Anda di halaman 1dari 14

Tugas Infrastruktur Pengelolaan Sampah Domestik

Dosen Pengampu:
Ir. Intan Supraba, S.T., M.Sc., Ph.D., IPM., ASEAN.Eng.

Review Journal
IDENTIFIKASI POLA
PERSEBARAN AIR LINDI
(LEACHETE) DI TPST
PIYUNGAN MENGGUNAKAN
METODE GEOLISTRIK DAN
PEMETAAN TOPOGRAFI
Penulis: Hana Aulia Kusumawati
Simposium Nasional Teknologi Infrastruktur Abad ke-21

oleh: Niesa Hanum Mistoro


21/486489/PTK/14190
PENDAHULUAN
Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST)
PIYUNGAN

600 ton/hari
Luas area sebesar 12,5 ha dan kapasitas tampungan sampah sebesar 2,7
juta m3.
Jumlah total sampah hingga tahun 2019 mencapai 600 ton/hari dari 3
sampah ditampung
wilayah yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul
Metode Pengolahan Sampah Controlled Landfill. Air Lindi diproses dengan
aerasi dan anaerob. Namun air effluent masih mengandung COD dan BOD
melampaui Baku Mutu Air Limbah.
Air lindi dari geomembrane dialirkan melalui drainase di bawah TPST ke bak
pengendapan kemudian dialirkan ke anaerob

Kolam Maturasi
Bak Kolam Anaerob Kolam Aerasi
mereduksi BOD, COD,
Pengendapan mereduksi BOD transfer oksigen
bakteri E. Coli, & SS.
PENDAHULUAN

Berikut penjabaran tentang Instalasi pengolahan lindi di TPST Piyungan terdiri dari :
a. Housing I, mempunyai ukuran panjang 3 m, lebar 3 m
b. Housing II, mempunyai ukuran panjang 10 m, lebar 4 m
c. Bak Oksidasi dan Pengendapan, ukuran panjang 15 m, lebar 8 m, dalam 4 m
d. Kolam Anaerob, mempunyai ukuran panjang 24,7 m lebar 11,9 m dalam 8,5 m
f. Kolam Maturasi I, mempunyai ukuran panjang 25 m, lebar 7 dan 11 m, dalam 4 m
g. Kolam Maturasi II, memunyai ukuran panjang 23 m, lebar 8,5 dan 11 m, dalam 4 m
h. Kolam Aerasi I, mempunyai ukuran panjang 14,8 m lebar 11 m, dalam 3 m
i. Kolam Aerasi II, mempunyai ukuran panjang 14,6 m lembar 11 m, dalam 3 m
j. Kolam Aerasi III, memunyai ukuran panjang 13 m, lebar 11 m, dalam 3 m

Sistem pengolahan air lindi di TPST Piyungan masih belum dapat berjalan dengan Unit pengolah leachate di TPA Piyungan
optimal. Kadang banyak sampah yang masuk ke dalam kolam dan banyaknya gas Yogyakarta berupa aerated lagon.
sumber: https://media.neliti.com/
methan serta amoniak dalam udara di lingkungan Instalasi pengolahan lindi. Selain itu
kondisi air lindi yang dibuang di outlet masih mengandung BOD dan COD dengan
kadar yang sering melampaui NAB Baku Mutu Air Limbah. (sumber:
https://www.dlhk.jogjaprov.go.id/)
AIR LINDI
DEFINISI
Air lindi adalah suatu cairan yang dihasilkan dari pemaparan air
hujan di timbunan sampah yang membawa materi tersuspensi dan
terlarut dari produk degradasi sampah.

KANDUNGAN
Karakteristik dari cairan air lindi tergantung dari proses yang terjadi
di setiap TPA seperti jenis timbunan sampah, jumlah curah hujan di sumber: https://www.dlhk.jogjaprov.go.id/
daerah TPA, serta dapat pula pengaruh umur dari tumpukan
sampah yang berhubungan dengan proses dekomposisinya. (Ali, Cairan ini sangat berbahaya dan beracun bagi lingkungan karena
2011) mengandung konsentrasi senyawa organik maupun senyawa
Menurut penelitian Daryat (2017), umumnya toksisitas cairan ini anorganik tinggi. Cairan lindi dapat mengandung unsur logam,
berasal dari kandungan senyawa organik (hidrokarbon dan sulfat), seperti seng (Zn) dan raksa (Hg). Selain mengeluarkan bau busuk
anorganik (natrium, kalium, kalsium, magnesium, klor, ortofosfat, yang berasal dari hidrogen sulfida, Dalam penelitian oleh Sartohadi
fenol, dan logam berat beracun), serta sejumlah bakteri patogen (2005) di sekitar TPA Piyungan turut memperjelas bahwa air lindi
yang terkandung di dalamnya. Selain itu, beberapa genus bakteri mengandung zat padat halus, yaitu ortofosfat dan seng. Unsur
aerob yang dapat muncul di dalamnya, yaitu streptococcus, kimia ini mudah bereaksi di dalam air dan menjadi penyebab utama
escherichia, pseudomonas, dan proteus. Cairan tersebut juga pencemaran sumber air dalam tanah. Konsentrasi dari komponen-
dapat mengandung mikrob parasit, seperti kutu air (Sarcoptes sp) komponen tersebut dapat mencapai 1000–5000 kali lebih tinggi
yang menyebabkan gatal-gatal di kulit. daripada konsentrasi di dalam air tanah.
KUALITAS
Menurut Adam (2015) Ali (2011) dan Purwanti (2014), faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kualitas air lindi:
Keberagaman komposisi, sejalan dengan keberagaman kualitas air lindi
akan sangat tinggi apabila komposisi sampah didominasi oleh sampah
yang mudah membusuk.
Waktu dekomposisi, kualitas gas dan cairan yang terbentuk juga sangat
bergantung pada waktu dekomposisi sampah. Kandungan bahan organik
serta bahan pencemar di air lindi yang masih baru lebih tinggi
dibandingkan dengan air lindi yang telah lama dalam landfill. Pada tahap
awal akan banyak dijumpai senyawa organik dengan berat molekul yang sumber: detik.com
kecil, yaitu Chemical Oxygen Demand (COD), Biological Oxygen Demand
Kelembapan landfill, sangat penting untuk proses
(BOD), dan amonia yang terkandung di dalam cairan itu. Namun,
biodegradasi sampah dan dalam proses pelarutan
senyawa-senyawa tersebut akan mengalami perubahan secara bertahap
pencemar. Kualitas cairan air lindi dari timbunan
pada tahun-tahun berikutnya. BOD berkurang lebih cepat dibandingkan
sampah di daerah beriklim kering akan lebih baik jika
dengan COD, karena BOD tersusun dari zat organik yang mudah
dibandingkan dengan dari sampah yang ditimbun di
terdekomposisi oleh berbagai bakteri yang ada di TPA. Nilai BOD dan
daerah beriklim basah. Selain itu, infiltrasi air hujan
COD yang rendah membuat pengolahan cairan ini sulit dilakukan secara
juga dapat menambah kelembapan.
biologis.
Ketersediaan oksigen, unsur ini diperlukan bagi
Suhu lingkungan, suhu berpengaruh terhadap perkembangan
sampah yang mudah terdekomposisi dan
mikroorganisme dan keberlangsungan reaksi kimia. Suhu yang dingin di
keberadaannya di landfill anaerobik hanya terbatas
sekitar landfill akan mengurangi produksi cairan tersebut dan dapat
pada fase awal.
menghambat beberapa reaksi kimia di dalamnya.
DAMPAK
Masalah yang sering terjadi yaitu yang berkaitan dengan kesehatan dan
lingkungan seperti bau dan pencemaran air lindi. Selain itu, gas metana dari
landfill yang tidak dimanfaatkan dengan baik akan menyebabkan efek
pemanasan global, bahkan dapat meledak jika mampat di dalam tanah. Hal
inilah yang menyebabkan diperlukan adanya unit pengolahan air lindi dan
biogas yang baik dalam sistem landfill.

Menurut Sembiring dan Muntalif (2017) selain itu juga dapat terjadi dampak
pada pencemaran air permukaan dan air bawah tanah yang berada di
sekitarnya, karena umumnya cairan itu mengandung nilai BOD sebesar
2.000–30.000 mg/L dan COD 3.000–60.000 mg/L. Beberapa kasus
pencemaran air lindi di Indonesia yang berhasil dicatat oleh Usman dan
sumber: wikipedia
Santosa (2017) adalah puluhan tambak udang yang gagal panen di kawasan
Cilincing, Jakarta Utara, pencemaran sumur warga di sekitar TPA Bantar
Gebang, dan pencemaran aliran Kali Asem.
LANDASAN TEORI

TOPOGRAFI FOTOGRAMETRI

Peta topografi terdiri dari beberapa garis kontur yang merupakan suatu bidang keilmuan dan teknologi untuk
merepresantisakan ketinggian pada area penelitian. Garis kontus memperolah informasi yang dapat dipercaya pada
adalah kombinasi dari dua segmen garis yang berhubungan tetapi suatu objek fisik dan keadaan disekitarnya dengan
tidak berpotongan yang menunjukkan titik elevasi. Garis kontur melakukan proses perekaman, pengamatan,
diukur dari suatu titik ketinggian acuan yang diambil dari pengukuran, dan interpretasi citra geografis dalam
permukaan air laut rata-rata. Setiap garisnya memiliki interval jarak tertentu melalui bantuan gelombang
tertentu tergantung dari skala peta, relief dan tujuan penggunaan elekreomagnetik.
peta.

METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS


FOTO UDARA metode geolistrik yang digunakan untuk
merupakan gambar yang didapatkan dari hasil survei udara menggambarkan kondisi bawah permukaan dengan
dengan melakukan pemotretan lewat udara pada daerah tertentu. cara menginjeksikan aliran listrik ke permukaan tanah
Foto udara menghasilkan rekaman detail permukaan bumi yang melalui elektroda arus. Penjalaran arus kontinyu
dipengaruhi beberapa faktor ketinggian terbang pesawat, waktu melewati suatu medium homogen.
pemotretan, dan fokus lensa kamera.
METODOLOGI
Pengambilan sampel lapangan dilakukan pada tanggal 16 - 20
Juli 2020 di TPST Piyungan.

Pengambilan data di lapangan berupa nilai elevasi secara aerial


mapping dengan menggunakan drone serta data resistivitas
menggunakan metode geolistrik konfigurasi Schlumberger dan
dipole-dipole.

Pada Lokasi ini terdapat 2 Jenis Pengukuran Geolistrik: 1)


Lintasan Dipol-Dipol dengan hasil berupa data sayatan 2
dimensi @ 4 lintasan, 2)Titik Pengukuran Schlumberger dengan
hasil berupa profil litologi geolistrik @ 10 titik

Data-data fotogrametri didapat dari GCP dan ICP tersebut


kemudian diolah menggunakan Agisoft Metashape
Professional untuk menghasilkan Digital Terrain Model (DTM),
Peta Orthopoto, peta topografi, dan peta lereng. Akuisisi data
foto udara terdiri dari 5 titik ICP dan 5 titik GCP yang tersebar di
sekitar TPST Piyungan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan peta DTM menunjukkan tingginya tumpukan


sampah yang melebihi kapasitas TPST Piyungan hingga
mencapai >30 m yaitu dengan ketinggian elevasi tumpukannya
sekitar 88,75 - 125,73 m.

Hasil peta kemiringan lereng mengindikasikan bahwa bagian


barat laut dan timur laut memiliki tingkat kemiringan lereng
yang laindai yang mengindikasikan arah aliran air lindi. Hasil ini
sejalan dengan hasil dari metode geolistrik Schlumberger
dimana pada titik 7 ditemukan nilai resisvitas yang kecil pada
kedalaman 40 - 60 meter di bawah permukaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa korelasi penampang 1D dan 2D menunjukkan bahwa


kontaminasi air lindi telah mencemari lapisan Batupasir di
bawah TPST Piyungan dan mengarah ke Barat hingga
kedalaman yang besar.

Batupasir memiliki porositas dan permeabilitas yang tinggi


sehingga memudahkan air lindi terinfiltrasi dan menyebar di
lapisan tersebut pada nilai kedalaman yang cukup besar.
Sementara pada titik 6 yang terletak di bagian Timur TPST, air
lindi mengontaminasi lapisan Tuff dan Batupasir pada
kedalaman yang dangkal. Selain itu didapatkan juga tinggian
tumpukan sampah yang mencapai 40 meter. Pengujian kualitas
air akan dilakukan pada beberapa sumur dangkal di bagian
barat serta sumur kontrol di area TPST Piyungan.
KESIMPULAN

Hasil analisa pola persebaran dengan metode topografi dan


metode geolistrik disimpulkan terjadi kontaminasi air lindi di
bawah permukaan TPST Piyungan akibat rusaknya lapisan
geomembran atau bocornya saluran air lindi di bawahnya.

Air lindi mengontaminasi lapisan Tuff dan Batupasir hingga


kedalaman 100 m di bawah permukaan.

Menurut peta kemiringan lereng dan peta kontur yang


dikorelasikan dengan metode geolistrik didapatkan arah
persebaran air lindi yang mengarah ke Utara, Barat, Barat Laut,
dan Timur Laut TPST Piyungan, yang juga merupakan area
perkampungan dan persawahan warga yaitu Desa Bawuran dan
Desa Sitimulyo.
OPINI DAN PERTANYAAN
Bagaimana bisa air lindi mencemari air tanah, apakah berarti ada
INFO:
kebocoran dalam pengelolaannya atau bagaimana?
TPA Piyungan atau Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST)
Pengecekan pada bulan Juli 2020, pada saat itu musim
Piyungan, dibangun pada tahun 1994-1996 dan mulai beroperasi
kemarau/kering apakah berpengaruh pada penelitian dengan
sejak tahun 1996 dan pengelolaannya dilakukan oleh Pemda DIY
metode geolistriknya jika itu terjadi waktu musim hujan? Apakah
dan mulai Tahun 2000 dikelola oleh Sekretariat Bersama (Sekber)
berarti kedalaman lebih dangkal dan penyebaran menjadi lebih
Kartamantul berdasarkan Keputusan Gubernur No. 18. Tahun 2000.
luas?
sumber: http://dlhk.jogjaprov.go.id/
Apakah pembangunan TPA Piyungan sebelumnya sudah memenuhi
syarat peraturan yang ada waktu itu? Jika kemudian diubah menjadi
TPST sesuai ketentuan Permen PU 2013 yang mengharuskan
ditiadakannya sistem open dumping/TPA, kemudian diubah
menjadi TPST apakah sudah memenuhi persyaratan yang ada?
sumur yang digunakan untuk kontrol atau pantau kualitas air pada
penelitian ini apakah menggunakan sumur pantau DLH atau sumur
warga?
apakah perlu dilakukan juga pengujian kualitas air sumur yang
diindikasikan tidak tercemar air lindi (selain bagian Utara, Barat,
Timur laut) sehingga bisa memastikan kalau sumur tersebut
tercemar akibat air lindi nya TPST Piyungan?
Adam, Gary Alfrits Muntu (2015). "Analisis Pengaruh Sifat Fisik-Kimia Sampah terhadap Reduksi Volume Sampah dan Karakteristik Air Lindi
dalam Bioreaktor Landfill Aerobik dan Anaerobik". Tesis. Universitas Indonesia.

Ali, Munawar (2011). Rembesan Air Lindi (Leachate): Dampak Kepada Tanaman Pangan dan Kesehatan. Surabaya: Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Jawa Timur Press. ISBN 978-602-9372-44-

Daryat, Fikri, dkk (Maret 2017). "Analisis Kualitas Air Lindi Asal Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kota Pekanbaru Berdasarkan
Parameterbiologi, Fisika, dan Kimia". Jurnal Riau Biologia. 2 (1). ISSN 2527-6409.

Purwanti, Heny (Desember 2014). "Kajian Dampak Saluran Lindi terhadap Lingkungan Ditinjau dari Aspek Pengoperasian TPA Galuga (Studi
Kasus: TPA Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)". Jurnal Teknologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan. 1 (25). ISSN 1411-
5972.

Sartohadi, dkk (Juli 2005). "Penyebaran Air Tanah Bebas Tercemar Air Lindi di Sekitar TPA Piyungan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta". Forum Geografi. 19 (1). ISSN 2460-3945.

Sembiring, Elsa Try Julita; Muntalif, Barti Setiani (Oktober 2011). "Optimasi Efisiensi Pengolahan Lindi dengan Menggunakan Constructed
Wetland". Jurnal Teknik Lingkungan. 17 (2). ISSN 0854-9796.

Usman, Sarip; Santosa, Imam (Oktober 2014). "Pengolahan Air Limbah Sampah (Lindi) dari TPA (Tempat Pembuangan Akhir Sampah)
Menggunakan Metode Constructed Wetland". Jurnal Kesehatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tanjung Karang. 5 (2). ISSN 2548-
5695.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai