat,
dan cara penyesuaian dengan lingkungan (Dwienda, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, N., Panduan Lengkap Merawat Bayi Baru Lahir, Stiletto Book,
Yogyakarta. 2014

Ardiyanti Y, dkk. Panduan Lengkap Keterampilan Dasar Kebidanan I,


Deepublish, Yogyakarta. 2014.

Arifudin, A.F. Perilaku Ibu Dalam Mencegah Diaper Rash (Ruam Popok). 2015.

Dwienda, O.R., dkk. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/ Balita dan
Anak Prasekolah Untuk Bidan, Deepublish, Yogyakarta. 2014.

Ertiana Dewi, dkk. Hubungan Lama Pemakaian Diaper dengan Kejadian Diaper
Rash pada Bayi Usia 9-12 Bulan. Jurnal Kesehatan Poltekkes Kemenkes Ri
Pangkalpinang Vol. 9, No.1, Juni 2021.

Muhith, A., & Siyoto, S. Pendidikan Keperawatan Gerontik, Andi, Yogyakarta.


2016.

Pitriani, R., & Andriyani, R. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Normal (ASKEB III), Deepublish, Yogyakarta. 2014.

Ramba, H. La. Kejadian Iritasi Kulit (Ruam Popok) Pada Bayi Usia Nani, 0-12
Bulan. Journal of Pediatric Nursing, Vol. 1(2). 2015.

Rendy, M.C. Keterampilan Dasar Bidan dan Perawat, Nuha Medika,


Yogyakarta. 2010.

Rini, S. Panduan Asuhan Nifas dan Evidence Based Practice, Deepublish,


Yogyakarta. 2016.

Saryono & Widianti, A.T., Kebutuhan Dasar Manusia (KDM), Nuha Medika,
Yogyakarta: 2010.

Sitompul, E.M. Buku Pintar Ibu dan Anak, Arena Kids. 2014.

Susanti, F.S. 132 Jawaban Dokter Untuk Perawatan & Perkembangan Bayi (0-
12 bulan), Anak Kita, Jakarta. 2013.

Susanti, E. Upaya Penyembuhan Ruam Popok ( Diaper Rash ) Menggunakan Vco


( Virgin Coconut Oil ). Jurnal Ilmiah Obsgin, 1–10. 2020.

Sutomo, B. Kumpulan Resep MPASI Harian Untuk Bayi (6-24 bulan), Anak
Kita, Jakarta. 2013.

28

Anda mungkin juga menyukai