Anda di halaman 1dari 15

TEKNIK PENGOLAHAN LINDI DI KOTA JAMBI DENGAN

MENGGUNAKAN AERATED LAGOON

AHMAD AL IDRUS SEPTIAN

M1D118037

DOSEN PENGAMPU:

Febri Juita Anggraini, S.T., M.T.

Winny Laura Christina Hutagalung, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


JURUSAN SIPIL KIMIA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia dan rahmat-Nya, penulis
dapat menyelesaikan makalah tugas besar teknik pengolahan lindi dengan baik
Penulis pun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
selama pembuatan makalah ini. Penulis memohon maaf apabila dalam penulisan
makalah ini terdapat kesalahan penulisan dan kekeliruan dalam penulisan
sehingga membingungkan pembaca dalam memahami. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan membantu dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya Teknik Lingkungan.

Jambi, 5 Desember 2021

Penulis
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kota Jambi secara keseluruhan terdiri atas daratan dengan luas 20,538 ha atau
seluas 205,38 Km2. Topografi wilayah Kota Jambi terdiri atas wilayah datar
dengan kemiringan 0 hingga 2%, bergelombang dengan kemiringan 2 hingga 15%
dan curan dengan kemiringan 15 hingga 40%. Dari sisi iklim, Kota Jambi
termasuk beriklim tropis. Musim hujan jatuh pada bulan Oktober sampai April
(dipengaruhi oleh Musim Timur Selatan) dan musim kemarau pada bulan April
sampai Oktober.

Permasalahan utama yang sering dijumpai dalam pengaplikasian


penimbunan/pengurugan sampah atau limbah padat lainnya ke dalam tanah adalah
kemungkinan pencemaran air tanah oleh lindi, terutama didaerah yang curah hujan
dan muka air tanahnya tinggi. Lindi dihasilkan dari infiltrasi air hujan ke dalam
timbunan sampah di TPA dan dari cairan yang terdapat pada sampah itu sendiri.
Lindi diproduksi ketika adanya kontak antara cairan dengan sampah. Air lindi
dapat merembes melalui tanah dan dimungkinkan pula akan mencemari air tanah
yang ada di lokasi Tempat Pembuangan Akhir. Perembesan ini sangat tergantung
dari sifat fisik tanah dasar TPA Lindi pada umumnya terdiri dari cairan yang
merupakan hasil dari dekomposisi buangan dan cairan yang masuk ke landfill,
contohnya hujan, air permukaan, air tanah, dll. Masuknya cairan tersebut pada
timbunan sampah dapat menambah volum lindi.

Kualitas debit lindi yang keluar dari timbunan sampah sangat berfluktuasi
karena bergantung pada curah hujan dan karakter sampah yang ditimbun,
demikian juga beban cemaran lindi yang digunakan. Berdasarkan karakteristik
dari Lindi, pengolahan lindi sangat diperlukan sebelum lindi dibuang ke badan air.
Pengolahan lindi bertujuan untuk mengurangi kandungan nutrient seperti NH4,
mengurangi kandungan bahan organik, dan mengurangi kandungan logam berat
yang ikut larut dalam lindi. Lindi tanpa pengolahan yang baik akan menjadi
sumber penyakit bagi penduduk yang berada di sekitar timbunan sampah.
Kolama aerasi (aerated lagoon) pada dasarnya menggunakan peralatan aerator
mekanik berupa surface aerator yang digunakan untuk membantu mekanisasi
supply oksigen larut dalam air. Aerator ini menggunakan propeler yang setengah
terbenam dalam air dengan putarannya memecah permukaan air agar lebih banyak
bagian air yang kontak dengan udara dan menyerap oksigen bebas dari udara.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang dapat dibuat rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Berapa debit air lindi yang dihasilkan TPA Talang Gulo dengan
perhitungan neraca thorwaite
2. Bagaimana karakteristik yang terkandung pada air lindi di TPA
Talang Gulo
3. Bagaimana pegolahan air lindi dengan metode aerated lagoon di TPA
Talang Gulo
1.3.Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui debit air lindi yang dihasilkan
2. Mengetahui karakteristik yang terkandung pada air lindi di TPA
Talang Gulo
3. Mengetahui metode pegolahan air lindi dengan metode aerated lagoon
di TPA Talang Gulo
1.4.Manfaat
Adapun manfaat yang dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui jumlah debit air lindi yang dihasilkan
2. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik yang terkandung pada air
lindi di TPA Talang Gulo
3. Mahasiswa mengetahui metode pegolahan air lindi dengan metode
aerated lagoon di TPA Talang Gulo
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lindi
Air lindi merupakan air dengan konsentrasi kandungan organik yang
tinggi dan terbentuk dalam landfill akibat adanya air hujan yang masuk ke
dalam landfill. Air lindi merupakan cairan yang sangat berbahaya, karena
selain kandungan organiknya tinggi, juga mengandung unsur logam
(Seperti Zn dan Hg). Jika tidak ditangani dengan baik, air lindi dapat
terserap ke dalam tanah sekitar landfill kemudian dapat mencemari air
tanah di sekitar landfill (Arief, 2016). Air lindi merupakan cairan yang
dihasilkan dari timbunan sampah dan dari hasil samping pengolahan
sampah organik, anorganik dan mikroorganisme (Rizki, 2014). Air lindi
memerlukan perlakuan awal, yaitu dengan menghilangkan kandungan
anorganik dalam air lindi. Setelah kandungan inorganik dalam air lindi
dapat dihilangkan atau dikurangi, kemudian air lindi dapat diolah lebih
lanjut untuk menghilangkan kadar kandungan organiknya (Arief, 2016).

Air lindi dapat mengandung kontaminan organik dalam jumlah yang


besar dan dapat diukur sebagai Biochemical Oxygen Demand (BOD),
Chemical Oxygen Demand (COD) dan ammonia. Selain itu, juga terdapat
kadar logam yang tinggi yang dapat memberikan efek buruk bagi
lingkungan. Oleh karena itu, Ada banyak metode yang digunakan untuk
pengolahan air lindi hingga saat ini antara lain penggunaan membran,
teknik oksidasi, metode koagulasi-flokulasi, lagoon, dan wetland.
(Rusdianasari et al., 2016).

Baku mutu lindi adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar
dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam
lindi yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari kegiatan
TPA. Baku mutu lindi ditunjukkan oleh Tabel 1.

Tabel 1 Baku Mutu Lindi


Parameter Baku Mutu
pH 6-9
COD 300 mg/l
BOD 150 mg/l
TSS 100 mg/l
Cadmium (Cd) 0,1 mg/l
Merkuri 0,005 mg/l
N total 60 mg/l
Sumber: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
Nomor 59 Tahun 2016

2.2 Aerated Lagoon


Sistem biologi yang terjadi pada lagoon dapat dideskripsikan bahwa
kondisi aerobik terdapat pada bagian atas lagoon. Oksigen yang terlarut
didapatkan pada proses foto sintesis dari alga serta segaian didapatkan dari
difusi oksigen dari udara atau atmosfer. Pada laguna aerobik, oksigen
terlarut dan padatan tersuspensi teraduk dengan baik, dari mikroorganisme
yang bekerjapun termasuk mikroorganisme aerobik. Kebutuhan energi
untuk laguna aerobik berkisar antara 14 -20 hp/sejuta gallon. Laguna
aerobik mendegradrasi organik terlarut tetapi menambah konsentrasi
biomassa/mikroorganisme. Waktu tinggal hidraulik dalam laguna aerobik
sekitar 1 - 3 hari. Laguna fakultatif mengurangi BOD yang tcrsisa dan
sebagian besar dari padatan tersuspensi dengan waktu tinggal sekitar 3-6
hari. Bila padatan tcrsuspensi dari aliran keluar harus lebih kecil dari 50
mg/L, maka diperlukan sebuah laguna pengendapan.

2.3 Parameter Air Lindi


2.3.1. Parameter Fisika

a. Suhu
Perubahan suhu mempengaruhi proses fisika, kimia, dan
biologi badan air. Peningkatan suhu mengakibatkan
peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi, volatilisasi
penurunan kelarutan gas O2, CO2, dan N2 (Effendi, 2003).

b. TSS
Padatan Total Tersuspensi (TSS) adalah bahan-bahan
tersuspensi (diameter >1μm) yang tertahan pada saringan
millipore dengan diameter pori 0,45 μm. TSS terdiri atas
lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang
terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah
yang terbawa ke badan air (Effendi, 2003)

2.3.2. Parameter Kimia

a. pH

Nilai pH menunjukkan tinggi rendahnya konsentrasi ion


hidrogen dalam air. Kemampuan air untuk mengikat atau
melepaskan sejumlah ion hidrogen akan menunjukkan apakah
perairan tersebut bersifat asam atau basa. Nilai pH air lindi pada
tempat pembuangan sampah perkotaan berkisar antara 1,5 – 9,5
(Barus, 2002).

b. BOD

Biochemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang


diperlukan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan
organik yang terdapat dalam air pada keadaan aerobik yang
diinkubasi pada suhu 20oC selama 5 hari, sehingga sering
disebut BOD. Nilai BOD5 ini juga digunakan untuk menduga
jumlah bahan organik di dalam air limbah yang dapat dioksidasi
dan akan diuraikan oleh mikroorganisme melalui proses biologi
(Fathiras, 2011).
c. COD

COD menyatakan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk


mengoksidasi semua bahan organik yang terdapat di perairan,
menjadi CO2 dan H2O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen
yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang
diperlukan dalam mengoksidasi air sampel (Boyd, 1982). Bila
BOD memberikan gambaran jumlah bahan organik yang dapat
terurai secara biologis (bahan organik mudah terurai,
biodegradable organic matter), maka COD memberikan
gambaran jumlah total bahan organik yang mudah terurai
maupun yang sulit (Hariyadi, 2001).

d. Kadmium (Cd)

Cadmium (Cd) adalah salah satu elemen yang beracun. Setelah


diserap, Cd secara efisien dipertahankan dalam tubuh manusia,
di mana terakumulasi sepanjang hidup. Cd sangat beracun bagi
ginjal, terutama pada sel-sel tubular proksimali. Cd juga dapat
menyebabkan demineralisasi tulang, baik melalui kerusakan
tulang secara langsung atau tidak langsung sebagai akibat dari
disfungsi ginjal. Dalam industri, paparan Cd yang berlebihan ke
udara dapat mengganggu fungsi paru-paru dan meningkatkan
risiko kanker paru-paru (Bernard et al., 2008)

2.4 Neraca thorwaite


Perhitungan debit air lindi menggunakan metode neraca air thornwaite
yang mana data yang diperlukan berasal dari data curah hujan dan data
temperatur udara di stasium BMKG Sulthan Thaha Jambi. Adapun
rumus metode neraca air thornwaite sebagai berikut:
Q = K x (0,278 x C x I x A)
Dengan:
Q = debit rencana leachate (m3/hari)
K = Faktor pendekatan (0,60- 0,70 )
C = koefisien pangaliran (0,3-0,4)
I = intensitas hujan (mm/hari)
A =luas galian tempat timbulan sampah
Metode nerara air thornwaite PERC = P- (RO) – AET- (ΔST)

2.5 Pengolahan Lindi Dengan Metode Aerated Lagoon

Proses pengolahan lindi dengan aerated lagoon memerlukan 3 tahapan


pengolahan yang terdiri dari proses aerobic pond, facultative pond, dan
settling pond. Hal ini dijelaskan sebagai berikut:

2.5.1. Kolam Aerobic (Aerobic Pond)

Kolam aerobik (aerobic pond) bertujuan untuk mengurangi jumlah


kandungan bahan aktif yang tersuspensi dan mengubahnya menjadi bentuk
padatan yang diendapkan oleh flokulasi mikroorganisme. Pada kolam ini
penguraian terjadi secara aerob yaitu proses yang berlangsung dengan
membutuhkan oksigen melalui udara. Oksigen ini diperlukan untuk
pertumbuhan maupun untuk respirasi (Sihaloho, 2009). Pada kolam ini
telah tumbuh ganggang dan mikroba heterotrop yang membentuk flok. Hal
ini merupakan proses penyediaan oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba
dalam kolam. Pada kolam aerobik ini, dilakukan kegiatan feeding
(pemberian umpan) dari satu kolam aerobik ke kolam aerobik lainnya.
Pemberian umpan ini tujuannya sama seperti pada kolam pendinginan dan
kolam anaerobik, untuk mengalirkan limbah cair ke kolam berikutnya
(Iswahyudi, 2016).

2.5.2. Kolam Fakultatif (Facultative Pond)

Kolam fakultatif adalah kolam dengan kedalaman 3 ft sampai 8 ft


(1 m - 2,5 m), yang mana memiliki zone anaerobik pada lapisan terbawah,
zone fakultatif pada lapisan tengah dan zone aerobik pada lapisan teratas.
Pada zone aerobik terjadi reaerasi permukaan kolam dan proses
fotosintesis.

2.5.3. Kolam Pengendapan (Settling Pond)

Kolam pengendapan adalah suatu pengaliran berbentuk kolam


yang berfungsi untuk mengendapkan padatan terlarut yang masih tersisa
dari proses aerobik sehingga padatan terlarut dapat dipisahkan dan dibuang
untuk diolah lebih lanjut.
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN

2.6. Hasil Perhitungan Neraca Air Thornwaite

Neraca air thornwaite diperlukan unutk mengetahui debit air lindi yang
dihasilkan dengan menggunakan data curah hujan dan data temperatur
sehingga dapat diprediksi debit air lindi yang dihasilkan. Berdasarkan
perhitungan neraca air thornwaite didapatkan hasil perhitungan yang dapat
dilihat pada Tabel 2 Hasil Perhitungan Neraca Thornwaite (Krisnawati et
al., 2014).

2.7. Kualitas Lindi di TPA Talang Gulo

(Sitorus et al., 2020)

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa


parameter yang tidak memenuhi baku mutu pada sampel air lindi yang
diambil seingga memerlukan pengolahan lebih lanjut sebelum dibuang ke
sungai. Tingginya konsentrasi parameter BOD dan COD disebabkan
tingginya kandungan organik dalam sampah pada TPA Talang
Gulo(Aminah et al., 2017).
Tabel 2 Hasil Perhitungan Neraca Thornwaite
Parameter Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jumlah
Temperatur 26.7 27.1 29.1 27.3 27.7 27.6 27.6 27.6 27.2 27.3 27.5 27.3 27.5
Heat 12.6 12.88 14.35 13.07 13.36 13.25 13.28 13.28 12.99 13.03 13.17 13.07 13.2
a 0.72 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.5
UPET (cm) 13.98 7.17 7.42 7.20 7.25 7.23 7.24 7.24 7.19 7.19 7.22 7.20 7.8
UPET (mm) 139.8 71.7 74.2 72.0 72.5 72.3 72.4 72.4 71.9 71.9 72.2 72.0 77.9
r (daylight factor) 1.04 0.94 1.04 1.01 1.04 1.01 1.04 1.04 1.01 1.04 1.01 1.04 1.0
PET 145.3 67.38 77.22 72.73 75.43 73.06 75.29 75.29 72.6 74.82 72.93 74.89 79.7
PET Adjusted 151.2 63.34 80.31 73.46 78.45 73.79 78.31 78.31 73.33 77.82 73.66 77.89 81.6
Presipitasi (mm) 125.53 101.10 176.27 280.47 162.23 143.27 149.47 116.20 143.80 232.90 277.63 278.53 182.3
CRO 0.075 0.075 0.075 0.075 0.075 0.075 0.075 0.075 0.075 0.075 0.075 0.075 0.1
RO (mm) 9.414 7.583 13.22 21.04 12.17 10.75 11.21 8.715 10.79 17.47 20.82 20.89 13.7
I (mm) 116.11 93.52 163.05 259.43 150.07 132.52 138.26 107.49 133.02 215.43 256.81 257.64 168.6
I-PET (mm) -35.05 30.18 82.74 185.97 71.62 58.73 59.95 29.18 59.69 137.62 183.15 179.76 87.0
APWL (mm) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.0
ST (mm) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100.0
ΔST (mm) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.0
AET 151.2 63.34 80.31 73.46 78.45 73.79 78.31 78.31 73.33 77.82 73.66 77.89 82.0
PERC -35.05 30.18 82.74 185.97 71.62 58.73 59.95 29.18 59.69 137.62 183.15 179.76 78.5
Cek : P = PERC +
216.11 193.52 263.05 359.43 250.07 232.52 238.26 207.49 233.02 315.43 356.81 357.64 260.5
AET + ST +RO
Sumber: Hasil Perhitungan Menggunakan Excel
2.8. Hasil Pengolahan Air Lindi Dengan Aerated Lagoon

(Sumber: Sitorus et al., 2020)

(Sumber: Kasman et al., 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa efisiensi penyisihan


polutan dapat mencapai 90% hal ini disebabkan karena efisiensi
earated lagoon akan semakin efektif apabila kadar polutan sangat
tinggi ketika memasuki kolam aerasi yang mana hal ini disebabkan
oleh mikroba yang dapat menguraikan polutan (Ulfani et al., 2019).
BAB 4 PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Kesimpulan dalam makalah ini didapatkan adalah efektivitas
pengolahan lindi dengan menggunakan metode aerated lagoon dapat
mencapai 90% jika dengan kondisi kadar polutan yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Aminah, S., Sudarno, & Purwono. (2017). Pengolahan Sampah Organik Secara
Biodrying Studi Kasus : Sayuran Kangkung. Jurnal Teknik Lingkungan, 6(1),
1–8.

Kasman, M., Herawati, P., & Hikmah. (2014). Pengolahan Leachate Dengan
Menggunakan Multi Soil Layering (MSL). Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi Vol.14, 14(3), 107–112.

Krisnawati, A., Sururi, M. R., & Ainun, S. (2014). Pengaruh Karakteristik Lindi
terhadap Ozonisasi Konvensional dan Advanced Oxidation Processes ( Aop
). Jurnal Online Institute Teknologi Nasional, 2(Rekayasa Lingkungan), 1–9.

Sitorus, febri revelino, Ilfan, F., & Hutagalung, winny laura christina. (2020).
Optimalisasi Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah Tempat Pemrosesan
Akhir Talang Gulo Lama. Jurnal Engineering, 2(1), 50–53.

Ulfani, Badawi, D. A., Nurjannah, S., & Sugiyanto, D. (2019). Identifikasi


Pengaruh Hidrogeologi terhadap Penyebaran Lindi di Bagian Timur dan
Barat TPA Gampong Jawa Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas
Identification of Hydrogeological Effects on Leachate Spread in the East and
West of the Java Gampong Landfi. 8(2), 41–46.

Anda mungkin juga menyukai