VI. PERHITUNGAN
𝑃𝑜𝑤𝑑𝑒𝑟 𝑐𝑜𝑙𝑙𝑒𝑐𝑡𝑒𝑑
Perhitungan Efisiensi : η = 𝑃𝑜𝑤𝑑𝑒𝑟 𝑑𝑒𝑙𝑖𝑣𝑒𝑟𝑒𝑑−𝑃𝑜𝑤𝑑𝑒𝑟 𝑡𝑟𝑎𝑝𝑝𝑒𝑑 × 100%
Module A
- Kaolin
12 𝑔𝑟𝑎𝑚
350 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−20 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,4 × 100%
= 40%
14 𝑔𝑟𝑎𝑚
500 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−18 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,4375 × 100%
= 43,75%
11 𝑔𝑟𝑎𝑚
700 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−6 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,25 × 100%
= 25%
- Fine Flour
17 𝑔𝑟𝑎𝑚
350 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−15 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,4857 × 100%
= 48,75%
8 𝑔𝑟𝑎𝑚
500 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−13 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,216 × 100%
= 21,6%
6 𝑔𝑟𝑎𝑚
700 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−10 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,15 × 100%
= 15%
- Talc Powder
11 𝑔𝑟𝑎𝑚
350 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−12 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,2894 × 100%
= 28,94%
8 𝑔𝑟𝑎𝑚
500 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−11 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,2051 × 100%
= 20,51%
5 𝑔𝑟𝑎𝑚
700 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−5 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,1 × 100%
= 11,1%
- Corn Flour
17 𝑔𝑟𝑎𝑚
350 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−9 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,4146 × 100%
= 41,46%
12 𝑔𝑟𝑎𝑚
500 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−7 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,2791 × 100%
= 27,91%
10 𝑔𝑟𝑎𝑚
700 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−4 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,2174 × 100%
= 21,74%
Module B
- Kaolin
6 𝑔𝑟𝑎𝑚
350 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−25 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,24 × 100%
= 24%
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
500 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−8 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,095238 × 100%
= 9,5238%
3 𝑔𝑟𝑎𝑚
700 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−2 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,0625 × 100%
= 6,25%
- Fine Flour
15 𝑔𝑟𝑎𝑚
350 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−10 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,375 × 100%
= 37,5%
8 𝑔𝑟𝑎𝑚
500 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−8 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,190476 × 100%
= 19,0476%
6 𝑔𝑟𝑎𝑚
700 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−6 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,136363 × 100%
= 13,6363%
- Talc Powder
5 𝑔𝑟𝑎𝑚
350 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−7 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,116279 × 100%
= 11,6279%
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
500 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−8 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,095238 × 100%
= 9,5238%
3 𝑔𝑟𝑎𝑚
700 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−5 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,066 × 100%
= 6,67%
- Corn Flour
10 𝑔𝑟𝑎𝑚
350 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−8 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,238 × 100%
= 23,8%
9 𝑔𝑟𝑎𝑚
500 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−6 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,204545 × 100%
= 20,4545%
7 𝑔𝑟𝑎𝑚
700 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−3 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,148936 × 100%
= 14,8936%
VII. GRAFIK
Grafik Hubungan Kecepatan dengan persen efisiensi
module A
60
50
Efisiensi (%)
40
30
20
10
0
350 500 700
kaolin powder 40 43,75 25
fine flour 48,57 21,62 15
talc powder 28,95 20,51 11,11
corn flour 41,46 27,91 21,74
Kecepatan (rpm)
Gambar 1. Grafik hubungan kecepatan dengan % efisiensi module A
Grafik Hubungan Kecepatan dengan persen efisiensi
module B
40
Persen Efisiensi (%)
35
30
25
20
15
10
5
0
350 500 700
kaolin powder 24 9,52 6,25
fine flour 37,5 19,04 13,63
talc powder 11,62 9,52 6,52
corn flour 23,8 20,45 14,39
Kecepatan (rpm)
Gambar 1. Grafik hubungan kecepatan dengan % efisiensi module A
VIII. PEMBAHASAN
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efisiensi dari
partikulat padatan dari suatu bahan dari berbagai jenis partikulat yang
dihasilkan industri dengan menggunakan ESP SIMULATOR skala
laboratorium. Praktikum dilaksanakan pada tanggal 20 November 2023 di
laboratorium limbah, Gedung Teknik Informatika dan Lingkungan. Bahan
uji yang digunakan dalam praktik ini adalah berbagai jenis debu seperti,
kaolin, fine flour, talc powder, dan corn flour. Dalam pengamatan
menggunakan ESP (electrostatic presipitator) menggunakan 2 module yaitu
module A dan module B. Perbedaan module A dengan module B dapat
dilihat dari jumlah filter/sekat yang terdapat dalam masing masing module.
Untuk module A filter (sekat) berjumlah 7 sekat sedangkan untu module B
hanya berjumlah 4 sekat. Kecepatan (speed) yang digunakan adalah 350,
500, dan 700 rpm dengan laju alirnya 139, 209, 700 m3/min.
ElectroStatic Precipitator (ESP) adalah salah satu alternatif penangkap
debu dengan effisiensi tinggi (mencapai diatas 90%) dan rentang partikel
yang didapat cukup besar. Dengan menggunakan electro static precipitator
(ESP) ini, jumlah limbah debu yang keluar dari cerobong diharapkan hanya
sekitar 0,16 % (efektifitas penangkapan debu mencapai 99,84%), ukuran
partikel debu terkecil yang diperoleh < 2 μC. Prinsip kerja Electrostatic
Precipitator ini adalah mengalirkan udara kotor melewati sebuah medan
listrik yang berada di antara elektroda yang mempunyai polaritas
berlawanan. Gas atau udara yang mengandung debu melewati medan dari
tegangan tersebut (voltage field). Maka dengan demikian gas-gas dan udara
yang mengandung partikel-partikel debu itu akan dimuati oleh elektron-
elektron.
Berdasarkan hasil pengamatan modul A pada media kaolin mengalami
penurunan pada kecepatan 700 RPM dengan nilai 25% dan kenaikan pada
kecepatan 500 RPM dengan nilai 43,75%. Media Fine flour mengalami
penurunan pada kecepatan 700 RPM dengan nilai 15% dan kenaikan pada
kecepatan 350 RPM dengan nilai 21,6%. Media talc powder mengalami
penurunan pada kecepatan 700 RPM dengan nilai 11,1% dan kenaikan pada
kecepatan 350 RPM dengan nilai 28,94%. Dan media corn flour mengalami
penurunan pada kecepatan 700 RPM dengan nilai 21,73% dan kenaikan
pada kecepatan 350 RPM dengan nilai 41,46%. Dari keempat media
penlitian kecepatan 700 RPM mengalami penurunan ini dikarenakan
pengumpulan keluarannya nilainya sangat kecil.
Berdasarkan hasil pengamatan modul B pada media kaolin mengalami
penurunan pada kecepatan 700 RPM dengan nilai 6,25% dan kenaikan pada
kecepatan 300 RPM dengan nilai 24%. Media Fine flour mengalami
penurunan pada kecepatan 700 RPM dengan nilai 13,6363% dan kenaikan
pada kecepatan 350 RPM dengan nilai 37,5%. Media talc powder
mengalami penurunan pada kecepatan 700 RPM dengan nilai 6,67% dan
kenaikan pada kecepatan 350 RPM dengan nilai 11,6279%. Dan media corn
flour mengalami penurunan pada kecepatan 700 RPM dengan nilai
14,8936% dan kenaikan pada kecepatan 350 RPM dengan nilai 23,8095%.
Dari keempat media penlitian kecepatan 700 RPM mengalami penurunan ini
dikarenakan pengumpulan keluarannya nilainya sangat kecil.
Hubungan efisiensi (%) antara module A dengan module B yaitu
efisiensi kaolin pada module A lebih besar yaitu sebesar 40% sedangkan
pada module B sebesar 24%. Hal tersebut menunjukkan bahwa module A
lebih efisien daripada module B. Hal ini dikarenakan sekat pada module A
jumlahnya lebih banyak yaitu 7 sekat dan module B hanya ada 4 sekat.
Pengaruh kecepatan dengan efisiensi (%) masing – masing module A dan
module B bahwa semakin tinggi flowrate (laju alir maka semakin rendah
efisiensi.
IX. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat pada praktikum ini yaitu :
1. Hubungan efisiensi (%) antara module A dengan module B yaitu
efisiensi kaolin pada module A lebih besar yaitu sebesar 40%
sedangkan pada module B sebesar 24%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa module A lebih efisien daripada module B. Hal ini
dikarenakan sekat pada module A jumlahnya lebih banyak yaitu 7
sekat dan module B hanya ada 4 sekat.
2. Pengaruh kecepatan dengan efisiensi (%) masing – masing module
A dan module B bahwa semakin tinggi flowrate (laju alir maka
semakin rendah efisiensi. Selain itu, dilihat dari hasil perhitungan
nilai efisiensi tiap kecepatan (speed) dapat disimpulkan bahwa jika
semakin cepat speed (rpm) yang digunakan maka nilai efisiensinya
juga menurun.
B. Saran
Sebaiknya alat ESP yang terdapat di lab limbah secepatnya agar
diperbaiki supaya tiap mahasiswa dapat melaksanakan praktikum
dengan baik dalam penggunaan ESP simulator dan mudah dipahami
dalam setiap komponennya.
DAFTAR PUSTAKA
(Pt et al., 2022)Pt, P., Swastatika, D., Serang, S., & Plant, P. (2022). G-Tech :
Jurnal Teknologi Terapan. 6(2), 376–386.
(Muttaqim et al., 2015)Muttaqim, L. M., Trimulyono, A., Hadi, E. S., Perkapalan,
J. T., Teknik, F., Diponegoro, U., & Debu, P. (2015). Pengendalian
Partikulat Debu Gas Buang Main Engine Kapal Latih BIMASAKTI. 3(1).
(Pada & Boiler, n.d.)Pada, B., & Boiler, R. (n.d.). 2 3 2 3. 53–64.
(Pjb & Pltu, 2020)Pjb, P. T., & Pltu, U. (2020). Analisis Kinerja Electrostatic
Precipitator ( ESP ) Berdasarkan Pembagian Besarnya Arus. 14(2), 45–57.
A. Fitrianto, “Analisa Kinerja Electrostatic Precipitator (ESP) Berdasarkan Hasil
Perubahan Emisi pada Power Boiler Pembangkit Listrik Tenaga Uap (Studi
Kasus di PLTU Lestari Banten Energy),” 2018.
LAMPIRAN
No. Gambar Keterangan
1. Base stand
2. Weighing scale
4. Duct
- Kaolin powder
- Talc powder
8.
- Corn flour
- Fine flour