Anda di halaman 1dari 12

Nama Lengkap : Niesa Hanum Mistoro

NIM : 21/486489/PTK/14190
Mata Kuliah : Teknik Konservasi KA dan Lingkungan
Tugas : Summary Journal

Judul Volatile Organic Compunds: Do they present a risk to our


health?
Authors Krassi Rumchev, Helen Brown, and Jeffery Spickett
Published Reviews on Environment Health, Volume 22, No. 1, 2007

Dalam beraktivitas sehari-hari dalam suatu ruangan, manusia dapat terpapar suatu kelompok
senyawa organic yaitu Volatile Organic Compounds (VOC). Barang-barang yang ada dalam rumah
seperti material bangunan rumah, cat, furniture, produk-produk pembersih dan bahkan kosmetik
merupakan sumber potensial adanya VOC. Produk semacam itu dapat mengeluarkan VOC dalam
bentuk gas yang kemudian tanpa sadar sering kita hirup. Pada beberapa pengujian terakhir
menyebutkan bahwa VOC ternyata dapat menyebabkan dampak pada kesehatan termasuk iritasi
sensorik (sensory irritation), gejala pernapasan (respiratory symptoms), dan bahkan sampai kanker.

Definisi VOC
Senyawa Organik (Organic Compunds) didefinisikan sebagai senyawa kimia yang mengandung
setidaknya satu atom karbon dan atom hidrogen dalam struktur molekulnya. Berbeda dengan polutan
anorganik, senyawa organik terbentuk dari berbagai jenis karbon, termasuk berbagai macam
hidrokarbon alifatik, hidrokarbon aromatik, sikloalkana, terpena, alkohol, glikol, aldehida, keton,
halokarbon, asam, dan ester. Formaldehida juga merupakan bagian VOC, tetapi sering dianggap
terpisah, terutama karena tidak seperti kebanyakan VOC, formaldehida adalah senyawa reaktif polar
yang tidak dapat dideteksi dengan kromatografi gas.

Tabel 1. Sistem klasifikasi untuk polutan organik dalam ruangan dari WHO
Kelompok Titik Didih oC
VVOC – very volatile organic compounds < 0 to 50-100
VOC – volatile organic compounds 50-100 to 240-260
SVOC – semi volatile organic compounds 240-260 to 380-400
POM – organic compounds associated with >380
particulate matter

VOC yang merupakan salah satu jenis senyawa organic mempunyai potensi sebagai polutan yang ada
di udara baik dalam ruangan maupun luar ruangan dengan kriteria spesifik yaitu memiliki titik didih
berkisar antara 50 °C dan 260 °C. Titik didih yang relatif rendah memungkinkan penguapan atau
sublimasi VOC dari fase padat ke gas. Jumlah VOC yang terdeteksi di udara dalam ruangan biasanya
lebih tinggi daripada di udara pada luar ruangan.
Sumber dan Konsentrasi
Sumber paparan yang paling signifikan VOC biasanya pada kondisi dalam ruangan yang berasal dari
bahan bangunan, produk rumah tangga, dan produk kecantikan. VOC yang paling sering ada di dalam
ruangan yaitu aseton, alkohol, benzena, kloroform, p-diklorobenzena, etilena glikol, formaldehida,
limonene, fenol, metilen klorida, stirena, tetrakloroetilen, toluena, trikloroetilen, dan xilena. Dalam
pengujian terhadap 1159 produk rumah tangga, 31 spesimen VOC diperiksa, dengan hasil yaitu
toluena, xilena, dan metilen klorida ditemukan di 40% produk yang diuji. Sementara sumber paparan
pada luar ruangan terutama emisi kendaraan dan gas hasil industri. VOC bisa juga dalam minyak bumi,
seperti kelompok benzena, toluena, etil benzena dan xilena, yang biasa disebut sebagai BTEX, yang
dapat berkontribusi juga pada pencemaran dalam ruangan dengan infiltrasi ke dalam bangunan.

Selain dilihat dari sumber yang berpotensi memancarkan VOC, konsentrasi VOC di udara dalam
ruangan juga tergantung pada berbagai faktor fisik. Faktor-faktor tersebut berpengaruh pada tingkat
VOC yang dipancarkan dari setiap sumber, jumlah sumber, dan parameter iklim dalam ruangan
seperti suhu, kelembaban, dan luasan ventilasi. Durasi emisi juga sangat bervariasi. Bahan basah
seperti cat dan perekat memancarkan sebagian besar VOC selama beberapa jam atau hari pertama
setelah pengaplikasian. Bahan material bangunan yang cenderung kering, seperti produk lantai dan
langit-langit serta produk kayu, cenderung mengeluarkan VOC pada tingkat rendah untuk waktu yang
lebih lama, biasanya mingguan hingga tahunan.

Dampak pada kesehatan


Dampak kesehatan yang merugikan dari paparan zat tertentu akan dihasilkan dari berbagai reaksi dan
interaksi yang terjadi di dalam tubuh. Mekanisme biologis dari efek kesehatan yang merugikan
sebagian besar tergantung pada struktur kimia dan reaktivitas zat tersebut. Kisaran kemungkinan
dampak kesehatan dari VOC cukup luas, dengan yang utama adalah efek sensorik, iritasi dan alergi,
efek pernapasan, dan efek karsinogenik.

Non-carcinogenic effects: Sensory and Irritation effects


Studi oleh Berglund et al dan Hodgson et al pada awal 1990-an menemukan hubungan antara
berbagai gejala sensorik yang dilaporkan di gedung perkantoran kaitannya dengan paparan VOC.
Kelompok studi Hodgson, yang membandingkan kadar VOC dari berbagai penelitian di Amerika Utara
melaporkan bahwa dari 100 VOC yang diidentifikasi, hanya sejumlah kecil yang mungkin menjadi
perhatian sehubungan dengan efek non-kanker. Terutama untuk formaldehida dan akrolein sebagai
VOC yang paling memberikan dampak untuk iritasi sensorik.

Asthma and Respiratory Effects


Dalam 30 sampai 40 tahun terakhir, kejadian asma dan alergi telah meningkat tajam di negara maju.
Di negara maju, kecenderungan untuk menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan,
bangunan kedap udara, dan bangunan baru yang mengeluarkan VOC telah mengindikasikan VOC
berperan dalam peningkatan asma dan dampak pernapasan tersebut.
Studi dari Leipzig Allergy High-Risk Children Study (LARS) menyelidiki pengaruh paparan bahan kimia
di dalam ruangan pada anak-anak dengan atopiris pada tahun pertama hidupnya. Dalam penelitian
ini, konsentrasi styrene yang lebih besar dari 2 µg m 3 berpengaruh dengan peningkatan risiko infeksi
paru pada bayi berusia 6 minggu, dan konsentrasi benzene yang lebih besar dari 5,6 µg m 3
berpengaruh dengan peningkatan risiko infeksi saluran napas pada bayi pada usia 6 minggu. Selain itu
formaldehida, salah satu VOC yang paling umum ditemukan di berbagai jenis material bangunan
merupakan iritan saluran napas yang banyak berpengaruh pada gejala pernapasan. Formaldehida
bereaksi dengan makromolekul biologis kemudian dapat terhirup dan tersimpan pada saluran
pernapasan bagian atas.

Carcinogenic Effects
Beberapa VOC telah diklasifikasikan sebagai karsinogenik atau mutagenik. Formaldehida, benzena,
dan vinil klorida disebut bersifat karsinogenik bagi manusia. Sejumlah VOC termasuk 1,3-butadiena,
benzil klorida, tetrakloroetilen, trikloretilen diklasifikasikan juga sebagai penyebab kemungkinan
karsinogen pada manusia. Formaldehida telah diklasifikasikan sebagai karsinogen pada manusia oleh
The Internatioanl Agency for Research on Cancer (IARC) pada tahun 2004. IARC menyatakan, ada
cukup bukti bahwa formaldehida menyebabkan kanker nasofaring pada manusia, juga sedikit bukti
menyebabkan kanker rongga hidung dan sinus paranasal dan bukti yang kuat tetapi tidak cukup
menyebabkan leukemia.

Indoor Exposure Guidelines for VOCs


Dengan berbagai dampak kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh paparan VOC, maka pedoman
dalam ruangan untuk besaran VOC yang diperbolehkan perlu dibuat. Pada tahun 2000, Dewan
Kesehatan Belanda merekomendasikan efek sensorik-kemo dari penggunaan VOC sebagai dasar
penghitungan nilai batas yang direkomendasikan untuk VOC dalam ruangan. Komite
merekomendasikan nilai batas 0,2 mg m3 untuk VOC sebagai campuran material.

Formaldehida adalah salah satu dari sedikit VOC yang pedoman batasan penggunaan dalam ruangan
telah ditetapkan di beberapa negara. Misalnya, Health Canada telah memperkenalkan nilai pedoman
(dengan acuan paparan 8 jam) untuk paparan di dalam rumah terhadap formaldehida, berdasarkan
studi kasus yang dilakukan oleh Rumchev pada tahun 1999 dengan nilai batasan ditetapkan sebesar
50 µg m3. Baru-baru ini, nilai batasan dengan acuan paparan 30 menit sebesar 100 µg m 3 untuk
formaldehida direkomendasikan oleh Komite Efek Medis Polutan Udara di Inggris.

Dengan aplikasi pedoman VOC dalam ruangan telah ditetapkan oleh berbagai negara dan organisasi.
Hasil dari peraturan ini tentunya berpengaruh pada pengurangan kadar VOC dan dampaknya bagi
kesehatan, sebuah penelitian baru-baru ini di Amerika Utara melaporkan penurunan yang signifikan
dalam ruangan dari berbagai VOC selama dekade terakhir. Pengurangan ini dikaitkan dengan
kombinasi peningkatan peraturan di AS, seperti Undang-Undang Udara Bersih 1990 yang
menghasilkan pengurangan emisi untuk VOC tertentu dan perubahan dalam proses industri untuk
menggunakan senyawa yang lebih sedikit beracun dalam produk konsumen.

Health Risk Assessment/Management of VOCS


Pendekatan Strategis oleh WHO untuk Indoor Air Policy-Making menyatakan bahwa pembuat
kebijakan harus menggunakan bukti ilmiah yang tersedia ketika akan merancang peraturan dan
menetapkan prioritas, serta perlu mengikuti sejumlah prinsip dasar termasuk prinsip kehati-hatian
yang menyatakan bahwa ketidakpastian ilmiah tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk menunda
tindakan yang dapat mengurangi risiko dampak kesehatan yang serius. Prinsip ini tercermin dalam
rekomendasi the European Collaborative Action (ECA) bahwa kadar VOC di udara dalam ruangan
harus dijaga serendah mungkin. Penggabungan pedoman untuk menciptakan kualitas udara yang baik
dalam bangunan, termasuk sumber emisi VOC rendah, dan persyaratan ventilasi minimum, harus
dilakukan sedini mungkin.

Practical Solutions to Reducing VOCS Levels in The Home


 Perubahan desain perumahan seperti peningkatan luasan ventilasi dengan membuka jendela
atau pintu, pengurangan penggunaan AC. Dibeberapa negara produk rumah tangga dan
produk hobi, seperti lem, pernis, atau cat sering kali sudah dilengkapi dengan instruksi yang
jelas untuk penyediaan ventilasi yang memadai yang akan mengurangi paparan VOC.
 Dekorasi dengan soft-furnishing (elemen furnitur rumah yang terbuat dari bahan lembut)
Karena soft-furnishing dapat membantu menyerap VOC dan mengeluarkannya dari waktu ke
waktu, kemudian bisa dilakukan pembersian dengan vakum secara berkala pada soft-
furnishing tersebut.
 Di beberapa negara seperti di Amerika, adanya label informasi tentang konsentrasi VOC
dalam produk-produk rumah tangga dapat membantu masyarakat untuk menggunakan
produk-produk bagi kebutuhan rumah dengan bijak.

The Future
Penggunaan bahan kimia yang mengandung VOC kemungkinan akan terus berlanjut di masa depan
sehingga kemungkinan semakin banyak individu akan terpapar VOC setiap harinya. Menggalakan
perhatian dan kesadaran yang tepat tentang potensi dampak kesehatan VOC dalam keadaan ini
sangat penting. Walaupun masih banyak hal yang belum diketahui pada bidang VOC dan polusi udara
dalam ruangan secara umum. Kita harus sadar bahwa ketidakpastian seperti itu tidak membuat
keengganan untuk mengatasi masalah-masalah sulit seputar VOC dan polusi udara dalam ruangan.
Sehingga dapat mengurangi risiko terhadap kesehatan masyarakat. Penelitian lebih lanjut untuk
meningkatkan pemahaman kita tentang hubungan antara VOC dan efek kesehatan perlu terus
dilakukan.
Sumber: renesas.com
Judul Degradation of organometallic pollutants of distillery wastewater
by autocthonous bacterial community in biostimulation and
bioaugmentation process
Authors Sonam Tripathi, Pooja Sharma, Ram Chandra
Published Bioresource Technology ScienceDirect 338 (2021) 125518
Catatan Penting:
 Air limbah penyulingan sangat tercemar oleh polutan organometalik.
 Konsorsium bakteri dan proses bioaugumentasi sangat efektif.
 Teknik ini dapat digunakan pada skala industri untuk detoksifikasi pencemaran lingkungan.

Industri telah menjadi tokoh utama dalam perekonomian nasional banyak negara maju; namun
sayangnya, Industri juga masih menjadi sumber utama pencemaran lingkungan, terutama
pencemaran limbah cair. Dengan banyaknya penelitian yang menunjukkan bahwa toksisitas dari
limbah industri yang tinggi, banyak dari jenis-jenis limbah industri telah diklasifikasikan sebagai
polutan prioritas yang perlu ditangani oleh beberapa institusi seperti the US Environmental Protection
Agency (USEPA), World Health Organization (WHO), and Agency for Toxic Substances and Disease
Registry (ATSDR).

Apa itu Distillery Wastewater (air limbah penyulingan)?


Penyulingan alkohol sering diaplikasikan pada berbagai jenis industri karena alcohol banyak digunakan
seperti dalam bahan kimia, farmasi, kosmetik, minuman, makanan dan industri wewangian, dll.
Produksi industri etanol melalui fermentasi menghasilkan pelepasan sejumlah besar bahan air keras.
Air limbah penyulingan adalah salah satu produk limbah yang paling tercemar untuk dibuang karena
pH rendah, suhu tinggi, warna coklat tua, kadar abu tinggi dan persentase tinggi bahan organik dan
anorganik terlarut dengan BOD dan COD yang tinggi. Selain itu juga dapat mengandung TDS, fosfat,
sulfat, fenolik, dan logam berat (Fe, Ni, Cu, Cr, Pb, Cd, Zn) yang sangat tinggi. Dengan memiliki beban
pencemaran yang tinggi tersebut akan mengakibatkan eutrofikasi pada badan air yang
terkontaminasi. Air limbah penyulingan, tanpa pengolahan apa pun dapat mengakibatkan menipisnya
oksigen terlarut di badan air penerima dan menimbulkan ancaman serius bagi flora dan fauna air.

Saat ini, ada 319 titik air limbah penyulingan di India yang menghasilkan sekitar 3,25 x 109 L alkohol
dan 40,4x1010 liter air limbah setiap tahunnya.

Biological Agents dianggap sebagai alternatif yang lebih efisien untuk pengolahan yang lebih ramah
lingkungan dalam mencegah pencemaran dengan praktik bioremediasi. Dalam aplikasinya konsorsium
mikroba yang digunakan lebih baik untuk bioremediasi daripada menggunakan bakteri satu jenis,
karena keragaman konsorsium meningkatkan jumlah jalur katabolik yang tersedia untuk biodegradasi,
yang meningkatkan efisiensi penghilangan toksik.

Namun, detoksifikasi dan degradasi air limbah industri yang kompleks melalui konsorsium bakteri
sejauh ini belum dipelajari dengan baik karena kompleksitasnya. Bioaugmentasi, yang melibatkan
penambahan bahan mikroba pendegradasi polutan ke daerah yang terkontaminasi, dan biostimulasi,
yang memerlukan perbaikan kandungan nutrisi tanah untuk mendorong pertumbuhan mikroba dan
dekomposisi polutan, keduanya telah menjadi pendekatan yang lebih efektif untuk digunakan.

Material dan Metode


Pengumpulan sampel dan Analisis Physico-chemical
Sampel air limbah penyulingan dikumpulkan dari Penyulingan Unnao, yang terletak di Unnao, India.
Industri ini menggunakan tetes tebu sebagai bahan baku pembuatan alkohol. Air limbah penyulingan
dianalisis menggunakan teknik konvensional untuk analisis kualitas air limbah.

Bacterial consortium preparation


Konsorsium bakteri anaerobik yang terdiri dari dua strain bakteri (Klebsiella pneumoniae strain AS7
[MF278771,1] dan Klebsiella pneumoniae strain AS1 [MF278772,1] dalam sampel yang di-biostimulasi,
serta strain Enterobacter cloacae (IITRCS10) yang di-bioaugumentasi.

Biostimulation study
Pada proses biostimulasi, terlebih dahulu sampel air limbah (100 ml) dimasukkan ke dalam labu takar
250 ml dan ditambah dengan 1,0 g glukosa dan 0,5 g pepton. Kemudian Labu takar yang berisi sampel
sudah terkontrol, diinkubasi pada suhu 37 ± 1 oC dalam kondisi dikocok pada 120 rpm. Sampel
dikumpulkan pada setiap interval 24 jam selama inkubasi dan disentrifugasi pada 6.000 × g selama 10
menit pada 4 oC untuk pengukuran efisiensi dekolorisasi.

Assessment and optimization of environmental and nutritional conditions


Percobaan dilakukan pada suhu yang berbeda (25-500 oC), pH (4,0-12,0), dan kecepatan pengocokan
yang berbeda pula (100-220 rpm) serta dalam berbagai sumber nitrogen, seperti amonium klorida,
ekstrak daging sapi, natrium sulfat, ekstrak ragi, pepton, dan urea, dievaluasi pada konsentrasi 0,5%
(w/v) untuk mengetahui pengaruhnya terhadap proses biostimulasi dan bioaugumentasi.

Estimation of total proteins, colony-forming unit, and biomass


Menghitung total beban mikroba dalam biostimulasi dan proses bioaugmentasi. Cawan diinkubasi
pada suhu 37 oC selama 24 jam dan kemudian setelah hari berikutnya ketika dibersihkan dengan baik,
koloni yang terpisah muncul kemudian dihitung unit pembentuk koloni (CFU).

Estimation of ligninolytic enzymes


Estimasi aktivitas enzimatik, MnP, dan lakase selama proses biostimulasi dan bioaugmentasi,
disentrifugasi dan dikumpulkan supernatan pada 6500g selama 10 menit pada suhu 4 oC dengan
penggunaan phenol red dan guaiacol sebagai substrat.

Scanning electron microscopy and UV–Vis spectrophotometer analysis (mengukur dekolorisasi)


Spektrofotometer UV–Vis digunakan untuk mengukur dekolorisasi sampel proses biostimulasi dan
bioaugmentasi pada 25 oC pada rentang panjang gelombang 200–700 nm. Setelah itu, sampel
didehidrasi selama 5 menit dalam larutan etanol yang mengandung 25, 50, 75, 95, dan 100 persen
etanol. Sebelum dianalisis menggunakan scanning electron microscopy (SEM), sampel dikeringkan
dalam pengering titik kritis dan dilapisi sputter dengan film konduktif emas tipis (thin gold).

High-performance liquid chromatography analysis


Deteksi komparatif dipantau pada panjang gelombang 295 nm untuk menentukan degradasi dan
penghilangan warna dalam sampel proses biostimulasi dan bioaugmentasi pada penyerapan maksimal
seperti yang disebutkan sebelumnya.

Characterization of organic compounds


Untuk mengekstrak senyawa organik, sampel air limbah penyulingan segar (10 ml) ditimbang dan
dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer (250 ml), ditambahkan 10 ml etil asetat di masing-masing labu
secara terpisah dan diaduk dengan kuat. Ekstraksi diulang berturut-turut tiga kali untuk
menyelesaikan ekstraksi senyawa organik dari air limbah penyulingan.

Identification of autochthones bacterial strains


Bakteri autochthonous thermotoleran yang sedang tumbuh diisolasi dan diidentifikasi dari labu
inkubasi yang digunakan untuk proses biodegradasi diisolasi dan dimurnikan dengan metode serial
dilution dan plate-streak. Selanjutnya, Cowan and Steels Manual untuk mengidentifikasi bakteri medis
digunakan untuk mengidentifikasi strain bakteri asli murni yang muncul secara dominan.

Statistical analysis
Setiap percobaan dilakukan dalam rangkap tiga untuk mencegah error.

Hasil dan Diskusi


Physico-chemical analysis
Setelah 168 jam inkubasi, sampel terbiostimulasi dan bioaugumentasi yang menunjukkan hasil yaitu
pengurangan parameter polusi yang berbeda. Hal ini menjelaskan bahwa konsorsium bakteri yang
menjadi media biotransformasi dan biodegradasi polutan organik. PH media awalnya berkurang
menjadi 4,47 selama degradasi melanoidin, tetapi setelah 168 jam perkembangan bakteri, pH terus
meningkat. Pengembangan asam organik seperti asam fosfat, asam asetat, asam octadecenoic, dan
asam etanedioat, dapat menyebabkan penurunan pH selama tahap awal pertumbuhan bakteri
dengan adanya glukosa sebagai nutrisi tambahan. Akibatnya, perbandingan nilai BOD dan COD dari
waktu ke waktu menunjukkan penurunan bertahap karena pertumbuhan bakteri dan degradasi
semua kandungan organik. PH yang lebih rendah dapat meningkatkan kelarutan logam dalam
lingkungan yang tercemar dan meningkatkan kemampuan bioremediasi bakteri. Setelah proses
biostimulasi dan bioaugmentasi, terjadi penurunan yang signifikan pada logam seperti Fe (dari
1.401,22 menjadi 852,529), Zn (dari 95,273 menjadi 21,463), Cr (dari 62,928 menjadi 11,526), dan Cd
(dari 1.786 mg/L menjadi 0,94 mg/L) untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada table 1.
Effect of nutrition and environmental conditions
Penelitian mengungkapkan bahwa efisiensi konsorsium bakteri meningkat ketika konsentrasi glukosa
meningkat dari 0,1 menjadi 1%, dengan mencapai dekolorisasi maksimum 40-70% dalam sampel
biostimulasi dan 70-90% dalam sampel bioaugumentasi tetapi peningkatan lebih lanjut dalam
konsentrasi glukosa menghambat proses. Selain itu, isolasi dan oksidasi melanoidin yang mengandung
efluen dirangsang untuk biotransformasi dengan degradasi bakteri. Hal ini mungkin disebabkan oleh
tingginya induksi enzim yang memfasilitasi degradasi senyawa kompleks. Namun, setelah
penambahan strain bakteri, pertumbuhan bakteri ditambah dengan aktivitas biologis yang diinduksi
dari konsorsium bakteri yang tumbuh 70-89% dekolorisasi dalam proses bioaugmentasi. Selain itu,
penambahan pepton juga berperan sebagai sumber nitrogen bagi pertumbuhan bakteri. Selain itu,
dampak kecepatan pengocokan juga memperlihatkan bahwa 180 rpm menghasilkan degradasi
polutan organik terbaik oleh konsorsium bakteri potensial. Sehingga, proses biostimulasi dan
bioaugmentasi memiliki dampak besar pada degradasi air limbah penyulingan.

Performance of total proteins, CFU, and biomass


Pada waktu inkubasi yang berbeda, peningkatan kandungan protein total berkorelasi positif dengan
tren enzim oksidatif yang terbentuk (Fig.1).
Selanjutnya, populasi bakteri yang padat menunjukkan peningkatan biomassa. Ini menunjukkan
pertumbuhan bakteri yang cepat dalam medium yang mengandung melanoidin, untuk proses
degradasi dan decolorization. Korelasi langsung antara kepadatan optimal dan biomassa
menunjukkan faktor positif yang relevan untuk dekolorisasi. Selain itu, analisis Scanning Electron
Microscopy (SEM) biomassa bakteri menunjukkan biomassa tebal pada penelitian SEM juga
mendukung tingginya biomassa bakteri.

Enzyme activities
Dalam proses dekolorisasi, enzim lignolitik berperan penting dalam proses dan polimerisasi
melanoidin yang mengandung air limbah penyulingan. Enzim MnP ditemukan dominan pada tahap
awal degradasi melanoidin selama proses biostimulasi dan bioaugmentasi. Aktivitas MnP tercatat
tertinggi pada 168 jam (3,8 /ml.min), di mana aktivitas lakase pada 144 jam inkubasi terdeteksi
maksimum (2,39 U m/L.min) untuk dekolorisasi melanoidin (70-90%). Selanjutnya, MnP ditemukan
enzim dominan selama tahap awal pertumbuhan bakteri. Hal ini menunjukkan kontribusi langsung
terhadap proses degradasi dan dekolorisasi air limbah penyulingan seperti yang ditunjukkan pada Fig
2.
Morphological view of bacterial community and UV–Vis analysis
Analisis sampel biostimulasi mengungkapkan keragaman komunitas bakteri (lihat gambar tambahan).
Penambahan nutrisi meningkatkan komunitas bakteri.

Metabolites assessment by HPLC analysis


Analisis HPLC menunjukkan pengurangan komparatif di puncak penyerapan kromatogram antara
kontrol dan sampel biostimulasi. Hal ini menunjukkan peran komunitas bakteri dalam degradasi
senyawa organik dari air limbah penyulingan.

Assessment of degradation after biostimulation and bioaugmentation process


GC-MS adalah metode yang ideal untuk menentukan seberapa banyak kontaminan organik
lingkungan. Dalam penelitian ini, sebagian besar bahan kimia organik yang ditemukan yang
berdampak pada lingkungan dan kesehatan manusia dalam air limbah penyulingan adalah molekul
yang diperoleh dari proses biokimia pada berbagai tahap dalam pembuatan gula, alkohol, dan
pengolahan air limbah.
Sebagian besar senyawa pada sample ini bersifat organologam dan sebagian hilang setelah dilakukan
proses biostimulasi. Selanjutnya, beberapa produk baru terdeteksi lagi dalam bioaugmentasi. Selain
itu, inkubasi hingga 6 hari dengan asam asetat kultur bakteri, Oxo-trimethylsilyl, mendegradasi efluen
pada fase biostimulasi, tetapi tidak pada proses bioaugmentasi.

Identification isolated bacterial strains


Temuan menunjukkan bahwa Klebsiella pneumoniae dan Enterobacter cloacae memiliki kapasitas
metabolisme yang luas untuk menggunakan asam lemak, arbohidrat, dan senyawa kimia yang
berbeda sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Ini akan memberikan relung khusus bagi
komunitas bakteri asli ini untuk memungkinkan polutan didegradasi secara biologis.
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa air limbah mengandung konsentrasi logam yang tinggi yaitu Fe;
Zn; Kr; Cu; mg; Ni; dan Pb. Proses biostimulasi dan bioaugmentasi dihasilkan dari pengurangan
substansial (50-70%) dalam beban polusi. Polutan organik utama yang teridentifikasi dalam sampel
kontrol (tidak diolah) adalah asam asetat, Oxo-trimethylsilyl ester [CAS], Hydrocinnamic acid, p-
[Trimethylsiloxy]-trimethylsilyl ester dan asam tetradecanoic, trimetilsilyl ester [CAS] sementara
beberapa produk metabolisme baru dihasilkan sebagai produk sampingan dalam proses
bioaugmentasi. Oleh karena itu, penelitian ini menunjukkan bahwa biostimulasi dan bioaugmentasi
oleh konsorsium bakteri merupakan strategi bioremediasi yang berhasil untuk detoksifikasi air limbah
penyulingan dan pemulihan badan air yang tercemar organometallic.

Produksi aktivitas enzim ligninolitik yang berbeda dapat digunakan sebagai alat biologis untuk
degradasi air limbah penyulingan setelah pengolahan sekunder. Pengukuran degradasi senyawa
organik oleh GC-MS, UV-Vis, dan HPLC, analisis dikonfirmasi dengan menggunakan konsorsium bakteri
(Klebsiella pneumoniae strain AS7 [MF278771] dan Klebsiella pneumoniae strain AS1 [MF278772.1]
dan Enterobacter cloacae (IITRCS10) terbukti meningkat. Dengan demikian, penelitian ini
menyimpulkan bahwa biostimulasi dan bioaugmentasi aman bagi lingkungan dan inovatif.

Anda mungkin juga menyukai