Anda di halaman 1dari 3

Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehitana Republik Indonesia Nomor 5

Tahun 2022 Tentang Pengolahan Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan
Dengan Menggunakan Lahan Basah Buatan. Baku Mutu Air Limbah adalah ukuran batas
atau kadar unsur pencemar dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam Air Limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam media air dan tanah dari suatu
Usaha dan/atau Kegiatan. Baku Mutu Air Limbah Domestik yang diatur dalam Permen LHK
Nomor 68 Tahun 2016 dapat dilihat sebagai berikut.

Parameter Satuan Kadar Maksimum


pH - 6-9
BOD Mg/L 30
COD Mg/L 100
TSS Mg/L 30
Minyak & Lemak Mg/L 5
Amoniak Mg/L 10
Total Coliform Jumlah/100mL 3000
Debit L/Orang/hari 100
Sumber 1 PERMEN LHK No. 68 Tahun 2016

1. BOD

BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang


menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya
bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik
(Umaly dan Cuvin, 1988; Metcalf & Eddy, 1991). Ditegaskan lagi oleh Boyd (1990),
bahwa bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD adalah bahan organik yang
siap terdekomposisi (readily decomposable organic matter). Mays (1996) mengartikan
BOD sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba
yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan organik
yang dapat diurai. Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa walaupun nilai BOD
menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat juga diartikan sebagai
gambaran jumlah bahan organik mudah urai (biodegradable organics) yang ada di
perairan. Uji BOD dibutuhkan untuk menentukan beban pencemaran akibat air
buangan penduduk maupun perindustrian. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa
bahan organik dibutuhkan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya dari
proses oksidasi
2. COD

Chemical oxygen demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimiawi yaitu


jumlah oksigen yang dibutuhkan agar bahan buangan yang ada didalam air dapat
teroksidasi melalui reaksi kimiawi atau banyaknya oksigen-oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi zat organik menjadi CO2 dan H2O. COD merupakan salah satu
parameter kunci sebagai pendeteksi tingkat pencemaran air. Semakin tinggi COD,
maka semakin buruk kualitas air yang ada
Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan
menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan
katalisator perak sulfat (Boyd, 1990; Metcalf & Eddy, 1991), sehingga segala macam
bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai, akan
teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD dan BOD memberikan
gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada di perairan. Bisa saja nilai
BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Jadi COD
menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada.
3. TS (Total Solid)

Total solid merupakan suspended solid dan dissolved solid yang diperoleh dari
pemisahan padatan dan cairan dengan pemanasan atau evaporasi. Material 14 yang
tersisa pada tempratur 105°C inilah yang disebut Total Solid. Total padatan adalah
padatan yang tersisa setelah penguapan sampel hingga berat konstan pada suhu
105°C. Total solid biasanya ditentukan dalam oven melalui proses pengeringan, yang
dapat dibagi dalam dua sub-proses. Pertama, perpindahan panas antar lingkungan
sekitarnya dan permukaan padat menyebabkan kelembaban menguap. Kedua, karena
gradien temperatur dalam padatan, air terperangkap ke dalam mikrostruktur padat
mermigrasi ke permukaan dan kemudian menguap. TS dapat dibagi lagi menjadi
volatile solid atau padatan organik dan fixed solid atau padatan anorganik.
Proses pembentukan biogas bakteri membutuhkan jumlah air yang sesuai
dengan kebutuhan bakteri untuk produksi biogas. Sistem digester anaerobik
dibedakan atas sistem dengan padatan rendah atau low solid (LS) dengan kandungan
TS kurang dari 10%, sistem medium atau medium solid (MS) dengan TS 15 sampai
10% dan sistem padatan tinggi atau high solid (HS) dengan TS 22% hingga 40%.
Penurunan volume digester akan memengaruhi kebutuhan air yang lebih rendah
sehingga menyebabkan TS dalam reaktor meningkat. Semakin banyak TS akan
semakin memudahkan terjadinya penurunan pH. Bakteri untuk produksi biogas yang
optimal mengkendaki TS sebesar 4 sampai 9% pada fermentasi basah.
4. TDS (Total Disolved Solid)
Total zat padat terlarut atau Total Dissloved Solid adalah ukuran zat terlarut
baik organik maupun anorganik, misalnya garam yang terdapat pada air. TDS adalah
jumlah padatan terlarut terdiri dari senyawa-senyawa organik dan anorganik yang
larut dalam air, mineral dan garam. Total padatan terlarut (TDS) adalah komponen
umum dari banyak limbah, tetapi biasanya tidak dikarakterisasi dengan baik, baik dari
segi konstituen kimiawi maupun toksisitasnya. Total padatan terlarut mewakili ukuran
integratif dari konsentrasi ion umum (misalnya, natrium, kalium, kalsium,
magnesium, klorida, sulfat, dan bikarbonat) di air tawar.
5. Total Suspended Solid (TSS)
Padatan tersuspensi total adalah pengukuran kualitas air yang biasanya
disingkat TSS Konsentrasi padatan tersuspensi mengancam kehidupan spesies ikan,
yang menyebabkan infeksi yang menyusahkan dimana abrasi insang parah.
Kemampuan mencari makanan ikan juga berkurang karena halangan yang disebabkan
oleh padatan yang bergerak dalam suspensi yang selanjutnya membuat spesies ini
tersedia bagi predator. Oksigen terlarut yang ada di dalam air sangat dipengaruhi oleh
adanya partikel tersuspensi. Sinar matahari yang diserap oleh partikel tersuspensi,
meningkatkan suhu air yang mengurangi kapasitas menahan oksigen dari air hangat
dan mengganggu spesies air dingin.keberadaan TSS lebih lanjut mengurangi produksi
oksigen karena mengganggu penetrasi cahaya yang diperlukan untuk fotosintesis oleh
Tanaman.
Semakin banyak padatan tersuspensi yang ada di bawah air, semakin tinggi
endapan lumpur di muara. Pembentukan sedimen juga dipengaruhi oleh air laut,
karena mengandung cukup banyak bahan yang tersuspensi. Dalam penelitian ini,
degradasi hutan yang disebabkan oleh kegiatan penambangan liar dan pembalakan liar
di daerah aliran sungai bagian atas membawa banyak kawasan hutan beralih ke area
tambang emas, perkebunan dan pertanian. Kondisi ini menyebabkan tingginya tingkat
erosi di hulu yang berdampak pada sedimentasi tinggi di hilir

Anda mungkin juga menyukai