Anda di halaman 1dari 13

Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.

php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol.6, No.1 (2017)

PENGOLAHAN LINDI DENGAN METODE KOAGULASI-


FLOKULASI MENGGUNAKAN KOAGULAN ALUMINIUM
SULFAT DAN METODE OZONISASI UNTUK
MENURUNKAN PARAMETER BOD, COD, DAN TSS
(Studi Kasus Lindi TPA Jatibarang)
Nurul Fajri R*), Mochtar Hadiwidodo **), Arya Rezagama **)
Departemen Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang, Indonesia, 50275
email: nurulfajriramadhanii@gmail.com

Abstrak
TPA Semarang terletak di Jatibarang, Desa Kedungpane, Kecamatan Mijen
dengan luas sekitar 45 hektar. TPA Jatibarang mulai beroperasi sejak Maret
tahun 1992. Sampah pada TPA ini dalam proses pembusukannya menghasilkan
lindi. Lindi diarahkan ke tangki penyimpanan untuk diproses lebih lanjut. Namun
metode ini juga memiliki beberapa kelemahan yang paling menonjol adalah
potensi pencemaran air tanah oleh air lindi. Penelitian ini akan menguji efisiensi
Jatibarang TPA pengolahan lindi dengan metode koagulasi-flokulasi
menggunakan koagulan aluminium sulfat dan dikombinasikan dengan proses
ozonasi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dosis optimum koagulan
untuk pengolahan lindi TPA Jatibarang adalah 16g/L, dengan efisiensi removal
parameter BOD 57%, COD sampai 61% dari dan TSS sebesar 16,0%. Setelah
memperoleh dosis optimum, maka dilakukan koagulasi kembali dengan itu dosis
tersebut untuk diproses oleh ozonasi. Ozon dosis optimum untuk pengolahan lindi
TPA Jatibarang sebesar 60ppm. Dengan efisiensi penyisihan parameter BOD,
COD dan TSS adalah 37%, 39% dan 37%. Efisiensi penyisihan untuk BOD, COD
dan TSS dengan proses koagulasi-flokulasi berlanjut dengan ozonasi pada dosis
60ppm adalah 68%, 74%, 48%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar dosis
ozon yang diberikan dan semakin lama waktu, proses penyisihan senyawa
organik akan lebih besar.

Kata kunci: lindi, koagulasi, flokulasi, aluminium sulfat, ozon

Abstract
[Leachate Treatment with Coagulation-Flocculation Method Using Aaluminum
Sulfate as Coagulant and Ozonation Method to Decrease Parameter of BOD,
COD and TSS]. Landfill of Semarang is located in Jatibarang, Mijen village,
district Kedungpane with an area of approximately 45 hectares. Jatibarang
landfill began operating since March 1992. Waste generation in this landfill in
the decay process produces leachate. Leachate is routed to storage tanks for
further processing. But this method also has some of the most prominent weakness
is the potential for groundwater contamination by leachate water. This research
will examine the efficiency of Jatibarang landfill leachate treatment with
coagulation-flocculation method using a coagulant aluminum sulfate and
combined with ozonation process. From the results of research that's been done,
coagulant optimum dose for the treatment of Jatibarang landfill leachate is 16g /
l, with the parameters BOD removal efficiency 24%, COD to 65% of and TSS of

1 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol.6, No.1 (2017)

16.0%. Having obtained the optimum dose, then do coagulation back with that
dose for processing by ozonation. The optimum ozone dose for the treatment of
Jatibarang landfill leachate amounted 60ppm. With the removal efficiency
parameters BOD, COD and TSS was 46%, 48% and 37%. Efficient allowance for
BOD, COD and TSS with coagulation-flocculation processing continues with
ozonation at a dose of 60ppm was 55%, 76%, 48%. This shows that the greater
the ozone dose given and the longer the processing time allowance organic
compounds will be greater.

Keywords : leachate, aluminum sulfat, ozon

PENDAHULUAN Metode pengolahan lindi dapat


Latar Belakang dibagi menjadi pengolahan biologis
dan pengolahan fisik/kimia.
Landfilling adalah metode yang Dibandingkan dengan pengolahan
paling banyak digunakan untuk biologis, pengolahan fisikokimia
pembuangan limbah padat perkotaan. biasanya lebih efektif biaya dan
Selama periode ini, limbah padat dapat diselesaikan dengan waktu
mengalami perubahan fisika-kimia yang lebih singkat. Metode
dan biologis, ekstraksi yaitu fisik, pengolahan fisikokimia yang paling
proses hidrolisis dan fermentasi umum diantaranya koagulasi -
bahan organik yang membusuk. flokulasi, adsorpsi, proses membrane
Lindi yang terdiri dari bahan dan oksidasi (Ali et al. 2016).
organik, ion anorganik dan logam Menurut Lee dalam (Dom et
berat adalah produk sampingan dari al. 2007) koagulasi adalah proses
proses ini. Karakteristik lindi yang sering digunakan pada
bervariasi dari waktu ke waktu pengolahan air/air limbah, pada
tergantung banyak faktor, seperti : pengolahan ini senyawa seperti
jenis limbah di TPA, metode garam aluminium ditambahkan ke
mengisi, tingkat pemadatan, variasi limbah untuk mendestabilisasi bahan
curah hujan musiman, dan tahap koloid dan menyebabkan partikel
stabilisasi limbah (Ince et al. 2010). kecil menggumpal menjadi
Tempat Pemrosesan Akhir gumpalan yang lebih besar dan dapat
(TPA) Kota Semarang terletak di mengendap. Efektivitas proses ini
Jatibarang Kecamatan Mijen akan tergantung pada agen koagulasi
Kelurahan Kedungpane dengan luas digunakan, dosis, pH larutan,
kurang lebih 45 Ha. Berdasarkan konsentrasi dan sifat senyawa
hasil peninjauan lapangan, TPA organik yang ada dalam air.
Jatibarang masih belum optimal Ozon merupakan bahan kimia
dalam melakukan pengolahan, bisa yang sangat reaktif digunakan dalam
dilihat dari indi yang dialirkan pengolahan limbah sebagai
melalui saluran alami yang terbuat desinfeksi, menghilangkan warna,
dari tanah dan aerator IPAL yang degradasi dari mikropolutan organik
tidak berfungsi. Lindi yang tidak (Parakeva dan Graham dalam (Ali et
terolah dengan baik ini dapat al. 2016). Proses ozon tunggal,
mencemari tanah dan sungai Kreo oksidasi dengan ozon tidaklah
yang dijadikan pembuangan effluent. efektif, karena kompleksitas
2 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol.6, No.1 (2017)

komposisis lindi, dosis ozon yang BOD


tinggi, dan reaksi masing-masing, Biological Oxygen Demand
mungkin memerlukan waktu lebih (BOD) atau jumlah oksigen yang
lama, sehingga proses ini tidak dibutuhkan oleh bakteri untuk
menguntungkan secara ekonomi. menguraikan (mengoksidasikan)
Sehingga dilakukan kombinasi hamper semua zat organis yang
koagulasi-flokulasi dengan ozonasi terlarut dan sebagian zat-zat organis
(Ntampou & Zouboulis 2006). yang tersuspensi dalam air.
Pada penelitian ini akan Pemeriksaan BOD diperlukan untuk
mengkaji mengenai efisiensi menentukan beban pencemaran
pengolahan lindi TPA Jatibarang akibat air buangan penduduk dan
dengan metode koagulasi-flokulasi industri, dan untuk mendisain sistem-
menggunakan koagulan aluminum sistem pengolahan biologis bagi air
sulfat dan dikombinasikan dengan yang tercemar tersebut. Penguraian
proses ozonasi. Diharapkan dengan zat organis adalah peristiwa alamiah;
penelitian ini dapat melakukan kalau seseuatu badan air dcemari
pengolahan lindi yang memenuhi oleh zat organis, bakteri dapat
baku mutu air limbah dan dapat menghabiskan oksigen terlarut ,
diterapkan oleh TPA Jatibarang dalam air selama proses oksidasi
terutama untuk penyisihan BOD, terseburut bisa mengakibatkan
COD, dan TSS. kematian ikan-ikan dalam aor dan
keadaan menjadi annaerobik dan
KAJIAN PUSTAKA dapat menimbulkan bau busuk pada
Lindi air (Alaerts & Santika 1984).
Lindi didefinisikan sebagai
limbah air yang dihasilkan akibat COD
dari perkolasi air hujan melalui Chemical Oxygen Demand
timbulan sampah, proses biokimia (COD) atau kebutuhan oksigen kimia
dalam sel sampah dan kadar air yang (KOK) adalah jumlah oksigen (mg
melekat dari sampah sendiri. Lindi O2 ) yang dibutuhkan untuk
biasanya mengandung banyak materi mengoksidasi zat-zat organis yang
organik (biodegradable, tetapi juga ada dalam satu liter sampel air,
tahan api untuk biodegradasi), dimana pengoksidanya adalah
amonia-nitrogen (NH4+ N), logam K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber
berat, diklorinasi organik dan garam oksigen (oxidizing agent). Angka
anorganik, yang beracun untuk COD merupakan ukuran bagi
organisme hidup dan ekosistem. pencemaran air oleh zat-zat organik
Lindi TPA telah diidentifikasi yang secara alamiah dapat dioksidasi
sebagai potensi sumber kontaminasi melalui proses mikrobiologis dan
tanah dan air permukaan, karena mengakibatkan berkurangnya
mungkin meresap melalui tanah dan oksigen terlarut di dalam air. Prinsip
lapisan bawah tanah, menyebabkan analisa COD yaitu sebagian besar zat
kontaminasi sungai, anak sungai dan organis melalui tes COD, dioksidasi
air sumur, jika tidak dikumpulkan oleh K2Cr2O7 dalam keadaan asam
secara benar, diolah dan aman yang mendidih optimum serta
dibuang (Li et al. 2010). penambahan perak sulfat (Ag2SO4)
sebagai katalisator untuk
mempercepat reaksi, seperti

3 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol.6, No.1 (2017)

persamaan berikut (Alaerts & aluminum sulfat, atau alum


Santika 1984) [Al2(SO4)3.18H2O], dimana dapat
diperoleh dalam bentuk padatan
TSS maupun cairan. Proses pengolahan
TSS atau Total Suspended Solid limbah dengan penambahan
merupakan total padatan tersuspensi koagulan alum didasarkan pada
dalam air, umumnya dinyatakan kemampuan alum yang dapat
sebagai konsentrasi dalam bentuk membentuk inti floks yang dapat
milligram per liter. Singkatnya, mengikat ion-ion logam yang ada
untuk melakukan prosedur tes TSS, didalam limbah pada suasana basa.
sampel diukur tercampur dituangkan
ke alat filtrasi dan dengan bantuan Ozonasi
pompa vakum atau aspirator, dihisap
Ozon adalah molekul yang
melalui saringan. Setelah
terdiri dari 3 atom oksigen,
penyaringan, filter dikeringkan pada
ditemukan oleh Van Marum pada
103 untuk 105ºC, didinginkan dan
tahun 1785 dengan menggunakan
ditimbang kembali. Peningkatan
peralatan listrik. Ozon mempunyai
berat filter dan padatan dibandingkan
berat molekul 48g per mol, tidak
dengan filternya sendiri merupakan
berwarna pada temperaur kamar, dan
nilai TSS (Spellman & Frank 2003).
berupa cariran biru tua pada keadaan
tekanan tinggi. (Bicknel & Jain, 2002
Koagulasi Flokulasi
dalam (Nugroho & Ikbal, 2005).
Koagulasi melibatkan
Ozon dapat bereaksi dengan zat
penambahan koagulan kimia atau
dalam dua cara yang berbeda,
koagulan untuk tujuan pengkondisian
langsung dan tidak langsung. dua
suspensi, koloid, dan materi terlarut
jalur reaksi tersebut menyebabkan
untuk diproses selanjutnya oleh
produk oksidasi yang berbeda dan
flokulasi atau untuk menciptakan
dikendalikan oleh berbagai jenis
kondisi yang akan memungkinkan
kinetika. Reaksi ozon tidak langsung
untuk penghapusan partikulat
dapat menghasilkan radikal hidroksil
berikutnya dan dilarutkan. Flokulasi
yang kemudian bereaksi dengan
adalah agregasi partikel stabil
senyawa.
(partikel yang mana muatan
Jalur reaksi tidak langsung
permukaan listrik telah berkurang)
melibatkan radikal, yang merupakan
dan produk endapan yang dibentuk
molekul yang memiliki elektron
oleh penambahan koagulan menjadi
tidak berpasangan. Elektron tidak
partikel yang lebih besar yang
berpasangan diwakili dengan "•" di
dikenal sebagai partikel flokulan
samping struktur kimia. Kebanyakan
atau, lebih umum, ''flok.'' Suatu Flok
radikal yang sangat tidak stabil dan
diagregasikan kemudian dapat
segera menjalani reaksi dengan
dihilangkan dengan gravitasi
molekul lain untuk mendapatkan
sedimentasi dan/atau filtrasi
elektron yang hilang.
(Crittenden et al. 2012).
Mekanisme rantai radikal ozon
Aluminium Sulfat dapat dibagi menjadi tiga langkah
Menurut Eckenfelder (2000), yang berbeda, inisiasi, perambatan
Koagulan yang paling populer dalam (propagasi) rantai, dan penghentian
pengolahan air limbah adalah (terminasi). Langkah pertama adalah

4 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol.6, No.1 (2017)

peluruhan ozon, dipercepat oleh Jurusan Fisika Universitas


pemrakarsa, misalnya, OH-, untuk Diponegoro sementara penelitian
membentuk oksidan sekunder seperti koagulasi-flokulasi dan analisa BOD,
radikal hidroksil (•OH). Mereka COD, dan TSS dilakukan di
bereaksi nonselektif dan segera (k = Laboratorium Teknik Lingkungan
108 - 1010 M-1 s-1) dengan molekul Universitas Diponegoro
target. Misalnya, radikal hidroksil Langkah awal yang dilakukan
mendapatkan kembali elektron yang adalah melakukan jartest untuk
hilang dengan menghilangkan mendapatkan dosis optimum
elektron hidrogen dari molekul target koagulan. Proses koagulasi
untuk membentuk molekul air. dilakukan selama 1 menit dengan
Dalam kehilangan elektron, target kecepatan 200rpm, dan koagulasi
molekul itu sendiri menjadi radikal, selama 15 menit dengan keecepatan
yang akan bereaksi lebih lanjut, 45rpm. Variasi dosis yang
menyebarkan reaksi berantai. dibubuhkan adalah 12g/l , 14g/l,
Namun, jika sebaliknya bereaksi 16g/l, dan 18g/l. Setelah dilakukan
radikal dengan kedua radikal, dengan jartest, diambil sampelnya untuk
demikian, masing-masing pasangan diujikan nilai BOD, COD, TSS, dan
elektron tidak berpasangan, reaksi pH nya. Kemudian dilakukan analisa
berantai dihentikan. Radikal tersebut untuk mendapatkan dosis optimum,
dinetralkan sama lain. setelah diketahui dosis optimum,
Oksidasi langsung (M + O3) dari kemudian dilakukan lagi koagulasi-
komponen organik dengan ozon flokulasi dengan dosis tersebut untuk
adalah reaksi selektif dengan selanjutnya dilakukan pengolaan
konstanta laju reaksi lambat, dengan ozonasi. Variasi dosis ozon
biasanya berada di kisaran (kD = 1,0- yang digunakan adalah 20ppm,
106 M-1s-1). Molekul ozon bereaksi 40ppm, dan 60ppm dengan laju alir
dengan ikatan tak jenuh karena 2lpm. Sementara waktu pengambilan
struktur dipolar dan mengarah ke sampel yaitu pada menit ke 15, 30,
pemisahan dari ikatan, yang 60, 90, 120, 150, dan 180.
didasarkan pada apa yang disebut Ozon pada penelitian ini
mekanisme Criegee. Mekanisme dibangkitkan menggunakan rektor
Criegee sendiri dikembangkan untuk DBD, dengan konfigurasi kawat
larutan tak berair. Jalur radikal spiral-silinder. Reaktor terdiri dari
sangat kompleks dan dipengaruhi elektroda dalam (positif), tabung
oleh banyak zat. Reaksi utama dan pyrex dan elektroda luar (negatif).
produk reaksi dari jalur radikal Elektroda spiral terbuat dari kawat
didasarkan pada dua model yang tembaga, elektroda spiral
paling penting dibahas atas dimasukkan ke dalam suatu
(Gottschalk et al. 2000). penghalang dielektrik yaitu tabung
pyrex dan pada baian luar dari
METODOLOGI PENELITIAN penghalang dielektrik akan
Penelitian ini dilaksanakan pada diselubungi dengan lempeng
Juni-Agustus 2016. Pengambilan tembaga.
sampel lindi di TPA Jatibarang.,
sedangkan penelitian ozonisasi PEMBAHASAN
dilakukan di Laboratorium Plasma

5 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol.6, No.1 (2017)

Karakteristik Awal Lindi TPA dan saat pengadukan dihentikan, flok


Jatibarang yang terbentuk perlahan mengendap
Lindi yang belum diolah memiliki karena adanya gaya gravitasi. Setelah
warna yang hitam pekat, dan mengendap, buih yang terbentuk
memiliki aroma yang khas organik mulai berkurang dan lindi bagian
yang cukup menyengat. Secara fisik atas mulai berubah menjadi jernih.
lindi ini terlihat terlarut sempurna Ketika aluminum sulfat
karena tidak adanya endapan didasar ditambahkan pada air yang
beaker glass ini dan juga tidak ada mengandung alkalinitas, terjadi
gumpalan yang mengapung reaksi seperti berikut (Davis 2010) :
dipermukaan lindi jika dilihat dengan
kasat mata kasat mata. Hasil uji bahwa begitu setiap mol tawas
karakteristik awal lindi TPA ditambahkan menggunakan enam
Jatibarang dapat dilihat pada tabel 1. mol alkalinitas dan menghasilkan
Tabel 1 enam mol karbon dioksida. Reaksi di
Hasil Uji Karakteristik Awal Lindi atas menggeser keseimbangan
karbonat dan menurunkan pH.
Namun, selama alkalinitas dan CO2(g)
yang hadir cukup diperbolehkan
untuk berkembang, pH tidak
Berdasarkan tabel diatas dapat berkurang drastis dan ini umumnya
diketahui bahwa ketiga parameter bukan masalah operasional
BOD, COD, dan TSS belum Ketika alum ditambahkan ke air,
memenuhi baku mutu menurut Perda ia langsung terdisosiasi,
Jateng No. 5 Tahun 2012. Tingginya mengakibatkan pelepasan ion
nilai BOD dan COD menunjukkan aluminium dikelilingi oleh enam
tingginya kadar organik yang molekul air. Ion aluminium mulai
terkandung pada limbah. Limbah bereaksi dengan air, membentuk
dengan nilai COD yang tinggi sangat Al·OH·H2O besar yang kompleks.
berbahaya bagi lingkungan karena Beberapa peneliti berpendapat bahwa
dapat menurunkan kandungan [Al8(OH)20·28H2O]4+ merupakan
oksigen terlarut dalam air produk yang sebenarnya
(Tchobanouglous, Burton, & Stensel, menggumpal. Terlepas dari spesies
2003). Sedangkan TSS yang tinggi yang sebenarnya diproduksi,
akan menghambat penetrasi cahaya kompleks ini adalah endapan yang
ke dalam air dan mengakibatkan sangat besar yang menghilangkan
terganggunya proses fotosintesis banyak dari koloid dengan
(Effendi, dalam estikarining 2015). keterperangkapan karena jatuh
Proses Koagulasi-Flokulasi melalui air (Davis, 2010).
Pada saat dilakukan jar test, Berdasarkan grafik diatas dapat
terbentuk buih yang cukup tinggi. dilihat bahwa seiring dengan
Ketinggian buih meningkat seiring penambahan dosis, terjadi
bertambahnya dosis koagulan yang peningkatan efisiensi penyisihihan
dibubuhkan. Selain buih, pada saat kadar ketiga parameter yang diamati.
pengadukan juga terlihat Penambahan dosis koagulan yang
terbentuknya mikroflok yang tinggi mendorong pembentukan flok
perlahan berubah menjadi makroflok dalam jumlah besar, karena

6 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol.6, No.1 (2017)

peningkatkan lewat jenuh dari Jateng No. 5 Tahun 2012 tentang


aluminium hidroksida meningkatkan Baku Mutu Air Limbah
cukup laju nukleasi dibandingkan
dengan tingkat pertumbuhan flok.
Hasilnya adalah suspensi dengan Tabel 3
flok yang lebih kecil dalam ukuran Pengaruh Doosis Terhadap pH
dan lebih besar jumlahnya, dan akan
menghapus sejumlah besar bahan
organik karena luas permukaan yang
lebih besar tersedia untuk adsorpsi.
Sebaliknya, dosis koagulan rendah
mendukung pembentukan flok yang
lebih besar, tetapi lebih sedikit
karena tingkat pertumbuhan lebih
cepat dibandingkan dengan laju
nukleasi, sehingga luas permukaan
yang lebih kecil tersedia untuk
adsorpsi bahan organik (Dom et al.
2007).

Tabel 2 Gambar 2
Nilai Konsentrasi pH, BOD, Gafik Nilai pH Hasil
COD, dan TSS pada Variasi Dosis Koagulasi-Flokulasi
Koagulan Dapat disimpulkan bahwa dosis
optimum koagulan yang dapat
diambil adalah 16g/L, meskipun
pada dosis 18g/L memiliki
penyisihan ketiga parameter lebih
besar daripada dosis 16g/L, namun
nilai pH yang melebihi baku mutu
tidak dapat diabaikan. Sehingga pada
tahap selanjutnya, dilakukan
koagulasi kembali menggunakan
dosis 16g/L untuk kemudian
dilakukan proses ozonasi.

Pengolahan Hasil Koagulasi


dengan Ozonasi
Setelah dilarutkan dalam air,
ozon bereaksi dengan sejumlah besar
Gambar 1 senyawa non-biodegradable. Dalam
Grafik Penyisihan BOD, COD, hal ini, sifat senyawa hadir dalam
dan TSS pada Variasi Dosis lindi akan menentukan derajat
Koagulan reaktivitas dengan ozon dan efisiensi
Pengaruh pH pada penambahan ozonasi. Senyawa dengan kelompok-
dosis ini perlu dipertimbangkan, kelompok fungsional tertentu seperti
karena pH merupakan salah satu cincin aromatik dan obligasi C=C
parameter yang diamati dalam Perda rentan terhadap serangan ozon, yang

7 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol.6, No.1 (2017)

menghasilkan senyawa karbonil Dalam kondisi dasar, kedua OH-


(Westerhoff et al., dalam Kurniawan, dan •OH bertindak sebagai katalis
Lo, and Chan 2006). Dengan untuk proses ozon dekomposisi
senyawa organik yang memiliki menjadi senyawa antara yang juga
aromatic cincin, O3 diketahui dapat sangat reaktif seperti ion superoksida
memecacah cincin, menghasilkan (O2) dan HO2 • radikal, seperti yang
asam alifatik (Manoharan et al., ditunjukkan pada mekanisme berikut
dalam Kurniawan, Lo, & Chan (Staehelin et al., dalam Kurniawan,
2006). Lo, & Chan 2006) : Reaksi inisiasi:
Pada rentang pH asam, ozon O3 +OH−→ •O2− +HO2• (2)
mengalami serangan elektrofilik Perambatan:
selektif pada bagian tertentu dari O3 +•O2− → •O3− +O2, (3)
senyawa organik yang memiliki pH < 8 ,•O3− +H+↔ HO3•, (4)
ikatan C = C dan / atau cincin pH 8, HO3• → •OH + O2,
aromatik (Gunten dalam Kurniawan, (5)
Lo, and Chan 2006) dan terurai •OH + O3→ HO2• + O2→ HO4
menjadi asam karboksilat dan (6)
aldehida sebagai produk akhir HO4• → HO2• + O2 (7)
(Ikehata & El-Din, dalam HO2• ↔ •O2− +H+, (8)
Kurniawan, Lo, & Chan 2006). Penghentian
Namun, saat terkena pH berkisar HO4• + HO4 • → H2O2 +2O3 (9)
antara 8 sampai, dengan adanya ion HO4 • + HO3• → H2O2 +O3 +O2
OH-, ozon cepat terurai menjadi (10)
lebih reaktif • OH radikal (Al-kadsi
et al dalam Kurniawan, Lo, & Chan Namun, oksidasi melalui
2006), yang memiliki potensi pembentukan • OH radikal dibatasi
oksidasi 2.80V. oleh adanya senyawa tahan-ozon
atau scavengers •OH radikal. Jika pH
O3 + H2O → O2 + 2 •OH
lebih tinggi dari 9, ion bikarbonat
(1)
dikonversi ke ion karbonat, yang
dalam lingkungan basa, banyak merupakan scavenger untuk radikal •
senyawa organik yang lambat untuk OH yang memperlambat laju kinetik
mengoksidasi, dengan ozon tersebut dari reaksi oksidasi (Takeuchi et al.,
dapat cepat mengoksidasi dengan dalam Kurniawan, Lo, & Chan 2006)
•OH radikal, yang dengan cepat (persamaan 11-13).
menyerang sebagian besar molekul • OH + P → produk akhir
target dengan kecepatan kinetic (11)
mulai dari 106 sampai 109 M-1.s- di mana P merupakan scavengers
1
(Rivera & Sances dalam Kurniawan, radikal hidroksil seperti HCO3- dan
Lo, & Chan 2006). •OH radikal CO32-. Beberapa contoh reaksi
adalah spesies yang sangat reaktif, disajikan sebagai berikut
yang dapat mengoksidasi senyawa (Kurniawan, Lo, & Chan 2006):
organik dengan mineralisasi lengkap •OH + CO32−→ OH− +CO3 •−
dengan karbonat sebagai produk (12)
akhir (Hoigne dalam Kurniawan, Lo, •OH + HCO3−→ OH− +HCO3•
& Chan 2006) (13)

8 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol.6, No.1 (2017)

Penyisihan BOD Proses Ozonisasi sebagai reaksi inisiasi. Reaksi


selanjutnya yaitu reaksi perambatan
Tabel 4 atau rekasi rantai, pada reaksi ini
Efisiensi Penyisihan BOD •OH beraksi dengan molekul target
(persamaan 3-8). Ada beberapa zat
organik yang bereaksi dengan •OH
yang menghasilkan radikal kedua
yang tidak menghasilkan superoksid
radikal HO2•/ •O2-. Ini merupakan
penghambat (scavenger) yang
menghentikan rekasi rantai
(Gottschalk et al. 2000). Munter
(2011) juga menambahkan bahwa
serangan oleh OH radikal, dengan
adanya oksigen, memulai kompleks
kaskade reaksi oksidatif yang
mengarah ke mineralisasi senyawa
organik. Rute yang tepat dari reaksi
Gambar 3 ini masih belum cukup jelas.
Grafik Efisiensi Penyisihan BOD Misalnya, senyawa organik
terhapap Dosis Ozon 20, 40, dan terklorinasi, pertama dioksidasi
60 ppm menjadi intermediet, seperti aldehid
Mekanisme penyisihan BOD dan asam karboksilat, dan akhirnya
pada proses ozonasi terjadi reaksi menjadi CO2, H2O, dan ion klorida.
langsung dan tak langsung, saat Karena CO2 dan H2O bukan
reaksi langsung, ozon langsung merupakan polutan, inilah yang
menyerang polutan yang ada pada menyebabkan nilai BOD turun
lindi, reaksi selektif dengan Pada gambar 3 menunjukkan
konstanta laju reaksi lambat. Ozonasi bahwa penyisihan BOD mengalami
langsung adalah penting jika reaksi fluktuasi secara keseluruhan, hal
radikal yang terhambat. Seperti tersebut karena ozon bersifat tidak
halnya jika air tidak mengandung stabil dan terdekomposisi secara
senyawa yang memulai reaksi cepat. Penyisihan terkecil dan
berantai (inisiator) atau jika terbesar terjadi pada saat dosis ozon
mengandung banyak yang 60ppm. Penyisihan terkecil yaitu
mengakhiri reaksi berantai sangat sebesar 10%, dengan waktu
cepat (scavenger). Dengan pengolahan 15menit. Sedangkan
meningkatnya konsentrasi scavenger Penyisihan terbesar terjadi pada
mekanisme oksidasi cenderung jalur menit ke ke 180, yakni 37%.
langsung. Oleh karena itu, kedua Sehingga dapat disimpulkan bahwa
karbon anorganik serta senyawa semakin besar dosis ozon, dan
organik memainkan peran penting. semakin lama waktu pengolahan,
Saat reaksi tak langsung ozon presentase penyisihan BOD juga
bereaksi dengan OH- yang ada pada akan semakin besar. Namun hasil
lindi, dan kemudian menghasilkan penyisihan parameter BOD ini belum
super anion •O2- dan radikal memenuhi Perda Jateng No. 5 Tahun
hidroperoksil HO2• (persamaan 1) 2012 tentang Baku Mutu Air Limbah

9 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol.6, No.1 (2017)

(baku mutu air limbah bagi kegiatan memecah sebagian ikatan dengan
industri atau usaha lainnya yang baik sehingga dapat menguraikan
belum ada baku mutunya). senyawa organik pada limbah.
Namun hasil penyisihan parameter
Penyisihan COD Proses Ozonisasi BOD ini belum memenuhi Perda
Mekanisme penyisihan COD pada Jateng No. 5 Tahun 2012 tentang
proses ozonasi pada prinsipnya sama Baku Mutu Air Limbah (baku mutu
dengan mekanisme penyisihan BOD, air limbah bagi kegiatan industri atau
yakni terjadi reaksi langsung dan tak usaha lainnya yang belum ada baku
langsung, saat reaksi langsung, ozon mutunya).
langsung menyerang polutan yang
ada pada lindi, reaksi selektif dengan Penyisihan TSS Proses Ozonisasi
konstanta laju reaksi lambat.
Berdasarkan penelitian
Tabel 5 Isyuniarto, dkk dalam estikarini
Efisiensi Penyisihan COD (2015), peningkatan penyisihan
partikulat padat (TSS) dikarenakan
radikal hidroksil langsung
bertumbukan dengan zat organik
dalam air limbah sehingga dapat
mengoksidasi parameter pencemar
dalam air limbah. Namun saat
presentase penyisihan TTS menurun,
hal ini menunjukkan ozon (O3)
belum mengikat senyawa organik
lainnya karena sifat ozon (O3) yang
tidak stabil sehingga membutuhkan
elektron untuk menjadi stabil.

Tabel 6
Efisiensi Penyisihan TSS
Gambar 4
Grafik Efisiensi Penyisihan COD
terhadap Dosis Ozon 20, 40, dan
60 ppm
Gambar 4 diatas menunjukkan
terjadinya fluktuasi nilai COD
seiring dengan bertambahnya dosis
ozon dan waktu pengolahan.
Penyisihan terkecil terjadi saat dosis
ozon 60ppm pada menit ke 15
dengan presentase penyisihan yaitu
17%. Sedangkan penyisihan terbesar
terjadi pada menit ke 180 saat dosis
ozon 60ppm, yaitu sebesar 39%. Saat
penurunan nilai COD terjadi, ini
menunjukkan ozon (O3) dapat

10 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol.6, No.1 (2017)

Gambar 5 Tabel 7
Grafik Efisiensi Penyisihan TSS Nilai pH pada Variasi Dosis Ozon
terhadap Dosis Ozon 20, 40, dan dan Waktu Pengolahan
60 ppm

Gambar 5 diatas menunjukkan


terjadinya fluktuasi nilai TSS seiring
dengan bertambahnya dosis ozon dan
waktu pengolahan. Penyisihan
terkecil terjadi saat dosis ozon
20ppm pada menit ke 15 dengan
presentase penyisihan yaitu 10%.
Sedangkan penyisihan terbesar
terjadi pada menit ke 180 saat dosis
ozon 60ppm, yaitu sebesar 37%.
Namun hasil penyisihan
parameter BOD ini belum memenuhi
Perda Jateng No. 5 Tahun 2012
tentang Baku Mutu Air Limbah
(baku mutu air limbah bagi kegiatan
industri atau usaha lainnya yang Gambar 6
belum ada baku mutunya). Pengaruh pH pada Variasi Dosis
Dari pengolahan yang telah Ozon
dilakukan, nilai BOD, COD, maupun
TSS belum memenuhi baku mutu Berdasarkan tabel 7 diatas, dapat
yang ada. Belum maksimalnya dibuar grafik pengeruh dosis zon
terhadap pH (gambar 4.6). Dari
pengolahan lindi pada proses ini
disebabkan oleh beban pencemar gambar tersebut dapat dilihat bawha
yang terlalu tinggi. Sehingga pH pada variasi dosis 20ppm cukup
kemampuan radikal hidroksil yang rendah yaitu pada rentang 6,49-7,23.
terbentuk sulit untuk mendegradasi Sedangkan pada dosis 40 dan 60
senyawa organik secara keseluruhan. ppm, pH cukup tingi yaitu pada
rentang 7,83-8,43. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin lama
Pengaruh pH Proses Ozonisasi
Proses degradasi zat organik proses pengolahan, maka pH lindi
memliki hubungan erat dengan akan mengalami kenaikan. Begitu
pula dengan peningkatan dosis, dosis
kondisi pH. Penelitian terdahulu
menyebutkan oksidasi yang semakin besar, maka pH lindi
micropollutants pada air limbah pun akan lebih besar pula.
sintetis tanpa buffer akan Reaksi kimia yang terjadi saat
meningkatkan nilai pH dan ozonasi dengan dosis 40ppm dan
kecepatan reaksi (Adams, 1990; 60ppm pada menit 0 hingga menit ke
Heil et al., 1991; Gilbert, 1991 30 dapat dilihat pada persamaan (4),
dalam C. Gottschalk, 2000). Berikut sedangkan pada menit 60 hingga
disajikan grafik pengaruh dosis menit ke 180 pada persamaan (5).
terhadap pH lindi dengan variasi Oksidasi melalui pembentukan •OH
waktu pengolahan. radikal dibatasi oleh adanya senyawa

11 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol.6, No.1 (2017)

tahan-ozon atau scavengers •OH sedangkan dosis 60 ppm turun


radikal. hingga 863mg/L yaitu sebesar 74%.
Sedangkan parameter TSS awalnya
Efisiensi Penyisihan BOD, COD, 565mg/L, setelah dikoagulasi turun
dan TSS pada proses Kombinasi menjadi 472mg/L, yaitu 16%. Pada
Koagulasi Flokulasi dan Ozonisasi ozonasi dosis 40ppm, setelah 180
Berdasarkan hasil penelitian menit, turun sebesar 46% yaitu
yang telah dilakukan diketahui menjadi 307mg/L. Pada ozonasi
bahwa dosis koagulan terbaik yaitu dosis 60ppm, setelah 180 menit turun
pada dosis 16g/L. Untuk dosis ozon menjadi 296mg/L yaitu sebesa 48%.
20 ppm, sampel awal lindi memiliki
nilai BOD 2.083 mg/L, kemudian KESIMPULAN
setelah dikoagulasi turun menjadi 1. Dosis optimum koagulan
1.029mg/L yaitu sekitar 51% dan alumunium sulfat untuk
dilanjutkan dengan ozonasi, nilainya pengolahan lindi TPA Jatibarang
turun hingga 685 mg/L pada menit adalah 16g/L, dengan efisiensi
ke 120, namun pada menit ke 180 penyisihan parameter BOD
menjadi 786 mg/L, efisiensi sebesar 57%, COD sebesar 61%
penyisihannya yaitu 62%. Sedangkan dan TSS sebesar 16%. Pada dosis
COD nilai awalnya 2.997 mg/L turun 18g/L penyisihan parameter BOD,
menjadi 1.399mg/L setelah COD, dan TSS yang terjadi lebih
dikoagulasi, yaitu sekitar 53%, baik, namun nilai pH turun hingga
setelah di ozonasi turun hingga 899 berada dibawah baku mutu. Oleh
mg/L pada menit ke 120, namun sebab itu, dosis optimum yang
pada menit ke 180 1.024 mg/L yakni dipilih adalah 16g/L.
66%. Untuk parameter TSS lindi
memiliki nilai 490mg/L turun 2. Karakteristik lindi yang telah
menjadi 423mg/L yaitu sebesar 14% dikoagulasi flokulasi dengan dosis
setelah dikoagulasi, kemudian optimum belum memenuhi
diozonasi turun hingga 340 mg/L standar baku mutu Peraturan
pada menit 120, dan pada menit 180 Daerah Provinsi Jawa Tengah
memiliki nilai 353mg/L yaitu 28%. Nomor : 5 Tahun 2012 Lampiran
Pada dosis ozon 40 ppm dan 60 IX Golongan I oleh karena itu
ppm, nilai BOD awal lindi yaitu diperlukan proses ozonasi sebaai
1.944mg/L kemudian turun 49% lanjutannya. Hasil penelitian
yakni menjadi 992mg/L setelah didapatkan bahwa presentase
dikoagulasikan. Kemudian setelah penyisihan terbaik saat
diozonasi 180 menit turun 66%, menggunakan dosis ozon 60ppm
yaitu menjadi 663mg/L, pada dosis dengan waktu pengolahan
40ppm, sedangkan pada dosis 60 180menit dengan efisiensi
ppm turun 68% yaitu menjadi penyisihan parameter BOD, COD,
625mg/L. Sementara untuk dan TSS adalah 37%, 39% dan
parameter COD nilai awalnya yaitu 37%.
3.333mg/L turun menjadi 1.408mg/L 3. Efisien penyisihan BOD, COD
yakni 58% setelah dikoagulasi. Pada dan TSS dengan pengolahan
dosis 40ppm setelah diozonasi koagulasi-flokulasi dengan dosis
180menit nilai COD turun hingga optimum koagulan dan
73% yaitu menjadi 872mg/L,

12 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol.6, No.1 (2017)

dilanjutkan dengan ozonasi pada and Waste Water. 2000.


dosis 60ppm pada waktu Ozonation of Water and Waste
pengolahan 180menit adalah Water. Weinheim: Wiley-Vch.
sebesar 68% , 74%, 48%. Hal ini Ince, M, E Senturk, G Onkal Engin,
menunjukkan bahwa semakin and B Keskinler. 2010. “Further
besar dosis ozon yang diberikan Treatment of Landfill Leachate
dan semakin lama waktu by Nano Fi Ltration and Micro
pengolahan maka penyisihan Fi Ltration – PAC Hybrid
senyawa organik akan semakin Process.” 255: 52–60.
besar pula. Kurniawan, Tonni Agustiono, Wai-
hung Lo, and G Y S Chan.
DAFTAR PUSTAKA 2006. “Radicals-Catalyzed
Alaerts, G; Santika. Metode Oxidation Reactions for
Penelitian Air. 1984. Usaha Degradation of Recalcitrant
Nasional: Surabaya Compounds from Landfill
Ali, Mohammad, Babak Tavakoli, Leachate.” 125: 35–57.
Naz Chaibakhsh, and Ali Reza. Li, Wei et al. 2010. “Treatment of
2016. “Use of a Plant-Based Stabilized Land Fi Ll Leachate
Coagulant in Coagulation – by the Combined Process of
Ozonation Combined Treatment Coagulation / Fl Occulation and
of Leachate from a Waste Powder Activated Carbon
Dumping Site.” Ecological Adsorption.” DES 264(1–2):
Engineering 90: 431– 56–
37.http://dx.doi.org/10.1016/j.ec 62.http://dx.doi.org/10.1016/j.de
oleng.2016.01.057. sal.2010.07.004.
Crittenden, John C et al. 2012. Ntampou, X, and A I Zouboulis.
“Coagulation and Flocculation.” 2006. “Appropriate
In MHW’s Water Treatment Combination of Physico-
Principle and Design, Canada: Chemical Methods (
Jhon Wiley & Sons. Coagulation / Flocculation and
Davis, Mackenzie L. 2010. Ozonation ) for the Efficient
Wastewater Engineering Design Treatment of Landfill
Principle and Practice. New Leachates.” 62: 722–30.
York : McGrawiHill Nugroho, Rudi, Ikbal. 2005.
Dom, R, Teresa Gonz, Hector M Pengolahan Air dan Penerapan
Garc, and S Francisco. 2007. Teknologi Lingkungan.163-172
“Aluminium Sulfate as . Spellman, Frank R, and R Frank.
Coagulant for Highly Polluted 2003. Handbook of Water and
Cork Processing Wastewaters : Wastewater Treatment Plant
Removal of Organic Matter.” Library of Congress
148: 15–21. Cataloging-in-Publication
Data. Florida: Lewis.
Estikarini, Hutami Dinar. 2015.
Penurunan kadar COD dan TSS
pada limbah tekstil dengan
metode ozonasi.
Gottschalk, C, J A Libra, A Saupe,

13 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing

Anda mungkin juga menyukai