Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Polusi udara merupakan suatu masalah besar bagi manusia. Banyak
polutan udara, seperti kabut asap di perkotaan dan senyawa beracun tetap berada
di lingkungan untuk jangka waktu yang lama. Jutaan orang tinggal di daerha di
mana asap perkotaan, partikel yang sangat kecil dan polutan beracun
menimbulkan masalah kesehatan yang serius. [ CITATION Uni15 \l 1057 ]
Polusi udara dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu
outdoor air pollution (Polusi udara luar ruangan) dan indoor air pollution
(polusi udara dalam ruangan). Ketika orang-orang memikirkan polusi udara,
mereka berpikir tentang kabut asap dan emisi kendaraan. Ini adalah polusi udara
luar ruangan tetapi polusi udara tersebut lebih berbahaya ketika menjadi polusi
udara dalam ruangan. Beberapa tahun terakhir, semakin banyak bukti ilmiah
telah menunjukkan bahwa polusi udara di dalam rumah dan bangunan lainnya
dapat memiliki dampak yang lebih serius dan menakutkan daripada polusi udara
di luar gedung bahkan kota-kota terbesar dan paling maju. [ CITATION Kel14 \l
1057 ]
Salah satu sumber dari polusi udara dalam ruangan berasal dari pewangi
ruangan. Ada banyak kekhawatiran pada penggunaan pewangi ruangan
komersial tetapi masalah utama terletak pada jenis bahan kimia yang digunakan.
Zat berbahaya dari bahan kimia ini adalah phthalates. Phthalates adalah bahan
kimia berbahaya diketahui menyebabkan kanker, kelainan hormonal, cacat lahir,
dan masalah reproduksi. Sebuah studi yang dilakukan oleh NRDC menemukan
bahwa 12 dari 14 penyegar udara rumah tangga biasa yang terkandung
phthalates dan bahwa tidak satupun dari mereka yang mendaftar phthalates
sebagai bahan. kimia dalam penyegar udara adalah terpene, yang bila terkena
udara menciptakan formaldehida. Formaldehida diklasifikasikan sebagai
karsinogen manusia oleh Badan Internasional untuk Penelitian Kanker. Paparan
bahan kimia berbahaya memiliki efek kumulatif dan risiko kesehatan meningkat
dengan paparan setiap zat ini.[ CITATION Gil09 \l 1057 ]
Keberadaan polusi udara dalam ruangan dapat menimbulkan risiko
terhadap kesehatan yang besar bagi orang-orang yang berda di dalam ruangan
tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa orang menghabiskan sekitar 90 persen
dari waktu mereka di dalam ruangan. Dengan demikian, risiko terhadap
kesehatan mungkin lebih besar karena paparan polusi udara dalam ruangan dari
luar ruangan. [ CITATION Kel14 \l 1057 ]. Beberapa penyakit yang dapat timbul
dari berbagai sumber polusi udara dalam ruangan di antaranya infeksi saluran
napas bawah terutama pada anak-anak yang berusia di bawah lima tahun,
penyakit paru obstruktif kronis, kanker paru-paru, katarak, keracunan, iritasi
pada mata, tenggorokan dan hidung, reaksi alergi, pusing, serta berbagai
penyakit lainnya. [ CITATION Cal13 \l 1057 ]
Berdasarkan paparan mengenai bahaya dari polusi udara dalam ruangan
tersebut maka diperlukan upaya-upaya untuk mengurangi efek negatif yang
ditimbulkan terutama pada kesehatan. Upaya-upaya yang telah coba dilakukan
tersebut antara lain penggunaan bahan alami seperti tanaman bunga sebagai
pengganti pewangi ruangan sintetis, penggunaan pembersih udara elektronik,
mengurangi penggunaan bahan-bahan kimiawi, ventilasi udara yang adekuat.
[ CITATION EPA15 \l 1057 ]
Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas upaya yang dapat dilakukan
untuk mengurangi efek dari polusi udara dalam ruangan yaitu dengan
menggunakan karbon aktif. Karbon aktif merupakan bahan yang dihasilkan dari
bahan-bahan sumber karbon, seperti batu bara, kelapa, gambut, kayu, dan lignit.
Bahan baku yang digunakan untuk karbon aktif adalah bahan organik dengan
kandungan karbon tinggi. Bahan berbasis karbon diubah menjadi karbon aktif
melalui modifikasi fisik dan dekomposisi termal dalam tungku, di bawah
suasana dan suhu yang terkendali. [ CITATION She15 \l 1057 ] Karbon aktif
umumnya digunakan untuk menyerap senyawa organik alami, rasa dan bau
senyawa, dan bahan kimia organik sintetis dalam pengolahan air minum. Selain
itu, karbon aktif juga digunakan sebagai penyaring udara dan senyawa organik
yang mudah menguap seperti benzena, toluena dan formaldehida, jenis-jenis
polutan yang banyak ditemukan pada banyak produk rumah tangga dan bahan
bangunan. [ CITATION Sid11 \l 1057 ] Seperti telah disebutkan bahwa karbon aktif
memiliki salah satu fungsi untuk menyerap udara dan sebagai penyaring senywa
organik oleh karea itu, penulis bermaksud meneliti efektivitas penggunaan arbon
aktif terhadap gambaran histologik sel organ kornea, paru-paru, trachea serta
hepar tikus putih (Rattus novegicus) yang telah didedahkan pada indoor
pollution.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan umum:
Mengetahui efektivitas karbon terhadap histologi organ tikus putih
(Rattus norvegicus) yang telah didedahkan pada pewangi ruangan.
1.3.2 Tujuan khusus:
a. Meneliti seberapa besar efektivtas karbon terhadap histologi organ tikus
putih (Rattus norvegicus) yang telah didedahkan pada pewangi ruangan.
b. Membandingkan histologi organ tikus putih pada tiap kelompok
perlakuan.
c. Mengetahui efektivtas karbon terhadap histologi organ tikus putih
(Rattus norvegicus) yang telah didedahkan pada pewangi ruangan

1.4 MANFAAT
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk:
a. Mengetahui pengaruh efektivitas penggunaan karbon terhadap histologi
organ tikus putih (Rattus norvegicus) yang telah didedahkan pada pewangi
ruangan.
b. Mengetahui pengaruh histologis pewangi ruangan terhadap organ tubuh.
1.5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. INDOOR POLLUTION & INDOOR AIR QUALITY
Kualitas udara dalam ruangan (Indoor Air Quality) mengacu kepada kualitas
udara di dalam dan di sekitar ruangan, terutama yang berkaitan dengan kesehatan
dan kenyamanan penghuni bangunan. [CITATION Cen14 \l 1057 ] Kualitas udara
merupakan suatu faktor penting yang mempengaruhi kesehatan manusia. Kualitas
udara dalam suatu ruangan dicirikan dengan beberapa faktor tertentu seperti
parameter fisik, paparan bahan kimia serta kontaminasi biologis. [ CITATION Sle12 \l
1057 ]

Beberapa hal dapat menjadi sumber utama pencemaran udara di dalam ruangan
yaitu :
a. Pencemaran udara yang bersumber dari penghuni ruangan seperti asap rokok,
pembersih ruangan, pewangi ruangan.
b. Pencemaran dari luar ruangan seperti asap kendaraan bermotor.
c. Pencemaran dari mikroba
d. Pencemaran dari bahan bangunan ruangan seperti formaldehid, asbestos dan
sebagainya.
e. Kurangnya udara segar akibat pengaturan ventilasi ruangan yang buruk.
[ CITATION Can13 \l 1057 ]

Terdapat suatu kepercayaan umum di dalam masyarakat bahwa ketika berada


dalam ruangan lebih aman dari polutan berbahaya. Namun, beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa udara di dalam ruangan dapat lebih tercemar daripada
udara luar ruangan pada sebuah kota padat industri. [ CITATION Sle12 \l 1057 ] Polusi
udara dalam ruangan ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Dampak jangka pendek dari polusi udara
dalam ruangan ini antara lain iritasi mata, hidung, tenggorokan dan kulit, keletihan,
sakit kepala dapat muncul setelah paparan tulang atau paparan yang berulang.
Sedangkan, dampak negatif jangka panjang dari polusi udara dalam ruangan timbul
setelah paparan jangka waktu lama dan berulang seperti inflamasi serta infeksi pada
saluran pernapasan. [ CITATION Sle12 \l 1057 ]

Sejumlah produk komersial yang banyak digunakan di dalam ruangan untuk


meningkatkan kebersihan atau indra sensori. Namun, baru-baru ini banyak produk
seperti telah ditemukan untuk menjadi polutan dalam ruangan utama yang mungkin
bertanggung jawab untuk efek kesehatan yang merugikan. Berdasarkan pada
sejumlah penelitian yang telah dilakukan sumber dari polusi udara dalam ruangan
yang mengalami kenaikan yaitu berasal dari pelembap dan pewangi ruangan.
[ CITATION Kim15 \l 1057 ]
Sejauh ini terdapat upaya-upaya serta penelitian yang bertujuan untuk
mengurangi bahaya dari polusi udara dalam ruangan. Beberapa upaya yang telah
dilakukan antara lain mengganti penggunaan pewangi ruangan sintetis dengan
peangi ruangan alami yang berasal dari tanaman, meningkatkan penggunan
ventilasi udara, menghindari penggunaan produk yang diketahui mengandung
formaldehida, serta mulai digunakan granular activated carbon (GAC) atau karbon
aktif granular serta activated carbon filter (ACF).[ CITATION EPA15 \l 1057 ]
[ CITATION Sid11 \l 1057 ]

2.2. PEWANGI RUANGAN


1. Definisi
Pewangi ruangan merupakan suatu produk komersial yang umum
digunakan masyarakat luas untuk menghasilkan bau yang menyenangkan dan
nyaman dihirup dalam ruangan dan kantor. Pewangi ruangan diketahui
mengandung sejumlah bahan kimia yang berbeda untuk menetralisif bau
menyengat dan mengahsilkan aroma yang lebih nyaman dihirup.
Bahan dasar yang digunakan pada pembuatan pewangi ruangan di
antaranya formaldehilda, 1,4-dichlorobenzene, aerosol propelan dan sulingan
minyak bumi. Menurut beberpa penelitian bahan-bahan pembuatan pewangi
ruangan justru memiliki efek yang berbahaya terhadap kesehatan serta menjadi
salah satu sumber pencemaran udara dalam ruangan. [ CITATION Gil09 \l 1057 ]
2. Kandungan Zat Kimia yang Berbahaya bagi Kesehatan
Kandungan zat kimia yang terdapat dalam bahan dasar pewangi ruangan
memiliki efek berbahaya bagi kesehatan, seperti yang dilansir dari Toxipedia
bahwa dari hasil uji terhadap beberapa pewangi ruangan ditemukan zat-zat
berikut:
1) Formaldehida adalah gas transparan yang memiliki bau menyengat yang
kuat dan mudah menguapvolatile pada suhu kamar. Beberapa bukti
menunjukkan bahwa terdapat formaldehida yang diemisikan dari pewangi
ruangan. Paparan konsentrasi tinggi formaldehida (120 mg / m3)
menyebabkan iritasi mata, muntah, kejang dan kematian. Apbila manusia
terpapar formaldehida pada tingkat lebih rendah dari 0,1 mg / m3
menyebabkan iritasi sensori. [ CITATION Kim15 \l 1057 ]
2) Asetaldehid : diduga bersifat toksik terhadap sistem saraf, respiratori,
ginjal dan kulit.
3) Aseton: diduga menimbulkan toksik terhadap sistem gastrointestinal,
darah, respiratori dan kulit.
4) Ethanol: diduga bersifat karsinogen, bersifat toksik terhadap sistem
gastrointestinal, dapat menganggu pertumbuhan dan perkembangan.
[ CITATION Ste13 \l 1057 ]
5) Pewangi: Ini adalah campuran dari bahan kimia yang berbeda, beberapa di
antaranya bisa menyebabkan iritasi dan menyebabkan alergi.
6) Phthalates: pelunak ini membantu menyebarkan dan memberikan aroma;
merekabahaya yang dapat ditimbulkan yaitu mempengaruhi hormon dan
bisa menyebabkan kanker.
7) Propelan: hidrokarbon ini membentuk kabut halus yang menyebarkan
aroma, dapat menyebabkan denyut jantung yang abnormal.
8) Pelarut: Etanol dan glikol eter yang digunakan untuk melarutkan bahan-
bahan lainnya; dapat menyebabkan iritasi ketika dihirup.
9) Aldehida: Terbentuk dari bahan-bahan kimia ketika penyegar tetap berada
di udara selama beberapa jam, dapat menyebabkan iritasi dan
menyebabkan kanker.
10) Deodorizers: Bahan kimia yang dapat menyerap dan menetralisir bau.
Beberapa merek menggunakan bahan kimia yang iritatif dan menyebabkan
kanker, 1,4-dichlorobenzene digunakan untuk keperluan ini.[ CITATION
Con13 \l 1057 ]
2.3 KARBON AKTIF
Penggunaan karbon aktif sangat luas. Salah satu pengaplikasian karbon aktif
yang penting adalah dalam kontrol emisi uap bensin dalam mobil. Karbon aktif
dapat bertindak sebagai bahan filter pada alat penyaring pembersih udara untuk
menghilangkan gas dan uap pada lingkungan industri. Taraf penyerapan utama
digunakan dalam penyaring rokok untuk menyerap beberapa komponen berbahaya
dari tembakau, dan sebagai katalis atau pembawa zat aktif katalis.
Ion logam berat seperti merkuri. timbal dan kadmium pada air minum sangat
berbahaya bahkan dalam jumlah sedikit, dan metode penyaringan untuk
menghilangkan ion ini dapat menjadi sangat penting untuk air dan air limbah yang
terkontaminasi oleh logam berat yang beracun. Sebagai contoh yaitu ion timbal,
kadmium, dan merkuri yang semuanya sangat berbahaya dan karsinogenik.
Timbal juga merupakan sebuah racun metabolik kumulatif, beraksi sebagai
mutagen ketika diserap dalam jumlah yang banyak. Ion ini tidak bisa dihilangkan
dari air dengan terapi kimia atau fisika klasik seutuhnya. Karbon aktif bisa
digunakan untuk menghilangkan racun ion logam berat dari larutan encer.
Penyerapan pada kasus ini dikarenakan formasi kompleks permukaan di antara ion
metal dan fungsi kelompok permukaan yang asam dari karbon aktif. Efisiensi
penghilangan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti konsentrasi larutan, pH
larutan, kekuatan ion, sifat adsorbat, prosedur modifikasi alat penyerap, peralatan
fisik (area permukaan, sifat menyerap), dan sifat kimia karbon aktif.
Ion logam sederhana biasanya tidak diserap dengan sempurna karena
campurannya yang baik dalam larutan encer. campuran yang lebih baik mungkin
menyebabkan daya serap yang buruk dari ion logam. Bagaimanapun ini mungkin
meningkatkan angka penyerapan dari peresapan karbon aktif dengan agen khelasi
atau modifikasi dari adsorben. Sejak karbon aktif menjadi sebuah adsorben
hidrofobik, sehingga tampaknya bukan kandidat yang baik untuk penyerapan ion
inorganik sederhana dari larutan encer polar; Bagaimanapun, mungkin untuk
meningkatkan angka penyerapan ion logam berat oleh preterapi karbon aktif dengan
beberapa reagen kimia yang cocok.
Peningkatan serapan didasarkan pada reaksi kimia sederhana yang umum
dalam ilmu kimia seperti asam-basa atau netralisasi, formasi kompleks, redoks,
presipitasi, hidrolisis dan reaksi katalitik. Sebagai contoh jika karbon aktif diresapi
oleh molekul, ion dan agen khelasi yang dikombinasikan dengan penyerapan ion
logam transisi pada bentuk presipitasi, kompleks atau khelasi, mereka dapat
meningkatkan penyerapan kation logan secara signifikan. Penyerapan ion merkuri
juga ditingkatkan dalam larutan asam dan juga ketika diterapi dengan permukaan
karbon aktif yang disulfur. Karbon aktif diresap dengan senyawa organik kelompok
aktif seperti -SH, -NH yang penyerapannya lebih efektif dan eliminasi logam berat
dari limbahnya.
Sebagai sebuah aturan umum praktis yang materialnya sama cenderung untuk
berdiasosiasi, karbon aktif umumnya, lebih efektif menyerap molekul organik yang
besar dan terlarut dari larutan encer. Molekul organik yang lebih kecil bisa juga
diserap jika mereka masuk ke dalam pori-pori yang lebih kecil. Karbon aktif banyak
diaplikasikan untuk pemurnian produk kimia, makanan dan industri farmasi. Ini
secara luas digunakan untuk menghilangkan warna dan kotoran lainnya seperti
benda yang menyebabkan berbusa atau perlambatan kristalisasi gula, pada pelapisan
logam untuk menghilangkan kotoran organik dan memisahkan substansi dari aliran
gas dan air. Aliran limbah yang mengandung zat warna tinggi sebagai hasil dari
kegiatan pencelupan warna yang bisa dibersihkan dengan karbon aktif.
Penggunaan utama dari karbon aktif adalah dalam pemurnian dan penghilangan
rasa, warna, bau, dan kotoran dari benda cair yang lain, penyedia air dan minyak
sayur dan hewan. Baru-baru ini, karbon aktif semakin banyak digunakan untuk
pencegahan polusi lingkungan dan hukum antipolusi yang telah meningkatkan
penjualan karbon aktif untuk mengontrol polusi udara dan air. Jumlah material yang
bisa diserap oleh karbon aktif sangatlah besar, sama dengan jumlah untuk
membentuk seperempat uap seperti bensin, benzena, dan karbon tetraklorida dalam
jumlah yang sama. Telah dilaporkan bahwa 99% karbon batubara efektif untuk
menghilangkan pewarnaan dan dapat menerima berat warna sebesar 0,40 kg warna
dari karbon aktif. Dalam rangka untuk membuatnya lebih ekonomis, teknik
pembakaran yang mengandung karbon granular dapat digunakan dalam pengelohan
tersier air limbah. Walaupun banyak metode secara kimia, fisika, dan biologi dalam
pengolahan air yang terkontaminasi limbah industri dan perkotaan untuk
menghasilkan air minum yang aman dan enak, tidak ada dari mereka yang
mempunyai potensi pengolahan limbah.
a. KORNEA MATA
i. Anatomi
Kornea adalah bagian depan mata yang transparan menutupi iris, pupil
dan camera oculi anterior. Bersama-sama dengan lensa, kornea membiaskan
cahaya dari total dua pertiga dari total daya optik mata. Pada manusia kekuatan
bias kornea adalah sekitar 43 dioptri. Kornea memiliki ujung saraf yang tidak
mengalami myelinasi sensitif terhadap sentuhan, suhu dan bahan kimia;
sentuhan kornea menyebabkan refleks paksa untuk menutup kelopak mata.
[ CITATION IVO15 \l 1057 ]

Karena transparansi sangat penting maka kornea tidak memiliki


pembuluh darah oleh karena itu untuk pemenuhan nutrisi, kornea menerima
nutrisi melalui difusi dari cairan air mata di luar dan aqueous humor di dalam
dan juga dari neurotrophins disediakan oleh serabut saraf yang menginervasi itu.
Pada manusia, kornea memiliki diameter sekitar 11,5 μm dan ketebalan 500-600
μm di pusat dan 600-800 μm di pinggiran.[ CITATION IVO15 \l 1057 ]

2.4.2 Histologi Kornea


Kornea adalah struktur mata yang tebal, transaran dan nonvaskular.
Permukaan anterior kornea dilapisi oleh epitel kornea berlapis gepeng yang tidak
bereratin dan terdiri dari lima atau lebih lapisan sel. Lapisan sel basal adalah
kolumnar dan terletak di atas membrana basalis tipis yang ditujang oleh lamina
limitans anterior (Bowman) homogen yang tebal. Stroma kornea (substansia
propria) di bawahnya membentuk badan kornea. Bagian ini terdiri dari berkas-
berkas sejajar serat kolagen dan lapisan fibroblas gepeng. [ CITATION Ero12 \l
1057 ] Lamina limitans posterior (descement) adalah membrana basalis tebal
yang terletak di bagian posterior stroma kornea. Permukaan posterior kornea
yang menghadap camera anterior mata dilapisi oleh epitel gepeng selapis yaitu
epitel posterior yang merupakan endotel kornea.[ CITATION Ero12 \l 1057 ]

2.5 HEPAR
2.5.1. Anatomi Hepar
Hepar dan Vesica biliaris terletak di intraperitoneal pada Epigastrium
kanan. Lobus hepatis sinister terletak pada Epigastrium kiri (sampai Linea
medioclavicularis sinistra) di anterior Gaster. Posisi hepar bervariasi, sesuai
respirasi (lebih rendah saat inspirasi, lebih tinggi saat ekspirasi) karena area
nuda-nya menempel pada diaphragm. Oleh sebab itu, posisinya bergantung pasa
posisi paru. Karena diaphragm berbentuk kubah, sisi anterior dan posterior hepar
sebagian ditutupi oleh cavitas pleuralis. Sampai linea medioclavicularis, tepi
anterior hepar biasanya terletak sama seperti arcus costalis kanan sehingga hepar
tidak dapat diraba. Pada pembesaran paru, pada emfisema paru pada seorang
perokok, hepar dapat diraba tanpa terjadinya pembesaran.
Hepar merupakan kelenjar paling besar (1200-1800 g) dan organ
metabolic utama pada tubuh. Facies diaphragmatica berdekatan dengan
Diaphragm dan Facies visceralis dengan tepi bawah anterior (Margo anterior)
mengarah ke organ-organ dalam abdomen. Facies diaphragmatica menempel
pada sebagian diaphragma dan tidak memiliki lapisan peritoneal di area tersebut
(Area nuda). hepar dibagi menjadi lobus kanan yang lebih besar dan kiri yang
lebih kecil (Lobus dexter dan Lobus sinister) yang dipisahkan oleh Lig.
falciforme di sebelah ventral. Lig. falciforme berlanjut sebagai Lig. coranarium
yang kemudian menjadi Lig. triangular dextrum dan sinistrum yang
menghubungkan Diaphragma. Hepar tidak ditutupi peritoneum di empat area
yang lebih besar yaitu : Area nuda, Porta hepatis, bantalan Vesica biliaris, dan
Sulcus venae cava inferior.
Hepar didarahi oleh A. hepatica propia yang berasal dari A. hepatica
communis, suatu cabang arterial langsung dari Truncus coeliacus. Setelah
bercabang menjadi A. gastric dextra, A. hepatica propia berjalan dalam Lig.
hepatoduedenale bersama dengan V. porta hepatis dan Ductus Choledochus ke
Hilum hepatis. Di sini, arteri tersebut terbagi menjadi R. dexter dan sinister ke
lobus-lobus hepaar. R. dexter memberi cabang berupa A. cystic ke vesica
biliaris.
Hepar memiliki sistem vena masuk dan keluar. V. portae hepatis
mengumpulkan darah yang kaya nutrisi dari organ-organ Abdomen yang tidak
berpasangan (Gaster, usus, Pancreas, limpa/spleen) dan mengalirkan bersama
dengan darah arterial dari A. hepatica communis, ke dalam sinusoid Lobulus
hepaticus.
Hepar memiliki dua sistem pembulu limfe yaitu sistem subperitoneal
pada permukaan Hepar dan sistem intraparenkim di sepanjang struktur pada trias
porta ke Hilum hepatis. Mengacu pada kelenjar getah bening regional, terdapat
dua rute drainase limfe mayor yaitu: pada arah kaudal ke Hilum hepatis dan
pada arah cranial yang melewati Diaphragma. [ CITATION FPa12 \l 1033 ]

2.5.2 Histologi Hepar


Semua nutrient dan cairan yang diserap oleh usus akan masuk ke hati
melalui vena porta hepatis, kecuali produk lemak kompleks, yang diangkut oleh
pembuluh limfe. Produksi yang diabsorbsi mula-mulammengalir melalui
kapiler-kapiler hati yaitu sinusoid (vas sinusoideum). Darah vena porta yang
kaya akan nutrien mula-mula di bawa ke hati sebelum masuk ke sirkulasi umum.
Karena darah vena dari organ pencernaan di vena porta hepatis miskin oksigen,
arteri hepatica dari aorta mendarahi sel-sel hati dengan darah yang mengandung
oksigen, sehingga hati mendapatkan darah dari dua sumber.
Hati terdiri atas unit-unit heksagonal yaitu lobulus hepaticus (hati). Di
bagian tengah setiap lobules terdapat sebuah vena sentralis, yang dikelilingi
secara radial oleh lempeng sel hati (lamina hepatocytica), yaitu hepatosit, dan
sinusoid kea rah perifer. Di sini, jaringan ikat membentuk kanalis porta atau
daerah porta (spatium portale), tempat terdapatnya cabang-cabang arteri
hepatica, vena portae hepatis, duktus biliaris dan pembuluh limfe. Pada manusia
dapat ditemukan tiga sampai enam daerah porta setiap lobules.
Sinusoid hati adalah adalah saluran darah yang melebar dan berliku-liku,
dilapisi oleh lapisan tidah utuh sel endotel berfenestra (endotheliocytus
fenestratum) yang juga menunjukan lamina basalis yang berpori dan tidak utuh.
Sinusoid hati dipisahkan dari sinusoid dibawahnya oleh spatium
perisinusoideum (Disse) subendotel. Akibatnya, zat yang mengalir dalam
sinusoid memliki akses langsung melalui dinding endotel yang tidak utuh
dengan hepatosit. Struktur dan jalur sinusoid yang berliku di hati memungkinkan
pertukaran zat yang efisiensi antara hepatosit dan darah. Selain sel endotel,
sinusoid hati juga mengandung makrofag, yang disbeyt dengan sel Kuoffer
(macrophagocytus stellatus), terletak di sisi luminal sel endotel.
Hepatosit mengeluarkan empedu ke dalam saluran yang halus disbeut
dengan kanalikulus biliaris (canaliculuc bilifer) yang terletak diantara hepatosit
kanalikulus menyatu di lobulus hati di daerah porta sebagai duktus biliaris.
Duktus biliaris kemudian mengalir ke duktus hepatikus yang lebih besar yang
membawa empedu keluar dari hati. Di dalam lobulus hati empedu mengalir di
dalam kanalikulus biliaris ke duktus biliaris ke daerah porta, sememntara darah
dalam sinusoid ke vena sentralis. Akibatnya, empedu dan darah tidak bercampur.
[ CITATION Vic10 \l 1033 ]

2.6 PARU – PARU


2.6.2 Anatomi Paru – Paru
Paru-paru merupakan sepasang spons, yaitu organ berisi udara yang terletak
di kedua sisi dada (thorax). Trakea yang terletak di tenggorokan meneruskan
udara yang dihirup ke dalam paru-paru melalui cabang tubular, yang disebut
bronkus. Bronkus kemudian tersusun menjadi lebih kecil yang disebut dengan
bronkiolus.
Bronkiolus akhirnya berakhir dalam kelompok kantung udara mikroskopis
yang disebut alveoli. Di alveoli, oksigen dari udara diserap ke dalam darah.
Karbon dioksida, produk limbah metabolisme ditukar dari darah ke alveoli,
yang akhirnya dihembuskan keluar. Antara alveoli terdapat lapisan tipis sel
yang disebut interstitium, yang berisi pembuluh darah dan sel-sel yang
membantu mendukung alveoli.
Paru-paru ditutupi oleh lapisan jaringan tipis yang disebut pleura. Yang sama
baris jaringan tipis bagian dalam rongga dada. Lapisan tipis bertindak cairan
sebagai pelumas memungkinkan paru-paru untuk menyelinap lancar karena
mereka memperluas dan kontrak dengan setiap napas.
http://www.webmd.com/lung/picture-of-the-lungs

2.6.3 Histologi Paru – Paru


a. Trachea
Trakea adalah tabung fleksibel lebar, lumen terbuka yang dilindungi oleh
20 tulang rawan trakea, tulang rawan hialin C- berbentuk seperti cincin.
Jarak antara cincin tulang rawan yang diisi oleh otot trachealis - bundel otot
polos dan jaringan fibroelastik. Hal ini menyebabkan lumen trakea terus
terbuka, tetapi memungkinkan fleksibilitas selama inspirasi dan ekspirasi.
Mukosa pernapasan dan submukosa disesuaikan untuk menghangatkan dan
melembabkan udara, dan partikel perangkap di mukosa.

b. Mucosa dan Sub-mucosa pada Trachea


Mukosa pernapasan terdiri dari epitel dan mendukung lamina propria).
Epitel adalah kolumnar tinggi semu dengan silia dan sel goblet. Pendukung
lamina propria bawah epitel mengandung elastin, yang berperan dalam
elastisitas trakea selama inspirasi dan ekspirasi, bersama-sama dengan
pembuluh darah yang menghangatkan udara.
Sub-mukosa mengandung kelenjar yang dicampur kelenjar sero-lendir.
Sekresi berair dari kelenjar serosa melembabkan udara terinspirasi. Lendir,
bersama-sama dengan lendir dari sel goblet perangkap partikel dari udara
yang diangkut ke atas menuju faring oleh silia pada epithlium tersebut. Hal
ini membantu untuk menjaga paru-paru bebas dari partikel dan bakteri.
c. Bronkhus
Cabang-cabang trakea menjadi dua bronkus utama, yaitu bronki
sekunder dan tersier. Pada bronchii tersier,tulang rawan sedikit dan tidak
benar-benar mengelilingi lumen.
d. Bronkiolus
Bronchii cabang tersier masuk ke dalam bronkiolus, yang memiliki
diameter 1mm atau kurang, dan struktur dinding berubah.
Epitel terdiri dari sel-sel kolumnar bersilia di bronkiolus yang lebih
besar, atau non-bersilia di bronkiolus yang lebih kecil. Tidak ada sel goblet,
tetapi ada sel yang disebut sel Clara. Sel-sel ini sekretori dengan
mengeluarkan salah satu komponen surfaktan.

e. Bronkiolus terminal.
Gambar ini menunjukkan bronchiole Terminal (TB dalam diagram).
Catatan bahwa ini adalah pada perbesaran rendah dari tiga gambar
above.This adalah bagian terakhir dari bagian budidaya sistem pernapasan,
dan memiliki diameter terkecil dari semua (kurang dari 1mm).
Tidak ada tulang rawan, atau kelenjar, beberapa otot polos masih ada,
tidak ada sel goblet. Epitelelnya merupakan kolumnar atau kuboid. Cabang-
cabang akhir dari bronkiolus disebut bronchioles terminal. Ini memiliki
lapisan otot polos yang mengelilingi lumen.
Stimulasi saraf vagus (parasimpatis) menyebabkan otot polos
berkontraksi, dan mengurangi diameter bronkiolus terminal. Kantung kecil
yang ditemukan membentang dari dinding terminal bronchii disebut
bronkiolus (R), yang dilapisi oleh epitel kuboid bersilia, dan beberapa sel
non-bersilia yang disebut sel clara. The bronchii pernafasan memiliki
beberapa alveoli tunggal dari dinding mereka.
http://www.histology.leeds.ac.uk/respiratory/conducting.php
2.7 HIPOTESIS
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah
H0 : Tidak ada pengaruh pewangi ruangan terhadap perubahan histologis pada
kornea, hepar, dan paru – paru.
H1 : Terdapat pengaruh pewangi ruangan terhadap perubahan histologis pada
kornea, hepar, dan paru – paru.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 BAHAN DAN ALAT
3.1.1 ALAT
- Minor set
- Mikro pipet
- Pipet tetes
- Set gelas
- Kandang
- Timbangan
- Hand scoon
- Masker
3.1.2 BAHAN
- Tikus putih 40 ekor
- Carbon
- Pewangi ruangan
- Kloroform
- Formalin buffer 10%
- NaCl fisiologis
- Aquades

3.2 VARIABEL
3.2.1 VARIABEL BEBAS
Pemberian carbon terhadap 10 ekor tikus putih, pemberian pewangi
terhadap 10 ekor tikus putih, pemberian carbon dan pewangi terhadap 10
ekor tikus putih, dan 10 ekor tikus yang tidak diberikan karbon dan
pewangi.
3.2.2 VARIABEL TERGANTUNG
Gambaran histologik sel pada organ mata, trakea-bronkus, dan hepar pada
tikus putih.
3.2.3 VARIABEL TERKENDALI
Pemberian makan dan minum.

3.3 JALANNYA PENELITIAN


Penelitian ini menggunakan Rattus norvegicus yang berumur 2 bulan sebanyak
40 ekor sebagai hewan uji yang sampai di laboratorium hewan uji Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta pada tanggal 19 Agustus 2015. Rattus norvegicus
tersebut kemudian di kelompokkan menjadi 4 kelompok secara acak sesuai dengan
perlakuan yang akan dilakukan terhadap hewan uji. Kelompok pertama adalah
sebagai kelompok kontrol. Kelompok kedua adalah sebagai kelompok karbon.
Kelompok ketiga adalah sebagai kelompok pewangi. Kelompok empat adalah
sebagai kelompok karbon + pewangi. Masing-masing kelompok kemudian dirawat
dengan pemberian makan, minum, penggantian sekam, dan dilakukan pengecekan
status kesehatan dengan menimbang berat badannya 2 hari sekali untuk pengenalan
dengan lingkungan baru. Kemudian mulai pada tanggal 24 Agustus 2015 masing-
masing kelompok diberikan perlakuan sesuai dengan pembagian kelompoknya
selama 30 hari berturut-turut dengan lama perlakuan adalah 8 jam/hari. Perlakuan
dilakukan dengan memindahkan hewan uji tersebut kedalam kotak kayu yang telah
disiapkan karbon dan pewangi sesuai dengan perlakuan masing-masing kelompok.

Karbon Pewangi
Kelompok Kontrol - -
Kelompok Karbon √ -
Kelompok Pewangi - √
Kelompok Pewangi + Karbon √ √
Tabel .Perlakuan terhadap kelompok
Setelah itu dilakukan pembedahan pada hewan uji untuk mengambil organ
yang akan diuji yaitu mata, testis, hepar, trakhea-pulmo. Organ tersebut kemudian
disimpan dalam larutan formalin supaya tidak cepat rusak. Kemudian organ yang
sudah disimpan tadi dibuat preparat untuk diamati secara histologis.

40 Ekor Rattus norvegicus

10 Ekor 10 Ekor 10 Ekor


10 Ekor
Kelompok Kelompok Kelompok
Kelompok Kontrol
Karbon Pewangi Karbon + Pewangi
Perlakuan selama 30 hari

Pembedahan untuk pengambilan organ

3.4 ANALISIS DATA

DAFTAR PUSTAKA

References
California Environmental Protection Agency, 2013. Health Effects of Indoor Pollutants. [Online]
Available at: http://www.arb.ca.gov/research/indoor/healtheffects1table1.htm
[Accessed 1 Januari 2016].

Candrasari, C. R. & Mukono, J., 2013. Hubungan Kualitas Udara dalam Ruang dengan Keluhan
Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Kesehatan
Lingkungan, 1 Juli, pp. 21-25.

Central Polution Control Board (CPCB), 2014. Indoor Air Pollution (monitoring Guideline), Delhi:
Central Polution Control Board Ministry of Environment & Forest, Govt. of India.

Connecticut Department of Public Health, 2013. Fact Sheet Air Freshener What You Need To
Know, Connecticut: Connecticut Department of Public Health.

EPA, 2015. Improving Indoor Air Quality. [Online]


Available at: http://www.epa.gov/indoor-air-quality-iaq/improving-indoor-air-quality
[Accessed 1 Januari 2016].

EPA, 2015. United States Environmental Protection Agency. [Online]


Available at: http://www.epa.gov/indoor-air-quality-iaq/introduction-indoor-air-quality
[Accessed 6 Desember 2015].

Eroschenko, V. P., 2010. diFiore. Atlas Histologi dengan Korelasi Fungsional. Bagian II. Organ.
BAB 14. Sistem Pencernaan: Hati, Kandung Empedu, dan Pankreas. Edisi 11. Halaman 325-
326.. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Eroschenko, V. P., 2012. Kornea Potongan Transversal. In: D. Dharmawan & N. Yesdelita, eds.
Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional. Jakarta: EGC, pp. 510-511.
Friedrich Paulsen, J. W., 2012. Sobotta. Atlas Anatomi Manusia. Organ-Organ Dalam. Edisi 32.
Jilid 2. Halaman 102-113.. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Gilbert, S., 2009. Toxipedia. [Online]


Available at: http://www.toxipedia.org/display/toxipedia/Air+Fresheners
[Accessed 9 Desember 2015].

IVO, 2015. Corneal Anatomy: Institute of Vision and Optics. [Online]


Available at: http://www.ivo.gr/en/patient/cornea-diseases/cornea-diseases.html
[Accessed 10 Desember 2015].

Kelbrat, T., 2014. The “People Power” Health Superbook: Book 23. Green Health Guide (People
Get Sick & Die from Chemicals & Pollution). s.l.:Lulu Press Inc.

Kim, S., Hong, S.-H., Bong, C.-K. & Cho, M.-H., 2015. Characterization of Air Freshener Emission:
The Pottential Health Effects. The Journal of Toxilogical Science, 40(5), pp. 535-550.

Sherbondy, J. & Mickler, J., 2015. Activated Carbon | What is Activated Carbon and How Does
It Work?. [Online]
Available at: http://www.tigg.com/what-is-activated-carbon.html
[Accessed 1 Januari 2016].

Sidheswaran, M. A. et al., 2011. Energy Efficient Indoor VOC Air Cleaning with Activated Carbon
Fber (ACF) Filters. Building and Environment Elsevier, pp. 1-11.

Slezakova, K., Morais, S., Pereira & Carmo, M. d., 2012. Indoor Air Pollutants: Relevant Aspects
and Health Impacts. Environmental Health - Emerging Issues and Practice, 3 Februari, pp. 125-
146.

Solomon, G., 2007. Protect Your Family from the Hidden Hazards in Air Freshener, s.l.: National
Resort Defense Council.

Steinamann, A., 2013. Toxic Chemicals in Air Fresheners and Health Effects, s.l.: s.n.

The Histology Guide. Faculty of Biological Sciences University of Leeds


http://www.histology.leeds.ac.uk/respiratory/conducting.php
WebMD. Lung Disease and Respiratory Health Center.
http://www.webmd.com/lung/picture-of-the-lungs

Anda mungkin juga menyukai