Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN


DALAM PENANGANAN KOTORAN
MANUSIA
Dosen Pengampu :
Zulfia Maharani, ST , M.Si.

Disusun Oleh :
Kelompok 7 2D4B

Nisrina Fira Maharani (P21335121062)


Raihan Taufikurohman (P21335121066)
Salma Alifah (P21335121070)
Salsabila Rahmadina (P21335121072)

PRODI SARJANA TERAPAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLTEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II


2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa sebab karena limpahan
rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini.

Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada:

1. Kedua orang tua kami yang sudah memberi dukungan.


2. Ibu Zulfia Maharani, ST, M.Si. selaku dosen mata kuliah Pengelolaan LimbahCair-
A.
3. Sumber-sumber yang bersangkutan tentang materi dalam makalah ini.

Makalah ini berjudul “Faktor yang perlu diperhatikan dalam Penanganan Kotoran
Manusia”. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Oleh sebabitu, kami sangat berharap adanya kritik, saran dan usulan yang
membangun demiperbaikan makalah yang telah kami buat.

Semoga makalah ini dapat dipahami dan dapat berguna bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan kata yang kurang berkenan.

Jakarta, 25 September 2022

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2


1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Faktor Sosial. ................................................................................................................. 3


2.2 Faktor Teknis .................................................................................................................. 6
2.3 Jenis Pembuangan dan Pengelolaan Limbah Rumah Tangga......................................... 8

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................... 13
3.2 SARAN ........................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh
tubuhyang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari
dalamtubuh ini berbentuk tinja (feces), air seni (urine), dan CO2 sebagai hasil dari proses
pernapasan.

Saat ini akses masyarakat terhadap sarana sanitasi khususnya jamban, masih
jauhdari harapan. Berbagai kampanye dan program telah banyak dilakukan, terakhir
denganpemberlakuan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Berbagai
upayatersebut sebetulnya bermuara pada terpenuhinya akses sanitasi masyarakat,
khususnyajamban. Namun akses tersebut selain berbicara kuantitas yang terpenting adalah
kualitas.

Berdasarkan hasil penelitian yang ada, seorang yang normal


diperkirakanmenghasilkan tinja rata-rata sehari 970 gram dan menghasilkan air seni 970
gram. Jadibila penduduk Indonesia dewasa saat ini 200 juta maka setiap hari tinja yang
dikeluarkansekitar 194.000 juta gram (194.000 ton). Maka bila pengelolaan tinja tidak baik,
jelaspenyakit akan mudah tersebar. Dengan bertambahnya penduduk yang tidak
sebandingdengan area pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat.
Dilihat darisegi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan
masalahyang pokok untuk sedini mungkin diatasi.

Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan


cepatnyapertambahan penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit
yangditularkan melalui tinja. Karena kotoran manusia (faeces) adalah sumber
penyebaranpenyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada
faeces dapat melalui berbagai macam jalan atau cara.

1
1. 2 Rumusan Masalah

1. Apa saja Faktor Sosial dalam Penangangan Kotoran Manusia?


2. Apa saja Faktor Teknis dalam Penanganan Kotoran Manusia?
3. Apa saja Jenis Pembuangan dan Pengelolaan Limbah Rumah Tangga?

1. 3 Tujuan

1. Untuk mengetahui Faktor Sosial Penanganan Kotoran Manusia


2. Untuk mengetahui Faktor Teknis Penanganan Kotoran Manusia
3. Untuk mengetahui Jenis Pembuangan dan Pengelolaan Limbah Rumah Tangga

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Faktor Sosial

1 Kepemilikan
Kepemilikan adalah hak dan memegang Kontrol terhadap apa yang dimilikinya, jamban
adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran manusia
(tinja) yang lazim disebut kakus atau WC sehinggga kotoran atau najis tersimpan dalam suatu
tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab penyakit. Menurut tipe kepemilikan jamban di bagi
atas 2 macam yaitu jamban pribadi dan jamban umum. Jamban pribadi adalah jamban yang
dimiliki oleh keluaraga tersendiri yang ada di dalam pekarangan rumah, sedangkan jamban
umum adalah jamban yang dimiliki oleh semua masyarakat (Handayani, 2006).

Berkaitan dengan kepemilikan jamban, untuk pembuangan tinja manusia sebagian


keluarga sudah mempunyai jamban keluarga. Umumnya jamban / kakus tersebut terletak
menyatu dengan penggunaaan kamar mandi dan tempat cuci penduduk satu rumah. Bahkan bagi
penduduk dengan bentuk fisik rumah yang mapan, bentuk dan kebersahn rumah terjaga
(Sukarni, 2005).

2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu,dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap masalah suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
yakni penglihatan, pendegaran, penciuman, rasa dan peraba. Pengetahuan masyarakat dalam
pembuangan tinja juga memerlukan suatu proses dalam melakukan perubahan. Perubahan ini
dapat muncul disebabkan dengan kemajuan tehnologi.

Dari pengalamanya dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang dasar oleh masyarakat
tidak bisa meninggalkan kebiasaaan buang air besar pada tempatnya, padahal mereka lebih tahu
tentang bahaya yang akan ditimbulkan akibat buang air besar disembarangan tempat. Salah satu
diantaranya terjadi transisi penyakit melalui kontak langsung dengan tanah, faktor ini juga
didukung dengan kurang pahamnya masyarakat tentang pentingnya hidup sehat (Notoadmodjo,
2007).

3
3. Tingkat Ekonomi

Ekonomi adalah tingkat penghasilan penduduk, semakin tinggi penghasilan semakin


tinggi pula persentase pengeluaranyang dibelanjakan untuk barang makanan, juga semakin
tinggi penghasilan keluarga semakin baik pula status gizi masyarakat (Notoadmodjo, 2007).

Mata pencaharian kepala kepala keluarga sangat berhubungan dengan faktor-faktor


kesehatan, hal ini disebabkan oleh mata pencaharian ada habungannya dengan pendidikan dan
tingkat pendapatan. Oleh sebab itu sangat penting mengetahui penyebaran mata pencaharian
penduduk menurut jenis kelamin, daerah seperti penyebaran penduduk menurut jenis kelamin,
daerah seperti penyebaran penduduk berdasarkan pekerja aktif, pengangguran dan bekerja yang
tidak aktif (Sukarni, 2000).

Keadaan Ekonomi atau penghasilan memegang peranan sangat penting dalam


meningkatkan status kesehatan lingkungan. Jenis pekerjaan orang tua erat kaitannya dengan
tingkat penghasilan lingkungan kerja, dimana bila penghasilan dan lingkungan kerja, dimana
bila penghasilan tinggi maka pemamfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga
meningkatkan, dibandinkan dengan penghasilan rendah akan berdampak pada kurangnya
pemampaatan pelayaan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena daya beli obat
maupun biaya transpormasi dalam mengunjungi pusat pelayanan kesehatan (Notoamodjo,
2007).

4. Pendidikan

Pendidikan adalah perubahan sikap dan tingkah laku serta pembahan ilmu pengatahuan.
Pendidikan akan terjadi melalui proses pendidikan, pengalaman dan wawasan bagi seseorang
untuk perubahan tingkah laku dalam melaksanakan aktivitas sehari hari. Tingkat pendidikan
berkaiatan erat dengan pembuangan tinja yang tidak memiliki jamban keluarga, bagi yang
berpendidikan tingkat tinggi mempunyai wawasan dan pengetahuan terhadap pembuanagan
tinja baik, dan dapat menghindari dari pencemaran lingkungan (Azwar, 2007).

Pendidikan masyarakat tentang pembuangan tinja denganmenggunakan jamban keluarga


juga di peroleh melalui pendidikan, pengetahuan serta berbagai informasi yang digunakan dan
diterapkan oleh masayarakat terhadap kegiatan pengelolaan dan penggunaan jamban keluarga.
tampa adanya pendidikan masyarakat untuk mengelola dan menggunakan jamban sesuai dengan
syarat pendidikan kesehatan tentang penggunaan jamban yang baik perlu dimiliki atau
4
dididirikan oleh seseorang sehingga dalam menjalankan jehidupan sehari-hari maupun
memanfaatkan jamban keluarga dengan baik (Handayani, 2006).

Tingkat pendidikan berkaitan erat dengan pembuangan tinja yang tidak memiliki jamban
keluarga, bagi berpendidikan tinggi mempunyai wawasan dan pengetahuan terhadap
pembuangan tinja yang baik dan dapat menghindari terjadi pencemaran lingkungan.

5. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan atau pencaharian yang dijadikan pokok
penghidupan seseorang yang dilakukan untuk mendapatkan hasil (Depdikbut, 2010).
Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan,status sosial ekonomi,
resiko cidera atau masalah kesehatan dalam suatu kelompok populasi, pekerjaan tertentu serta
merupakan predictor status determinan resiko dan determinan terpapar yang khusus dalam
bidang pekerjaan tertentu serta merupakan predictor status kesehatandankondisi tempat suatu
populasi bekerja (widyastuti,2006).

Faktor yang penting adalah pengeluaran yang tidak terduga untuk pemeliharaan
kesehatan serta penyediaan fasilitas yang berkaitan dengan kesehatan seperti jamban keluarga,
tempat sampah lainnya. Berhubungan dengan tingkat pendapatan keluarga yang rendah akan
dapat membawa dampak terhadap pembuangan tinja dan penyediaan jamban keluarga sehat,
sumber air bersih dan sebagainya, sehingga akan dapat mempengaruhi terhadap derajad
kesehatan anggota keluarga (Sukarni, 2007).

6. Perilaku

Perilaku manusia merupakan salah satu factor yang banyak memegang peranan dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat. Bahkan menurut bloom, faktor perilaku memberikan
kontribusi terbesar dalam menentukan status kesehatan individu maupun masyarakat (Nur Nasri
Noor, 2008).

Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan keshatan, makanan, dan minuman, serta
lingkungan. (Notoadmojo 2007).

Aspek kebiasaan pembuangan tinja kesungai membuanag tinja kekebun


kosong,membuanag tinja kekali atau selokan-selokan. Kalau membuag tinja ke sungai, faktor

5
yang mempengaruhinya seperti merasa aman, merasa enak, dan tidak mempunyai jamban. Kalau
membuang tinja ke kali factor yang mempengaruhi seperti sudah biasa,merasa enak,tidak
mempunyai jamban dll.

2.2 Faktor Teknis

Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam metode pembuangan tinja adalah faktor
teknis dan faktor non teknis. (Ricki, 2005).
a. Faktor teknis meliputi :
1) Faktor dekomposisi ekskreta manusia
Fenomena terjadinya dekomposisi ekskreta manusia memegang peranan yang amat
penting dalam perencanaan sistem sarana pembuangan tinja.Banyak sarana pembuangan tinja
direncanakan kapasitas serta prinsip kerjanya dengan mendasarkan pada fenomena ini.
Dekomposisi ekskreta yang merupakan proses dan berlansung secara alamiah ini melaksanakan
3 aktivitas utama :
a) Pemecahan senyawa-senyawa organik kompleks seperti protein dan urea kedalam bentuk-
bentuk yang lebih sederhana dan stabil.
b) Pengukuran volume dan massa (kadang-kadang sampai mencapai 80%) bahkan yang
mengalami dekomposisi dengan menghasilkan gas-gas seperti methan, carbon dioxide,
ammonia, dan nitrogen yang dibebaskan ke atmosfir dan dengan menghasilkan bahan-bahan
yang terlarut yang dalam keadaan tertentu meresap masuk dalam tanah.
c) Penghancuran organisme pathogenyang dalam beberapa hal tidak bertahan hidup dalam
proses-proses dekomposisi atau terhadap serangan kehidupan biologik yang sangat banyak
terdapat dalam massa yang mengalami dekomposisi.
d) Bakteri memainkan peranan utama dalam dekomposisi dan aktivitas bakteri baik aerobik
maupun anaerobik melansungkan proses dekomposisi ini.

2) Faktor kuantitas tinja manusia

Kuantitas kotoran manusia yang dihasilkan dipengaruhi oleh kondisi setempat, bukan
hanya faktor physiologis, tetapi juga faktor-faktor budaya dan agama. Apabila di suatu daerah
tidak tersedia data hasil penelitian setempat maka keperluan perencanaan dapat digunakan angka
total produksi ekskreta 1 kg (berat bersih) per orang/hari.

6
3) Faktor pencemaran tanah dan air tanah
Pada penemaran tanah dan air tanah oleh ekskreta merupakan informasi penting yang
harus dipertimbangkan dalam perencanaan sarana pembuangan tinja, khususnya dalam
perencanaan lokasi kaitannya dengan sumber-sumber air minum yang ada.Jarak perpindahan
bakteri dalam tanah dipengaruhi berbagai faktor, salah satu faktor penting adalah faktor parositas
tanah. Perpindahan bakteri air tanah biasanya mencapai jarak kurang dari 90 cm, dan secara
vertikal kebawah kurang dari 3 m pada lubang yang terbuka terhadap hujan lebat dan tidak lebih
dari 60 cm biasanya pada tanah yang poreus.

4) Faktor penempatan sarana air tinja

Tidak ada aturan yang pasti untuk menentukan jarak yang aman antara jamban dan air
minum, sebab hal itu dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kemiringan dan ketinggian air tanah
serta permeabilitas tanah.

5) Faktor perkembangbiakan lalat pada ekskreta

Perlu dihindarkan atau dicegah terjadinya perkembang biakan lalat pada tinja dalam
lubang jamban.Kondisi lubang jamban yang gelap dan tertutup sebenarnya sudah dapat mencegah
perkembang biakan lalat ini, baik karena kerapatannya maupun karena sifat lalat yang
phototropisme positif (tertarik pada sinar dan menjauhi kegelapan atau permukaan yang gelap).

6) Faktor tutup lubang jamban

Harus diupayakan adanya tutup lubang jamban yang dapat mendorong pemakai jamban
untuk memfungsikan sebagaiman mestinya.Dalam konstruksi yang sederhana mungkin hingga
pemakai tidak terlalu sulit untuk menggunakannya.
7) Faktor tekhnis engineering
Dalam perencanaan dan pembangunan sarana pembuangan tinja agar diupayakan :
a) Penerapan pengetahuan tekhnik engineering, misalnya dalam melakukan pemilihan tipe
instalasi sesuai dengan kondisi lapisan tanah yang ada.
b) Pengguanaan bahan bangunan yang ada setempat untuk dapat melakukan penghematan biaya
secara berarti, misalnya pengguanaan bambu untuk penahan runtuhnya dinding lubang, untuk
tulang penguat slab dan sebagainya.
c) Pemilihan dan penentuan desain bangunan instalasi yang dapat ditangani oleh pekerja
setempat, juga tenaga terampil yang ada perlu dimanfaatkan semaksimal mungkin.
7
b. Faktor Non Teknis
Faktor non teknis meliputi:
1. Faktor manusia
Dalam soal pembuangan tinja, faktor manusia sama pentingnya dengan faktor tekhnis.
Orang tidak akan mau menggunakan jamban dari tipe yang tidak disukainya atau yang tidak
memberikan privacy yang cukup padanya, atau yang tidak dapat dipelihara kebersihannya. Tahap
pertama dalam perencanaan system pembuangan tinja disuatu daerah adalah perbaikan system
yang sudah ada.Pengembangan system tersebut selanjutnya harus senantiasa mengupayakan
pemberian/penciptaan privacy yang secukupnya bagi calon pemakai.Aplikasi dari pada prinsip
ini adalah perlunya dilakukan pemisahan yang jelas antara ruang jamban untuk jenis kelamin yang
berbeda, perlunya disediakan jumlah ruang jamban yang cukup sesuai dengan jumlah
pemakai.Satu lubang jamban cukup untuk satu keluarga yang terdiri dari 5 atau 6 orang. Jamban
umum yang digunakan untuk perkemahan, pasar atau tempat-tempat yang sejenisnya harus
disediakan minimal 1 lubang untuk 15 orang dan untuk sekolah 1 lubang jamban untuk 15 orang
wanita dan satu lubang + 1 urinoir untuk 25 orang pria.
2. Faktor biaya
Jenis jamban yang dianjurkan bagi masyarakat dan keluarga harus sederhana, dapat
diterima, ekonomis pembangunan, pemeliharaan serta penggantiannya. Faktor biaya ini bersifat
relatif, sebab system paling mahal pembuatannya dapat menjadi paling murah untuk perhitungan
jangka panjang, mengingat masa penggunaannya yang lebih panjang karena kekuatannya serta
paling mudah dan ekonomis dari segi pemeliharaannya. Dalam perencanaan dan pemilihan tipe
jamban, biaya tidak boleh dijadikan faktor dominant.Perlu dicarikan jalan tengah berdasarkan
pertimbangan yang seksama atas semua unsur yang terkait, yang dapat menciptakan lingkungan
yang saniter serta dapat diterima oleh keluarga.

2.3 Komposisi dan Kuantitas Kotoran Manusia

Pengelolaan limbah yang baik meliputi penanganan limbah secara keseluruhan agar
limbah tersebut tidak mengganggu kesehatan, estetika, dan lingkungan. Menurut Tjokrokusumo,
pengolahan limbah ada tiga jenis yaitu pengolahan secara fisika, pengolahan secara kimia, dan
pengolahan secara biologi. Dan perkembangan metode dan proses pengolahan limbah ini terus
berkembang dan beragam. Terdiri dari pengolahan primer, pengolahan sekunder, dan
pengolahan tersier. Proses-proses pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan,
8
berupa kombinasi beberapa proses atau hanya salah satudi sesuaikan dengan kebutuhan.
Untuk limbah rumah tangga dapat diolah berdasarkan klasifikasi dan jenis limbahnya.
1. Limbah Padat/Sampah

Sampah adalah bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak digunakan lagi (barang
bekas) maupun bahan yang sudah diambil bagian utamanya yang dari segi ekonomis,
sampah adalah bahan buangan yang tidak ada harganya dan dari segi lingkungan, sampah
adalah bahan buangan yang tidak berguna dan banyak menimbulkan masalah pencemaran
dan gangguan pada kelestarian lingkungan. Limbah padat atau sampah yang bersumber dari
limbah rumah tangga meliputi:
a. Sampah Organik
adalah sampah yang bisa terurai dengan sendirinya karena bisa membusuk misalnya
sisa sisa makanan, sayuran, buah-buahan, nasi, dan sebagainya. Dampak dari pembuangan
limbah organik yang mengandung protein akan menghasilkan bau yang tidak sedap/busuk dan
menyebabkan eutrofikasi atau menjadikan perairan terlalu subur sehingga terjadi ledakan
jumlah alga dan fitoplankton yang saling berebut mendapat cahaya untuk fotosintesis.
b. Sampah Anorganik
adalah limbah yang tidak bisa atau sulitdiuraikan oleh proses biologimisalnya plastik,
kaca, bersumber dari peralatan rumah tangga, alumunium, kaleng, dan sebagainya. Akibat
dari menumpuknya limbah seperti ini (plastik, styrofoam, dan lain-lain) selain menggangu
pemandangan dapat menjadi polutan pada tanah.

Dalam rencana pengelolaan sampah perlu adanya metode pengolahan sampah yang baik.
Adapun bentuk pengelolaan yang dianjurkan untuk menangani masalah sampah adalah
sebagai berikut:

a) Pemilihan
Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan mengadakan pemilahan sampah basah
(organik) dan sampah kering (anorganik) oleh masing-masing rumah tangga. Bagi
rumah tangga yang memiliki lahan, dapat mengolah sampah basah menjadi kompos
yang berguna untuk tanaman, sedangkan untuk sampah kering seperti kertas, botol, plastik
dan kaleng, sebelum dibuang sebaiknya dipilah dulu, dikarenakan sampah tersebut ada yang
dapat didaur ulang atau digunakan kembali, bisa juga diberikan kepada pemulung dan yang tidak
9
bisa dipakai kembali dapat dibuang.

b) Pewadahan
Pola pewadahan yang direncanakan adalah pola individual, yaitu setiap keluarga
menyediakan pewadahan, wadah ditempatkan di halaman depan rumah atau di pinggir jalan
sehingga mempermudah pada saat pengumpulan dan pengangkutan. Maksud dari pewadahan
sampah ini adalah untuk memisahkan sampah anorganik menurut jenisnya/bahan, agar
memudahkan dalam proses pengolahan selanjutnya.
Pewadahan yang merupakan suatu cara penampungan sampah untuk sementara
sebelum dipindahkan ke tempat pembuangan sementara (TPS) atau (TPA). Untuk mencegah
terjadinya kebocoran atau menimbulkan bau sehingga mengganggu lingkungan dan pernafasan,
maka semua sampah harus disimpan dalam wadah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
(1) Tertutup,
(2) Tidak mudah rusak dan kedap air,
(3) Mudah dan cepat dikosongkan serta diangkut,
(4) Ekonomis dan mudah diperoleh
c). Pengumpulan
Untuk menangani masalah persampahan yang bersumber dari rumah tangga, pola
pengumpulan yang dianjurkan adalah pola individual tak langsung, dimana sampah
dikumpulkan oleh petugas kebersihan yang mendatangi tiap-tiap sumber sampah (rumah
ke rumah) dan diangkut ke tempat pembuangan sementara (TPS). Pola pengumpulan lain
yang menjadi alternatif adalah Pola komunal langsung adalah kegiatan pengambilan
sampah dari masing-masing titik komunal dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir
tanpa melalui kegiatan pemindahan.
d). Pengangkutan
Jenis kendaraan pengangkut sampah yang digunakan untuk pola pengumpulan komunal
langsung adalah jeniscompactor truckdengan kapasitas 6 m3danarm roll truckyang
berkapasitas 4 m3.Kendaraan jeniscompactor truckmemiliki kelebihan dapat melakukan
pengepresan sampah sehingga kapasitas daya tampungnya dapat ditingkatkan.Dalam pemuatan
maupun pembongkaran sampah,compactor truckdanarm rolldilengkapi dengan lengan
tarik hidrolik sehingga dapat bergerak secara otomatis yang dikendalikan oleh sopir
sehingga tidak bersentuhan langsung dengan sampah.

10
e). Tempat Pembuangan Sementara (TPS)
Setelah sampah dikumpulkan dan diangkut, maka selanjutnya sampah dibuang ke tempat
pembuangan sementara yang tersedia.
f). Penanganan Sampah dengan Konsep 3R
Upaya penanganan diharapkan dapat mengurangi jumlah sampah secara signifikan mulai
dari sumbernya sampai sampai ke tempat pembuangan akhir. Ada beberapa cara menangani
pengurangan sampah yang lebih dikenal dengan prinsip 3R meliputi kegiatan :
Reduce(Mengurangi): kegiatan mengurangi sampah, tidak akan mungkin menghilangkan
sampah secara keseluruhan tetapi secara teoritis aktivitas ini akan mengurangi sampah
dalam jumlah yang nyata. Oleh karena itu kita harus mengurangi pengunaan bahan
atau barang yang kita gunakan dalam aktivitas kita sehari-hari, karena semakin banyak
kita menggunakan bahan atau barang, maka akan semakin banyak sampah yang
dihasilkan. Mengurangi produksi sampah dapat dilakukan dengan cara :
 Menggunakan bahan atau barang yang awet.
 Mengurangi penggunaan barang sekali pakai.
 Mengurangi belanja barang yang tidakterlalu dibutukan.
 Merawat dan memperbaiki pakaian, mainan, perkakas dan peralatan rumah tangga
daripada menggantinya dengan yang baru.
 Menggunakan kantong plastik (kresek)3 sampai 5 kali untuk berbelanja.
 Menggunakan keranjang atau kantong yang dapat digunakan berulang ulang.
Reuse (Memakai kembali): Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai
kembali, hindari pemakaian barang yang sekali pakai, hal ini dapat memperpanjang
waktu pemakaian barang sebelum menjadi sampah. Pemakaian kembali barangbekas
tanpa harus memprosesnya dulu :
1. Menggunakan kembali kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainya.
2. Memanfaatkan barang kemasan menjadi tempat penyimpanan sesuatu.Seperti kertas
bekas, botol plastik, botol kaca masih dapat dipergunakan kembali untuk
keperluan lainnya. Contohnya kertas, koran bekas dapat digunakan kembali sebagai
pembungkus barang-barang, botol plastik digunakan sebagai tempat bibit tanaman.
3. Menggunakan bahan yang bisa dipakai ulang daripada yang sekali buang, sebagai
misalnya: membeli batere yang dapat diisi ulang daripada batere sekali buang.
Recycle (Mendaur ulang): Sebisa mungkin barang-barang yang sudah tidak berguna lagi,
bisa didaur ulang, tidak semua barang bisa didaur ulang namun saat ini sudah banyak
industri formal yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Sampah anorganik
yang masih memiliki nilai ekonomis yang dapat didaur ulang (misalnya: kertas, plastik,
gelas, kaleng,botol, sisa kain), dilakukan pengepakan kemudian dijual kepada pengepul
11
sampah sedangkan sampah anorganik yang tidak dapat dimanfaatkan lagi dibuang ke
TPA.

2. Air Limbah (Dihasilkan dari kegiatan mandi dan mencuci)


Limbah cair domestic (domestic wastewater) yaitu limbah cair yang dihasilkan dari
kegiatan rumah tangga, restoran, penginapan, mall dan lain-lain. Contoh : air bekas
cucian pakaian atau peralatan makan, air bekas mandi, sisa makanan berwujud cair dan
lain-lain.7Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran.Pengelolaan air
limbah rumah tangga dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan bak peresapan
dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut :
1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air dipermukaan
tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
2. Tidak mengotori permukaan tanah.
3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
4. Mencegah berkembangbiaknya lalat dan serangga lain.
5. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
6. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah.
7. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.
Pengelolaan limbah rumah tangga yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan
menggunakan pasir dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan
saringan.Benda yang melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus
untuk menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil
dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil,
kemudian dikeringkan dan dibuang.
Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan
menggunakan saringan khusus.Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja.
Cara pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari,
suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan. Kotoran yang dihasilkan
manusiaLimbah ini meliputi tinja dan urine.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian,
limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Pengolahan limbah rumah
tangga yang tepat sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya pencemaran terhadap
lingkungan. Adapun pengolahan limbah rumah tangga yang baik disesuaikan dengan
jenis limbah rumah tangga yang dihasilkan. Untuk itu disarankan dalam pengolahan
limbahrumah tangga harus meliputi kegiatan penanganan/pembuangan dan pengolahan
limbah yang tepat secara keseluruhan dimana kegiatanpenanganan ini perlu melibatkan
partisipasi masyarakat, pemerintah daerah dan industri. Beberapa cara alternatif dapat
dilakukan untuk mendukung pembuangan dan pengelolaan yang baik seperti penyediaan
tempat yang sesuai dengan kategorinya.

3.2 Saran

Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahandan sangat
jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sunarsih, Elvi. 2014.“Konsep Pengolahan Limbah Rumah Tangga Dalam Upaya Pencegahan
Pencemaran Lingkungan”. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, vol.5 no.03.

(https://ejournal.fkm.unsri.ac.id/index.php/jikm/article/view/158/114)

http://desrinawati.blogspot.com/2014/12/?m=1

Cut, N. (2014). FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN PEMBUANGAN TINJA


MASYARAKAT GAMPONG PERSIAPAN RUMOH PANYANG KECAMATAN KUALA BATEE
KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2013 (Doctoral dissertation, Universitas Teuku Umar
Meulaboh).

14
15
16
17
18

Anda mungkin juga menyukai