Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN AKHIR PRAKTIK PPU

“PRAKTIK PERHITUNGAN EFISIENSI PARTIKULAT PADATAN


DENGAN EP (ELECTRIC STATIC PRECIPITATOR) SIMULATOR”

TANGGAL PRAKTIK : 20 NOVEMBER 2023


DISUSUN OLEH :
Nama : SELY PUTRI VIONITA
NPM : 210307016
Kelas : 3A

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNIK PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK NEGERI CILACAP
CILACAP
NOVEMBER 2023
I. TUJUAN PEMBUATAN PROJECT
Dapat mengetahui efisiensi dari pertikulat padatan dari suatu bahan dari
berbagai jenis partikulat yang dihasilkan Industri dengan menggunakan ESP
SIMULATOR skala laboratorium

II. DASAR TEORI


2.1 Pengertian ESP (Electrostatic Precipitator)
Electrostatic precipitator (ESP) adalah alat yang digunakan
sebagai alat penangkapan abu (Ash collection) di industri yang
digunakan untuk mengurangi pencamaran udara yang dihasilkan dari
proses pembakaran batu bara (Afrian, Firdaus, & Ervianto, 2015). Pada
dasarnya Electrostatic Precipitator (ESP) ada 3 sistem utama yang
bekerja. Pertama proses ionisasi abu yang terkandung dalam gas
buang,selanjutnya proses collection abu yang telah terionisasi dan
terakhir proses rapping abu yang menempel pada collecting plate agar
jatuh ke area hopper (Winarno, 2020).
Berikut proses terjadinya medan elektrostatik pada ESP;
1. Pada ESP ada dua jenis elektrode, yaitu discharge electrode (DE)
berupa kawat baja yang diberi muatan negatif dan collecting
electrode (CE) berupa plat pengumpul yang diberi muatan positif.
2. Discharge electrode ditempatkan antara plat pengumpul atau
collecting electrode (CE).
3. Pada Discharge electrode diberi arus listrik searah (DC) dengan
muatan negatif, pada tingkat tegangan diantara 55–75 KvDC.
(sumber listrik yang pada awalnya 380V AC, dinaikkan pada trafo
menjadi sekitar 55–75 KvDC dan disearahkan menjadi arus DC
menggunakan rectifier, lalu hanya diambil potensial negatif saja).
4. Plat pengumpul di-grounding supaya memiliki muatan positif.
5. Dengan demikian, pada saat discharge electrode diberi arus DC
maka medan listrik terbentuk pada ruang yang berisi tirai-tirai
elektroda tersebut dan partikel debu akan tertarik pada pelat
tersebut (Sepfitrah & Rizal, 2015).
Electrostatic Precipitator (ESP) adalah peralatan yang berfungsi
menangkap abu sisa pembakaran yang berada dalam gas buang yang
akan dibuang ke atmosfir melalui cerobong, sehinga gas buang yang
akan dibuang tidak mengandung partikel-partikel abu yang dapat
mencemari lingkungan.
Electrostatic Precipitator adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan (endapan) debu atau abu dari aliran gas. Terdiri dari
collecting plate dan electrode dan peralatan listrik yang digunakan
untuk menghasilkan dan mengendalikan rangkaian tegangan tinggi dan
beroperasi pada prinsip dasar bahwa berlawanan tegangan. Dengan
pengisian partikel (atau partikulat) dari debu atau abu dengan muatan
listrik negatif, maka kemudian tertarik ke collecting plate bermuatan
positif.[9]
ElectroStatic Precipitator (ESP) adalah salah satu alternatif
penangkap debu dengan effisiensi tinggi (mencapai diatas 90%) dan
rentang partikel yang didapat cukup besar. Dengan menggunakan
electro static precipitator (ESP) ini, jumlah limbah debu yang keluar
dari cerobong diharapkan hanya sekitar 0,16 % (efektifitas
penangkapan debu mencapai 99,84%), ukuran partikel debu terkecil
yang diperoleh < 2 μC.
2.2 Komponen ESP
ESP terdiri dari beberapa komponen seperti transformer-rectifier,
discharge electrode, collecting plate, rapper, hopper, dan power supply
[13]. Adapun masing-masing fungsinya adalah sebagi berikut:
1) Transformer-Rectifier
Transformer adalah perangkat yang mengubah tegangan untuk
memindahkan energi listrik dari satu rangkaian arus bolak-balik ke
rangkaian lainnya. Sebuah gulungan kawat yang melilit inti besi
membentuk transformer. Kumparan primer dan kumparan sekunder
adalah dua jenis kumparan pada transformer. Belitan pada salah satu
sisi inti besi merupakan kumparan primer, yang merupakan tempat
masuknya arus listrik. Sementara itu, lilitan pada sisi berlawanan
dari inti besi adalah lilitan sekunder, yang merupakan tempat
keluarnya arus listrik [25].
Tugas transformer adalah mengubah kapasitas listrik sirkuit.
Tegangan adalah variabel utama yang diubah oleh transformer.
Tegangan dapat dinaikkan menggunakan jenis trafo step-up dan
juga tegangan dapat diturunkan menggunkanan jenis transformer
step-down. Sedangkan rectifier (penyearah) adalah komponen
rangkaian catu daya yang mengubah sinyal AC menjadi sinyal DC.
Komponen utama dari penyearah gelombang atau rangkaian
penyearah ini biasanya adalah dioda. Hal ini karena dioda hanya
mengalirkan arus listrik ke satu arah dan mencegah arus listrik
mengalir ke arah yang lain. Ketika arus bolak-balik (AC) diterapkan
ke dioda, itu hanya akan mampu melewati setengah dari gelombang
sementara memblokir setengah lainnya [26]. Penyearah gelombang
penuh dengan empat dioda digunakan dalam rangkaian penyearah
transformer ESP karena kinerjanya yang unggul. Bridge rectifier
(penyearah jembatan) adalah nama lain untuk penyearah gelombang
penuh empat dioda ini.
Transformer-rectifier merupakan komponen utama ESP yang
berfungsi sebagai pemberi daya arus listrik bertegangan tinggi pada
collecting plate system. Transformer ini merupakan jenis
transformer step-up yang 15 menaikkan tegangan masukan sebesar
380V AC menjadi 20-85 KV DC.
2) Discharge Electrode
Discharge electrode dapat berupa elektroda kaku yang terbuat dari
sepotong logam buatan, sekelompok kabel yang disatukan dalam
bingkai yang kaku, atau kabel logam berdiameter kecil yang
digantung secara vertikal dari ESP. Karakteristik arus dan tegangan
ditentukan oleh bentuk elektroda. Jika peringkat arus untuk
tegangan yang diberikan semakin besar semakin kecil kabelnya atau
semakin runcing permukaannya.
3) Collecting Plate System
Collecting plate system (sistem pelat pengumpul) terdiri dari
collecting plate (pelat pengumpul)/(elektroda pengumpul) dan
discharge electrode (elektroda pelepasan). Setelah mendapatkan
arus tegangan tinggi maka akan timbul medan magnet dan collector
plate akan berfungsi sebagai pengumpul 16 atau penampung abu,
karena setelah abu atau ash keluar dari boiler dan masuk ke ESP
maka abu akan terurai menjadi partikel-partikel yang akan
menempel pada permukaan dinding pelat pengumpul.
4) Rapper
Rapper atau rapping system berfungsi sebagai pemukul atau
pembuat getaran yang setelah abu menempel dipermukaan plat
pengumpul kemudian ditabuh menggunakan sistem rapping,
sehingga abu yang menempel pada dinding collecting plate akan
jatuh ke dalam hopper.
5) Hopper
Hopper berfungsi sebagai penampung abu yang jatuh dari hasil
pemukulan oleh rapping system. Abu yag tertampung pada hopper
kemudian akan diteruskan menuju fly ash silo melalui ash handling
system.
6) Power Supply (Catu Daya)
Catu daya ESP menggunakan tegangan DC yang berasal dari
tegangan sumber AC (pada PLTU Tanjung Jati B menggunakan
tegangan sumber 380 VAC). Tegangan tersebut kemudian melewati
SCR sebelum menuju 18 transformer-rectifier set untuk di step-up
dan disearahkan menjadi tegangan DC. Terdapat pula AVG
(Automatic Voltage Controller) untuk mengatur setting tegangan
DC dan arus sekunder pada output transformerrectifier
2.3 Prinsip Kerja ESP
Pada dasarnya Electrostatic Precipitator (ESP) ada 3 sistem utama
yang bekerja. Pertama proses ionisasi abu yang terkandung dalam gas
buang, selanjutnya proses collection abu yang telah terionisasi dan
terakhir proses rapping abu yang menempel pada collecting plate agar
jatuh ke area hopper. Proses ionisasi dan collection terdiri dari
collecting plate dan emitting wire & RDE (Ripid Discharge Electroda),
keduanya mendapat supply power dari trafo step up. Pada dasarnya
partikel abu memiliki muatan netral, karena ada suatu sumber daya
maka akan tercipta suatu medan listrik di area antara collection plate
dan emitting wire. Medan listrik yang kuat akan menyebabkan partikel
abu mengalami ionisasi. semakin kuat arus yang diberikan oleh oleh
power supply (trafo), maka semakin kuat pula medan magnetnya,
sehingga kecepatan migrasi dari partikel abu juga semakin cepat.
Partikel abu yang sudah mengalami ionisasi akan memiliki muatan
negatif yang selanjutnya akan tertarik ke arah collecting plate. Abu
yang sudah menempel akan dijatuhkan oleh motor rapper ke arah ESP
hopper yang selanjutnya akan ditransfer ke fly ash silo.
Prinsip kerja Electrostatic Precipitator ini adalah mengalirkan
udara kotor melewati sebuah medan listrik yang berada di antara
elektroda yang mempunyai polaritas berlawanan. Gas atau udara yang
mengandung debu melewati medan dari tegangan tersebut (voltage
field). Maka dengan demikian gas-gas dan udara yang mengandung
partikel-partikel debu itu akan dimuati oleh elektron-elektron. Potensial
listrik mengakibatkan perpindahan partikel-partikel debu yang
bermuatan elektron tadi kearah pelat-pelat pengumpul debu (collecting
plate) dan kemudian partikel-partikel debu tadi yang menempel pada
pelat-pelat itu akan melepaskan muatan listriknya (electric charge).[9]
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ESP
Adapun faktor yang sanagt mempengaruhi penangkapan debu oleh
collecting plate pada Electrostatic precipitator (ESP) yaitu:
A. Resistifitas Partikel
Resistifitas partikel adalah suatu ukuran resistansi partikel terhadap
listrik, yang merupakan indikator kecepatan migrasi partikel.
Resistifitas sangat mempengaruhi efisiensi ESP.
B. Ukuran Partikel
Semakin besar ukuran partikel debu, semakin besar kemungkinan
ionisasi material fly ash sehingga semakin besar muatan yang
dimilikinya. Dengan demikian kecepatan atau migrasi partikel untuk
bergerak ke arah elektroda positif (collecting plate) akan semakin
cepat.
C. Pengaruh Temperatur
Pengaruh temperature dari Fly ash yang terbawa oleh udara Flue gas
( gas buang boiler ) berpengaruh terhadap laju aliran gas dan
effisiensi ESP. Temperature fly ash tinggi karena Beban Unit besar
sehingga laju aliran gas kecil dan effisiensi ESP semakin besar,
begitu pula sebaliknya.
D. Pengaruh Spark
Spark terjadi ketika ada penebalan tumpukan fly ash yang
tertangkap oleh collecting plate tidak terbuang dan terus menempel
menjadi kerak dan semakin membesar. Spark dapat kita amati
ketika cerobong/chimney mengeluarkan asap tebal coklat pekat
secara tiba tiba. Jika spark tidak segera di perbaiki maka di
khawatirkan akan ada ledakan di dalam ESP.
E. Kecepatan Migrasi Partikel
Kecepatan migrasi partikel adalah kecepatan gerak dari partikel fly
ash ketika diberi muatan negatif oleh emitting wire bergerak menuju
collecting plate.
F. Kuat medan listrik
Kuat medan listrik merupakan besarnya gaya listrik yang di
butuhkan untuk membuat medan listrik yaitu efek yang ditimbulkan
dari adanya muatan listrik seperti ion, proton dan elektron yang
berada di sekitar partikel listrik. Dalam ESP, besarnya kuat medan
listrik berpengaruh pada kuat medan precipitator. Bisa juga
dinyatakan bahwa kuat medan listrik besarnya sama dengan kuat
medan precipitator. Besarnya kuat medan listrik dan kuat medan
precipitator bergantung kepada besarnya tegangan output yang di
hasilkan oleh Transformator.
2.5 Perhitungan Efisiensi ESP
Untuk menghitung efisiensi sebuah ESP dapat digunakan persamaan
Deutch-Anderson. Persamaan ini dipakai untuk menentukan efisiensi
penangkapan ESP pada kondisi ideal. Persamaan tersebut adalah:
−𝐴
×𝑊
η =1-ℯ𝑄
Dimana : η = Efisiensi penangkapan ESP
A = Luas efektif collecting plate dalam ESP (m)2
Q = Laju aliran gas (m3/s)
ℯ = Bilangan natural 2,718
W = Kecepatan migrasi (m/s)

III. ALAT DAN BAHAN

Setelah membongkar kiriman, Anda akan menemukan barang-barang


berikut terpasang pada struktur utama
1. Base stand
2. HV power supply
3. VFD
4. Two dust collection modules A & B
5. Duct
6. Fan
7. ESP cabinet
8. Collecting tray
9. Weighing scale
10. Anemometer
Suku cadang tambahan disediakan
1. 10KV connecting cables
2. Test powder; keolin powder: 2 kg; talcum powder: 1 kg; corn flour : 2
kg
3. Cleaning brushes: 4 nos
4. Blower pump
Mohon lepaskan semua bahan kemasan & bersihkan komponen dengan kain
kering. Silakan periksa komponen sesuai daftar yang disebutkan di atas.
IV. PROSEDUR
1. Pertama, memastikan kabel utama terhubung ke terminal listrik
2. Menimbang jenis debu (kaolin powder, talc powder, corn powder, fine
flour) menggunakan wadah (piring plastik), lalu catat datanya.
3. Setelah itu memasukan wadah berisi jenis debu kedalam “duct”
4. Selanjutnya, memastikan blower sudah tersambung dengan instalasi
listrik
5. Menaikan saklar “mains” kemudian menekan tombol “on”
6. Mengatur kecepatan pada rentang 500-800 rpm, lalu mnekan tombol
bewarna hijau “run”
7. Selanjutnya mengarahkan selang blower ke wadah berisi jenis debu
8. Jenis debu akan masuk ke dalam EPS kabinet dan melalui filter yang
terdapat 2 jenis filter yaitu dust collection module A dengan jumlah
sekat 7 dan dust collection module B dengan jumlah sekat 4.
Penggunaan filter tergantung ukuran jenis debu.
9. Lalu debu yang menempel pada filter akan terjatuh dengan bantuan fan.
Fan pada EPS akan mendorong debu agar terjatuh ke dalam collecting
tray.
10. Sebelum menimbang jenis debu pada collecting tray, mematikan alat
denngan menekan tombol “stop”, lalu tombol “off” (bewarna merah),
dengan menurunkan saklar “mains”. Dan memastikan kabel bewarna
hitam dan merah tercabut.
11. Selanjutnya membersihkan ESP kabinet menggunakan sikat.
12. Langkah terakhir yaitu menimbang jenis debu beserta collecting tray,
dilakukan secara triplo sampai konstan.
V. DATA HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Module A
Flow Collected
Sr Speed Input Trapped Efisiensi
Media Rate Output
No. (RPM) (grams) (grams) (%)
(m3/min) (grams)
350 139 50 20 12 40
1. Kaolin 500 209 50 18 14 43,75
700 280 50 6 11 25
350 139 50 15 17 48,57
Fine
2. 500 209 50 13 8 21,6
flour
700 280 50 10 6 15
350 139 50 12 11 28,94
Talc
3. 500 209 50 11 8 20,51
powder
700 280 50 5 5 11,1
350 139 50 9 17 41,46
Corn
4. 500 209 50 7 12 27,91
flour
700 280 50 4 10 21,74
Tabel 2. Hasil Pengamatan Module B
Flow Collected
Sr Speed Input Trapped Efisiensi
Media Rate Output
No. (RPM) (grams) (grams) (%)
(m3/min) (grams)
350 139 50 25 6 24
1. Kaolin 500 209 50 8 4 9,5238
700 280 50 2 3 6,25
350 139 50 10 15 37,5
Fine
2. 500 209 50 8 8 19,0476
flour
700 280 50 6 6 13,6363
350 139 50 7 5 11,6279
Talc
3. 500 209 50 8 4 9,5238
powder
700 280 50 5 3 6,67
350 139 50 5 10 23,8095
Corn
4. 500 209 50 6 9 20,4545
flour
700 280 50 3 7 14,8936

VI. PERHITUNGAN
𝑃𝑜𝑤𝑑𝑒𝑟 𝑐𝑜𝑙𝑙𝑒𝑐𝑡𝑒𝑑
Perhitungan Efisiensi : η = 𝑃𝑜𝑤𝑑𝑒𝑟 𝑑𝑒𝑙𝑖𝑣𝑒𝑟𝑒𝑑−𝑃𝑜𝑤𝑑𝑒𝑟 𝑡𝑟𝑎𝑝𝑝𝑒𝑑 × 100%
Module A
- Kaolin
12 𝑔𝑟𝑎𝑚
350 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−20 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,4 × 100%
= 40%
14 𝑔𝑟𝑎𝑚
500 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−18 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,4375 × 100%
= 43,75%
11 𝑔𝑟𝑎𝑚
700 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−6 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,25 × 100%
= 25%
- Fine Flour
17 𝑔𝑟𝑎𝑚
350 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−15 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,4857 × 100%
= 48,75%
8 𝑔𝑟𝑎𝑚
500 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−13 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,216 × 100%
= 21,6%
6 𝑔𝑟𝑎𝑚
700 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−10 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,15 × 100%
= 15%
- Talc Powder
11 𝑔𝑟𝑎𝑚
350 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−12 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,2894 × 100%
= 28,94%
8 𝑔𝑟𝑎𝑚
500 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−11 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,2051 × 100%
= 20,51%
5 𝑔𝑟𝑎𝑚
700 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−5 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,1 × 100%
= 11,1%
- Corn Flour
17 𝑔𝑟𝑎𝑚
350 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−9 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,4146 × 100%
= 41,46%
12 𝑔𝑟𝑎𝑚
500 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−7 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,2791 × 100%
= 27,91%
10 𝑔𝑟𝑎𝑚
700 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−4 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,2174 × 100%
= 21,74%
Module B
- Kaolin
6 𝑔𝑟𝑎𝑚
350 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−25 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,24 × 100%
= 24%
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
500 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−8 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,095238 × 100%
= 9,5238%
3 𝑔𝑟𝑎𝑚
700 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−2 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,0625 × 100%
= 6,25%
- Fine Flour
15 𝑔𝑟𝑎𝑚
350 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−10 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,375 × 100%
= 37,5%
8 𝑔𝑟𝑎𝑚
500 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−8 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,190476 × 100%
= 19,0476%
6 𝑔𝑟𝑎𝑚
700 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−6 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,136363 × 100%
= 13,6363%

- Talc Powder
5 𝑔𝑟𝑎𝑚
350 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−7 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,116279 × 100%
= 11,6279%
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
500 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−8 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,095238 × 100%
= 9,5238%
3 𝑔𝑟𝑎𝑚
700 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−5 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,066 × 100%
= 6,67%
- Corn Flour
10 𝑔𝑟𝑎𝑚
350 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−8 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,238 × 100%
= 23,8%
9 𝑔𝑟𝑎𝑚
500 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−6 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,204545 × 100%
= 20,4545%
7 𝑔𝑟𝑎𝑚
700 rpm → η = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚−3 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 0,148936 × 100%
= 14,8936%
VII. GRAFIK
Grafik Hubungan Kecepatan dengan persen efisiensi
module A
60

50
Efisiensi (%)

40

30

20

10

0
350 500 700
kaolin powder 40 43,75 25
fine flour 48,57 21,62 15
talc powder 28,95 20,51 11,11
corn flour 41,46 27,91 21,74
Kecepatan (rpm)
Gambar 1. Grafik hubungan kecepatan dengan % efisiensi module A
Grafik Hubungan Kecepatan dengan persen efisiensi
module B
40
Persen Efisiensi (%)

35
30
25
20
15
10
5
0
350 500 700
kaolin powder 24 9,52 6,25
fine flour 37,5 19,04 13,63
talc powder 11,62 9,52 6,52
corn flour 23,8 20,45 14,39
Kecepatan (rpm)
Gambar 1. Grafik hubungan kecepatan dengan % efisiensi module A

VIII. PEMBAHASAN
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efisiensi dari
partikulat padatan dari suatu bahan dari berbagai jenis partikulat yang
dihasilkan industri dengan menggunakan ESP SIMULATOR skala
laboratorium. Praktikum dilaksanakan pada tanggal 20 November 2023 di
laboratorium limbah, Gedung Teknik Informatika dan Lingkungan. Bahan
uji yang digunakan dalam praktik ini adalah berbagai jenis debu seperti,
kaolin, fine flour, talc powder, dan corn flour. Dalam pengamatan
menggunakan ESP (electrostatic presipitator) menggunakan 2 module yaitu
module A dan module B. Perbedaan module A dengan module B dapat
dilihat dari jumlah filter/sekat yang terdapat dalam masing masing module.
Untuk module A filter (sekat) berjumlah 7 sekat sedangkan untu module B
hanya berjumlah 4 sekat. Kecepatan (speed) yang digunakan adalah 350,
500, dan 700 rpm dengan laju alirnya 139, 209, 700 m3/min.
ElectroStatic Precipitator (ESP) adalah salah satu alternatif penangkap
debu dengan effisiensi tinggi (mencapai diatas 90%) dan rentang partikel
yang didapat cukup besar. Dengan menggunakan electro static precipitator
(ESP) ini, jumlah limbah debu yang keluar dari cerobong diharapkan hanya
sekitar 0,16 % (efektifitas penangkapan debu mencapai 99,84%), ukuran
partikel debu terkecil yang diperoleh < 2 μC. Prinsip kerja Electrostatic
Precipitator ini adalah mengalirkan udara kotor melewati sebuah medan
listrik yang berada di antara elektroda yang mempunyai polaritas
berlawanan. Gas atau udara yang mengandung debu melewati medan dari
tegangan tersebut (voltage field). Maka dengan demikian gas-gas dan udara
yang mengandung partikel-partikel debu itu akan dimuati oleh elektron-
elektron.
Berdasarkan hasil pengamatan modul A pada media kaolin mengalami
penurunan pada kecepatan 700 RPM dengan nilai 25% dan kenaikan pada
kecepatan 500 RPM dengan nilai 43,75%. Media Fine flour mengalami
penurunan pada kecepatan 700 RPM dengan nilai 15% dan kenaikan pada
kecepatan 350 RPM dengan nilai 21,6%. Media talc powder mengalami
penurunan pada kecepatan 700 RPM dengan nilai 11,1% dan kenaikan pada
kecepatan 350 RPM dengan nilai 28,94%. Dan media corn flour mengalami
penurunan pada kecepatan 700 RPM dengan nilai 21,73% dan kenaikan
pada kecepatan 350 RPM dengan nilai 41,46%. Dari keempat media
penlitian kecepatan 700 RPM mengalami penurunan ini dikarenakan
pengumpulan keluarannya nilainya sangat kecil.
Berdasarkan hasil pengamatan modul B pada media kaolin mengalami
penurunan pada kecepatan 700 RPM dengan nilai 6,25% dan kenaikan pada
kecepatan 300 RPM dengan nilai 24%. Media Fine flour mengalami
penurunan pada kecepatan 700 RPM dengan nilai 13,6363% dan kenaikan
pada kecepatan 350 RPM dengan nilai 37,5%. Media talc powder
mengalami penurunan pada kecepatan 700 RPM dengan nilai 6,67% dan
kenaikan pada kecepatan 350 RPM dengan nilai 11,6279%. Dan media corn
flour mengalami penurunan pada kecepatan 700 RPM dengan nilai
14,8936% dan kenaikan pada kecepatan 350 RPM dengan nilai 23,8095%.
Dari keempat media penlitian kecepatan 700 RPM mengalami penurunan ini
dikarenakan pengumpulan keluarannya nilainya sangat kecil.
Hubungan efisiensi (%) antara module A dengan module B yaitu
efisiensi kaolin pada module A lebih besar yaitu sebesar 40% sedangkan
pada module B sebesar 24%. Hal tersebut menunjukkan bahwa module A
lebih efisien daripada module B. Hal ini dikarenakan sekat pada module A
jumlahnya lebih banyak yaitu 7 sekat dan module B hanya ada 4 sekat.
Pengaruh kecepatan dengan efisiensi (%) masing – masing module A dan
module B bahwa semakin tinggi flowrate (laju alir maka semakin rendah
efisiensi.

IX. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat pada praktikum ini yaitu :
1. Hubungan efisiensi (%) antara module A dengan module B yaitu
efisiensi kaolin pada module A lebih besar yaitu sebesar 40%
sedangkan pada module B sebesar 24%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa module A lebih efisien daripada module B. Hal ini
dikarenakan sekat pada module A jumlahnya lebih banyak yaitu 7
sekat dan module B hanya ada 4 sekat.
2. Pengaruh kecepatan dengan efisiensi (%) masing – masing module
A dan module B bahwa semakin tinggi flowrate (laju alir maka
semakin rendah efisiensi. Selain itu, dilihat dari hasil perhitungan
nilai efisiensi tiap kecepatan (speed) dapat disimpulkan bahwa jika
semakin cepat speed (rpm) yang digunakan maka nilai efisiensinya
juga menurun.
B. Saran
Sebaiknya alat ESP yang terdapat di lab limbah secepatnya agar
diperbaiki supaya tiap mahasiswa dapat melaksanakan praktikum
dengan baik dalam penggunaan ESP simulator dan mudah dipahami
dalam setiap komponennya.
DAFTAR PUSTAKA
(Pt et al., 2022)Pt, P., Swastatika, D., Serang, S., & Plant, P. (2022). G-Tech :
Jurnal Teknologi Terapan. 6(2), 376–386.
(Muttaqim et al., 2015)Muttaqim, L. M., Trimulyono, A., Hadi, E. S., Perkapalan,
J. T., Teknik, F., Diponegoro, U., & Debu, P. (2015). Pengendalian
Partikulat Debu Gas Buang Main Engine Kapal Latih BIMASAKTI. 3(1).
(Pada & Boiler, n.d.)Pada, B., & Boiler, R. (n.d.). 2 3 2 3. 53–64.
(Pjb & Pltu, 2020)Pjb, P. T., & Pltu, U. (2020). Analisis Kinerja Electrostatic
Precipitator ( ESP ) Berdasarkan Pembagian Besarnya Arus. 14(2), 45–57.
A. Fitrianto, “Analisa Kinerja Electrostatic Precipitator (ESP) Berdasarkan Hasil
Perubahan Emisi pada Power Boiler Pembangkit Listrik Tenaga Uap (Studi
Kasus di PLTU Lestari Banten Energy),” 2018.
LAMPIRAN
No. Gambar Keterangan

1. Base stand

2. Weighing scale

3. Hand blower stand

4. Duct

5. Dust collection module

6. Wadah dimasukkin ke dalam duct


7. Instalasi listrik

- Kaolin powder
- Talc powder
8.
- Corn flour
- Fine flour

Filter module A dengan jumlah sekat 7


9.
dan module B dengan jumlah sekat 4

10. ESP cabinet

Anda mungkin juga menyukai