3.2 Bahan
1.) Kabel Penghubung 10 KV
2.) Serbuk uji: serbuk koolin 2 kg; serbuk talkum 1 kg; dan tepung jagung 2 kg.
3.) Kuas pembersih nomer 4
4.) Pompa peniup
IV. PROSEDUR PRAKTIKUM
4.1 Percobaan Pertama
1. Untuk percobaan media yang digunakan bubuk Kaolin. Ambil 50gms bubuk
kaolin dan masukkan ke dalam pengumpan.
2. Pasang pengumpan dengan tabung kompresor.
3. Sekarang, letakkan modul kolektor saluran ESP A di dalam kabinet ESP dengan
struktur yang dibersihkan.
4. Hubungkan kabel probe uji 'Merah' & 'Hitam' (positif dan negatif) masing-
masing ke pelat pengumpul dan elektroda.
5. Tutup pintu observasi transparan atas untuk memulai eksperimen.
6. Nyalakan sakelar listrik dan jalankan blower dengan menekan tombol RUN
pada VFD dan atur kecepatannya sekitar 350 RPM.
7. Nyalakan catu daya DC dengan memeriksa pembumian dan atur arus pada 0
mA dan tekan sakelar hijau (on). Tampilan menunjukkan 8 kv.
8. Deteksi korsleting mesin dengan mendengarkan dengan cermat suara percikan
api. Jika korsleting terjadi serius, pemutus sirkuit akan secara otomatis memutus
catu daya.
9. Nyalakan kompresor untuk memasukkan bubuk kaolin ke dalam saluran dan
biarkan bubuk mengalir selama 30 menit.
10. Setelah 30 menit, matikan kompresor dan matikan catu daya tegangan tinggi
dengan menekan tombol Merah (mati) dan kipas blower oleh PKS. (Kurangi
kecepatan nol dengan kenop dan tekan tombol stop). Matikan sakelar utama.
11. Lepaskan kabel 1 dan 2 (Merah dan Hitam) lalu buka pintu observasi transparan
atas kabinet ESP.
12. Biarkan pelat bebas muatan setelah pelepasan, lalu singkirkan partikel debu
dengan sikat dan kumpulkan ke dalam piring pengumpul dan timbang bubuk
yang dikumpulkan dan catat bacaan di meja observasi.
13. Hati-hati mengambil sisa bubuk tumpah dari saluran dan menimbang sama pada
timbangan analitis dan mencatat pembacaan di tabel observasi, saat melakukan
hal ini mencoba untuk mencegah partikel terperangkap jatuh ke tingkat
minimum.
14. Bersihkan modul kolektor saluran, dan kabinet ESP dan saluran udara dari
bubuk Kaolin.
15. Ulangi percobaan dengan tepung labirin, bedak dan tepung jagung, masing-
masing selama @ 15 ~ 30 menit.
16. Ulangi percobaan yang sama untuk kecepatan kipas @ 500 rpm & 700 rpm.
17. Menghitung efisiensi peralatan untuk berbagai jenis bubuk serta kecepatan yang
berbeda, dengan menggunakan bacaan yang diperoleh seperti di bawah ini.
4.2 Percobaan kedua
1. Untuk percobaan, media yang digunakan adalah bubuk kaolin. Ambil 50 gram
bubuk kaolin dan masukkan ke dalam pengumpan.
2. Pasang pengumpan dengan tabung kompresor.
3. Sekarang, letakkan modul pengumpul saluran ESP A di dalam kabinet ESP
dengan struktur yang sudah dibersihkan.
4. Hubungkan kabel probe uji 'Merah' & 'Hitam' (positif dan negatif) ke pelat
pengumpul dan elektroda masing-masing.
5. Tutup pintu pengamatan transparan bagian atas untuk memulai eksperimen.
6. Nyalakan sakelar listrik dan jalankan blower dengan menekan tombol RUN
pada VFD dan atur kecepatannya sekitar 350 RPM.
7. Nyalakan catu daya DC dengan memeriksa pembumian dan atur arus pada 0
mA dan dorong sakelar hijau (hidup). Layar menunjukkan 8 kv.
8. Mendeteksi adanya korsleting pada mesin dengan mendengarkan secara
seksama suara percikan api. Jika korsleting sirkuit terjadi secara serius,
pemutus sirkuit akan secara otomatis memutus catu daya.
9. Nyalakan kompresor untuk memasukkan bubuk kaolin ke dalam saluran dan
biarkan bubuk mengalir selama 30 menit.
10. Setelah 30 menit, matikan kompresor dan matikan catu daya tegangan tinggi
dengan menekan tombol Merah (mati) dan kipas blower dengan VFD.
(Kurangi kecepatan nol dengan kenop dan tekan tombol berhenti). Matikan
sakelar utama.
11. Lepaskan kabel 1 dan 2 (Merah dan Hitam) kemudian buka pintu observasi
transparan atas Kabinet ESP.
VI. PERHITUNGAN
Perhitungan efisiensi dari tabel modul A dan modul B adalah sebagai berikut:
Rumus :
𝑃𝑜𝑤𝑑𝑒𝑟 𝐶𝑜𝑙𝑙𝑒𝑐𝑡𝑒𝑑
ղ=
𝑃𝑜𝑤𝑑𝑒𝑟 𝐷𝑒𝑙𝑖𝑣𝑒𝑟𝑒𝑑 − 𝑃𝑜𝑤𝑑𝑒𝑟 𝑇𝑟𝑎𝑝𝑝𝑒𝑑
14 𝑔𝑟𝑎𝑚
RPM 500 ղ = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−18 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 43,75%
11 𝑔𝑟𝑎𝑚
RPM 700 ղ = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−6 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 25%
• Fine flour
17 𝑔𝑟𝑎𝑚
RPM 350 ղ = 𝑥 100% = 48,57%
50 𝑔𝑟𝑎𝑚−15 𝑔𝑟𝑎𝑚
8 𝑔𝑟𝑎𝑚
RPM 500 ղ = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−13 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 21,62%
6 𝑔𝑟𝑎𝑚
RPM 700 ղ = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−10 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 15%
• Talc powder
11 𝑔𝑟𝑎𝑚
RPM 350 ղ = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−12 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 28,94%
8 𝑔𝑟𝑎𝑚
RPM 500 ղ = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−11 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 40%
5 𝑔𝑟𝑎𝑚
RPM 700 ղ = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−5 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 11,11%
• Corn powder
17 𝑔𝑟𝑎𝑚
RPM 350 ղ = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−9 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 41,46%
12 𝑔𝑟𝑎𝑚
RPM 500 ղ = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−7 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 27,9%
10 𝑔𝑟𝑎𝑚
RPM 700 ղ = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−4 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 21,73%
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
RPM 500 ղ = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−8 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 9,52%
3 𝑔𝑟𝑎𝑚
RPM 700 ղ = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−2 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 6,25%
• Fine flour
15 𝑔𝑟𝑎𝑚
RPM 350 ղ = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−10 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 37,5%
8 𝑔𝑟𝑎𝑚
RPM 500 ղ = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−8 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 19,04%
6 𝑔𝑟𝑎𝑚
RPM 700 ղ = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−6 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 13,63%
• Talc powder
5 𝑔𝑟𝑎𝑚
RPM 350 ղ = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−7 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 11,62%
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
RPM 500 ղ = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−8 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 9,52%
3 𝑔𝑟𝑎𝑚
RPM 700 ղ = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−5 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 6,52%
• Corn powder
10 𝑔𝑟𝑎𝑚
RPM 350 ղ = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−8 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 23,8%
9 𝑔𝑟𝑎𝑚
RPM 500 ղ = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−6 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 20,45%
7 𝑔𝑟𝑎𝑚
RPM 700 ղ = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−3 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 14,89%
7.2 Pengaruh Kecepatan dengan Efisiensi pada masing Module A dan Module B
Berdasarkan Hasil dari tabel Module A dan Module B, kecepatan tidak
berpengaruh terhadap efisiensi. Dapat dilihat pada tabel A dan tabel B bahwa semakin
tinggi kecepatan nya hasil dari efisiensinya semakin kecil. Dapat diketahui bahwa
dengan Kecepatan 350 RPM lebih besar nilai efisiensinya dibandingkan dengan
kecepatan 700 RPM. Dan menurut pengamatan saya terhadap kedua module tersebut
bahwa yang mempengaruhi nilai efisiensi menjadi tinggi ialah di Trapped dan Collected
Output nya. Dapat dilihat juga bahwa nilai Trapped yang besar dengan ditambah ouput
yang dikeluarkan itu besar maka mempengaruhi nilai efisiensinya menjadi meningkat.
Sebagai contoh yaitu di module A pada media Kaolin bahwa nilai Trapped yang
dihasilkan yaitu sebesar 18 gram dan ditambah dengan Collected Output nya yaitu 14
gram yang menghasilkan nilai Efisiensinya yaitu sebesar 43,75 %. Sedangkan pada
module B pada media Kaolin diketahui nilai Trapped nya sebesar 25 gram dan ditambah
nilai Collected Output nya sebesar 6 gram yang menghasilkan nilai efisiensi nya sebesar
24 %.
Module A
Hubungan antara Kecepatan dengan Effisiency
60
50
Effisiency (%)
40
30
20
10
0
350. 500. 700.
Kaolin 40 43,75 25
Fine Flour 48,57 21,62 15
Talc Flour 28,94 20,51 11,11
Corn Flour 41,46 27,9 21,73
Module B
Hubungan antara Kecepatan dengan Effisiency
40
35
Effisiency (%)
30
25
20
15
10
5
0
350. 500. 700.
Kaolin 24 9,52 6,25
Fine Flour 37,5 19,04 13,63
Talc Flour 11,62 9,52 6,52
Corn Flour 23,8 20,45 14,89
Axis Tle
VIII. PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Pada praktikum yang kelompok kami lakukan didapatkan kesimpulannya yakni:
1.) Efisiensi Modul A secara umum lebih tinggi dibandingkan Modul B untuk
semua jenis dan kecepatan media. Misal pada 350 rpm, efisiensi Tepung Kaolin
pada Modul A adalah 37,5%, sedangkan pada Modul B hanya 24%. Hal ini
mungkin disebabkan oleh perbedaan desain dan parameter pengoperasian kedua
modul.
2.) Grafik hubungan kecepatan dan efisiensi untuk setiap jenis media dapat diplot
menggunakan data dari tabel. Sumbu x melambangkan kecepatan, sedangkan
sumbu y melambangkan efisiensi. Setiap jenis media dapat diwakili oleh warna
atau simbol berbeda pada grafik. Pengaruh kecepatan terhadap efisiensi dapat
dilihat dari tabel dan grafik. Umumnya, efisiensi setiap jenis media meningkat
seiring dengan meningkatnya kecepatan. Namun, tingkat peningkatannya
bervariasi antara jenis media dan modul. Misalnya pada 350 rpm efisiensi
Tepung Kaolin pada Modul A adalah 37,5%, sedangkan pada 500 rpm adalah
48,57%. Perbedaan efisiensi antar kecepatan dapat disebabkan oleh perubahan
pola aliran dan kuat medan listrik di dalam ESP.
8.2 Saran
1.) Sebelum melakukan praktikum sebaikan mahasiswa praktikan diajarkan praktik
menggunakan alat Electrostatic Presipitator agar mahasiswa dapat
mengaplikasikan alat tersebut saat sudah masuk ke dunia industri
2.) Dalam melakukan praktikum sebaiknya dilakukan perhitungan dan
pengambilan data dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan pada data
DAFTAR PUSTAKA
Afrian, N., Firdaus, & Ervianto, E. (2015). Analisa Kinerja ElectrostaticPrecipitator (Esp)
Berdasarkan BesarnyaTegangan Dc Yang Digunakan TerhadapPerubahan Emisi Di
Power Boiler IndustriPulp and Paper. Jurnal Jom FTEKNIK, 2(2), 1–12.
Mukono, H.J. 2008. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan Saluran
Pernafasan. Surabaya: Airlangga University Press. Diakses pada 22/3/2024,
dari https://www.kajianpustaka.com/2019/05/pencemaran-udara.html
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2021
TENTANG PENYELANGGARAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP, Pub. L. No. 22, bpkp.go.id 1 (2021).
http://www.theseus.fi/handle/10024/341553%0Ahttps://jptam.org/index.php/jptam/articl
e/view/1958%0Ahttp://ejurnal.undana.ac.id/index.php/glory/article/view/4816%0Ahttps
://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/23790/17211077 Tarita Syavira
Alicia.pdf?sequen
Pradita, I. A. (2022). ANALISA KINERJA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP)
BERDASARKAN BESAR ARUS SEKUNDER TRANSFORMER DI PLTU TANJUNG JATI
B UNIT 3. UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG.
Primasanti, Y., & Herawati, V. D. (2022). ANALISIS PAPARAN DEBU PADA
DEPARTEMEN PEMINTALAN BENANG PT. PBTS. JIKI, 15(1), 14–20.
https://doi.org/10.56304/s0040363622080021
Rofandi, M. N., & Irwanto. (2022). Sistem Kerja Electrostatic Precipitator (ESP) Untuk
Menangkap Abu Hasil Proses Pembakaran di PLTU PT. Dian Swastatika Sentosa Serang
Power Plant. G-Tech: Jurnal Teknologi Terapan, 6(2), 376–386.
https://doi.org/10.33379/gtech.v6i2.1743
Sepfitrah, & Rizal, Y. (2015). Analisis Electrostatic Precipitator (Esp) Untuk Penurunan Emisi
Gas Buang Pada Recovery Boiler. Jurnal APTEK, 7(1), 53–64. www.flowvision-
energy.com
Seinfeld, J.H dan Pandis, S.N. 2006. Atmospheric Chemistry And Physics: From Air
Pollution To Climate Change. New Jersey: John Wiley & Sons. Diakses pada 22/3/2024,
dari https://www.kajianpustaka.com/2019/05/pencemaran-udara.html
Simandjuntak, A. G. (2007). Pencemaran Udara. Buletin Limbah, 11(1), 34–40.
Soemarno, Sri Hartati. 1999. Meteorologi Pencemaran Udara. Bandung: ITB. Diakses
pada 22/3/2024, dari https://www.kajianpustaka.com/2019/05/pencemaran-udara.html
Wardhana, Wisnu. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset.
Diakses pada 22/3/2024, dari https://www.kajianpustaka.com/2019/05/pencemaran-
udara.html
Widiastuti, R. (2018). Kadar Debu Industri Pembuatan Briket X Sebagai Faktor Risiko
Kejadian ISPA pada Jarak 150 M dan 200 M ke Permukiman di Kulon Progo. Poltekkes
Yogyakarta, 4(80), 1–120.
LAMPIRAN
Gambar 1.4 Alat ESP dari samping Gambar 1.5 Alat ESP dari depan