Anda di halaman 1dari 23

POLUSI UDARA

A. Pengertian Pencemar Udara


Menurut UU No. 32 tahun 2009 tentang pengendalian pencemaran udara,
pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
Menurut Salim yang dikutip oleh Mukono (2006) pencemaran udara diartikan
sebagai keadaan atmosfir, di mana satu atau lebih bahan-bahan polusi yang jumlah
dan konsentrasinya dapat membahayakan kesehatan mahluk hidup, merusak properti,
mengurangi kenyamanan di udara. Berdasarkan definisi ini maka segala bahan padat,
gas dan cair yang ada di udara yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman disebut
polutan udara.
Sedangkan menurut Hutagalung yang dikutip oleh Sunu (2011), yang dimaksud
pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam
lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi
oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek
pada manusia, binatang, dan material karena ulah manusia (man made). Pencemaran
udara juga dapat diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam
udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan
normalnya
Dari berbagai pengertian di atas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa
pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke
dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan,
gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas
lingkungan.

B. Jenis Pencemaran Udara


Ada 2 jenis pencemaran udara, yaitu :
Pencemaran Udara Dalam Ruangan

1
Pencemaran udara dalam ruang merupakan masalah kesehatan yang
sangat serius dalam berbagai lingkungan non industri (Anies, 2004).
Berdasarkan sumbernya, polusi udara dalam ruang dibagi menjadi enam
kelompok, yaitu (Kusnoputranto, 2002) :
1. Polusi dalam ruangan (bahan-nahan sintesis dan beberapa bahan
alamiah yang digunakan sebagai perabotan rumah tangga seperti
karpet, busa, pelapis dinding, furniture, dan lain-lain).
2. Pembakaran bahan bakar (pembakaran bahan bakar dalam rumah yang
digunakan untuk memasak dan pemanas ruangan menghasilkan
nitrogen oksida, karbon monoksida, sukfur dioksida, hidrokarbon,
partikulat).
3. Gas-gas toksik yang terlepas ke dalam ruangan yang berasal dari dalam
tanah (radon).
4. Produk konsumsi, seperti pengkilap perabot, perekat, kosmetik,
pestisida/insektisida.
5. Asap tembakau.
6. Mikroorganisme.
Penyebab Pencemaran Udara Dalam Ruang :
Berdasarkan hasil pemeriksaan NIOSH (The National Institute of
Occupational Safety and Health) menyebutkan ada 5 sumber penyebab
pencemaran di dalam ruangan yaitu :
1. Pencemaran dari alat-alat di dalam gedung seperti asap rokok, pestisida,
bahan-bahan pembersih ruangan.
2. Pencemaran di luar gedung meliputi masuknya gas buangan kendaraan
bermotor, gas dari cerobong asap atau dapur yang terletak didekat gedung,
dimana semuanya dapat terjadi akibat penempatan lokasi lubang udara
yang tidak tepat.
3. Pencemaran akibat bahan bangunan meliputi pencemaran formaldehide,
lem, asbes, fiberglass, dan bahan-bahan lain yang merupakan komponen
pembentuk gedung tersebut.

2
4. Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa, dan
produk mikroba lainnya yang dapat ditemukan di saluran udara dan alat
pendingin beserta seluruh sistemnya.
5. Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang masuk, serta
buruknya distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara.

C. Faktor Penyebab Pencemaran Udara


Secara umum, faktor penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu :
1. Faktor Internal (Secara Alamiah)
Contoh: Debu yang beterbangan akibat ditiup oleh angin, abu yang dikeluarkan
dari letusan gunung berapi berikut gas-gas vulkanik, proses
pembusukan sampah organik, dll.

Gambar di samping merupakan contoh


sumber penyebab pencemaran udara yang
berupa letusan gunung berapi yang
menimbulkan emisi SO2, H2S, CH4 serta
kebakaran hutan yang menimbulkan emisi
HC, CO, dan partikulat berupa asap.

2. Faktor Eksternal (Karena Ulah Manusia)


Contoh :
a. Kegiatan Industri
Industri selalu dikaitkan dengan sumber pencemar karena industri merupakan
kegiatan yang sangat tampak dalam pembebasan berbagai senyawa kimia ke

3
lingkungan. Kegiatan industri menyebabkan pencemaran udara karena menimbulkan
asap sebagai sumber titik dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Porsi asap industri
dalam mencemari udara memang tidak terlalu besar, yaitu hanya sekitar 10-15%.

Kegiatan Industri di Bengkulu

b. Kendaraan Bermotor

Asap Kendaraan Bermotor di Jakarta


Kendaraan bermotor yang menjadi alat transportasi, dalam konteks pencemaran
udara dikelompokkan sebagai sumber yang bergerak. Dengan karakteristik demikian,
penyebaran pencemar yang diemisikan dari sumber-sumber kendaraan bermotor ini
akan mempunyai suatu pola penyebaran spasial yang meluas. Faktor perencanaan
sistem transportasi akan sangat mempengaruhi penyebaran pencemaran yang
diemisikan, mengikuti jalur-jalur transportasi yang direncanakan.

Faktor penting yang menyebabkan dominannya pengaruh sektor transportasi


terhadap pencemaran udara perkotaan di Indonesia antara lain:

4
Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (meningkta secara
eksponensial)

Tidak seimbang antara jumlah kendaraan dan fasilitas atau prasarana


transportasi

Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat, akibat terpusatnya


kegiatan-kegiatan perekonomian dan perkantoran di pusat kota

Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang


ada, misalnya daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi
pusat kota

Kesamaan waktu aliran lalu lintas

Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor

Faktor perawatan kendaraan

Jenis bahan bakar yang digunakan

Jenis permukaan jalan

Siklus dan pola mengemudi (driving pattern)

Di samping faktor-faktor yang menentukan intensitas emisi pencemar sumber


tersebut, faktor penting lainnya adalah faktor potensi dispersi atmosfer daerah
perkotaan, yang akan sangat tergantung kepada kondisi dan perilaku meteorologi.

Penggunaan BBM (Bahan Bakar Minyak) bensin dalam motor akan selalu
mengeluarkan senyawa-senyawa seperti CO (karbon monoksida), THC (total hidro
karbon), TSP (debu), NOx (oksida-oksida nitrogen) dan SOx (oksida-oksida sulfur).
Premium yang dibubuhi TEL, akan mengeluarkan timbal. Solar dalam motor diesel
akan mengeluarkan beberapa senyawa tambahan di samping senyawa tersebut di atas,
yang terutama adalah fraksi-fraksi organik seperti aldehida, PAH (Poli Alifatik

5
Hidrokarbon), yang mempunyai dampak kesehatan yang lebih besar (karsinogenik),
dibandingkan dengan senyawa-senyawa lainnya.

Udara yang tercemar oleh zat-zat tersebut dapat menyebabkan gangguan


kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya, tergantung dari macam, ukuran dan
komposisi kimiawinya. Gangguan tersebut terutama terjadi pada fungsi faal dari
organ tubuh seperti paru-paru dan pembuluh darah, atau menyebabkan iritasi pada
mata dan kulit.

Pencemaran udara karena partikel debu biasanya menyebabkan penyakit


pernapasan kronis seperti bronchitis khronis, emfiesma paru, asma bronchial dan
bahkan kanker paru-paru. Kadar timbal yang tinggi di udara dapat mengganggu
pembentukan sel darah merah. Gejala keracunan dini mulai ditunjukkan dengan
terganggunya fungsi enzim untuk pembentukan sel darah merah, yang pada akhirnya
dapat menyebabkan gangguan kesehatan lainnya seperti anemia, kerusakan ginjal
dan lain-lain. Sedangkan keracunan Pb bersifat akumulatif.

Keracunan gas CO timbul sebagai akibat terbentuknya karboksihemoglobin


(COHb) dalam darah. Afinitas CO yang lebih besar dibandingkan dengan oksigen
(O2) terhadap Hb menyebabkan fungsi Hb untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh
menjadi terganggu. Berkurangnya penyediaan oksigen ke seluruh tubuh ini akan
membuat sesak napas dan dapat menyebabkan kematian, apabila tidak segera
mendapat udara segar kembali. Sedangkan bahan pencemar udara seperti NOx, SOx,
dan H2S dapat merangsang pernapasan yang mengakibatkan iritasi dan peradangan.
Solusi untuk mengatasi polusi udara kota terutama ditujukan pada pembenahan
sektor transportasi, tanpa mengabaikan sektor-sektor lain. Hal ini kita perlu belajar
dari kota-kota besar lain di dunia, yang telah berhasil menurunkan polusi udara kota
dan angka kesakitan serta kematian yang diakibatkan karenanya, seperti :

Pemberian izin bagi angkutan umum kecil hendaknya lebih dibatasi, sementara
kendaraan angkutan massal, seperti bus dan kereta api, diperbanyak.

6
Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu
dipertimbangkan sebagai salah satu solusi. Sebab, semakin tua kendaraan,
terutama yang kurang terawat, semakin besar potensi untuk memberi
kontribusi polutan udara.

Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor adalah kemacetan lalu lintas
dan tanjakan. Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan
tegas terhadap pelanggaran berkendaraan dapat membantu mengatasi
kemacetan lalu lintas dan mengurangi polusi udara.

Pemberian penghambat laju kendaraan di permukiman atau gang-gang yang


sering diistilahkan dengan polisi tidur justru merupakan biang polusi.
Kendaraan bermotor akan memperlambat laju.

Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun
pribadi meskipun secara uji petik (spot check). Perlu dipikirkan dan
dipertimbangkan adanya kewenangan tambahan bagi polisi lalu lintas untuk
melakukan uji emisi di samping memeriksa surat-surat dan kelengkapan
kendaraan yang lain.
Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan, terutama
yang lalu lintasnya padat serta di sudut-sudut kota, juga mengurangi polusi
udara.

c. TPA
Timbulnya gas metan dalam lahan urug juga termasuk salah satu faktor
penyebab pencemaran udara. Timbunan sampah telah menjadi salah satu
penyumbang besar pencemaran gas metan. Diperkirakan 1 ton sampah padat
menghasilkan 50 Kg gas metan setiap harinya. Hal ini disebabkan pembusukan
sampah oleh bakteri pengurai secara alami yang menghasilkan gas metan, karbon
dioksida, dan sejumlah gas lainnya yang berbahaya bagi lingkungan.
Tempat penampungan akhir (TPA)/Tempat pembuangan sementara (TPS)
diindikasikan telah mengeluarkan gas beracun berbahaya jenis metan. Bila tidak
segera diantisipasi, besar kemungkinan gas berbahaya itu bisa merenggut nyawa

7
orang yang berada di radius terdekat dari TPA/TPS. Masyarakat yang menghirup gas
metan setiap harinya dapat dimungkinkan mengalami kerusakan organ dan sel tubuh
atau bahkan dapat meninggal dunia jika terus menerus menghirup gas metan. Selain
itu, gas metan sewaktu-waktu dapat meledak jika kandungannya sudah berlebihan.
Pencemaran lain yang berbahaya bagi manusia adalah mengenai emisi gas
buang yang dihasilkan oleh pembakaran sampah. Pencemaran emisi sebenarnya telah
diatur oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995
tentang Baku Emisi tidak bergerak untuk jenis kegiatan lain. Peraturan ini mengatur
standar baku mutu gas buang yang dihasilkan oleh mesin pembakaran agar ramah
lingkungan dan tidak mencemari udara sekitar.

Pembakaran Sampah

Gas Metan dar TPA

8
d. Pembangkit Listrik
Pencemaran udara hanya terjadi pada pembangkit listrik yang berbahan bakar
batu bara. Sebenarnya, yang terlibat dalam reaksi untuk menghasilkan energi
hanyalah karbon dan hidrogen. Padahal, batu bara di alam tidak ditemukan dalam
bentuk karbon murni, melainkan sebagai mineral yang juga mengandung oksigen,
nitrogen, sulfur, dan abu. Karenanya, ketika dibakar, akan dihasilkan gas-gas SO x,
COx, dan NOx disamping abu itu sendiri.

Pembangkit Listrik Batu Bara di Jerman

e. Pembangunan/Konstruksi
Sektor konstruksi inilah yang paling banyak menyumbang Particulate Matters
yang akan mencemari udara. Debu banyak dihasilkan dari proses-proses
pengangkutan dan peletakan bahan, pengeboran, pengayakan dan pengadukan semen
dan pasir di lapangan, dan sebagainya.

Debu dari Kegiatan Pembangunan

f. Militer
Senjata-senjata seperti gas beracun atau senjata biologis dirancang untuk
berdampak buruk bagi penghirupnya. Pemboman maupun pemasangan ranjau
menimbulkan debu dan asap akibat dari ledakan yang terjadi. Pencemaran yang

9
disebabkan oleh pesawat jet tidak dapat disandingkan dengan emisi transportasi biasa,
mengingat asap yang ditinggalkan sangat banyak karena daya akselerasi yang
dibutuhkan amat besar, dan fakta bahwa pesawat tipe ini melesat jauh lebih cepat
daripada kecepatan dispersi dari asap yang dihasilkan. Inilah yang menyebabkan
visual seperti ekor setiap kali pesawat jet melintas.

Asap Jet

D. Klasifikasi Bahan Pencemar Udara (Polutan)


Berikut ini merupakan pengklasifikasian bahan pencemar udara (polutan) :
1. Polutan Primer (Primary Pollutants)
Polutan primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari
sumber pencemaran udara atau polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber
tertentu, dan dapat berupa:
Polutan Gas terdiri dari:
- Senyawa karbon, yaitu karbon monooksida (CO) dan karbon dioksida
(CO2) .
- Senyawa sulfur, yaitu Sulfur dioksida.
- Senyawa halogen, yaitu flour, klorin, hidrogen klorida, dan bromin.

Partikel

10
Partikel yang ada di atmosfer mempunyai karakteristik yang spesifik,
dapat berupa zat padat maupun suspensi cair sulfur di atmosfer. Bahan partikel
tersebut dapat berasal dari proses kondensasi, proses spraying maupun proses
erosi bahan tertentu.
2. Polutan Sekunder (Secondary Pollutants)
Polutan sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi
pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pencemar sekunder biasanya terjadi
karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara. Contohnya adalah NO2 dan
O3 yang terbentuk pada waktu siang hari (reaksi pencemar primer dengan sinar
matahari).

E. Karakteristik Zat-Zat Pencemar Udara


Beberapa polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara, adalah Karbon
monoksida, Nitrogen dioksida, Sulfur dioksida, Partikulat, Hidrokarbon, CFC,
Timbal dan Karbondioksida. Berikut ini merupakan karakteristik dari masing-
masing zat pencemar udara tersebut :
Karbon monoksida (CO)
Gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan bersifat racun. Dihasilkan dari
pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil, misalnya gas buangan kendaraan
bermotor.
Nitrogen dioksida (NO2)
Gas yang paling beracun. Dihasilkan dari pembakaran batu bara di pabrik,
pembangkit energi listrik dan knalpot kendaraan bermotor.
Sulfur dioksida (SO2)
Gas yang berbau tajam, tidak berwarna dan tidak bersifat korosi. Dihasilkan
dari pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur terutama batubara.
Batubara ini biasanya digunakan sebagai bahan bakar pabrik dan pembangkit
tenaga listrik.

Partikulat (asap atau jelaga)

11
Polutan udara yang paling jelas terlihat dan paling berbahaya. Dihasilkan dari
cerobong pabrik berupa asap hitam tebal. Macam-macam partikel, yaitu :
a. Aerosol : partikel yang terhambur dan melayang di udara.
b. Fog (kabut) : aerosol yang berupa butiran-butiran air dan berada di udara.
c. Smoke (asap) : aerosol yang berupa campuran antara butir
padat dan cair dan melayang berhamburan di udara.
d. Dust (debu) : aerosol yang berupa butiran padat dan melayang-layang di udara
Hidrokarbon (HC)
Polutan yang berupa uap yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang
tidak sempurna.
Chlorofluorocarbon (CFC)
Gas yang dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon yang ada di atmosfer
bumi. Dihasilkan dari berbagai alat rumah tangga seperti kulkas, AC, alat
pemadam kebakaran, pelarut, pestisida, alat penyemprot (aerosol) pada parfum
dan hair spray.
Timbal (Pb)
Logam berat yang digunakan manusia untuk meningkatkan pembakaran pada
kendaraan bermotor. Hasil pembakaran tersebut menghasilkan timbal oksida
yang berbentuk debu atau partikulat yang dapat terhirup oleh manusia.
Karbon dioksida (CO2)
Gas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna bahan bakar kendaraan
bermotor dan pabrik serta gas hasil kebakaran hutan.

F. Dampak Pencemaran Udara Bagi Lingkungan dan Kesehatan Manusia


Dampak adanya pencemaran udara bagi lingkungan antara lain :
1. Hujan Asam
Hujan asam adalah hujan yang memiliki kandungan pH kurang dari 5,6. SO2
dan NOx (NO2 dan NO3) yang menguap ke udara akan bercampur dengan embun.
Dengan bantuan cahaya matahari, senyawa tersebut akan diubah menjadi tetesan-
tetesan asam yang kemudian turun ke bumi sebagai hujan asam. Namun, bila H 2SO2

12
dan HNO2 dalam bentuk butiran-butiran padat dan halus turun ke permukaan bumi
akibat adanya gaya gravitasi bumi, maka peristiwa ini disebut dengan deposisi asam.
SO2 dan NOx (NO2 dan NO3) yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan
bakar fosil (kendaraan bermotor) dan pembakaran batubara (pabrik dan pembangkit
energi listrik) akan menguap ke udara. Sebagian lainnya bercampur dengan O2 yang
dihirup oleh makhluk hidup dan sisanya akan langsung mengendap di tanah sehingga
mencemari air dan mineral tanah.

Berikut ini merupakan bagan proses terjadinya hujan asam :

Gambar proses terjadinya hujan asam

Pada bagan poses terjadinya hujan asam tersebut ada 2 macam deposisi, yakni.
- Deposisi Kering : terendapkannya asam-asam yang ada di udara dan mengenai
tanah, benda, dan makhluk hidup tanpa melalui air hujan.
- Deposisi Basah : turunnya asam-asam yang ada dalam udara melalui tetes air
hujan, kabut, embun atau butiran-butiran cairan.

2. Penipisan Lapisan Ozon

13
Atmosfer bumi memiliki suatu lapisan yang di dalamnya mengandung ozon,
yaitu lapisan stratosfer. Ozon yang ada pada lapisan ini berfungsi menyaring radiasi
matahari yang berbahaya, yaitu radiasi ultraviolet. Jika radiasi ultraviolet tidak
disaring oleh lapisan ozon, maka dapat membahayakan kehidupan di bumi.
Metabolisme tumbuhan dan hewan dapat terganggu karena radiasi ini, begitu pula
dengan manusia. Bahkan, manusia dapat mengalami kanker kulit jika terkena radiasi
ultraviolet dalam waktu yang lama.
Ternyata lapisan ozon saat ini mengalami penipisan atau lubang. NASA
mengumumkan temuan lubang ozon terbesar yang pernah terjadi di antartika yaitu
mencapai 3 kali luas negara Amerika Serikat. Berbagai bahan pencemar udara
menjadi penyebabnya. Rusaknya lapisan ozon sebagian besar disebabkan oleh CFC
yang digunakan sejak tahun 1928 sebagai aerosol, kulkas, AC dan lain-lain
(Setiawan, 2012).

3. Efek Rumah Kaca dan Pemanasan Global


Kadar CO2 yang tinggi di lapisan atmosfer dapat menghalangi pantulan panas
dari bumi ke atmosfer sehingga permukaan bumi menjadi lebih panas. Peristiwa ini
disebut dengan efek rumah kaca (green house effect). Efek rumah kaca ini
mempengaruhi terjadinya kenaikan suhu udara di bumi (pemanasan global).
Pemanasan global adalah kenaikan suhu rata-rata di seluruh dunia dan menimbulkan
dampak berupa berubahnya pola iklim (Malik, 2012).

14
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan
N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh
permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan
menimbulkan fenomena pemanasan global (Alimuhi, 2011). Permukaan bumi akan
menyerap sebagian radiasi matahari yang masuk ke bumi dan memantulkan sisanya.
Namun, karena meningkatnya CO2 di lapisan atmosfer maka pantulan radiasi
matahari dari bumi ke atmosfer tersebut terhalang dan akan kembali dipantulkan ke
bumi. Akibatnya, suhu di seluruh permukaan bumi menjadi semakin panas
(pemanasan global). Peristiwa ini sama dengan yang terjadi di rumah kaca. Rumah
kaca membuat suhu di dalam ruangan rumah kaca menjadi lebih panas bila
dibandingkan di luar ruangan. Hal ini dapat terjadi karena radiasi matahari yang
masuk ke dalam rumah kaca tidak dapat keluar.

Gambar berbagai penyebab terjadinya pemanasan global

Dampak adanya pencemaran udara bagi kesehatan manusia antara lain :


Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui
sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung
kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran
pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai
paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan

15
menyebar ke seluruh tubuh. Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai
adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma,
bronchitis dan gangguan pernapasan lainnya.
Partikel yang mencemari udara dapat merusak lingkungan, manusia, tanaman,
dan hewan. Udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai
penyakit saluran pernapasan atau pneumokoniosis yang merupakan penyakit saluran
pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel yang masuk atau mengendap di
dalam paru-paru akan menentukan letak penempelan atau pengendapannya. Penyakit
pneumokoniosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel yang masuk atau
terhisap ke dalam paru-paru (Wardhana, 2009). Adapun jenis-jenis penyakit
pneumokoniosis seperti :
- Penyakit Antrakosis
Merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh pencemaran
debu batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja tambang batubara atau
pekerja yang banyak mlibatkan penggunaan batubara seperti power plant
(pembangkit listrik tenaga uap. Masa inkubasi penyakit ini antara 2-4 tahun yang
ditandai dengan sesak napas.
- Penyakit Silikosis
Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran debu silica bebas, berupa SiO 2,
yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu silica ini
banyak terdapat di industri besi baja, keramik, pengecoran beton, proses permesinan
seperti mengikir, menggerinda. Di samping itu debu silica juga terdapat di
penambangan bijih besi, timah putih, dan tambang batu bara. Penyakit silikosis akan
lebih buruk lagi, kalau penderita sebelumnya sudah menderita penyakit TBC paru-
paru, bronchitis kronis, astma broonchiale dan penyakit pernapasan lainnya. Pada
awalnya, penyakit silikosis ditandai dengan sesak napas yang disertai dengan batuk-
batuk tanpa dahak.
Karbon monoksida (CO) mampu mengikat Hb (hemoglobin) sehingga pasokan
O2 ke jaringan tubuh manusia terhambat. Hal tersebut menimbulkan gangguan
kesehatan berupa rasa sakit pada dada, nafas pendek, sakit kepala, mual, menurunnya

16
pendengaran dan penglihatan menjadi kabur. Selain itu, fungsi dan koordinasi
motorik menjadi lemah. Bila keracunan berat (70 80 % Hb dalam darah telah
mengikat CO), dapat menyebabkan pingsan dan diikuti dengan kematian. Nitrogen
dioksida (SO2) dapat menyebabkan timbulnya serangan asma. Hidrokarbon (HC)
menyebabkan kerusakan otak, otot dan jantung. Chlorofluorocarbon (CFC)
menyebabkan melanoma (kanker kulit) khususnya bagi orang-orang berkulit terang,
katarak dan melemahnya sistem daya tahan tubuh. Ozon (O3) menyebabkan iritasi
pada hidung, tenggorokan terasa terbakar dan memperkecil paru-paru.

G. Upaya PencegahanTerjadinya Pencemaran Udara


Pencegahan yang ditempuh terhadap pencemaran udara tergantung dari sifat
dan sumber polutannya. Pencegahan yang paling sederhana dan mudah dilakukan
yaitu menggunakan masker sebagai pelindung untuk menghindari terjadinya
gangguan kesehatan. Tindakan yang dilakukan untuk mencegah pencemaran udara
seperti mengurangi polutan, bahan yang mengakibatkan polusi dengan peralatan,
mengubah polutan, melarutkan polutan, dan mendispersikan-menguraikan polutan.
1. Mencegah pencemaran udara berbentuk gas
Adsorbsi merupakan proses melekatnya molekul polutan atau ion pada
permukaan zat padat-adsorben-seperti karbon aktif dan silikat. Adsorben
mempunyai sifat dapat menyerap zat lain sehingga menempel pada
permukaannya tanpa reaksi kimia serta memiliki daya kejenuhan yang bersifat
disposal (sekali pakai buang) atau dibersihkan dulu, kemudian digunakan lagi.
Absorbsi merupakan proses penyerapan yang memerlukan solven yang baik
untuk memisahkan polutan gas dengan konsentrasinya. Metode absorbs ini
pada prinsipnya hampir sama dengan metode adsorbsi, hanya bedanya bahwa
emisi hidrokarbon mengalami kontak dengan cairan di mana hidrokarbon akan
larut atau tersuspensi.
Kondensasi merupakan proses perubahan uap air atau bendda gas menjadi
benda cair pada suhu udara di bawah titik embun. Polutan gas diarahkan
mencapai titik kondensasi tinggi dan titik penguapan yang rendah, seperti
hidrokarbon dan gas organik lainnya.

17
Pembakaran merupakan proses untuk menghancurkan gas hidrokarbon yang
terdapat di dalam polutan dengan mempergunakan proses oksidasi panas yang
disebut inceneration. Iceneration merupakan salah satu metode dalam
pengolahan limbah padat dengan menggunakan pembakaran yang
menghasilkan gas dan residu pembakaran.
2. Mencegah pencemaran udara berbentuk partikel
Filter
Filter udara dimaksudkan untuk menangkap debu atau polutan partikel yang
ikut keluar pada cerobong atau stack pada permukaan filter, agar tidak ikut
terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih saja yang keluar dari
cerobong. Penggunaan filter udara seharusnya disesuaikan dengan sifat gas
buangan yang keluar seperti berdebu banyak, besifat asam, bersifat alkalis dan
sebagainya. Beberapa contoh jenis filter yang banyak digunakan seperti cotton,
nylon, orlon, Dacron, fiberglass, polypropylene, wool, nomex, Tefloyn.
Filter basah
Cara kerja filter basah atau scrubbers/wat collectors adalah membersihkan
udara kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alat, sedangakan
udara yang kotor dari bagian bawah alat.
Elektrostatik
Alat pengendap elektrostatik dapat digunakan untuk membersihkan udara kotor
dalam jumlah yang relative besar. Alat ini menggunakan arus searah (DC) yang
mempunyai tegangan antara 25-100 kv, berupa tabung silinder di mana
dindingnya diberi muatan positif sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang
merupakan pusat silinder, sejajar dinding silinder, diberi muatan negative.

Kolektor Mekanik
Mengendapkan polutan partikel yang ukurannya relative besar dapat dengan
menggunakan tenaga gravitasi. Pengendap siklon atau cyclone Separators

18
adalah pengendap debu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang
pabrik yang berdebu.
Program penghijauan
Tumbuh-tumbuhan menyerap hasil pencemaran udara berupa karbon dioksida
(CO2) dan melepaskan oksigen (O2). Tumbuh-tumbuhan akan menghisap dan
mengurangi polutan, dengan melepaskan gas oksigen maka akan mengurangi
jumlah polutan di udara. Semakin banyak tumbuh-tumbuhan ditanam sebagai
paru-paru kota maka kualitas udara akan semakin sehat sehingga akan
mendukung program langit biru (prolabir). Program penghijauan ini seharusnya
merupakan gerakan nasional agar semua pihak dapat berpartisipasi aktif.
Ventilasi udara
Penggunaan dan penempatan ventilasi udara seharusnya disesuaikan dengan
kebutuhan. Perhatian utama yaitu tercukupnya kebutuhan gas oksigen (O2)
dalam ruangan serta menjadikan udara dalam ruangan bebas dari berbagai
polutan. Bila akan menggunakan exhaust fan, maka usahakan dekat dengan
sumber pencemaran, agar polutan segera dapat keluar dalam ruangan.

H. Upaya Penanggulangan Terjadinya Pencemaran Udara


Bila terjadi pencemaran udara, maka perlu dilakukan beberapa usaha untuk
memperbaiki dan menanggulangi keadaan lingkungan, dengan cara:
1. Menggalang dana untuk mengobati dan merawat korban pencemaran lingkungan.
2. Kerja bakti rutin di tingkat RT/RW atau instansi-instansi untuk membersihkan
lingkungan dari polutan.
3. Melokalisasi tempat pembuangan sampah akhir (TPA) sebagai tempat daur ulang.
4. Menggunakan penyaring pada cerobong-cerobong di kilang minyak atau pabrik
yang menghasilkan asap atau jelaga penyebab pencemaran udara.
5. Mengidentifikasi dan menganalisa serta menemukan alat atau teknologi tepat guna
yang berwawasan lingkungan setelah adanya musibah/kejadian akibat pencemaran
udara, misalnya menemukan bahan bakar dengan kandungan timbal yang rendah
(BBG).

19
Selain itu, pemerintah juga perlu mencanangkan program-program yang
bertujuan untuk mengendalikan pencemaran udara, seperti :
1. Meningkatkan program langit biru yang telah dicanangkan sejak Agustus 1996.
Bertujuan untuk meningkatkan kembali kualitas udara yang telah tercemar,
misalnya dengan melakukan uji emisi kendaraan bermotor.
2. Keharusan membuat cerobong asap bagi industri atau pabrik.
3. Himbauan mengurangi bahan bakar fosil (minyak, batu bara) dan menggantinya
dengan energi alternatif lainnya.
4. Membatasi beroperasinya mobil dan mesin pembakar yang sudah tua dan tidak
layak pakai.
5. Larangan beredarnya insektisida berbahaya seperti DDT (dikhloro difenil trikhloro
etana).
6. Menetapkan undang-undang dan hukum tentang pelaksanaan perlindungan lapisan
ozon
Solusi untuk mengatasi polusi udara kota terutama ditujukan pada pembenahan
sektor transportasi, tanpa mengabaikan sektor-sektor lain. Hal ini kita perlu belajar
dari kota-kota besar lain di dunia, yang telah berhasil menurunkan polusi udara kota
dan angka kesakitan serta kematian yang diakibatkan karenanya :
1. Pemberian izin bagi angkutan umum kecil hendaknya lebih dibatasi, sementara
kendaraan angkutan massal, seperti bus dan kereta api diperbanyak.
2. Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu dipertimbangkan
sebagai salah satu solusi. Sebab, semakin tua kendaraan, terutama yang kurang
terawat, semakin besar potensi untuk memberi kontribusi polutan udara.
3. Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor adalah kemacetan lalu lintas.
Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan tegas terhadap
pelanggaran berkendaraan dapat membantu mengatasi kemacetan lalu lintas dan
mengurangi polusi udara.
4. Pemberian penghambat laju kendaraan di permukiman atau gang-gang yang sering
diistilahkan dengan polisi tidur justru merupakan biang polusi. Kendaraan
bermotor akan memperlambat laju.

20
5. Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun pribadi
meskipun secara uji petik (spot check). Perlu dipikirkan dan dipertimbangkan
adanya kewenangan tambahan bagi polisi lalu lintas untuk melakukan uji emisi di
samping memeriksa surat-surat dan kelengkapan kendaraan yang lain.

I. CONTOH KASUS

Kemacetan yang terjadi dijakarta semakin lama semakin parah, hal ini tentunya
berpengaruh pada pemborosan energi, hal tersebut dapat dilihat dari kemacetan yang
ada, kemacetan membuat energi terbuang sia sia akibat kendaraan yang diam namun
masih dalam keadaan menyala (mesin, AC, dll). kapasitas jalan tidak sebanding
dengan jumlah kendaraan (pribadi dan umum) yang menggunakannya. jumlah
kendaraan yang beroperasi di jalan-jalan Jakarta untuk tahun 2007 dihitung sebanyak
7.773.957 yang terdiri dari; kendaraan sepeda motor 5.136.619 unit, mobil sebanyak
1.816.702 unit, kendaraan bus berjumlah 316.896, dan 503.740 untuk jenis kendaraan
lainnya. Dari total tersebut, kendaraan umum hanya berjumlah 2% dari seluruh
kendaraan dijakarta.

Terkait dengan kemacetan tersebut kualitas udara ternyata berpengaruh akan


kesehatan masyarakat di sekitar, hasil sisa pembakaran dari kendaraan banyak
mengandung CO2, dimana zat ini merupakan racun bagi manusia. Pencemaran udara
ini harus selalu diukur menggunakan Alat Pengukur Kualitas Udara atau seperti
perangkat untuk mengukur kualitas udara secara indoor yaitu salah satunya Air
Quality meter, dengan melakukan pengukuran dan monitoring lingkungan maka akan
didapatkan data yang konkret untuk mengendalikan pencemaran udara pada
lingkungan masyarakat, sehingga data tersebut dapat menjadi himbauan dan acuan
dalam hal menangulangi dan mencegah pemcemaran udara lebih luas.

Didaerah tertentu Alat pengukur kualitas udara sangat diperlukan sesuai dengan
peraturan daerah yang ada, contoh Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta no.2 tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara pengertian Udara
Ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di

21
dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi
kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

[1] http://www.maxpelltechnology.com/incineratorsampah.php (diakses


tanggal 23 Februari 2014, 17.22)

[2] http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang-pengendalian/subid-
pemantauan-pencemaran/94-pencemaran-udara-dari-sektor-transportasi
(diakses tanggal 23 Februari 2014, 17.22)

22
[3]https://www.slideshare.net/vickaandini7/makalah-pencemaran-udara-
34421829

23

Anda mungkin juga menyukai