Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN AKHIR

PRAKTIK PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA


“Pengenalan polusi kebauan berdasarkan bau dengan sampel limbah
lingkungan sekitar”

Tanggal Praktik : 30 Oktober 2023


Disusun Oleh:
Eka Warsiti
210107008
TPPL 3A

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNIK PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK NEGERI CILACAP
CILACAP
NOVEMBER 2023
I. TUJUAN PRKATIKUM
a. Dapat mengetahui berbagai contoh senyawa yang menimbulkan bau tidak sedap
b. Mengenal sumber sember polusi kebauan dilingkungan
c. Mengenali baku mutu nasional tingkat kebauan sebagai perbandingan hasil yang
didapat dari hasil penelitian
II. DASAR TEORI

Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak


tetap, tergantung dari keadaan temperatur udara, tekanan udara atau factor lingkungan
sekitar. Secara umum penyebab pencemar udara ada dua macam yaitu pertama karena
factor internal (secara alamiah) seperti gas pembusukan dari sampah organik, debu
yang beterbangan akibat angin serta abu yang dikeluarkan dari letusan gunung dan
lain lain (Raimunah, 2018). Gas gas pada udara ditimbulkan dari zat odoran atau
sumber bau. Bau adalah suatu rangsangan dari zat yang diterima oleh indera
penciuman. Sumber bau atau zat odoran adalah setiap zat yang dapat menimbulkan
rangsangan bau pada keadaan tertentu. Zat odoran adalah zat yang dapat berupa zat
tunggal maupun cmpuran berbagai macam senyawa. Kebauan adalah bau yang tidak
diinginkan dalam kadar dan waktu tertentu yang dapat mengganggu kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan (Astuti, 2015).

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.50 tahun 1996 menyatakan


Baku tingkat kebauan adalah batas maksimal bau dalam udara yang diperbolehkan
yang tidak mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan baku tingkat
kebauan diatur dalam dua jenis zat odoran bau yaitu berupa zat odoran tunggal dan
zat odoran campuran. Parameter bau dari odoran tunggal adalah amoniak (NH 3), metil
merkaptan (CH3SH), hidrogen sulfida (H2S), metil sulfida ((CH3)2)S ,
stirena(C6H5CHCH2). Bau dari odoran campuran yaitu tingkat kebauan yang
dihasilkanoleh campuran odoran dinyatakan sebagai ambang bau yang dapat
dideteksi secara sensorik oleh lebih dari 50% anggota penguji yang berjumlah
minimal 8 orang.

Handheld Odor Meter OMX-SRM Produk Shinyei Technology (Japan) adalah


alat ukur kadar bau di udara dengan target utama adalah pengukuran Gas Ethanol,
Acetone, Hydrogen, etc. Pembacaan digital dan secara langsung dapat mengukur
kadar bau, sangat cocok pengukuran pada pengolahan limbah dan incinerator (Susi
Sulistya, 2021). Odor meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat
kebauan suatu benda atau lingkungan dengan cara mengukur konsentrasi zat-zat bau
yang ada di udara. Prinsip pengukuran tingkat kebauan menggunakan odor meter
adalah dengan mengukur jumlah molekul-molekul zat bau yang hadir di udara dan
kemudian mengkonversi angka-angka tersebut menjadi unit yang dapat
diinterpretasikan.

Kesan Bau Dibuat Dalam Bentuk Skala Hedonisme Untuk Kebauan Sebagai
Berikut :
Skala Kesan Bau
-4 Sangat bau
-3 Agak bau
-2 Cukup bau
-1 Bau
0 Tanpa bau
1 Sedang
2 Cukup sedap
3 Sedap
4 Sangat sedap
Berdasarkan lampiran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.50
Tahun 1996 :

A. Bau dari Odoran Tunggal

No Parameter Satuan Nilai Metode Peralatan


Batas Pengukuran
1 Amoniak Ppm 2,0 Metoda Spektrofotometer
(NH3) Indofenol
2 Metil Ppm 0,002 Absorbsi Gas kromatograf
Merkaptan Gas
(CH3SH)
3 Hidrogen Ppm 0,02 a. Merkuri Spektrofotometer
Sulfida (H2S) tiosinat
b. Absorbsi Gas
gas kromatografi
4 Metil Sulfida Ppm 0,01 Absorbsi Gas
(CH3)2)S Gas kromatografi
5 Stirena Ppm 0,1 Absorbsi Gas
(C6H8CHCH2) Gas kromatografi
Catatan : ppm = satu bagian dalam satu juta
B. Bau dari Odoran Campuran
Tingkat kebauan yang dihasilkan oleh campuran odoran odoran dinayatakan
sebagai ambang bau yang dapat dideteksi secara sensorik oleh lebih dari 50%
anggota penguji yang berjumlah minimal 8 (delapan) orang.

Amoniak adalah senyawa kimia dengan rumus NH 3 yang merupakan salah satu
indicator pencemaran udara pada bentuk kebauan. Gas ammonia adalah gas uang
tidak berwarna dengan bau menyegat biasanya ammonia berasal dari aktifitas
mikroba, industry ammonia, pengolahan limbah dan pengolahan bara (Sulistiyanto,
2018). Hidrogen sulfida (H2S) atau asam sulfida merupakan suatu gas yang tidak
berwarna, sangat beracun, mudah terbakar dan memiliki karakteristik bau telur
busuk. (Dewi, 2013). Amonia mempunyai kesan pedas dan tajam menusuk hidung;
metil merkaptan dan metil sulfide mempunyai kesan bau sayuran busuk; hidrogen
sulfida membuat kesan bau telur busuk; sedangkan styrene mempunyai kesan bau
tajam dan tidak nyaman seperti bau pada pipa plastik, fiberglass, atau bahan-bahan
pembuat alas kaki (Yuwono, 2016).

Limbah yang digunakan dalam uji kebauan yaitu feses kambing, Urine
Manusia, Ikan busuk, Makanan Basi, Sampah kering dan Limbah Domestik. Kotoran
kambing yang masih segar bersifat panas karena mengandung amoniak yang cukup
tinggi sehingga diperlukan proses fermentasi terlebih dahulu (Aushaf, 2022). Urin
manusia pada umumnya mengandung amonia dan memiliki warna yang
berbeda-beda sesuai kondisi (Farah Amira Mumtaz, 2020). Sedangkan limbah pada
ikan yang berbentuk gas adalah bau yang ditimbulkan karena adanya senyawa
amonia, hidrogen sulfida, atau keton (Dewi Kurniati, 2021). Makanan basi dengan
lebih spesifik yaitu kering tempe basi, bau tersebut berasal dari bau hidrogen
sulfida dan amoniak yang berasal dari proses pembusukan protein serta bahan
organik lainya (Dahruji, 2017). Jumlah penduduk yang relative tinggi, serta
kepadatan wilayah pemukiman akan menyebabkan limbah buangan rumah tangga
berupa limbah organik akan meningkat yang disertai peningkatan kadar amonia dan
hidrogen sulfide (Rosssi Prabowo, 2016).

III. ALAT DAN BAHAN


Alat : 1. Odor Meter
Bahan : 1. Kotoran atau feses kambing
2. Ikan Busuk
3. Limbah Cair Domestik
4. Urine
5. Sampah Kering
6. Makanan Basi
IV. PROSEDUR KERJA
IV.1 Kalibrasi Alat Odor Meter
1. Penyiapan alat Odor meter dengan memasang baterai pada alat dan
pemasangan sensor alat
2. Tekan tombol on pada bagain samping alat
3. Pemasangan kalibrasi pada bagian sensor alat
4. Pengkalibrasian dilakukan selama 10 menit
IV.2 Pengukuran Kebauan
1. Alat yang sudah dikalibrasi bisa langsung digunakan dengan cara
mendekatkan sensor ke sumber bau tanpa menyentuh sumber bau
2. Tunggu beberapa menit hingga angka pada layar LCD yag tertera sudah stabil
3. Pada setiap sumber bau dilakukan pengukuran sebaanyak 3 kali pengulangan\
4. Pada setiap pergantian sumber bau tekan tombol zero sampai pada layar LCD
menunjukkan angka 0 apabila tidak dapat menunjukan angka 0 jauhkan alat
terlebih dahulu pada sumber bau dan tekan tombol zero
5. Melakukan pengukuran menggunakan metode HEDONIK(HEDONISME)
dengan satu persatu dihembuskan dengan pelan ke arah hidung untuk
mencium bau dari setiap senyawa tersebut yang digunakan untuk data kesan
bau.
IV.3 Identifikasi Kebauan
1. Menyiapkan baku tingkat kebauan yaitu Keputusan Menter Negara
Lingkungan Hidup No.50 Tahun 1996 tentang baku mutu tingkat kebauan
2. Mencari kandungan senyawa pencemar yang menyebabkan bau pada setiap
sumber pencemar
3. Membandingkan nilai kebauan yang diperoleh dengan baku mutu sesuai
dengan senyawa pencemar yang terdapat pada setiap sumber pencemar
V. DATA HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Hasil Identifikasi Kebauan

Kelompok No sampel Kesan Bau Perkiraan Jenis Senyawa


Material Standart
Parameter Bau
1. Alfian 1 -4 Urine Manusia NH3(Amoniak)
Rachmat D 2 -3 Feses Kambing NH3
2. Ashila (jl. Rajiman, (Amoniak),
Rosya N Kebon Manis, H2S(Hidrogen
3. Eka Warsiti Cilacap Utara) Sulfida)
4. Khilda 3 -4 Ikan Busuk H2S(Hidrogen
khussyifa ( TPI Sulfida)
5. Micho Tegalkamulyan
alfian S.H )
6. M. Faqih 4 -1 Limbah H2S(Hidrogen
Nurul I Domestik Sulfida),
7. Niken (Selokan gang NH3(Amoniak)
Bahirah Pendidikan)
D.M 5 1 Sampah Kering H2S(Hidrogen
8. Reza (Bunga Kering) Sulfida)
rickyulah 6 -4 Makanan Basi H2S(Hidrogen
9. Sely Putri (Kering tempe) Sulfida),
Vionita NH3(Amoniak)
10. Uswatun
Nur K
Tabel 2. Hasil pengukuran kebauan menggunakan Handled Odormeter

No Jenis Material Senyawa Hasil Kebauan Rata-Rata


pencemar
1 Urine Manusia NH3(Amoniak) 26 23,7
24
21
2 Feses Kambing (jl. NH3 4 4,3
Rajiman, Kebon (Amoniak),H2S 4
Manis, Cilacap (Hidrogen 5
Utara) Sulfida)
3 Ikan Busuk ( TPI H2S(Hidrogen 17 17,3
Tegalkamulyan) Sulfida) 18
17
4 Limbah Domestik H2S(Hidrogen 1 1,7
(Selokan gang Sulfida), 3
Pendidikan) NH3(Amoniak) 1
5 Sampah Kering H2S(Hidrogen 2 2,7
(Bunga Kering) Sulfida) 3
3
6 Makanan Basi H2S(Hidrogen 7 7,7
(Kering tempe) Sulfida), 8
NH3(Amoniak) 8

VI. PEMBAHASAN
Kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan waktu tertentu
yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Kebauan
berasal dari berbagai sumber yang menganduk senyawa pencemar yang apabila
nilainya melebihi baku mutu tingkat kebauan akan menjadi senyawa berbahaya yang
berdampak buruk pada lingkungan dan manusia. Baku mutu tingkat kebauan adalah
batas maksimal bau dalam udaea yang diperbolehkan yang tidak mengganggu
kesehatan manusian dan kenayaman lingkungan. Dalam keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No.50 tahun 1996 baku tingkat kebauan diatur dalam dua jenis zat
odoran bau yaitu berupa zat odoran tunggal dan zat odoran campuran. Parameter bau
dari odoran tunggal adakah amoniak (NH 3), metil merkaptan(CH3SH), hydrogen
sulfide(H2S), metil sulfide ((CH3)2S), Stirena (CH3CHCH2). Bau dari odoran
campuran yaitu tingkat kebauan yang dihasilkan oleh campuran odoran dinyatakan
sebagai ambang bau yang dapat dideteksu secara sensorik oleh lebih dari 50%
anggota yang berjumlah 8 orang.

Praktikum ini dilakukan untuk mengidentifikasi kesan bau, perkiraan jenis


material dan senyawa standar menggunakan metode hedonisme dan mengetahui
tingkat kebauan secara sensorik menggunakan alat odor meter. Penilaian kesan bau
menggunakan metode hedonisme yaitu dengan mencium berbagai bau dan
memberikan penilaian subjektif terkait tingkat kepuasan mereka terhadap bau tersebut
dengan skala yang telah ditentukan dari hasil diperoleh yang memberikan kesan bau
sangat bau yaitu urine manusia, ikan busuk dan makanan basi. Pengukuran tingkat
kebauan dengan menggunakan alat odor meter dengan mengukur jumlah molekul-
molekul zat bau yang hadir di udara dan kemudian mengkonversi angka-angka
tersebut menjadi unit yang dapat diinterpretasikan. Dengan mendekatkan alat
kesumber bau akan secara otomatis alat mendeteksi jumlah molekul zat bau yang ada.

Berdasarkan hasil pengukuran tingkat kebauan pada jenis material urine


manusia memiliki tingkat kebauan sebesar 23,67 dengan senyawa pencemar yaitu
NH3(Amoniak) dan H2S berdasarkan KEMMENLH No.50 tahun 1996 dengan baku
mutu NH3(Amoniak) sebesar 2 dengan hal tersebut nilai ini jauh dari baku mutu hal
ini dikarenakan factor kesehatan dari orang tersebut yang membuat amoniak tinggi.
Pada jenis material feses kambing yang dilakukan pengukuran pada kadang kambing
jl. Rajiman, Kebon Manis, Cilacap Utara memiliki tingkat kebauan 4,3 dengan
senyawa pencemar NH3 (Amoniak), H2S(Hidrogen Sulfida) berdasarkan
KEMMENLH No.50 tahun 1996 dengan baku mutu NH 3(Amoniak) sebesar 2 dan
H2S(Hidrogen Sulfida) sebesar 0,02 dari kedua parameter tersebut nilainya masih
melebihi standar baku mutu yang ada hal ini dikarenakan protein hewani yang
dikonsumsi terlalu tinggi, menyebabkan produksi urea yang lebih tinggi dalam tubuh.
Urea ini kemudian diurai menjadi amonia oleh bakteri dalam sistem pencernaan
kambing. Sejumlah besar protein dalam makanan juga dapat menyebabkan produksi
hidrogen sulfida saat bahan makanan tersebut diuraikan oleh bakteri. Pada jenis
limbah ikan busuk pada TPI Tegalkamulyan meiliki tingkat kebauan 17,3 dengan
senyawa pencemar yaitu hydrogen sulfide H 2S berdasarkan KEMMENLH No.50
tahun 1996 dengan baku mutu H2S(Hidrogen Sulfida) sebesar 0,02 ppm dengan itu
nilai tersebut masih melebihi baku mutu yang ada hal ini dikarenakan Tingginya
hidrogen sulfida pada ikan busuk disebabkan oleh proses pembusukan yang terjadi
ketika ikan mati dan terpapar pada kondisi lingkungan yang anaerobik, seperti dalam
air yang rendah oksigen atau di tempat-tempat yang tergenang air tanpa akses udara
segar. Ketika ikan mati, bakteri dan mikroorganisme mulai menguraikan jaringan
ikan secara anaerobik, yaitu tanpa menggunakan oksigen. Proses ini menghasilkan
hidrogen sulfida sebagai produk sampingan dari reaksi dekomposisi senyawa-
senyawa sulfur yang ada dalam jaringan ikan. Hidrogen sulfida adalah senyawa yang
berwarna, beracun, dan berbau busuk seperti telur busuk. Tingginya hidrogen sulfida
pada ikan busuk menandakan bahwa ikan tersebut telah mengalami pembusukan yang
signifikan dan kemungkinan tidak aman untuk dikonsumsi.

Pada jenis limbah domestic gang pendidikan sidakaya cilacap memiliki


tingkat kebauan 1,7 dengan senyawa pencemar amoniak (NH 3) berdasarkan
KEMMENLH No.50 tahun 1996 dengan baku mutu Amoniak (NH 3) yaitu 2 ppm
nilai tersebut memenuhi baku mutu atau masih aman. Pada jenis limbah sampah
kering yaitu menggunakan bunga kertas kering denagn nilai kebauan 2,7 dengan
senyawa penceamar hydrogen sufida(H2S) berdasarkan KEMMENLH No.50 tahun
1996 dengan baku mutu hydrogen sulfide 0,02 nilai tersebut masih melebihi baku
mutu hal ini disebabkan oleh proses pembusukan dan penguraian bahan organik yang
terjadi setelah bunga dipanen dan mengalami kekeringan. Beberapa faktor yang
menyebabkan bunga kering mengeluarkan aroma yang tidak sedap melibatkan
interaksi antara senyawa kimia dalam bunga dengan oksigen, kelembaban, serta
pertumbuhan mikroorganisme. Pada jenis limbah makanan basi yaitu limbah
makanan kering tempe dengan senyawa pencemar yaitu hidrigen sulfide(H 2S) dan
amoniak(NH3) dengan tingkat kebauan 7,7 berdasarkan KEMMENLH No.50 tahun
1996 dengan baku mutu NH3(Amoniak) sebesar 2 dan H2S(Hidrogen Sulfida) sebesar
0,02 dari kedua parameter tersebut nilainya masih melebihi standar baku mutu yang
ada hal ini dikarenakan proses pembusukan yang melibatkan mikroorganisme, seperti
bakteri dan jamur. Saat tempe mulai membusuk, senyawa-senyawa protein kompleks
dalam tempe terurai oleh aktivitas mikroorganisme tersebut. Dalam proses
dekomposisi protein, beberapa senyawa sulfur (yang terdapat dalam asam amino
tertentu) mengalami reaksi kimia yang menghasilkan hidrogen sulfidaamonia juga
dihasilkan selama proses dekomposisi protein. Protein dalam tempe mengandung
nitrogen, dan mikroorganisme merombak nitrogen ini menjadi amonia dan senyawa
nitrogen lainnya melalui proses deaminasi. Amonia merupakan hasil akhir dari reaksi
deaminasi asam amino.

VII. PENUTUP
VII.1 KESIMPULAN
Kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan waktu tertentu
yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan
kebauan dapat diukur menggunakan metode hedonism dan menggunakan alat
odor meter . berdasarkan KEMMENLH No.50 tahun 1996 senyawa pencemar
kebauan yaitu Amoniak, Metil Merkaptan, Hidrogen Sulfida, Metil Sulfida dan
Stirena. Berdasarkan praktik yang telah dilakukan yaitu pengukuran kebauan pada
sampel limbah lingkungan sekitar yaitu pada urine manusia dengan senyawa
pencemar amoniak, feses kambing dengan senyawa pencemar amoniak dan
hydrogen sulfida, ikan busuk dengan senyawa pencemar hydrogen sulfide, limbah
domestic dengan senyawa pencemar hydrogen sulfide dan amoniak, makanan basi
dengan senyawa pencemar yaitu hydrogen sulfide dan amoniak, sampah kering
dengan senyawa pencemar hydrogen sulfide. Pada pengukuran kesan bau
menggunakan metode hedonisme secara berurutan urine manusia, ikan busuk,
makanan basi, feses kambing, limbah domestic dan sampah kering. Berdasarkan
pengukuran tingkat kebauan yang masih melebihi nilai baku mutu berdasarkan
KEMMENLH No.50 tahun 1996 tentang baku tingkat kebauan pada jenis limbah
urine manusia, feses kambing, ikan busuk, makanan basi dan bunga kering
masing melebihi baku mutu yang ada dan yang memenuhi baku mutu yang ada
yaitu limbah domestic.
VII.2 SARAN
Pada praktik yang akan dilakukan selanjutnya lebih berhari hati dalam
penggunaan alat pastikan sesuai dengan SOP yang ada terkhusus penggunaan
Odor meter yaitu alat tidak boleh menyentuh sumber bau yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, A. D. (2015). Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Industri Tepung Ikan Ditinjau
Dari Tingkat Kebauan Bau Dan Air Limbah. Jurnal Litbang , 113-123.

Aushaf. (2022). Mesin Penghancur Kotoran Kambing sebagai bahan utama pembuatan pupuk
kandang dengan kapasitas 125 kg/jam. reposity.umm.ac.id.

Dahruji, p. F. (2017). Studi pengolahan limbah usaha mandiri rumah tangga dan dampak bagi
kesehatan diwilayah kenjeran. jurnal pengabdian kepada masyarakat, 36-44.

Dewi Kurniati, A. H. (2021). pemanfaatan limbah olahan ikan menjadi pupuk organik cair di
kabupaten kubu raya kalimatan barat. optimalisasi sumberdaya lokal untuk
epmbangunan pertanian terpadu dan berkeadilan , 550-558.

Dewi, S. H. (2013). potensi gangguan bau gas hidrogen sulfida di lingkungan kerja pt pertamina
RU IV Cilacap. Jurnal Teknik Lingkungan , 196-204.

Farah Amira Mumtaz, R. M. (2020). Sistem Pendeteksi Penyakit Diabetes Melitus berdasarkan
Kondisi Urin dan Gas Buang Pernapasan menggunakan K-Nearest Neighbor berbasis
Arduino. Jurnal pengembangan teknologi informasi dan ilmu komputer, 2628-2636.

KEPMENLHNo.50. (1996). tentang baku tingkat kebauan.

Raimunah, L. l. (2018). Angka Kuman Udara Ruang Rawat Inap Anak Dengan Dan Tanpa Air
Conditioner (AC) Di Rumah Sakit. Jurnal Skala Kesehatan .

Rosssi Prabowo, N. K. (2016). Kandungan Nitrit pada air sumur gali dikelurahan matesih
kecamatan tembalang kota semarang. Bioma, 1-15.

Sulistiyanto, H. (2018). perbedaan kadar ammonia pada air limbah berdasarkan perlakukan
pengawetan dan lama waktu penyimpanan . skripsi fakultas ilmu keperawatan dan
kesehatan universitas muhamadiyah semarang.

Susi Sulistya, C. d. (2021). Deodorisasi sludge limbah industri makanan untuk pakan maggot
BSF (Black Solidier Fly) dengan Teknik Biosorpsi. Jurnal Teknologi Lingkungan , 222-
233.

Yuwono, A. S. (2016). Kuantifikasi Bau dan Polusi Bau diIndonesia. Jurnal Teknik Sipil dan
Lingkungan.
LAMPIRAN

Gambar Pengukuran Tingkat Kebauan Pada Feses Kambing

Gambar Pengukuran Tingkat Kebauan Pada Urine Manusia

Gambar pengukuran Tingkat Kebauan Pada Makanan Basi

Gambar Pengukuran Tingkat Kebauan Pada Sampah Kering


Gambar Pengukuran Kebauan Pada Limbah Domestik

Gambar Pengukuran Kebauan Pada Limbah Ikan Busuk

Anda mungkin juga menyukai