NIM : 21/486489/PTK/14190
Mata Kuliah : Teknik Konservasi KA dan Lingkungan
Tugas : Summary Journal
Dalam beraktivitas sehari-hari dalam suatu ruangan, manusia dapat terpapar suatu kelompok
senyawa organic yaitu Volatile Organic Compounds (VOC). Barang-barang yang ada dalam rumah
seperti material bangunan rumah, cat, furniture, produk-produk pembersih dan bahkan kosmetik
merupakan sumber potensial adanya VOC. Produk semacam itu dapat mengeluarkan VOC dalam
bentuk gas yang kemudian tanpa sadar sering kita hirup. Pada beberapa pengujian terakhir
menyebutkan bahwa VOC ternyata dapat menyebabkan dampak pada kesehatan termasuk iritasi
sensorik (sensory irritation), gejala pernapasan (respiratory symptoms), dan bahkan sampai kanker.
Definisi VOC
Senyawa Organik (Organic Compunds) didefinisikan sebagai senyawa kimia yang mengandung
setidaknya satu atom karbon dan atom hidrogen dalam struktur molekulnya. Berbeda dengan polutan
anorganik, senyawa organik terbentuk dari berbagai jenis karbon, termasuk berbagai macam
hidrokarbon alifatik, hidrokarbon aromatik, sikloalkana, terpena, alkohol, glikol, aldehida, keton,
halokarbon, asam, dan ester. Formaldehida juga merupakan bagian VOC, tetapi sering dianggap
terpisah, terutama karena tidak seperti kebanyakan VOC, formaldehida adalah senyawa reaktif polar
yang tidak dapat dideteksi dengan kromatografi gas.
Tabel 1. Sistem klasifikasi untuk polutan organik dalam ruangan dari WHO
Kelompok Titik Didih oC
VVOC – very volatile organic compounds < 0 to 50-100
VOC – volatile organic compounds 50-100 to 240-260
SVOC – semi volatile organic compounds 240-260 to 380-400
POM – organic compounds associated with >380
particulate matter
VOC yang merupakan salah satu jenis senyawa organic mempunyai potensi sebagai polutan yang ada
di udara baik dalam ruangan maupun luar ruangan dengan kriteria spesifik yaitu memiliki titik didih
berkisar antara 50 °C dan 260 °C. Titik didih yang relatif rendah memungkinkan penguapan atau
sublimasi VOC dari fase padat ke gas. Jumlah VOC yang terdeteksi di udara dalam ruangan biasanya
lebih tinggi daripada di udara pada luar ruangan.
Sumber dan Konsentrasi
Sumber paparan yang paling signifikan VOC biasanya pada kondisi dalam ruangan yang berasal dari
bahan bangunan, produk rumah tangga, dan produk kecantikan. VOC yang paling sering ada di dalam
ruangan yaitu aseton, alkohol, benzena, kloroform, p-diklorobenzena, etilena glikol, formaldehida,
limonene, fenol, metilen klorida, stirena, tetrakloroetilen, toluena, trikloroetilen, dan xilena. Dalam
pengujian terhadap 1159 produk rumah tangga, 31 spesimen VOC diperiksa, dengan hasil yaitu
toluena, xilena, dan metilen klorida ditemukan di 40% produk yang diuji. Sementara sumber paparan
pada luar ruangan terutama emisi kendaraan dan gas hasil industri. VOC bisa juga dalam minyak bumi,
seperti kelompok benzena, toluena, etil benzena dan xilena, yang biasa disebut sebagai BTEX, yang
dapat berkontribusi juga pada pencemaran dalam ruangan dengan infiltrasi ke dalam bangunan.
Selain dilihat dari sumber yang berpotensi memancarkan VOC, konsentrasi VOC di udara dalam
ruangan juga tergantung pada berbagai faktor fisik. Faktor-faktor tersebut berpengaruh pada tingkat
VOC yang dipancarkan dari setiap sumber, jumlah sumber, dan parameter iklim dalam ruangan
seperti suhu, kelembaban, dan luasan ventilasi. Durasi emisi juga sangat bervariasi. Bahan basah
seperti cat dan perekat memancarkan sebagian besar VOC selama beberapa jam atau hari pertama
setelah pengaplikasian. Bahan material bangunan yang cenderung kering, seperti produk lantai dan
langit-langit serta produk kayu, cenderung mengeluarkan VOC pada tingkat rendah untuk waktu yang
lebih lama, biasanya mingguan hingga tahunan.
Carcinogenic Effects
Beberapa VOC telah diklasifikasikan sebagai karsinogenik atau mutagenik. Formaldehida, benzena,
dan vinil klorida disebut bersifat karsinogenik bagi manusia. Sejumlah VOC termasuk 1,3-butadiena,
benzil klorida, tetrakloroetilen, trikloretilen diklasifikasikan juga sebagai penyebab kemungkinan
karsinogen pada manusia. Formaldehida telah diklasifikasikan sebagai karsinogen pada manusia oleh
The Internatioanl Agency for Research on Cancer (IARC) pada tahun 2004. IARC menyatakan, ada
cukup bukti bahwa formaldehida menyebabkan kanker nasofaring pada manusia, juga sedikit bukti
menyebabkan kanker rongga hidung dan sinus paranasal dan bukti yang kuat tetapi tidak cukup
menyebabkan leukemia.
Formaldehida adalah salah satu dari sedikit VOC yang pedoman batasan penggunaan dalam ruangan
telah ditetapkan di beberapa negara. Misalnya, Health Canada telah memperkenalkan nilai pedoman
(dengan acuan paparan 8 jam) untuk paparan di dalam rumah terhadap formaldehida, berdasarkan
studi kasus yang dilakukan oleh Rumchev pada tahun 1999 dengan nilai batasan ditetapkan sebesar
50 µg m3. Baru-baru ini, nilai batasan dengan acuan paparan 30 menit sebesar 100 µg m 3 untuk
formaldehida direkomendasikan oleh Komite Efek Medis Polutan Udara di Inggris.
Dengan aplikasi pedoman VOC dalam ruangan telah ditetapkan oleh berbagai negara dan organisasi.
Hasil dari peraturan ini tentunya berpengaruh pada pengurangan kadar VOC dan dampaknya bagi
kesehatan, sebuah penelitian baru-baru ini di Amerika Utara melaporkan penurunan yang signifikan
dalam ruangan dari berbagai VOC selama dekade terakhir. Pengurangan ini dikaitkan dengan
kombinasi peningkatan peraturan di AS, seperti Undang-Undang Udara Bersih 1990 yang
menghasilkan pengurangan emisi untuk VOC tertentu dan perubahan dalam proses industri untuk
menggunakan senyawa yang lebih sedikit beracun dalam produk konsumen.
The Future
Penggunaan bahan kimia yang mengandung VOC kemungkinan akan terus berlanjut di masa depan
sehingga kemungkinan semakin banyak individu akan terpapar VOC setiap harinya. Menggalakan
perhatian dan kesadaran yang tepat tentang potensi dampak kesehatan VOC dalam keadaan ini
sangat penting. Walaupun masih banyak hal yang belum diketahui pada bidang VOC dan polusi udara
dalam ruangan secara umum. Kita harus sadar bahwa ketidakpastian seperti itu tidak membuat
keengganan untuk mengatasi masalah-masalah sulit seputar VOC dan polusi udara dalam ruangan.
Sehingga dapat mengurangi risiko terhadap kesehatan masyarakat. Penelitian lebih lanjut untuk
meningkatkan pemahaman kita tentang hubungan antara VOC dan efek kesehatan perlu terus
dilakukan.
Sumber: renesas.com
Judul Degradation of organometallic pollutants of distillery wastewater
by autocthonous bacterial community in biostimulation and
bioaugmentation process
Authors Sonam Tripathi, Pooja Sharma, Ram Chandra
Published Bioresource Technology ScienceDirect 338 (2021) 125518
Catatan Penting:
Air limbah penyulingan sangat tercemar oleh polutan organometalik.
Konsorsium bakteri dan proses bioaugumentasi sangat efektif.
Teknik ini dapat digunakan pada skala industri untuk detoksifikasi pencemaran lingkungan.
Industri telah menjadi tokoh utama dalam perekonomian nasional banyak negara maju; namun
sayangnya, Industri juga masih menjadi sumber utama pencemaran lingkungan, terutama
pencemaran limbah cair. Dengan banyaknya penelitian yang menunjukkan bahwa toksisitas dari
limbah industri yang tinggi, banyak dari jenis-jenis limbah industri telah diklasifikasikan sebagai
polutan prioritas yang perlu ditangani oleh beberapa institusi seperti the US Environmental Protection
Agency (USEPA), World Health Organization (WHO), and Agency for Toxic Substances and Disease
Registry (ATSDR).
Saat ini, ada 319 titik air limbah penyulingan di India yang menghasilkan sekitar 3,25 x 109 L alkohol
dan 40,4x1010 liter air limbah setiap tahunnya.
Biological Agents dianggap sebagai alternatif yang lebih efisien untuk pengolahan yang lebih ramah
lingkungan dalam mencegah pencemaran dengan praktik bioremediasi. Dalam aplikasinya konsorsium
mikroba yang digunakan lebih baik untuk bioremediasi daripada menggunakan bakteri satu jenis,
karena keragaman konsorsium meningkatkan jumlah jalur katabolik yang tersedia untuk biodegradasi,
yang meningkatkan efisiensi penghilangan toksik.
Namun, detoksifikasi dan degradasi air limbah industri yang kompleks melalui konsorsium bakteri
sejauh ini belum dipelajari dengan baik karena kompleksitasnya. Bioaugmentasi, yang melibatkan
penambahan bahan mikroba pendegradasi polutan ke daerah yang terkontaminasi, dan biostimulasi,
yang memerlukan perbaikan kandungan nutrisi tanah untuk mendorong pertumbuhan mikroba dan
dekomposisi polutan, keduanya telah menjadi pendekatan yang lebih efektif untuk digunakan.
Biostimulation study
Pada proses biostimulasi, terlebih dahulu sampel air limbah (100 ml) dimasukkan ke dalam labu takar
250 ml dan ditambah dengan 1,0 g glukosa dan 0,5 g pepton. Kemudian Labu takar yang berisi sampel
sudah terkontrol, diinkubasi pada suhu 37 ± 1 oC dalam kondisi dikocok pada 120 rpm. Sampel
dikumpulkan pada setiap interval 24 jam selama inkubasi dan disentrifugasi pada 6.000 × g selama 10
menit pada 4 oC untuk pengukuran efisiensi dekolorisasi.
Statistical analysis
Setiap percobaan dilakukan dalam rangkap tiga untuk mencegah error.
Enzyme activities
Dalam proses dekolorisasi, enzim lignolitik berperan penting dalam proses dan polimerisasi
melanoidin yang mengandung air limbah penyulingan. Enzim MnP ditemukan dominan pada tahap
awal degradasi melanoidin selama proses biostimulasi dan bioaugmentasi. Aktivitas MnP tercatat
tertinggi pada 168 jam (3,8 /ml.min), di mana aktivitas lakase pada 144 jam inkubasi terdeteksi
maksimum (2,39 U m/L.min) untuk dekolorisasi melanoidin (70-90%). Selanjutnya, MnP ditemukan
enzim dominan selama tahap awal pertumbuhan bakteri. Hal ini menunjukkan kontribusi langsung
terhadap proses degradasi dan dekolorisasi air limbah penyulingan seperti yang ditunjukkan pada Fig
2.
Morphological view of bacterial community and UV–Vis analysis
Analisis sampel biostimulasi mengungkapkan keragaman komunitas bakteri (lihat gambar tambahan).
Penambahan nutrisi meningkatkan komunitas bakteri.
Produksi aktivitas enzim ligninolitik yang berbeda dapat digunakan sebagai alat biologis untuk
degradasi air limbah penyulingan setelah pengolahan sekunder. Pengukuran degradasi senyawa
organik oleh GC-MS, UV-Vis, dan HPLC, analisis dikonfirmasi dengan menggunakan konsorsium bakteri
(Klebsiella pneumoniae strain AS7 [MF278771] dan Klebsiella pneumoniae strain AS1 [MF278772.1]
dan Enterobacter cloacae (IITRCS10) terbukti meningkat. Dengan demikian, penelitian ini
menyimpulkan bahwa biostimulasi dan bioaugmentasi aman bagi lingkungan dan inovatif.