Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH


“Lingkungan Aman Bagi Bayi Dan Anak, Mobilisasi Dan Menggendong Bayi
Yang Aman”

Dosen Pengampu : Bdn. Meinita Wulansari, S.Tr. Keb,. M.Keb

DISUSUN OLEH KELOMPOK II :


Firja Nabilah Putri Usuli 2106012
Kezia Maharani Dolongseda 2106029
Oktavia Lestari Assa 2106007
Sitti Aisya N. S.Bolong 2106026
Fini Faradila Mointi 21060
Nurul Jannah Sangadji 2106001
Asti Ananta Korompot 2106013
Riyanti Fataruba 21060
Rastin Pako 21060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN (PROGRAM


SARJANA)
FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIK)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini dengan
tepat waktu.
Shalawat serta salam tidak lupa pula kami haturkan kepada junjungan kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan
ke alam yang berilmu pengetahuan.
Pada tugas makalah ini kami berkesempatan membahas tentang, “Lingkungan
Aman Bagi Bayi Dan Anak, Mobilisasi Dan Menggendong Bayi Yang Aman”
kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi
pembaca. Dalam penyusunan makalah ini kami mengakui masih banyak
kekurangan, karena kami masih kurang berpengalaman. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan yang akan datang.

Manado, 16 november 2023

Kelompok I

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
A. Lingkungan Aman Bagi Bayi........................................................................2
B. Lingkungan Yang Aman Bagi Anak Prasekolah...........................................3
C. Mobilisasi......................................................................................................3
D. Menggendong Bayi yang Aman....................................................................4
BAB III..................................................................................................................12
A. Kesimpulan.................................................................................................12
B. Saran............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Masa bayi merupakan masa dimana terjadinya periode perkembangan yang dimana
dimulai sejak lahir hingga 18 bulan (Papalia and Old, 2008). Masa bayi adalah masa yang
sangat bergantung pada orang dewasa. Bayi tidak dapat memilih lingkungan seperti apa
yang akan di rasakan, sebab itu orang dewasa perlu membuat lingkungan yang aman bagi
bayi.
Angka Kematian Bayi di Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2023
sebesar 16,9 per 1.000 kelahiran. Angka mea Penyakit penyebab kematian pada bayi
salah satunya dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang mengakibatkan bayi mengalami
diare, infeksi saluran napas, malaria dan sebagainya. Kematian pada bayi juga dapat
disebabkan oleh cara menggendong yang salah sehingga menyebabkan cedera pada
bagian leher dan kepala.
Mengetahui cara menggendong yang aman serta menciptakan lingkungan yang aman
bagi bayi merupakan salah satu langka dalam menurunkan angka kematian bayi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah menerapkan lingkungan yang aman untuk bayi dan anak?
2. Bagaimanakah cara menggendong bayi yang aman dan benar?
3. Apa itu mobilisasi?
4. Bagaimana cara menggendong bayi yang aman?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimanakah menerapkan lingkungan yang aman untuk bayi dan
anak.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah cara menggendong bayi yang aman dan benar.
3. Untuk mengetahui apa itu mobilisasi.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara menggendong bayi yang aman.

1
BAB II
PENDAHULUAN

A. Lingkungan Aman Bagi Bayi


Bayi merupakan golongan umur paling rentan atau memiliki resiko gangguan
kesehatan paling tinggi. Lingkungan yang tidak aman dapat memengaruhi kesehatan dan
tumbuh kembang bayi. Oleh karena itu, lingkungan yang kondusif harus dibuat agar
tercipanya rasa aman pada bayi.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk membangun lingkungan yang aman dan nyaman
bagi bayi meliputi:
1. Kebersihan lingkungan
Kebersihan lingkungan sekitar merupakan hal yang penting untuk melindungi bayi
dari infeksi. Bayi yang terkena infeksi yang disebabkan oleh lingkungan yang tidak
sehat dapat menggangu tumbuh kembang anak. Salah satu infeksi yang dapat terjadi
pada bayi adalah askariasis (penyakit infeksi kecacingan). Askariasis merupakan
penyakit parasit yang bisa ditemukan di tanah yang tercemar tinja (Trasia, 2021).
2. Lingkungan bebas asap rokok
Lingkungan yang aman bagi bayi adalah lingkungan yang bebas dari asap rokok.
Selain menggangu kesehatan ibu hamil dan janin, merokok juga dapat membuat
bertambahnya resiko bayi terkena asma dan keterlambatan pengembangan mental.
Hal ini disebabkan oleh komponen kimia yang terdapat pada asap rokok berbahaya
bagi tubuh manusia (Duhita, 2018)
3. Lingkungan tempat tidur yang aman
Tempat tidur merupakan lingkungan yang sering bersentuhan dengan bayi. Kematian
yang diakibatkan oleh lingkungan tidur yang tidak aman dapat terjadi pada bayi. Bayi
yang tidur satu ranjang dengan orang tua dapat meningkatkan resiko terjepit, tersedak,
dan juga dapat menggangu kualitas tidur bayi.
Bantalan pada kasur bayi yang terlalu lembut dapat menimbulkan situasi tidak
terduga. Saat anak sudah mampu berguling dari posisi tidur telentang ke posisi
tengkurap, bantalan kasur yang terlalu empuk bisa mengakibatkan kepala anak
terbenam di dalam bantalan kasur. Kondisi ini dapat memicu terjadinya sindrom
kematian mendadak pada bayi (SIDS).
Oleh sebab itu, hal yang harus diperhatikan saat pemilihan tempat tidur bayi yaitu:
a. Tempat tidur sendiri bagi bayi. Tempat tidur orang dewasa tidak cocok dengan bayi
b. Tempat tidur bayi terbuat dari bahan yang stabil dan kuat .
c. Tempat tidur yang tidak beresiko terjepit
d. Kasur harus yang tebal dan padat.
4. Kebersihan mulut bayi
Jamur yang dapat timbul dari sisa ASI dalam mulut dapat ketidaknyamanan pada
bayi. Oral kandidiasis merupakan infeksi pada rongga mulut dan banyak dijumpai
pada masa bayi. Gejala kandidiasis orofaring yaitu bayi merasa tidak nyaman pada
saat pemberian susu. Tanda yang muncul berupa lesi putih dan tebal pada mukosa
bukal, gusi, dan lidah, tampak seperti “cheesy” atau “pseudomembran” (Maro´di,
2014).
5. Lingkungan mandi bayi
Pada saat bayi dimandikan, panas tubuh bayi akan terambil sehingga dapat
menimbulkan suhu tubuhnya menurun derastis sehingga dapat menyebabkan

2
kekurangan oksigen pada bayi. Oleh sebab itu, pada minggu pertama kelahiran bayi
akan bisa dimandikan sekali sehari pada pagi hari.

B. Lingkungan Yang Aman Bagi Anak Prasekolah


1. Lingkungan keluarga
Peran Keluarga dapat membentuk pola sikap dan pribadi anak, juga dapat menentukan
proses Pendidikan yang diperoleh anak, tidak hanya di sekolah akan tetapi semua
faktor bisa dijadikan sumber Pendidikan. Lingkungan keluarga juga dapat berperan
menjadi sumber pengetahuan anak, juga dapat berpengaruh terhadap keberhasilan
prestasi siswa. Anak dalam kandungan sampai usia lanjut atau liang lahat akan
mendapatkan Pendidikan, baik dari lingkungan keluarga (Pendidikan informal),
Lingkungan Sekolah (Pendidikan formal) maupun Lingkungan Masyarakat
(nonformal).
2. Lingkungan sekolah
Lingkungan di sini hendaknya yang menyenangkan bagi anak juga memberi
kesempatan bagi perkembangan potensi masing-masing individu. Pendidikan anak
memerlukan sebuah lingkungan dimana ia dapat mengembangkan kekuatan-kekuatan
yang ia bawa sejak lahir. Pendidikan dengan demikian adalah sebuah proses
kolaborasi dengan watak sang anak dan tahap-tahap perkembangannya. Interaksi
tersebut dan informasi atau pengetahuan yang mereka peroleh kemudian masuk ke
dalam dan menjadi bagian dari diri, pengalaman, dan jaringan konseptual sang anak.
Kebebasan aktivitas itu akan mengungkap petunjuk-petunjuk tentang perkembangan
sang anak kepada pen-didikan.
3. Lingkungan masyarakat
Lingkungan Masyarakat pun memiliki peran yang tidak kalah pentingnya dalam
upaya pembentukan karakter anak bangsa. Dalam hal ini “tidak dekat”, “tidak
dikenal”, “tidak memiliki ikatan family” dengan anak tetapi saat itu ada di lingkungan
sang anak atau melihat tingkah laku si anak. Orang-orang itulah yang dapat
memberikan contoh, mengajak, atau melarang anak dalam melakuka suatu perbuatan.

C. Mobilisasi
Mobilisasi merupakan faktor utama dalam mempercepat pemulihan dan pencegahan
terjadinya komplikasi pasca bedah, mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari lama
rawat dan mengurangi resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus,
kekakuan atau penegangan otot-otot diseluruh tubuh, gangguan sirkulasi darah, gangguan
pernafasan, dan gangguan peristaltik maupun berkemih (Carpenito, 2019). Mobilisasi
merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan oleh individu untuk
melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakan sendi, sikap, gaya berjalan,
latihan maupun kemampuan aktivitas (Perry & Potter, 2020). Mobilisasi adalah
kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Alimul,
2019).
Mobilisasi dini awalnya berasal dari ambulasi dini (early ambulation) yang
merupakan pengembangan secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya
untuk mencegah adanya komplikasi yang terjadi pada masa nifas. Tujuannya untuk
mempertahankan kemandirian serta percepatan hari rawat dan mengurangi resiko dan
kompilkasi masa nifas karena tirah baring lama. Dampak yang akan timbul jika tidak
dilakukan mobilisasi:

3
1. Dapat menyebabkan bendungan lochea dalam rahim;
2. Memperlambat mobilisasi alat kelamin ke keadaan semula;
3. Thrombosis vena;
4. Kekakuan atau penanganan otot-otot di seluruh tubuh dan sirkulasi darah;
5. Subinvolusio uteri;
6. Pernapasan terganggu.

Peran petugas kesehatan terutama bidan sangatlah penting, agar setelah melahirkan
ibu bersedia melakukan aktivitas setelah dua jam post partum, dengan menganjurkan ibu
untuk melakukan mobilisasi dini dengan gerakan secara sederhana dan bertahap seperti
miring kanan dan miring kiri, duduk setelah itu berdiri dari tempat tidur dan berusaha
untuk berjalan. Gerakan mobilisasi dini yang dapat dilakukan yaitu:
1. Gerakan miring kiri atau miring kanan;
2. Latihan nafas;
3. Latihan untuk menggerakkan kaki ke kanan dan ke kiri diatas tempat tidur;
4. Duduk tegak lurus di tempat tidur;
5. Gerakan kaki mengayun turun dari tempat tidur, dengan kedua tangan ibu sebagai
penopang;
6. Berdiri disamping tempat tidur dan tetap berpegangan pada tempat tidur;
7. Berjalan pelan-pelan.

D. Menggendong Bayi yang Aman


Menggendong bayi artinya membopong atau memanggul, menggendong kerap
dilakukan orang tua karena memudahkan berinteraksi kepada bayi. Tradisi menggendong
bayi merupakan turung temurung dilakukan. Namun masih banyak yang kurang
memahami cara yang aman dan nyaman. Menggendong bayi merupakan hal yang
dilakukan oleh orang tua hampir setiap hari. Selain membantu menenangkan anak
kegiatan ini juga dapat membina ikatan orang tua dengan anak. Menggendong bayi juga
memberi manfaat kesehatan untuk anak. Namun, menggendong bayi tidak boleh
dilakukan sembarangan, agar tidak mengganggu struktur dan fungsi tubuhnya. Sebelum
menggendong bayi, ada beberapa hal yang harus diketahui yakni sebagai berikut:
1. Kulit bayi masih sangat sensitif dan sistem imunnya belum sempurna. Jadi harus
selalu diingat untuk mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum
memegangnya.
2. Buat diri kita senyaman mungkin. Ketakutan atau kecemasan berlebih bisa membuat
kita melakukan kesalahan fatal karena terlalu gugup.
3. Otot di leher bayi baru lahir masih belum kuat, oleh karena itu kita harus selalu
menopang lehernya saat mengangkatnya dari tempat tidur, atau saat
menggendongnya.
4. Hindari menekan bagian lunak di kepala bayi (fontanel).
5. Saat mengangkatnya dari tempat tidur, letakkan satu tangan di belakang kepala bayi,
dan tangan satu lagi di pantatnya. Lalu angkat tubuh bayi secara perlahan, dan
letakkan di dada.
Selain itu, cara mengendong bayi sesuai dengan perkembangan usianya juga perlu
diperhatikan, yaitu seperti berikut:

1. Usia 0-3 bulan karena pada umur ini tulang bayi masih belum kuat, cara
menggendong yang paling aman adalah dengan membaringkannya di lengan.
Pastikan kita menopang leher, kepala, punggung, dan pantat bayi dengan baik.

4
2. Usia 4 bulanpPada umur ini, kita bisa mulai menggendong bayi dalam posisi duduk,
sehingga kepala bayi bersandar di dada kita dan bayi menghadap ke depan.
3. Usia 5 bulan biasanya pada umur 5 bulan bayi sudah bisa menopang kepalanya
dengan baik. Karena itu, kita bisa menggendong bayi di pinggang kita, dengan kaki
bayi melingkar di pinggang kita, dan kita menopang punggung/pantat bayi dengan 1
tangan. Tapi kalau bayi tampak belum mampu menopang kepalanya dengan baik,
tunda dulu gaya menggendong ini.
4. Usia 6 bulan ketika bayi sudah bisa menopang kepalanya dengan sempurna, kita pun
bisa menggendong bayi pada punggung kita.
5. Usia 10 bulan pada usia ini, kita sudah bisa mendudukkan bayi di pundak kita
dengan tangan kita menyangga sisi kiri dan kanan tubuh bayi.

Berikut cara menggendong bayi dengan aman dan nyaman.


1. Berlabuh di bahu
Posisi ini termasuk ke dalam posisi alami yang disukai bayi. Dia bisa melihat ke
belakang, dan kita juga bisa menopang seluruh berat tubuhnya dengan aman. Hal-hal
yang harus diperhatikan ialah:
a. Angkat bayi hingga setinggi bahu, kemudian letakkan kepalanya di bahu, sehingga
pandangannya akan berada di belakang kepala Anda.
b. Letakkan satu tangan diantara leher dan kepala bayi, untuk mencegah kepalanya
mendongak secara tiba-tiba yang bisa berpotensi bahaya.
c. Letakkan tangan Anda yang lain di bagian bawah tubuh bayi untuk menopangnya.
Posisi ini bisa membuat Anda memeluk bayi dengan baik, dan bayi juga bisa
mendengar detak jantung Anda.

2. Seperti Dalam Buaian


Posisi ini terlihat seperti bayi sedang tidur dalam buaian. Posisi ini cukup sederhana,
dan biasanya digunakan untuk membuat bayi mengantuk kemudian tertidur, sebelum
diletakkan di kasur. Cara melakukannya ialah:
a. Angkat bayi dengan posisi satu tangan di kepala dan tangan lain di bagian pantat;
b. Secara perlahan, tempatkan kepala bayi di lekuk lengan kita, sehingga sebagian
tubuh bayi berada di sepanjang lengan;
c. Tangan yang satu tetap berada di bagian bawah tubuh bayi untuk menopang
beratnya;
d. Dengan mengayunkan bayi dalam posisi ini, dia akan cepat tertidur. Keuntungan
posisi ini, Anda bisa menatap langsung ke dalam mata bayi. Bahkan bercanda ria
bersamanya.

5
3. Posisi Seperti Tengkurap
Posisi ini mungkin terlihat tidak nyaman, namun bayi justru menyukainya. Cara
melakukannya:
a. Tempatkan bayi dengan posisi tengkurap pada lengan kita;
b. Posisikan kepala di bagian atas lengan kita, dan biarkan tangan serta kakinya
menggantung;
c. Letakkan tangan di atas punggung bayi untuk membuatnya merasa aman.
Posisi ini juga memudahkan orangtua saat berusaha membuat bayi sendawa, dengan
menepuk punggungnya perlahan untuk membuat gas di perutnya keluar

4. Bertatap muka
Letakkan satu tangan di bagian kepala dan leher bayi untuk menopangnya, satu
tangan yang lain berada pada bagian bawah tubuh bayi, kemudian angkat dan
letakkan bayi sedikit di bawah dada. Posisi ini bisa membuat kita leluasa berinteraksi
dengan bayi, mengobrol atau sekedar membuat wajah lucu untuk membuat bayi
tertawa.

5. Dekapan Yang Erat


Sama seperti posisi buaian, hanya saja posisi bayi lebih didekatkan ke dada Anda.
Posisi ini biasa digunakan saat ibu menyusui bayi. Bisa dilakukan saat Anda berdiri
maupun duduk.

6
6. Bersantai di Pangkuan
Pastikan kita berada dalam posisi duduk yang nyaman, kaki menjejak lantai atau
tanah dengan baik. Lalu tempatkan tubuh bayi di pangkuan dengan posisi kaki
mengarah ke perut kita. Letakkan kepala bayi di celah antara lutut, topang kepalanya
dengan tangan Anda. Posisi ini membuat bayi memiliki fokus pandangan hanya pada
Anda, manfaatkan untuk berkomunikasi dengannya.

7. Posisi Seperti Duduk di Kursi


Buat posisi bagian belakang tubuh bayi bersandar di tubuh kita, letakkan kepalanya
di bagian dada kita sebagai penopang. Letakkan satu tangan di bagian tengah
tubuhnya, dan satu tangan di bagian bawah. Posisi ini hanya bisa dilakukan jika bayi
sudah bisa berada dalam posisi duduk yang baik, sekitar usia 3 bulan. Jadi, sebelum
bayi mencapai usia 3 bulan, sebaiknya hindari mencoba posisi ini.

8. Duduk di Pinggang Ibu


Kita bisa mencoba posisi ini, jika bayi telah memiliki otot leher yang kuat. Jangan
pernah mencoba melakukan posisi ini sebelum bayi berusia 3 bulan. Angkat tubuh
bayi, dan buat dia berada dalam posisi duduk di pinggang kita. Tempatkan satu
lengan di sekeliling tubuhnya. Posisi ini akan membuat bayi bisa melihat kondisi di
sekitarnya dengan nyaman.

7
Manfaat menggendong bayi yang perlu diketahui
1. Mengurangi tangisan;
2. Pengganti tummy time(waktu tengkurap);
3. Mempromosikan tidur nyenyak dan lama;
4. Mempromosikan pemberian ASI;
5. Mempromosikan pertumbuhan;
6. Mempromosikan kontak kulit kekulit;
7. Menambah durasi menyusui;
8. Meningkatkan kekuatan inti oto;
9. Memberikan keamanan;
10. Menyediakan lingkungan yang aman untuk tidur;
11. Mengatur suhu, pernapasan, dan denyut jantung.
Selain manfaat menggendong, perlu diketahui juga cara dan teknik menggendong
yang aman dan nyaman bagi bayi maupun penggendong. Agar bayi tetap merasa aman
dan nyaman, terdapat lima aturan ketika menggendong yang sering di singkatan TICKS,
yaitu:
1. (T)ight Ketat. Eratkan gendongan sehingga badan anak menempel di badan anda,
anak serasa dipeluk. Kain yang longgar, membuat anak jadi mudah bergeser / susah
bernafas.
2. (I)n View at All Times Posisi wajah anak harus selalu bisa terlihat agar penggendong
dapat dengan mudah melihat tanda anda dari wajah anak (misal: mengantuk, resah,
takut, dsb). Wajah anak tidak boleh sampai tertutup oleh kain gendongan, bisa
menganggu pernafasan.
3. (C)lose Enough to Kiss Kepala anak terjangkau untuk dicium. Bagian atas kepala
anak dekat dengan dagu penggendong
4. (K)eep Chin of The Chest Posisi badan anak jangan terlalu melengkung / menunduk,
apalagi sampai dagu anak menempel ke dada anak, karena bisa mengganggu
pernafasan. Pastikan ada jeda 1-2 jari antara dagu dan dada anak.
5. (S)upported Back Dalam posisi gendong tegak, dada dan perut menempel di tubuh
anda, dan punggung anak tersanggah dengan aman (sesuai umur anak).
Hal yang perlu juga diperhatikan dalam mengendong bayi pada teknik TICKS yaitu:
1. Umur bayi
2. Berat bayi
3. Lahirnya cukup bulan atau tidak
4. Yang menggendong siapa
5. Dan cara seperti apa yang akan dihadiri ketika membawa bayi yang di gendon

8
Gendongan ergonomis yang mendukung perkembangan fisik seperti tulang punggung
dan sendi pinggul anak poin utamanya adalah dalam memilih gendongan. Gendongan
yang baik dugunakan biasanya yang mendukung posisi natural M-Shape dan C-Shape
pada bayi newborn. Menggendong posisi M-Shape adalah menggendong bayi dengan
posisi tegak, dimana pantat bayi lebih rendah dari pada posisi lutut. Sehingga lutut anak
terdorong ke atas membentuk huruf M, sedangkan C-shape adalah posisi punggung bayi
0-4 bulan yang disarankan, mengikuti bentuk alami bayi dalam kandungan. Secara
perlahan ketika bayi sudah bisa menopang kepalanya dengan kuat, posisi C-shape tidak
diperlukan lagi. Perhatikan juga bahwa untuk menggendong 0-4 bula, kain gendongan
menutupi sampai telinga bayi (tidak menutupi seluruh kepala bayi).

Gendongan ergonomis ini umumnya dibagi dalam beberapa tipe:


1. Stretchy Wrap
Gendongan ini terbuat dari kain panjang yang memiliki sifat elastis, bahannya yang
lembut dan dapat melar membuatnya cocok digunakan bagi bayi yang baru lahir.
Kain ini mendekap bayi dengan erat dan nyaman. Namun karena sifatnya yang
elastis, gendongan ini dapat menahan berat secara optimal sampai dengan 8 kg,
tergantung daya elastisitas kain. Oleh karena itu gendongan jenis ini lebih cocok
digunakan bayi yang baru lahir.

2. Selendang/Jarik
Gendongan yang merupakan warisan budaya Nusantara ini sangat mudah ditemui
dan termasuk gendongan yang bisa dipakai oleh semua umur, dari bayi yang baru
lahir sampai anak beranjak besar. Banyak variasi cara mengikat jarik agar dapat
digunakan menggendong dengan aman dan nyaman. Namun dengan ukurannya yang
tidak teralu panjang selendang/jarik umumnya digunakan dengan hanya bertumpu
pada satu pundak saja. Mengganti sisi pundak tumpuan gendongan secara berkala
membuat beban terbagi di kedua pundak secara bergantian.

9
4. Ring Sling
Sepasang ring yang ditambatkan di salah satu ujung kain gendong membuat
gendongan ini mudah untuk digunakan. Bayi kecil yang baru lahir dapat terdekap
dengan erat sedangkan bayi yang lebih besar dan mulai aktif dapat naik-turun dari
gendongan ini dengan mudah. Umumnya digunakan dengan hanya bertumpu pada
satu pundak saja, mengganti sisi pundak tumpuan gendongan secara berkala membuat
beban terbagi di kedua pundak secara bergantian. Mengganti sisi pundak tumpuan
gendongan secara berkala membuat beban terbagi di kedua pundak secara bergantian.

5. Woven Wrap
Kain yang ditenun khusus untuk menggendong ini dapat digunakan sepanjang masa
menggendong, dari bayi baru lahir sampai beranjak besar. Tersedia dalam beberapa
ukuran panjang kain sehingga banyak sekali variasi mengikatnya mulai dari gendong
depan, samping mau pun belakang. Beban gendongan pun dapat disebar merata pada
tubuh penggendong di area yang dilewati kain, sehingga menggendong anak besar
pun dapat dilakukan dengan nyaman selama menggunakan teknik ikat yang baik.

6. Meh dai
Gendongan ini memiliki body panel untuk menopang tubuh bayi yang digendong,
oleh sebab itu perlu dilihat kesesuaian bayi dengan ukuran body panel. Umumnya
dapat digunakan mulai bayi berusia 4 bulan, saat bayi sudah cukup besar sehingga
tidak tenggelam dalam body panelnya. Sekarang sudah ada mehdai dengan body
panel yang bisa disesuaikan denga ukuran tubuh bayi, sehingga memungkinkan untuk
digunakan sejak bayi baru lahir.

10
7. Pouch Sling
Merupakan gendongan samping yang dipakai di pinggul penggendong, sehingga
sebaiknya digunakan saat bayi sudah dapat menegakkan kepalanya dengan baik.
Sangat mudah digunakan sehingga anak dapat naik-turun gendongan dengan mudah.
Penggunaannya hanya bertumpu pada satu pundak saja, mengganti sisi pundak
tumpuan gendongan secara berkala membuat beban terbagi di kedua pundak secara
bergantian.

8. Soft Structured Carrier (SSC)


Gendongan ini juga memiliki body panel untuk menopang tubuh bayi yang
digendong, oleh sebab itu perlu dilihat kesesuaian bayi dengan ukuran body panel.
Umumnya dapat digunakan mulai bayi berusia 4 bulan, saat bayi sudah cukup besar
sehingga tidak tenggelam dalam body panelnya. Tersedia dalam ukuran standart untuk
bayi yang masih kecil, ukuran toddler untuk bayi berusia di atas setahun, dan
beberapa merk bahkan menyediakan ukuran preschooler untuk anak yang lebih besar.

11
BAB III
A. Kesimpulan
Lsnkd;s
B. Saran
lsnlakn
Khbiyug9i

12
DAFTAR PUSTAKA

Trasia First. 2021. Dampak Lingkungan Terhadap Kejadian Infeksi Parasit. Jurnal
Enviscience. DOI:10.30736/5ijev.v5iss1.244. Diaskes Pada 22 November 2023
Duhita, Rahmawati. 2018. Dampak Kesehatan Anak Pada Periode Embrio, Janin, Bayi dan
Usia Sekolah dengan Ayah Perokok. Jurnal Kesehatan Vokasional. DOI
hps://doi.org/10.22146/jkesvo.41777. Diakses 22 November 2023
Maródi L. 2014. Mucocutaneous Candidiasis. In: Sullivan KE, Stiehm ERBT. Amsterdam:
Academic. DOI: https://doi.org/10.1016/B978-0-12-405546-9.00040-6. Diakses
tanggal 20 November 2023
The Asian Parent Indonesia. 2020. Cara Aman Memegang Bayi Baru
Lahir. Diakses tanggal 20 November 2023 https://id.theasianparent.com
Sagarmata, Amanda. 2020. Ciptakan Lingkungan Yang Aman Untuk Si Kecil. Diakses tanggal
20 November 2023.

Martadinata, R. E., Tasikmalaya, N., & Indonesia, T. (2023). E m d m m-s d j- s t k t b u 2-6


b. 14(1), 7–11.

Suryani, Iis Sopiah, Rikky Gita Hilmawan, and Heni Nurakillah. "Efektivitas
Menggendong Dengan Metode M Save Dan J Save Terhadap Kualitas Tidur
Bayi Usia 2-6 Bulan." Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan 14.1 (2023): 7-
11.
Soedarwanto, H. (2019). Tinjauan Ergonomi dan Antropometri pada Kain Gendong
Tradisional. JURNAL NARADA ISSN 2477-5134 Volume 6 edisi 1 April 2019

13

Anda mungkin juga menyukai